Properti dan Arsitektur

BRIN Mendorong Pengembangan Riset dan Inovasi di Sektor Energi dan Manufaktur untuk Mendukung Visi Indonesia Emas 2045

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 12 Maret 2024


Humas BRIN, Tangsel. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan di sektor energi dan manufaktur, semangat warga lokal tetap berkobar untuk terus melakukan penelitian guna mendukung Indonesia Emas 2045. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2045, sekitar 60-70% penduduk Indonesia akan memasuki usia kerja, dan negara ini bertekad menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia. Wakil Direktur Jenderal BRIN, Amarullah Octavian, menyampaikan bahwa "Indonesia Emas 2045" adalah visi jangka panjang pemerintah Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045, yang juga merupakan peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Amarullah menekankan bahwa penelitian dan inovasi di sektor energi dan manufaktur memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai ketahanan energi nasional dan meningkatkan daya saing. Pada acara Webinar Series ENMA yang bertema "Inovasi dan Pendukung Inovasi," Amarullah berharap penelitian dan inovasi BRIN dapat memberikan ilmu, inspirasi, dan ide untuk kerjasama dengan industri demi meningkatkan kualitas.

Hasnan Abimanyu, Direktur Organization for Energy and Manufacturing Research (OREM) BRIN, menjelaskan bahwa webinar tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Webinar Series ENMA yang telah dimulai sejak awal tahun 2023. Tujuannya adalah meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara peneliti OREM, mitra industri, dan pemangku kepentingan lainnya. Hasnan berharap penelitian yang dilakukan oleh BRIN dapat membantu meningkatkan Produksi Domestik Bruto (PDB) sektor energi di Indonesia.

Dalam webinar tersebut, hasil berbagai penelitian dan inovasi dari bidang energi dan manufaktur dipaparkan, dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam mewujudkan visi "Indonesia Emas 2045". Para pembicara termasuk Nugroho Adi Sasonko, Direktur Pusat Penelitian Evaluasi Sistem Produksi Berkelanjutan dan Siklus Hidup (PR SPBPDH), Aam Muharram, Direktur Pusat Penelitian Teknologi Transportasi (PR TT), Mahfuz Al Huda, Direktur Pusat Penelitian Teknologi Kekuatan Struktur (PRTKS), dan Wijo Konko, Direktur Pusat Penelitian Teknologi Dinamika Fluida (PR BTH).

Webinar ini diikuti oleh berbagai perusahaan, universitas, dan instansi, menegaskan bahwa riset dan inovasi di sektor energi dan manufaktur menjadi kunci dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Kerjasama antara pemerintah, industri, dan akademisi menjadi penting untuk memperkuat ekosistem penelitian dan inovasi di bidang ini.
 

Disadur dari: www.brin.go.id

Selengkapnya
BRIN Mendorong Pengembangan Riset dan Inovasi di Sektor Energi dan Manufaktur untuk Mendukung Visi Indonesia Emas 2045

Properti dan Arsitektur

Memahami Plywood, Bahan Bangunan dari Kayu dengan Kekuatan Tambahan

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 12 Maret 2024


Kayu lapis, juga dikenal sebagai triplek, adalah panel kayu yang terdiri dari beberapa lapisan kayu tipis yang direkatkan bersama secara melintang dengan sudut 90 derajat satu sama lain. Sejak zaman Mesir kuno, kayu lapis telah digunakan, seperti yang dibuktikan oleh temuan furnitur yang terbuat darinya. Namun, penggunaannya terlupakan hingga abad ke-19, ketika Revolusi Industri dimulai, sehingga membuatnya populer dan diproduksi massal.

Kayu lapis memiliki berbagai kualitas tergantung pada perekat yang digunakan atau jumlah lapisan veneer. Material ini sering digunakan dalam industri otomotif, manufaktur pesawat terbang, serta dalam berbagai bidang lainnya karena ketahanannya terhadap air yang baik. Proses pembuatan kayu lapis dimulai dengan mengupas batang kayu dan kemudian dikukus untuk melunakkannya, diikuti dengan merekatkan dan merotasi lapisan kayu untuk mengubah arah serat kayu. Perekat fenolik biasanya digunakan untuk merekatkan panel kayu, dengan langkah terakhir adalah pengamplasan untuk meratakan permukaannya.

Kayu lunak seperti pinus, birch, dan poplar adalah bahan umum yang digunakan untuk kayu lapis, meskipun jenis yang lebih mahal seperti jati juga tersedia. Kayu lapis memiliki kekuatan yang tinggi dan stabilitas dimensi yang baik karena efek saling mengunci pada setiap lapisannya, membuatnya cocok untuk struktur dengan beban berat di area dengan bagian yang tipis. Selain itu, kayu lapis ringan, mudah diproses, tahan panas, dan memiliki tampilan estetis yang menarik.


Disadur dari: properti.kompas.com

Selengkapnya
Memahami Plywood, Bahan Bangunan dari Kayu dengan Kekuatan Tambahan

Properti dan Arsitektur

Tiga Bahan Bangunan Ini Diproduksi dari Limbah dan Lumpur

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 12 Maret 2024


Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman (Puskim) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah berhasil mengembangkan beragam bahan bangunan menggunakan limbah dan lumpur yang sebelumnya tidak terpakai. Melalui inovasi ini, limbah dan lumpur yang tadinya terabaikan dapat dimanfaatkan kembali untuk kepentingan yang lebih berguna. Selain itu, bahan bangunan yang dihasilkan juga mampu mengurangi penggunaan sumber daya alam secara berlebihan. 

  1. Residual Cracking Catalyst (RCC) adalah produk limbah yang dihasilkan selama proses pemurnian minyak mentah di reaktor. Penggunaan limbah minyak bumi sebagai bahan bangunan merupakan upaya untuk mengurangi pencemaran limbah. RCC telah terbukti efektif digunakan dalam pembuatan dinding gedung bertingkat. Balok beton ringan yang dibuat menggunakan RCC memiliki komposisi campuran sebesar 75% RCC, 25% pasir kuarsa, dan 1,6% bahan pembusa. Balok beton ringan ini memiliki kekuatan tekan sebesar n35Kgf/cm2 dan dikembangkan dengan menggantikan bahan pembusa.

  2. Lumpur Lapindo (LUSI) dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi dengan lokasi produksi yang berdekatan dengan lokasi semburan lumpur. Penggunaan lumpur ini bertujuan untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan, mengurangi penumpukan lumpur, dan meningkatkan ketersediaan bahan bangunan. Berbagai jenis bahan bangunan telah dikembangkan menggunakan lumpur ini, termasuk beton ringan, polimer, keramik, balok beton, batu paving, dan genteng semen. Bahan bangunan yang terbuat dari lumpur ini memiliki sifat tahan api dan ringan.

  3. Fly ash merupakan sisa hasil pembakaran limbah batubara dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Pengolahan limbah batubara dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh industri pengguna batubara. Proses pengolahan limbah batubara dilakukan di berbagai daerah dan menghasilkan berbagai jenis produk, termasuk balok beton berongga, balok komposit, genteng beton, dan batu paving. Campuran agregat yang digunakan biasanya terdiri dari 60% fly ash dan 40% pasir.


Disadur dari: properti.kompas.com

Selengkapnya
Tiga Bahan Bangunan Ini Diproduksi dari Limbah dan Lumpur

Properti dan Arsitektur

Empat Karya Arsitektur Kontemporer Berbahan Kayu, Berkontribusi Rendah terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 09 Maret 2024


James Eric Dodunias Liratupa, seorang profesor arsitektur di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, membahas karakteristik kayu dan dampaknya pada bangunan. Ini merupakan fokus utama dalam makalah yang disampaikannya pada bulan September 2021 dengan judul "Ekspresi Bahan Bangunan Kayu dalam Karya Arsitektur". James menganggap bahwa penggunaan kayu sebagai material konstruksi merupakan solusi untuk mencapai struktur berkelanjutan dalam arsitektur modern dan digital. Kayu juga dikenal dapat mengurangi polusi udara dan air dengan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2), sehingga menghasilkan lebih sedikit limbah dan menggunakan sumber daya lingkungan lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya.

Peningkatan penggunaan kayu dalam konstruksi memiliki potensi untuk mengurangi penggunaan bahan bangunan lain yang kurang ramah lingkungan, seperti beton, baja, dan batu bata. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut tidak berasal dari bahan mentah terbarukan, membutuhkan banyak energi untuk diproduksi, dan memiliki emisi CO2 yang tinggi. Selain itu, kayu yang kini lebih kuat dari sebelumnya membuka peluang bagi pembangunan gedung pencakar langit yang ramah lingkungan. Contohnya, kayu laminasi silang (CLT), yang terbuat dari potongan kayu yang direkatkan pada sudut siku-siku, memiliki kestabilan yang memadai untuk digunakan dalam struktur besar.

Banyak bangunan modern saat ini memilih kayu sebagai bahan bangunannya, terutama dalam arsitektur postmodern. Penggunaan kayu rekayasa menjadi pilihan populer karena dapat disesuaikan dengan desain, kekuatan struktur, sifat, dan bentuk yang diinginkan, sehingga memenuhi kebutuhan dan preferensi pengguna kayu olahan. Sejumlah bangunan bergaya arsitektur postmodern yang menggunakan kayu sebagai bahan bangunan menjadi contoh nyata dari tren ini.

Microlibrary Warak KayuMicrolibrary Warak Kayu(Dok. SHAU)

1. Microlibrary Warak Kayu di Semarang

Microlibrary Warak Kayu di Semarang adalah sebuah perpustakaan kecil yang menarik perhatian dunia karena desainnya yang inovatif. Dengan luas 90 meter persegi dan tinggi 6,65 meter, perpustakaan ini menggabungkan desain rumah panggung tradisional Indonesia dengan sistem konstruksi fasad dari Jerman yang dikenal sebagai Zollinger Bauweise. Didesain oleh SHAU (Suryawinata Haizelman Architecture Urbanism) Indonesia, bangunan ini menggunakan kayu-kayu prefabrikasi dari limbah pabrik yang tidak terpakai. Dibiayai oleh perusahaan swasta dan didukung oleh Harvey Center, perpustakaan ini dikelola untuk digunakan oleh warga tanpa biaya.

Gedung MjøstÃ¥rnet di NorwegiaGedung Mjøstårnet di Norwegia(Ricardo Foto/Archdaily)

2. Mjøstårnet di Norwegia

Mjøstårnet di Norwegia meraih gelar 'Bangunan Kayu Tertinggi Dunia' pada tahun 2018. Bangunan mixed-use ini memiliki tinggi 85,4 meter dan terletak di Brumunddal, Norwegia. Didesain oleh Voll Arkitekter, struktur kayu ini menggunakan berbagai olahan kayu seperti glulam, balok, dan diagonal. Meskipun demikian, penggunaan beton juga diperbolehkan dalam beberapa bagian bangunan, tetapi tidak sebagai struktur utama.

Banyak arsitek kini berlomba-lomba untuk membangun gedung berbahan dasar kayu dibanding dengan baja dan besi. Selain karena strukturnya yang ringan, kayu juga mampu menyerap emisi karbonBanyak arsitek kini berlomba-lomba untuk membangun gedung berbahan dasar kayu dibanding dengan baja dan besi. Selain karena strukturnya yang ringan, kayu juga mampu menyerap emisi karbon(Steven Errico)

3. Brock Commons Tallwood House

Brock Commons Tallwood House di University of British Columbia adalah bangunan perumahan kayu tinggi pertama di Kanada. Dengan tinggi 53 meter dan 18 lantai, bangunan ini menggunakan struktur hibrida kayu dan beton. Bagian utama bangunan terbuat dari kayu glulam dan panel kayu lapis yang dilapisi secara menyilang.

4. Forte Living di Australia

Forte Living di Australia merupakan bangunan apartemen tertinggi pertama yang terbuat dari kayu. Dengan tinggi 32,2 meter dan 10 lantai, bangunan ini menggunakan kayu laminasi silang (CLT) untuk struktur utamanya. Meskipun demikian, lantai dasar dan lantai pertama dibangun dari beton geopolimer untuk menjauhkan kayu dari tanah.

Ini adalah contoh-contoh bangunan modern yang menggunakan kayu sebagai bahan utama konstruksinya, menunjukkan tren meningkatnya penggunaan material yang ramah lingkungan dalam industri konstruksi.


Disadur dari: https://www.kompas.com/properti/read/2021/09/25/100000521/4-karya-arsitektur-modern-berbahan-kayu-rendah-emisi-gas-rumah-kaca?page=all#page2

Selengkapnya
Empat Karya Arsitektur Kontemporer Berbahan Kayu, Berkontribusi Rendah terhadap Emisi Gas Rumah Kaca

Properti dan Arsitektur

Peran Material Konstruksi dalam Era Arsitektur Digital (Bagian II)

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 09 Maret 2024


Perkembangan teknologi perangkat lunak telah memainkan peran penting dalam praktik arsitektur, terutama dalam perancangan desain bangunan. Fenomena ini telah memunculkan istilah baru dalam arsitektur, yaitu arsitektur digital. Namun, dinamika bentuk yang semakin berkembang ini memerlukan teknologi material bangunan yang adaptif guna memenuhi tuntutan desain modern. Masalah ini diperdebatkan dalam seminar virtual berjudul "Peran Bahan Bangunan di Era Arsitektur Digital" pada Rabu, 22 September 2021. Salah satu narasumber, Christina Eviutami Mediatica, seorang dosen dan peneliti arsitektur dari Universitas Kristen Petra Surabaya, mendefinisikan arsitektur digital sebagai penggunaan teknologi dalam desain bangunan dan dalam menangani kinerja bangunan, termasuk dalam aspek termal, pencahayaan, akustik, dan lain-lain. Ia menyoroti bahwa dalam arsitektur digital, penggunaan material non-konvensional menjadi lebih penting, meskipun prinsip-prinsip klasifikasi material konvensional tetap harus dipertimbangkan.

Narasumber kedua, James Erich Dominggus Rilatupa, seorang pengajar arsitektur dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, membahas topik "Ekspresi Bahan Bangunan Kayu Pada Karya Arsitektur". Ia menekankan karakteristik kayu dalam memengaruhi sebuah bangunan, serta pentingnya pemilihan material yang matang untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kenyamanan penghuni. James juga menyoroti stigma negatif terhadap kayu sebagai bahan bangunan yang kuno, namun ia menegaskan bahwa kayu tetap menjadi bahan yang relevan dalam arsitektur modern dengan bantuan teknologi arsitektur digital. James juga membahas perkembangan teknologi pengolahan kayu, yang kini memungkinkan produksi kayu olahan dengan berbagai keunggulan struktural dan desain yang sesuai dengan kebutuhan.

Penekanan pada keberlanjutan dan penggunaan material "hijau" juga diperhatikan, dimana kayu diakui sebagai salah satu bahan bangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan meningkatnya permintaan untuk bangunan yang ramah lingkungan, kayu menjadi solusi yang semakin populer dan dapat memenuhi standar keberlanjutan. Peningkatan penggunaan kayu dalam konstruksi juga dapat mengurangi penggunaan material bangunan lainnya yang kurang ramah lingkungan, seperti beton dan baja. Oleh karena itu, kayu yang direkayasa dengan baik menjadi pilihan yang menarik untuk mendukung arsitektur modern yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Disadur dari: https://www.kompas.com/properti/read/2021/09/25/110000121/peran-material-bangunan-pada-era-arsitektur-digital-ii-?page=all

Selengkapnya
Peran Material Konstruksi dalam Era Arsitektur Digital (Bagian II)

Properti dan Arsitektur

Peran Material Konstruksi dalam Era Arsitektur Digital (Bagian I)

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 09 Maret 2024


Desain arsitektur berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Penggunaan perangkat lunak komputer menjadi sangat penting dalam menjalankan proses desain konstruksi. Bentuk-bentuk yang semakin dinamis, akibat pengolahan digital, harus diimbangi dengan teknologi material bangunan yang sesuai dengan kebutuhan desain modern. Hal ini menjadi fokus dalam workshop virtual bertajuk "Peranan Material Konstruksi di Era Arsitektur Digital" pada Rabu, 22 September 2021. Workshop ini diselenggarakan oleh Kenari Djaja dan Jurnal Asrinesia bekerjasama dengan program penelitian arsitektur Unika Soegijapranata dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah.

Ketua Program Penelitian Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang, LMF Purwanto, menegaskan bahwa peran material bangunan di era digital sangat penting untuk mendukung keberlanjutan karya arsitektur di Indonesia. Sementara itu, Presiden IAI Jawa Tengah, Sugiarto, mendorong arsitek untuk memanfaatkan teknologi digital dalam memahami dan memanfaatkan material konstruksi dalam desain arsitektur modern.

Christina Eviutami Mediatica, dosen dan peneliti arsitektur Universitas Kristen Petra Surabaya, sebagai narasumber pertama dalam workshop tersebut, menyoroti pentingnya peran material konstruksi dalam penciptaan sebuah karya arsitektur. Ia menjelaskan bahwa material struktur dan penutup bangunan dapat disesuaikan dengan kebutuhan fungsi modern, yang memperkaya kemampuan arsitek untuk berinovasi dalam desain.

Christina menjelaskan bahwa terdapat berbagai klasifikasi bahan konstruksi berdasarkan tujuan penggunaannya, termasuk struktur dan penutup bangunan. Penggunaan material baru dan unik dalam desain arsitektur modern didasarkan pada kepadatan, keseimbangan, dan kinerja struktural yang memadai.

Meskipun menggunakan material yang tidak konvensional, prinsip-prinsip struktural masih harus dipertimbangkan dengan serius untuk memastikan keamanan dan stabilitas bangunan. Sebagai contoh, di Gedung Heydar Aliyev Center di Azerbaijan, prinsip-prinsip struktural yang kompleks digunakan untuk mencapai ruang bebas kolom dengan memadukan berbagai material konstruksi yang unik.

Dalam era arsitektur digital, penggunaan material tidak lagi terbatas oleh batasan konvensional, tetapi prinsip-prinsip struktural yang solid tetap harus diperhatikan. Hal ini mencakup pemilihan dan penggunaan material baru dengan bijak, dengan mempertimbangkan kekuatan struktural dan kebutuhan desain secara menyeluruh.


Disadur dari: https://www.kompas.com/properti/read/2021/09/25/080000321/peran-material-bangunan-pada-era-arsitektur-digital-i-?page=all#page2

Selengkapnya
Peran Material Konstruksi dalam Era Arsitektur Digital (Bagian I)
page 1 of 7 Next Last »