Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 11 Februari 2025
Perhimpunan Ergonomi Indonesia (PEI) menyelenggarakan webinar dengan topik penerapan ergonomi industri di Indonesia pada (26/9/2020) lalu. PEI ini diketuai oleh Prof. Yassierli, Ph.D. yang juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri ITB. Pada sesi webinar ini diisi oleh Ir. Hardianto Iridiastadi, M.Si., Ph.D., CPE (Dosen Teknik Industri ITB), Ardiyanto, Ph.D., AEP. (Dosen Teknik Industri UGM), dan Irma Nur Afia, S.T., M.T., Ph.D. (Dosen Teknik Industri UMI). Webinar ini dipandu oleh Khoirul Muslim, S.T., M.T., Ph.D. (dosen Teknik Industri ITB).
Hardianto Iridiastadi, M.Si., Ph.D., CPE. menjelaskan terkait Permenaker No 5 Thn 2018, dasar penerapan ergonomi di industri Indonesia. Ia memfokuskan topik pembahasan terkait Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5 Tahun 2018 membahas potensi bahaya faktor ergonomi pada Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja yang tercantum pada Pasal 23.
Hardianto, Khoirul Muslim, dan Tim mewakili ahli ergonomi Indonesia mengkaji Peraturan Menteri tersebut. Menurut pemaparannya, latar belakang diadakan Peraturan Menteri 5/2018 sebagai hasil revisi Peraturan Menteri nomor 13 tahun 2011 yang membahas nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja dan PMP nomor 7 tahun 1964 yang membahas syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja. Selain itu, munculnya Permen nomor 5/2018 secara spesifik diadakan karena adanya kebutuhan dari para pengawas ketenagakerjaan (Sie. Ergonomi Pengawasan Norma K3).
“Jika diringkas pada pasal 23 terdapat poin penting yaitu potensi bahaya faktor ergonomi yang perlu diukur dan dikendalikan,” ujar Hardianto. Detail pengukuran yang dilakukan sudah dilampirkan pada lampiran Peraturan Menteri No 5/2018 yang meliputi pengukuran antropometri, perancangan area kerja, batas beban yang diangkat dan lainnya.
Pada sesi kedua, Ardiyanto menyampaikan materi mengenai salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai risiko terkait gangguan otot rangka bagian bawah yaitu LEAT. Sedangkan, pada sesi terakhir, Irma menyampaikan mengenai Ergonomics Solutions for Aging Issue. Dari hasil pemaparan ketiga narasumber tersebut dapat disimpulkan bahwa ergonomi penting diterapkan untuk merancang sistem kerja dan tempat kerja yang sehat, aman, dan nyaman agar terhindar dari risiko yang mungkin terjadi.
Sumber: itb.ac.id
Teknik Industri
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 11 Februari 2025
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ‘Ergon’ (Kerja) dan ‘Nomos’ (Hukum Alam) dan dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang aspek manusia dalam lingkungan kerjanya serta ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan perancangan produk. Ergonomi berkenaan pula dengan oprimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem di mana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.
Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors”, digunakan oleh berbagai macam ahli pada bidangnya . Misal ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja, dan produk bagi wiraswasta, manajer, pemerintahan, militer, dosen, dan mahasiswa.
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Dari pengertian ergonomi yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan ilmu yang membahas tentang kenyamanan lingkungan kerja sehingga dapat terciptanya lingkungan kerja yang baik.
Ergonomi sendiri terbagi menjadi beberapa jenis yaitu ergonomi fisik (berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, antropometri, karakteristik fisiologis dan biomekanika yang berhubungan dengan aktivitas fisik), ergonomi kognitif (berkaitan dengan proses mental manusia: ingatan, persepsi, reaksi), ergonomi organisasi (berkaitan dengan struktur organisasi, kebijakan, proses), dan ergonomi lingkungan (berkaitan dengan pencahayaan, kebisingan, temperatur, dan getaran).
Tujuan dan Manfaat Ergonomi
Ergonomi adalah adaptasi dari tugas-tugas kerja pada keadaan tubuh manusia untuk mengurangi stres yang akan dihadapi seseorang. Usahanya termasuk menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh untuk menghindari kelelahan. Pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tubuh manusia.
Adapun tujuan dari ergonomi yaitu :
Pada dasarnya, ergonomi bermanfaat untuk pekerjaan agar cepat selesai, memiliki risiko kecelakaan lebih kecil, waktu yang efisien, risiko penyakit akibat kerja kecil dan lain sebagainya.
Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dari ergonomi yaitu :
Apabila suatu perusahaan menerapkan Ergonomi dalam sistem kerjanya, maka manfaat ergonomi akan terlihat dan dapat menguntungkan baik bagi perusahaan maupun karyawannya sendiri.
Pentingnya Ergonomi di Perusahaan/Industri
Setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan apabila tidak ergonomis maka dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan, kecelakaan, biaya tinggi serta penyakit akibat kerja meningkat dan perfomansi menurun yang berakibat pada penurunan efisiensi daya kerja. Dengan demikian, penerapan ergonomi di segala bidang kegiatan adalah suatu keharusan.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dibutuhkan beberapa konsep seperti ENASE: Efektif (bekerja dengan efektif sehingga target terpenuhi), Nyaman (bekerja tidak gampang lelah), Aman (timbul rasa aman dan tidak takut dalam bekerja), Sehat (karyawan tidak merasakan sakit), dan Efisien (bekerja dengan waktu, usaha, gerakan dan kelelahan yang seminimal mungkin).
Konsep efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien sangat berkaitan dengan ergonomi untuk menciptakan lingkungan dan peralatan kerja yang mampu menstimulasi konsep tersebut sesuai dengan pekerjaan. Jadi konsep tersebut merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan ergonomi. Konsep ini tidak hanya dirasakan oleh fisik pekerja saja melainkan dapat dirasakan secara psikologis juga. Tubuh manusia apabila dibebani kerja secara berlebihan akan menimbulkan rasa lelah dan bisa berkembang menjadi rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu.
5S dan Hubungan Ergonomi
5S mungkin sudah tidak asing bagi orang yang bekerja di bidang industri atau bagi orang yang memiliki latar belakang teknik industri. 5S adalah sebuah pendekatan dalam mengatur lingkungan kerja, yang pada intinya berusaha mengeliminasi waste sehingga terciptanya lingkungan kerja yang efektif, efisien dan produktif. Waste kadang tidak terlihat, padahal dengan mengeliminasinya maka bisa menjadikan pekerjaan menjadi lebih lancar.
Dalam bahasa Indonesia, 5S sering diterjemahkan menjadi 5R yaitu :
Membedakan antara yang diperlukan dan membuang yang tidak diperlukan.
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga anda selalu dapat menemukan barang yang diperlukan.
Menghilangkan sampah, kotoran & barang asing untuk memperoleh tempat kerja yang lebih bersih. Pembersihan sebagai cara inspeksi.
Memelihara barang dengan teratur, rapi, bersih, juga dalam aspek personal dan kaitannya dengan polusi.
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan.
Ergonomi adalah ilmu tentang kerja, sedangkan 5S adalah suatu metode dalam mengatur tempat kerja untuk mengoptimalkan kerja. Dengan 5S maka akan tercapai moral kerja yang lebih baik serta yang terpenting adalah efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja meningkat dan artinya secara umum dapat meningkatkan performa kerja. Oleh karena itu tidak salah jika banyak orang yang menyatakan bahwa 5S sejalan dengan ergonomi dan selain itu 5S juga sebagai metode dalam perbaikan kondisi tempat kerja akan semakin efektif jika melibatkan prinsip-prinsip ergonomi.\
Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerja sama lintas program maupun lintar sektor terkait dalam pembinaanya.
Risiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri ataupun dari pihak perusahaan, karena pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak mentaati aturan kerja yang telah dibuat dari pihak perusahaan. Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak perusahaan, biasanya minimnya alat-alat keselamatan kerja atau cara kerja yang dibuat masih belum menerapkan segi ergonominya.
Sumber: kumparan.com
Farmasi
Dipublikasikan oleh Anisa pada 11 Februari 2025
Dalam farmakologi, ketersediaan hayati atau bioavailabilitas (BA) adalah bagian dari dosis obat yang dapat tersebar luas ke seluruh tubuh. Ini adalah salah satu profil penting dari farmakokinetika obat. Berdasarkan definisi, ketersediaan hayati obat adalah 100% ketika diberikan secara intravena. Namun, ketika obat diberikan melalui cara lain, seperti peroral, ketersediaan hayati obat biasanya menurun karena obat tidak diserap sepenuhnya dan metabolisme lintas pertama. Selain itu, ketersediaan hayati obat mungkin berbeda dari satu pasien ke pasien lainnya atau mungkin tidak sama. Dalam farmakokinetika, ketersediaan hayati sangat penting. Salah satu alasan mengapa pentingnya mempertimbangkan ketersediaan hayati saat menghitung dosis obat yang tidak diberikan secara intravena. Ketersediaan hayati hanya didefinisikan sebagai jumlah atau pecahan dari dosis yang diserap untuk suplemen makanan, jamu, dan nutrisi lain yang sebagian besar diberikan secara peroral.
Karena metode pemberiannya yang berbeda dan peraturan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, definisi ketersediaan hayati sedikit berbeda dari definisi obat-obatan dan suplemen makanan. Konsep bioaksesibilitas mengacu pada ketersediaan hayati dalam konteks biodegradasi dan pencemaran lingkungan. Ketika suatu molekul (biasanya zat pencemar organik persisten) "dapat menembus membran sel dari lingkungan luar, jika organisme mempunyai akses ke molekul tersebut", dianggap bioaksesibel.
Ketersediaan hayati mutlak
Ketersediaan hayati mutlak berarti ketersediaan hayati zat aktif obat di peredaran sistemis pada pemberian obat bukan intravena (seperti oral, rektal, transdermal, subkutan, atau sublingual), dibandingkan dengan ketersediaan hayati obat yang sama pada pemberian intravena atau pecahan obat yang diserap pada pemberian intravena. Untuk melakukan perbandingan, dosis normal harus digunakan. Akibatnya, jumlah obat yang diserap harus dikoreksi terlebih dahulu dengan membagi nilai ini dengan dosis yang diberikan.
Dalam farmakologi, penelitian farmakokinetika harus dilakukan untuk menentukan ketersediaan hayati mutlak obat. Ini akan menghasilkan plot grafik konsenstrasi obat dalam plasma versus waktu setelah pemberian intravena (iv) dan ekstravaskular (bukan intravena, misalnya per oral). Untuk menghitung ketersediaan hayati mutlak, persamaan berikut dapat digunakan.
Oleh karena itu, ketersediaan hayati mutlak obat yang diberikan secara intravena akan sebesar 100% (f=1), sementara obat yang diberikan melalui rute lain biasanya memiliki ketersediaan hayati mutlak kurang dari satu. Ketersediaan hayati perbandingan atau bioavailabilitas komparatif digunakan untuk membandingkan ketersediaan hayati dua obat dengan zat aktif yang sama.
Mengetahui ketersediaan hayati mutlak obat sangat bermanfaat, tetapi penelitian ini jarang dilakukan. Alasannya adalah bahwa untuk menilai ketersediaan hayati diperlukan data dari rute pemberian intravena, di mana seluruh obat dapat masuk ke peredaran sistemis. Untuk memastikan keamanan obat tersebut, penelitian seperti ini memerlukan banyak biaya dan juga memerlukan uji ketoksikan praklinis. Selain itu, keterbatasan kelarutan obat menyebabkan kesulitan untuk diserap oleh tubuh.
Tidak ada peraturan yang mengatur minimal ketersediaan hayati mutlak yang diperlukan agar obat tersebut dapat dipasarkan; namun, dalam kasus di mana ketersediaan hayati rendah atau bervariasi, badan pengawas terkadang meminta data tentang ketersediaan hayati mutlak dari rute pemberian ekstravaskular, dan jika ada hubungan yang dapat dibuktikan antara farmakodinamika dan farmakokinetika pada dosis terapi. Data dari obat yang diberikan secara intravena dalam kejadian tersebut diperlukan untuk melakukan kajian ketersediaan hayati mutlak.
Parameter farmakokinetika seperti volume persebaran (V) dan klirens (CL) dapat diinformasikan melalui pemberian intravena obat tengah.
Sumber:
Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar
Dipublikasikan oleh Anisa pada 11 Februari 2025
Rokok filter, juga disebut sebagai rokok putih, adalah jenis rokok yang tidak memiliki campuran cengkih seperti rokok kretek. Rokok filter diklasifikasikan menjadi rokok putih dan rokok kretek berdasarkan bahan campuran (blend) yang terkandung dalam rokok dan adanya filter di ujung batangnya.
Sejarah
Rokok putih pertama kali ditemukan setelah penemuan filter oleh Boris Aivaz pada tahun 1925, ketika ia meminta paten untuk desain ujung filter di Hungaria. Filter tersebut terbuat dari kertas krep saja atau kombinasi kertas krep dengan gumpalan selulosa, serta mesin yang diperlukan untuk membuatnya. Selanjutnya, Aivaz bertemu dengan keluarga Bunzl di Wina, pendiri Filtrona, untuk bekerja sama dalam produksi filter rokok yang terbuat dari kertas khusus. Pada tahun 1927, dipromosikan ke industri rokok setelah periode pengembangan filter. Meskipun tidak diketahui siapa yang pertama kali menggunakan filter, dianggap sebagai revolusi filter dimulai di Eropa, di mana filter dimaksudkan untuk menjaga tembakau tidak masuk ke mulut perokok.
Karena mesin yang digunakan untuk menggabungkan filter ke kolom tembakau masih belum dikembangkan sepenuhnya, ada jumlah rokok filter yang terbatas. Tidak sampai tahun 1935, produsen mesin Inggris meluncurkan mesin baru yang dapat membuat filter rokok disaring, yang menyebabkan produksi filter dan perakitan bangkit kembali. Teknologi baru ini memungkinkan produksi filter dan perakitan dikomersialisasikan dan memungkinkan untuk memenuhi permintaan yang meningkat dengan cepat. Meskipun bahan filter dan mesin terus berkembang selama tahun 1930-an, hanya sebagian kecil dari rokok yang dibuat termasuk filter pada tahun-tahun tersebut.
Kandungan
Rokok putih kebanyakan terbuat dari cacahan atau potongan daun tembakau. Ini diperkuat oleh fakta bahwa orang Jawa adalah orang pertama yang merokok, dan mereka juga mengenal istilah "rokok putih", yang berarti rokok tanpa cengkih. Namun, ada juga rokok putih yang mengandung mint atau menthol untuk menambah rasanya. Ini juga memiliki tambahan saus seperti asam asetat, asetoin, asetopenon, karamel, asam askorbat, dan acetanisole, yang ada di rokok produksi R. J. Reynolds. Selain itu, rokok putih mengandung zat kimia nikotin dan tar, yang membedakannya dari jenis rokok lainnya Namun, dalam dosis yang berbeda, yaitu 0,5–3 nanogram untuk nikotin dan 0,5–35 mg/batang untuk tar.
Segmen pasar
Tujuan pemasaran jenis rokok keretek dan rokok putih berfokus pada segmentasi pasar yang berbeda. Menurut Warta Ekonomi, yang dikutip oleh Murry Harmawan Saputra dari Universitas Muhammadiyah Purworejo, nasib rokok putih buruk karena volume produksinya terus menurun sejak 2002. Setelah penurunan hampir 2% tahun sebelumnya, volume produksi pada tahun 2005 diperkirakan akan terus turun bahkan sampai 8 persen (Warta Ekonomi, 2005). Rokok kretek jelas masih mendominasi pasar, mengambil hampir 92% dari total penjualan tahun 2004. Rokok putih mengambil sisa 8%.
Secara umum, sebagian besar perokok di Indonesia merokok kretek, terutama kretek mesin (SKM), dengan 91% pria dan 85% wanita. Namun, jumlah perokok wanita yang merokok SKM dan SKT lebih tinggi daripada perokok pria, tetapi beberapa perokok merokok SKM dan SKT. Jumlah perokok putih hanya 6% pria dan 4% wanita di Indonesia.
Selain itu, permintaan rokok terus meningkat.Kecenderungan tersebut tidak menunjukkan perbedaan jika dilihat berdasarkan lokasi, yaitu desa dan kota.Namun, rata-rata pengeluaran bulanan untuk konsumsi rokok lebih tinggi di daerah perkotaan. Hal ini, tentu saja, disebabkan oleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi yang dapat mendorong peningkatan konsumsi rokok di daerah perkotaan. Meskipun rata-rata pengeluaran bulanan untuk konsumsi rokok di daerah pedesaan lebih kecil dibandingkan di daerah perkotaan, hal ini menunjukkan bahwa desa memiliki rata-rata pengeluaran bulanan untuk konsumsi rokok dibandingkan k
Dengan melihat perubahan harga Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), dan Sigaret Putih Mesin (SPM) dari tahun 2002 hingga 2003, kita dapat melihat seberapa besar perkiraan konsumsi rokok ini. Ini dapat dilihat dengan menghitung perubahan pendapatan dengan menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 4% pada tahun 2003. Perubahan harga untuk SKM, SKT, SPM, dan rokok putih mesin (SPM) masing-masing. Penjumlahan persentase perubahan
Disadur dari:
Farmasi
Dipublikasikan oleh Anisa pada 11 Februari 2025
Tablet, juga disebut pil, adalah bentuk sediaan oral farmasi (dosis padat oral, atau OSD) atau satuan padat. Tablet memiliki eksipien yang sesuai. Ini terdiri dari dosis padat dari zat aktif dan eksipien, yang biasanya dalam bentuk bubuk, yang ditekan. Obat tablet memiliki keuntungan utama, yaitu memastikan dosis yang konsisten dan membuatnya mudah dikonsumsi.
Tablet dibuat dengan cara dikompresi atau dicetak. Eksipien dapat termasuk bahan pengencer, bahan pengikat atau bahan granulasi, glidan (alat bantu aliran), dan pelumas untuk memastikan tablet dibuat dengan baik; bahan penghancur yang membantu tablet pecah di dalam usus; pemanis atau perasa untuk meningkatkan rasa; dan pigmen untuk membuat tablet terlihat lebih menarik atau membantu mengidentifikasi tablet yang tidak diketahui secara visual. Lapisan polimer biasanya digunakan untuk membuat tablet lebih halus dan mudah ditelan, mengontrol laju pelepasan bahan aktif, membuatnya lebih tahan terhadap lingkungan (memperpanjang umur simpannya), atau membuatnya terlihat lebih baik.
Pada awalnya, tablet obat dibuat dalam bentuk cakram dengan warna yang ditentukan oleh komponennya. Sekarang, bagaimanapun, tablet dibuat dalam berbagai bentuk dan warna untuk membantu membedakan berbagai obat. Tablet sering dicetak dengan huruf, simbol, dan angka, yang membuatnya mudah dikenali atau membuat alur yang mudah dipisahkan dengan tangan. Tablet berukuran antara beberapa milimeter dan sekitar satu sentimeter.
Saat ini, bentuk sediaan yang paling banyak digunakan adalah tablet terkompresi. Dua pertiga dari semua resep adalah sediaan padat, dan setengahnya adalah tablet terkompresi. Meskipun tablet biasanya ditelan, mereka dapat diberikan secara sublingual, bukal, rektal, atau intravaginal.
Jenis-jenis
Bentuk dosis obat oral yang kecil, bulat, dan padat adalah definisi asli dari sebuah pil. Asal usul kata ini mengingatkan kita pada gagasan lama yang menggunakan lesung dan alu untuk menumbuk bahan-bahan dan kemudian menggulung campuran atau adonan menjadi gumpalan hingga kering. Saat ini, istilah "pil" masih mengacu pada tablet (termasuk kaplet) daripada kapsul (yang dikembangkan jauh kemudian). Namun, karena hypernym langsung diperlukan untuk secara intuitif mencakup semua bentuk sediaan oral, istilah "pil" juga banyak digunakan dalam arti yang lebih luas yang mencakup tablet dan kapsul; secara informal, semua obat oral padat termasuk dalam kategori "pil" (lihat pil § Catatan penggunaan).
Kaplet adalah tablet obat berbentuk lonjong, halus, dilapisi menyerupai kapsul pada umumnya. Kaplet dapat dibagi menjadi dua dengan lebih mudah karena banyak kaplet yang memiliki lekukan di tengahnya. Sejak diperkenalkan, konsumen menganggap kapsul sebagai metode minum obat yang paling efisien. Untuk mengaitkan hubungan positif ini dengan pil tablet yang diproduksi lebih efisien serta bentuknya yang lebih mudah ditelan dibandingkan tablet berbentuk cakram pada umumnya, produsen obat seperti analgesik yang dijual bebas ingin menekankan kekuatan produk mereka. Hasilnya, mereka mengembangkan "kaplet", sebuah gabungan dari tablet berbentuk kapsul.
Beberapa bentuk sediaan obat bebas (OTC) dan resep yang berbeda tersedia dalam bentuk tablet penghancur oral, yang sering dikenal sebagai tablet orodispersible (ODT).
Disadur dari:
Arsitektur
Dipublikasikan oleh Anisa pada 11 Februari 2025
Desain lanskap memusatkan perhatian pada perencanaan lanskap terpadu suatu properti dan desain taman khusus dari elemen dan tanaman di dalamnya. Keberlanjutan praktis, estetika, hortikultura, dan lingkungan juga merupakan aspek-aspek dalam desain lanskap, yang sering dibagi menjadi desain hardscape dan desain softscape. Kolaborasi antara desainer lanskap dan pihak-pihak terkait seperti arsitektur, teknik sipil, survei, kontraktor lanskap, dan spesialis kerajinan juga umum terjadi.
Proyek desain dapat melibatkan dua peran profesional, yaitu desain lanskap dan arsitektur lanskap. Desain lanskap cenderung melibatkan komposisi artistik, keahlian hortikultura, dan penekanan pada keterlibatan rinci pada tahap konseptual hingga konstruksi final. Di sisi lain, arsitektur lanskap lebih menekankan pada perencanaan perkotaan, taman kota dan regional, lanskap sipil dan korporat, proyek interdisipliner berukuran besar, dengan pelimpahan tanggung jawab kepada kontraktor setelah desain selesai. Dapat terjadi potensi tumpang tindih yang signifikan dalam bakat dan keterampilan antara keduanya, tergantung pada pendidikan, lisensi, dan pengalaman profesional. Baik desainer lanskap maupun arsitek lanskap berlatih dalam ranah desain lanskap.
Faktor desain juga mencakup kualitas subjektif seperti genius loci (kualitas khusus situs yang perlu ditekankan); kebutuhan dan preferensi klien; tanaman dan elemen yang diinginkan untuk dipertahankan, dimodifikasi, atau digantikan, dan yang mungkin tersedia untuk meminjam pemandangan dari luar; komposisi artistik dari sudut pandang yang dilihat dan diamati dari dalam; pengembangan dan definisi ruang - menggunakan garis, rasa skala, dan keseimbangan serta simetri; palet tanaman; dan titik fokus artistik untuk kesenangan. Ada berbagai faktor desain dan pertimbangan lainnya yang terlibat di proses kompleks dalam merancang taman yang indah, fungsional, dan berkembang seiring waktu.
Praktik desain lanskap online yang sedang marak berkembang memungkinkan ahli taman untuk merancang dan merencanakan lokasi secara remote melalui manipulasi gambar dua dimensi tanpa perlu mengunjungi lokasi tersebut. Karena banyaknya data tambahan non-visual yang kurang seperti penilaian tanah dan uji pH, desain lanskap online fokus pada penggunaan tanaman yang toleran terhadap berbagai kondisi tanah yang beragam.
Secara historis, desainer lanskap mempelajari keahlian mereka dengan belajar di bawah bimbingan para ahli terkenal di industri ini. Meskipun judul kursusnya berbeda, reputasi karier sangatlah penting. André Le Nôtre, misalnya, belajar di bawah bimbingan ayahnya sebelum menciptakan Taman Versailles. "Landscape Gardener" adalah istilah profesional untuk desainer lanskap di Eropa dan Amerika. Kategori unik arsitek lanskap didirikan pada tahun 1890-an, dan untuk menggunakan gelar tersebut secara resmi, seseorang harus lulus ujian lisensi dan menyelesaikan program pendidikan. Satu-satunya anggota perempuan dari kelompok pendiri, Beatrix Farrand, menolak gelar tersebut, lebih memilih Tukang Kebun Lanskap. Nomenklatur kepemilikan diatasi dengan mencocokkan tuntutan teknis klien dan proyek dengan praktisi yang tepat yang memiliki kemampuan, kredensial hukum, dan pengalaman.
Pada awal abad ke-20, desain lanskap menjadi bidang studi resmi. Itu dapat diakses dalam jumlah yang berbeda sepanjang waktu. Community college dan universitas yang menyelenggarakan kursus pertanian atau hortikultura juga menawarkan program hortikultura hias dengan komponen desain; beberapa dari institusi ini juga mulai menawarkan gelar dan sertifikasi di bidang desain taman atau lanskap. Gelar sarjana dan pascasarjana tersedia di departemen arsitektur lanskap, yang bertempat di dalam sekolah universitas desain atau arsitektur lingkungan. Botani hortikultura, hortikultura, sumber daya alam, manajemen konstruksi, seni rupa dan terapan, serta sejarah desain lansekap adalah beberapa spesialisasi dan anak di bawah umur yang ditawarkan. Desain dan penempatan elemen untuk konstruksi secara tradisional dicatat dalam gambar yang digambar tangan, namun saat ini, perangkat lunak desain lanskap banyak digunakan.
Pilihan pelatihan tambahan mencakup program pemandu di kebun raya dan kebun umum, serta magang informal dengan arsitek lanskap, kontraktor, tukang kebun, pembibitan, dan toko taman. Desainer lanskap mungkin memiliki spektrum kecanggihan, keterampilan artistik, kemahiran teknis, dan kemampuan khusus yang luas yang harus disesuaikan dengan kebutuhan klien dan proyek tertentu, karena gelar tersebut tidak memerlukan gelar sarjana atau lisensi untuk dapat dipekerjakan.
Disadur dari: