Industri Otomotif

Potensi Meningkat: Industri Otomotif Indonesia Siap Menggeliat Lebih Lanjut

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 Maret 2024


KONTAN.CO.ID - Jakarta. Industri otomotif Indonesia berpotensi semakin sejahtera. Penjualan mobil kali ini tidak hanya dipengaruhi faktor penerapan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) 100%.

Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) yang digelar pada 11-21 November juga bisa menjadi pendongkrak penjualan mobil di dalam negeri.

Seperti diketahui, GIIAS 2021 akan diikuti 24 merek otomotif baik mobil penumpang maupun kendaraan niaga.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikind) Jonky Sugiarto mengatakan, ajang GIIAS 2021 kemungkinan akan semakin memberikan dorongan bagi penjualan mobil nasional.

“GIIAS merupakan ajang pameran dan promosi yang tentunya menjadi faktor pendukung penjualan,” tambah Jonkey, Rabu (13/10).

Menurut data Gaikindo, penjualan mobil dari pabrikan ke dealer (wholesales) mencapai 627.537 unit pada Januari hingga September 2021. Pada periode yang sama, sebanyak 600.344 mobil terjual dari dealer ke pelanggan (retail).

Jongkie pun menyambut positif kinerja penjualan mobil dalam negeri hingga akhir kuartal III 2021. Ia berharap perkiraan penjualan mobil nasional sebesar 750.000 unit dapat tercapai hingga akhir tahun.

Target tersebut dapat tercapai mengingat permintaan produk kendaraan baru terus meningkat dan selain GIIAS 2021, akan dilakukan pelonggaran PPnBM 100% untuk 29 jenis kendaraan pada akhir tahun 2021.

Sebenarnya bukan tidak mungkin target penjualan mobil Tanah Air pada akhir tahun 2021 bisa tercapai. Dengan asumsi tingkat penjualan mobil nasional pada kuartal III 2021 kembali meningkat pada kuartal IV 2021.

Selain itu, kebijakan PPKM dilonggarkan di berbagai tempat dan aktivitas perekonomian kembali aktif.

Sebagai catatan, pada triwulan III 2021, sebanyak 234.071 mobil dijual wholesales dan 212.500 mobil dijual retail.

Sementara itu, Anton Jimmy, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan sepanjang Januari hingga September 2021, penjualan ritel kendaraan Toyota mencapai 197.241 unit, meningkat 54% (dibandingkan periode yang sama tahun lalu).

Kontributor terbesar Toyota adalah unit mobil 7 penumpang diantaranya Toyota Avanza yang mencatatkan penjualan retail sebanyak 40.789 unit pada September 2021, disusul Toyota Rush sebanyak 36.336 unit dan Toyota Innova sebanyak 34.241 unit.

Model Toyota tidak 100% termasuk dalam program insentif PPnBM meraih penjualan optimal. Secara spesifik, Toyota Agya meraih penjualan ritel sebanyak 13.535 unit pada September 2021, meningkat 42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada kuartal keempat tahun 2021, TAM akan melanjutkan upayanya untuk menawarkan lebih banyak pilihan produk baru kepada pelanggan, serta meningkatkan layanan berbasis digital melalui Toyota Official Store Solutions (TOSS). TAM juga menawarkan program pembelian mobil secara mudah melalui EZ Deal.

“Semua upaya tersebut kami wujudkan dalam satu paket produk dan layanan yang lengkap demi kemudahan penggunaan bagi pelanggan kami,” kata Anton, Rabu (13/10).

Toyota sendiri dipastikan akan mengikuti ajang GIIAS 2021. Keberadaan GIIAS dinilai dapat memudahkan Toyota memperpendek jarak dengan pelanggannya.

Toyota juga menyiapkan program dan inovasi terbarunya untuk dipilih masyarakat selama GIIAS 2021. Sayangnya, Anton belum bisa membeberkan lebih lanjut mengenai program yang dimaksud.

PT Honda Prospect Motor (HPM) juga mencatatkan penjualan mobil yang kuat. Sepanjang Januari hingga September 2021, penjualan kendaraan Honda di sektor retail mencapai 68.376 unit, meningkat 23% year-on-year.

Business Innovation and Marketing & Sales Director HPM, Yusaku Billy, mengatakan penjualan mobil Honda bisa tumbuh lebih tinggi pada kuartal keempat tahun 2021 meski pandemi COVID-19 masih berlangsung. Hal ini tentunya didukung dengan perpanjangan insentif PPnBM 100% hingga akhir tahun depan.

Diakuinya, tantangan seperti keterbatasan komponen mungkin muncul akhir tahun ini. Namun HPM kini mulai  mengatasi kendala tersebut dengan meningkatkan produksi dan mempercepat pengiriman kendaraan untuk memenuhi permintaan konsumen.

Disadur dari: https://newssetup.kontan.co.id/news/industri-otomotif-indonesia-berpotensi-semakin-menderu 

Selengkapnya
Potensi Meningkat: Industri Otomotif Indonesia Siap Menggeliat Lebih Lanjut

Industri Otomotif

LPEM UI: Industri Otomotif Nasional Mulai Bangkit, Namun Tantangan Masih Tersebar

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 Maret 2024


Bisnis.com, Jakarta - Direktur Pusat Penelitian Iklim Bisnis LPEM Universitas Indonesia (UI) Mohammad Revindo mengatakan kebangkitan industri otomotif dalam negeri pasca pandemi semakin nyata. Berdasarkan penelitiannya, industri otomotif dalam negeri tampaknya terus melanjutkan pemulihannya yang kuat.

Hal ini dibuktikan dengan PDB sektor alat transportasi yang mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 45,70 persen (year-on-year) pada triwulan II tahun 2021 dan pertumbuhan tahunan sebesar 27,84 persen pada triwulan III tahun 2021.

“Pertumbuhan dua digit dalam dua kuartal terakhir menandai kebangkitan dramatis industri otomotif dalam negeri setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar 19,86% sepanjang tahun 2020 tercatat akibat dampak pandemi Covid-19,” katanya dalam riset yang diterima Bisnis pada Selasa, 30 November 2021.

Secara global, Indonesia masih menjadi salah satu basis produksi mobil terpenting bagi berbagai pabrikan, khususnya merek Jepang. Terdapat 21 perusahaan industri di Indonesia dengan total investasi sebesar Rp 71,35 triliun. Dari sisi ekspor, produk otomotif Indonesia diekspor ke lebih dari 80 negara, antara lain Arab Saudi, Filipina, Bangladesh, dan Kuwait.

Dari sisi penjualan, menurut data GAIKINDO, penjualan ritel mobil penumpang pada Januari-September 2021 meningkat signifikan menjadi 600.344 unit. Namun nilai tersebut meningkat sekitar 50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Selain dalam negeri, Indonesia mengekspor 235.000 unit kendaraan rakitan penuh (CBU), 79.000 unit kendaraan full disassembled (CKD), dan 72 juta unit komponen pada tahun 2021.

“Perkembangan ini jauh lebih baik dibandingkan penjualan mobil global yang diperkirakan hanya meningkat 3,45 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020,” tulis Revindo.

Meski demikian, industri otomotif dalam negeri masih akan menghadapi tantangan. Revindo percaya bahwa pemerintah dan pelaku ekonomi tidak boleh berpuas diri dengan perkembangan positif ini, karena terdapat beberapa tantangan yang dapat diperkirakan di masa depan.

Pertama, pada Oktober 2021, harga baja global meningkat sebesar 57,36 persen sejak awal tahun, dan harga aluminium meningkat sebesar 45,65 persen. Hal ini tentu saja meningkatkan biaya produksi mobil.

Kedua, terdapat kekurangan chip (semikonduktor) global yang diperkirakan akan terus berlanjut. Rantai pasokan elektronik sedang berjuang untuk mengimbangi lonjakan permintaan. Faktanya, permintaan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan chip komputer/laptop dan perangkat jaringan (router/modem) sejak pandemi. Selain itu, pembuat chip menghadapi kendala sosial yang menghalangi mereka untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan mudah.

Ketiga, kita melihat perubahan selera dan tren teknologi menuju transisi menyeluruh ke kendaraan listrik. Kesadaran masyarakat global terhadap perubahan iklim meningkatkan kebutuhan untuk mengalihkan tren teknologi otomotif ke kendaraan listrik.

Sejalan dengan hal tersebut, Pak Revindo menjelaskan bahwa ada banyak cara untuk mengantisipasi berbagai tantangan tersebut dan menjaga momentum pemulihan industri otomotif dalam negeri.

Pertama, Bank Indonesia sudah tepat memperpanjang kebijakan loan to value (LTV) 100 persen dan uang muka pembiayaan mobil 0 persen setelah hadirnya Manfaat Pajak Rabat Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

Kedua, memanfaatkan berbagai perjanjian perdagangan yang telah disepakati (RCEP, Indonesia-Australia CEPA, Indonesia-EFTA CEPA) dan Presidensi G20 Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam rantai produksi global.

“Kita harus menekankan betapa pentingnya bagi negara-negara anggota untuk tidak hanya mempertimbangkan kepentingan mereka sendiri dalam suatu krisis, misalnya dengan membatasi ekspor suku cadang mobil atau menutup pasar dalam situasi krisis,” tulisnya.

Ketiga, dukungan terhadap industri kendaraan listrik dalam negeri. Hingga saat ini, pemerintah telah mendukung ekosistem kendaraan listrik nasional berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55/2019. Namun implementasi ini secara umum dinilai kurang optimal.

Revindo mengatakan insentif masih diperlukan di kedua sisi. Pertama, mungkin ada insentif di sisi konsumen berupa diskon PPnBM (yang bisa diturunkan hingga 0%) dan subsidi bunga pembiayaan kendaraan listrik. Kedua, dari sisi dukungan infrastruktur, diperlukan jumlah stasiun pengisian baterai yang banyak di berbagai SPBU untuk memudahkan konsumen dalam mengisi daya kendaraan listriknya.

Disadur dari: https://ekonomi.bisnis.com/read/20211130/9/1471934/lpem-ui-industri-otomotif-nasional-mulai-bangkit-tapi 

Selengkapnya
LPEM UI: Industri Otomotif Nasional Mulai Bangkit, Namun Tantangan Masih Tersebar

Industri Otomotif

Melampaui Tantangan Pandemi: Kinerja Industri Otomotif Tetap Berakselerasi

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 Maret 2024


Jakarta, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwan Kertasasmita mengatakan kinerja industri otomotif mampu melesat di tengah dampak pandemi COVID-19.

Hal ini terlihat dari pertumbuhan industri alat transportasi yang mencapai 27,84% pada triwulan III tahun 2021.

"Industri alat transportasi mencatat pertumbuhan dua digit ini  selama dua kuartal berturut-turut. Dugaan saya, sektor ini berkembang sangat pesat," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwan Kartasasmita dalam siaran resmi pada Kamis, 11 Desember 2021.

Pak Agus menyampaikan bahwa penjualan di industri otomotif juga meningkat pesat.

Penjualan ritel Januari-September 2021 mencapai 600.344 unit, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 407.390 unit.

“Peningkatan yang sangat kuat ini menunjukkan pemulihan ekonomi berada pada jalur yang tepat,” ujarnya.

Pak Agus menambahkan, industri otomotif telah menjadi sektor prioritas untuk dikembangkan sesuai peta jalan “Wujudkan Indonesia 4.0” karena dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional.

Potensi industri otomotif saat ini didukung oleh 21 perusahaan industri otomotif roda empat ke atas dengan total investasi Rp 71,35 triliun.

“Total kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun, mempekerjakan tenaga kerja langsung sebanyak 38.000 orang dan lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja sepanjang rantai nilai di sektor industri,” kata Menperin.

Selain itu, Indonesia merupakan pasar produk otomotif terbesar di ASEAN, lanjutnya.

Hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan dan melakukan industrialisasi kendaraan listrik yang hemat energi, ramah lingkungan, dan sejalan dengan tren global yang berkembang.

“Kami berupaya memproduksi kendaraan ramah lingkungan, termasuk yang berbasis kendaraan listrik. Kami juga memiliki program LCGC yang mencakup lompatan teknologi hidrogen,” kata Agus.

Agus juga mengapresiasi kepemimpinan dan dukungan Presiden Joko Widodo dalam pelonggaran Pajak Konsumsi Atas Barang Mewah Dibiayai Negara (PPnBM DTP) yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap pemulihan sektor otomotif dan meningkatkan kepercayaan diri para pelaku industri.

Hal ini terlihat dari nilai Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 yang mencapai 57,2 yang merupakan nilai tertinggi selama pandemi COVID-19.

“Ini merupakan indikator kuat bahwa sektor industri telah memasuki fase ekspansi,” kata Agus.

Hingga saat ini, peserta program PPnBM DTP telah memperkuat kinerja 319 perusahaan di industri komponen lapis pertama yang sebagian besar masuk dalam kategori UKM, di industri komponen lapis kedua dan ketiga, hal ini akan berkontribusi pada perbaikan (IKM).

Agus menyatakan memenuhi syarat penggunaan komponen lokal (pembelian lokal) dalam proses produksi minimal 60%.

“Hal ini tentunya juga akan berdampak positif terhadap pemulihan industri otomotif. Industri otomotif juga akan memiliki sinergi yang cukup luas dengan industri lain yang pada akhirnya dapat mengembalikan momentum perekonomian nasional,” kata Agus.

Disadur dari: https://money.kompas.com/read/2021/11/11/175713326/meski-di-tengah-pandemi-kinerja-industri-otomotif-melaju-kencang?page=all

Selengkapnya
Melampaui Tantangan Pandemi: Kinerja Industri Otomotif Tetap Berakselerasi

Industri Otomotif

Menperin: Industri Otomotif Mendapat Sorotan Sebagai Sektor Unggulan dalam Ekonomi Nasional

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 Maret 2024


Industri otomotif merupakan salah satu industri besar yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Saat ini terdapat 22 perusahaan yang bergerak di bidang industri otomotif roda empat atau lebih di Indonesia.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwan Kartasasmita di Jakarta, Jumat, 19 Februari mengatakan, "Sektor tersebut memiliki total kapasitas produksi tahunan sebesar 2,35 juta unit, mendatangkan nilai investasi Rp 99,16 triliun, dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38,39 juta orang."

Menperin juga menyampaikan, potensi industri roda dua dan roda tiga di dalam negeri saat ini berjumlah 26 perusahaan. Total investasi yang dibayarkan sebesar Rp 10,5 triliun, kapasitas produksi 9,53 juta lembar per tahun, dan jumlah karyawan sebanyak 32.000 orang.

“Faktanya, sektor otomotif mempunyai dampak yang luas terhadap lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja di seluruh rantai nilai industri,” katanya. Mengingat industri otomotif dinilai memiliki peran penting dan strategis, maka hal ini telah masuk dalam peta jalan “Mewujudkan Indonesia 4.0” yang mana menjadi prioritas dalam penerapan Industri 4.0.

"Produksi produk otomotif dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor ke lebih dari 80 negara di dunia. Pada tahun 2020, ekspor kendaraan rakitan lengkap (CBU) berjumlah 232,17 ribu unit atau senilai 41,73 triliun,” jelasnya.

Sedangkan pengiriman kendaraan dalam keadaan terbongkar seluruhnya (CKD) sebanyak 53,03 ribu unit atau senilai Rp 1,23 triliun, dan total suku cadang sebanyak 61,2 juta suku cadang atau Rp 17,52 triliun. “Dengan adanya program Mewujudkan Indonesia 4.0, industri otomotif dalam negeri bisa menjadi pemain global,” kata Menperin.

Indonesia memang akan menjadi hub ekspor kendaraan baik yang berbahan bakar minyak atau internal Combustion Engine (ICE) maupun kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Ia mengatakan, “Salah satu strategi Automobile 4.0 adalah membangun ekosistem industri kendaraan listrik. Pertama, memperoleh kemampuan manufaktur sepeda motor listrik, kemudian mengembangkan kemampuan manufaktur baterai dan kendaraan listrik sejalan dengan tren global."

Pak Agus menyampaikan bahwa akibat dampak pandemi COVID-19, pemerintah telah melakukan berbagai langkah dan insentif di sektor ini untuk meningkatkan produktivitas, penjualan dan daya saing industri otomotif dalam negeri. Misalnya saja insentif pengurangan PPnBM untuk segmen kendaraan dengan CC kurang dari 1500, yakni kendaraan listrik kategori sedan dan 4x2.

“Langkah ini diambil karena pemerintah ingin kembali mendorong pertumbuhan industri otomotif dan memastikan tetap menjadi sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional,” ujarnya.

Pemberian insentif PPnBM akan dilakukan secara bertahap selama sembilan bulan, dengan masing-masing tahap berlangsung selama tiga bulan. Tahap pertama akan diberikan insentif PPnBM sebesar 100% dari tarif, tahap kedua akan diberikan insentif PPnBM sebesar 50% dari tarif, dan tahap ketiga akan diberikan  insentif PPnBM sebesar 25% dari tarif.

Ia mengatakan, "Besaran insentif ini akan dievaluasi setiap tiga bulan. Kebijakan ini diyakini akan mendongkrak sisi permintaan industri otomotif.". Menteri AGK optimis kebijakan strategis ini akan mempercepat pemulihan industri dalam negeri dan perekonomian nasional dari pandemi COVID-19.

“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu yang telah menjadi tuan rumah pameran virtual Indonesia International Motor Show (IIMS) tahun ini. Karena peranannya sangat strategis,” jelasnya.

Lanjut Menperin, dengan pengalaman baru pameran mobil virtual, IIMS 2021 diharapkan menjadi ajang menampilkan teknologi terkini dan pameran kendaraan industri otomotif Indonesia. “Kami berharap rangkaian pameran dengan berbagai program dan promosi menarik ini dapat menjadi barometer baru pameran otomotif internasional dan menambah semangat industri otomotif dalam negeri,” tutupnya.

Disadur dari: https://www.kemenperin.go.id/artikel/22297/Menperin:-Industri-Otomotif-Jadi-Sektor-Andalan-Ekonomi-Nasional 

Selengkapnya
Menperin: Industri Otomotif Mendapat Sorotan Sebagai Sektor Unggulan dalam Ekonomi Nasional

Industri Otomotif

Apresiasi Presiden terhadap Kinerja Positif Industri Otomotif di Tengah Pandemi, Dibangkitkan oleh Menperin

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 Maret 2024


Industri otomotif Indonesia semakin menunjukkan kekuatannya di tengah tekanan pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang masih berlangsung. Hal ini tercermin dari produktivitas kendaraan yang tetap terjaga untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, serta berdampak pada percepatan pemulihan perekonomian nasional.

“Industri alat transportasi mengalami pertumbuhan yang luar biasa, mencapai double digit sebesar 17,82% pada tahun 2021. Sektor otomotif merupakan salah satu penopang utama industri manufaktur dan pertumbuhan perekonomian nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwan Kartasasmita pada Selasa (15 Februari) di Karawang.

Pada kesempatan tersebut, Menperin mendampingi Presiden Joko Widodo mengucapkan selamat kepada PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang berhasil mencapai produksi ekspor sebanyak 2 juta kendaraan dan izin ekspor perdana ke Australia. Menperin dalam laporannya kepada Presiden menyampaikan, hal ini merupakan salah satu tonggak kebangkitan produk otomotif Indonesia yang memenuhi standar produk global.

Menurut Menperin, ekspor produk otomotif ke Australia diketahui memiliki spesifikasi yang ketat seperti bahan bakar, gas buang, dan standar keselamatan, sama seperti ekspor ke Jepang, terbukti memiliki daya saing yang tinggi. Ini diminati di berbagai pasar luar negeri. Oleh karena itu, setelah memasuki pasar Australia, Indonesia melakukan ekspor ke empat benua dunia yaitu Amerika, Afrika, Asia, dan Australia, tambahnya.

Dengan value chain yang luas, industri otomotif dalam negeri akan mencapai nilai forward linkage sebesar Rp 35 triliun dan nilai backward linkage sebesar Rp 43 triliun pada tahun 2021. “Toyota sendiri memiliki nilai forward linkage sebesar Rp19,7 triliun dan nilai backward linkage sebesar Rp16,1 triliun. Toyota menyumbang hampir 40% dari total industri manufaktur,” ujarnya.

Pak Agus mengatakan, pihaknya berkomitmen mendorong industri untuk lebih meningkatkan investasi, meningkatkan nilai tambah, dan memperluas pasar ekspor, termasuk membuka pasar ekspor baru, termasuk Australia. “Hal ini sesuai dengan arahan dan misi presiden yang telah menyatakan pentingnya hal-hal tersebut,” ujarnya.

Dari sisi nilai investasi, industri otomotif mencatatkan omzet sebesar Rp 22,5 triliun pada tahun 2021, meningkat 220% dibandingkan hasil investasi pada tahun 2020. Sementara itu, Toyota Group berjanji meningkatkan investasi sebesar Rp 28,3 triliun pada tahun 2024.

Dalam hal peningkatan nilai tambah, Kementerian Perindustrian terus melakukan percepatan pendalaman struktur industri otomotif sehingga berdampak pada terus meningkatnya nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atau pembelian lokal kendaraan Indonesia.

“Saat ini, tingkat pembelian lokal untuk kendaraan roda empat buatan Indonesia dan di atas rata-rata 20-80%. Namun, seluruh produksi Toyota sudah dibeli secara lokal dan kami dapat melaporkan bahwa pangsa lokalnya adalah 75%. Jadi merek dapat jadilah Toyota, tapi sebenarnya itu produk dalam negeri," jelas Menperin.

 

Guna meningkatkan pangsa pasar ekspor khususnya produk otomotif Indonesia, kami telah melakukan ekspansi ke lebih dari 80 negara, dan rekor ekspor pada tahun 2021 sebanyak 294.000 unit kendaraan CBU senilai Rp 52,9 triliun, jumlah set CKD mencapai 91.000. Dari jumlah tersebut, Rp 1,31 triliun setara Rp 29,13 triliun, dan komponen 85 juta setara Rp 29,13 triliun.

"Secara khusus, ekspor produk TMMIN akan mencapai 119.000 unit pada tahun 2021, atau sekitar 40% dari total ekspor mobil Indonesia ke luar negeri. Kami bersyukur Presiden hadir menyaksikan pengiriman ekspor pertama ke Australia, termasuk beberapa produk yang diekspor ke Filipina dan Jepang,” kata Agus.

Menperin juga menyampaikan terima kasih kepada PT TMIIN yang akan menjadikan Indonesia sebagai pusat ekspor seluruh produk dengan teknologi dan standar tinggi. "Selain itu, PT Toyota juga menyatakan komitmennya dalam produksi berbagai jenis kendaraan listrik, mulai dari produksi Kijang hybrid. Tentunya kami mendukung percepatan produk elektrifikasi dan kendaraan listrik murni, kami akan terus menggalakkannya," dia berkata.

Oleh karena itu, pemerintah menaruh perhatian besar terhadap pengembangan industri otomotif melalui berbagai insentif. Oleh karena itu, Menperin mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas segala dukungan dan kepemimpinannya dalam merevitalisasi para pelaku industri otomotif di masa pandemi, khususnya melalui pemberian insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM DTP) yang didukung negara.

“Hasil dari kebijakan PPnBM DTP terbukti mendukung pertumbuhan industri otomotif khususnya sektor UKM, meningkatkan produksi kendaraan dan menghindari PHK,” tegasnya.

Presiden Joko Widodo dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa pandemi tidak hanya memberikan tantangan dan tantangan bagi seluruh pemangku kepentingan, terutama pemangku kepentingan dunia usaha dan industri. "Pandemi ini juga memberikan kita peluang untuk memanfaatkan peluang  yang ada, termasuk memanfaatkan peluang pasar baru. Peluang tersebut jelas dimanfaatkan oleh PT TMMIN dengan melakukan ekspor perdana ke Australia," jelasnya.

Oleh karena itu Kepala Negara sangat mengapresiasi keberhasilan produk PT TMMIN menembus pasar Australia berupa Toyota Fortuner. “Keberhasilan ini juga didorong oleh tenaga kerja Indonesia kita yang berkualitas tinggi di bidang manufaktur produk ekspor, khususnya otomotif. Karena berkaitan dengan keselamatan masyarakat, maka harus detail, akurat, dan dilakukan dengan berhati-hati,” ujarnya.

Presiden juga menyampaikan apresiasi atas upaya Menteri Perindustrian yang terus mendorong ekspor mobil ke 80 negara di empat benua. “Kami juga senang melihat kandungan lokal, TKDN, mencapai lebih dari 75%. Artinya banyak komponen, suku cadang, dan aksesoris mobil yang bersumber dari industri menengah. Ini juga sangat baik untuk kebangkitan usaha kecil di negara kita,” ujarnya.

Disadur dari: https://www.kemenperin.go.id/artikel/23127/Pertama-Kali-Ekspor-ke-Australia,-Industri-Otomotif-Indonesia-Buktikan-Produk-Nasional-Berstandar-Global

Selengkapnya
Apresiasi Presiden terhadap Kinerja Positif Industri Otomotif di Tengah Pandemi, Dibangkitkan oleh Menperin

Industri Otomotif

Tantangan dan Peluang Industri Otomotif 2022

Dipublikasikan oleh Jovita Aurelia Sugihardja pada 19 Maret 2024


REPUBLIKA.CO.ID, Di penghujung tahun 2021, industri otomotif menjadi salah satu industri yang bisa ditertawakan dengan tenang. Industri otomotif terus menunjukkan kinerja yang baik setelah pemotongan pajak alias pajak penjualan mobil mewah (PPnBM) diterima pada Maret hingga Agustus dan diperpanjang hingga akhir tahun ini.

Berdasarkan catatan Gaikindo, penjualan mobil mencapai 790.542 unit, melampaui target awal sebanyak 750.000 unit. Penjualan ritel mencapai 761.862 unit. Tren positif ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2022 dan akan terlihat dalam beberapa minggu mendatang. Gaikindo juga menargetkan penjualan sekitar 900.000 unit pada tahun depan.

Hal ini mendorong industri otomotif dan produk turunannya untuk terus berupaya memenuhi permintaan pasar yang tertunda selama pandemi. Bayangan PHK massal yang mengancam sektor padat modal ini secara bertahap memudar seiring dengan peningkatan upaya vaksinasi massal yang dilakukan pemerintah untuk mencapai targetnya pada akhir tahun ini.

Namun keberhasilan positif ini tidak berarti bahwa permasalahan yang ada saat ini dapat teratasi. Pandemi penyakit virus corona (Covid-19) terus berdampak pada dunia. Munculnya berbagai varian baru penyakit virus corona (Covid-19) yang melanda Afrika dan beberapa negara lain, termasuk Indonesia, memaksa pemerintah di banyak negara berupaya keras mencari obat penawarnya. Seolah-olah dua kali vaksinasi bukanlah solusi efektif untuk mengalahkan virus mematikan tersebut. Kita tetap perlu menjaga tingkat kewaspadaan yang tinggi jika ingin melanjutkan rencana bisnis yang telah kita susun.

Dalam kondisi normal baru ini, industri tampaknya dituntut untuk sigap mengeksekusi tantangan yang ada, sekaligus mewaspadai penyebaran varian baru yang tidak mudah dikalahkan. Hal ini sebenarnya tidak mudah karena memerlukan kerja sama dari semua pihak. Bukan hanya industri otomotif, namun juga pemerintah pusat dan daerah, pelaku bisnis, serta masyarakat di daerah terpencil yang minim informasi mengenai virus corona. Ini adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi industri di Indonesia dan banyak negara lainnya.

Beradaptasi dengan keadaan normal baru melalui pemanfaatan teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) merupakan strategi baru yang perlu dikembangkan dalam dunia bisnis modern. Teknologi digital, yang awalnya hanya sekedar bantuan sebelum pandemi, kini mengambil alih sebagian tugas manusia dan, dalam banyak kasus, memberikan kontribusi signifikan terhadap kesuksesan bisnis selama pandemi.

Pelayanan pelanggan yang dahulu hanya mengandalkan pertemuan antara penjual dan konsumen, kini sudah diambil alih oleh teknologi digital, dan kedatangannya tidak lama lagi. Faktanya, apa yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh banyak orang kini telah menjadi kebiasaan baru masyarakat modern. Industri otomotif yang dipenuhi dengan teknologi terkini tentunya sangat terbantu dengan adanya teknologi digital tersebut. Sistem digital ini dapat digunakan untuk memproses berbagai transaksi penjualan, pelayanan, dan pembelian suku cadang serta bahan habis pakai lainnya.

Di sisi lain, keberadaan kendaraan listrik di dalam negeri dan kebijakan sosialisasi pemerintah untuk menggalakkan penggunaan kendaraan listrik juga menjadi isu. Kehadiran fasilitas pendukung seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan berbagai model kendaraan listrik di Tanah Air selama beberapa tahun kini menandakan bahwa era kendaraan listrik telah dimulai di Tanah Air. Meski harga belum sepenuhnya terjangkau, namun  kesediaan sejumlah produsen untuk membangun pabrik mobil dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi, serta ketersediaan bahan baku baterai cukup menggembirakan bagi potensi pasar industri kendaraan listrik Tanah Air.

Disadur dari: https://www.republika.co.id/berita/r4akcc318/tantangan-dan-peluang-industri-otomotif-2022 

Selengkapnya
Tantangan dan Peluang Industri Otomotif 2022
page 1 of 7 Next Last »