Ilmu dan Teknik Material

Peneliti ITB Implementasikan Nanoteknologi dalam Baterai

Dipublikasikan oleh Admin pada 11 Desember 2022


BANDUNG, itb.ac.id – Dalam acara bertajuk Future Science and Technology Talk #2 (11/11/2022), Forum Guru Besar ITB membawa salah satu topik diskusi menarik tentang baterai yang saat ini tengah menjadi bahan perbincangan, khususnya di industri kendaraan listrik dan energi terbarukan.

Topik tersebut adalah mengenai nanoteknologi untuk baterai yang disampaikan oleh Afriyanti Sumboja, Ph.D., selaku dosen sekaligus peneliti Prodi Teknik Material Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB.

Afriyanti Sumboja merupakan seorang dosen berperestasi ITB yang telah meraih banyak penghargaan dan mempublikasikan berbagai jurnal-jurnal berlevel internasional di usianya yang masih muda. Tahun lalu beliau berhasil menyabet penghargaan dalam World Ranking Scientists dan masuk ke dalam daftar “Top 2% World Ranking Scientists”. Topik penelitian yang digelutinya saat ini banyak berkaitan dengan pengembangan baterai lithium melalui penerapan nanoteknologi.

Menurut Afriyanti, disampaikan dalam pemaparannya, nanoteknologi adalah bagaimana cara kita mendesain, memproduksi, mengkarakterisasi, ataupun mengaplikasikan material nano yang memiliki perubahan karakter material dalam ukuran nano tersebut.

Material dikatakan berukuran nano pada saat material tersebut setidaknya memiliki satu dimensi yang berukuran di bawah 100 nm. Dalam ukuran tersebutlah material nano mengalami perubahan sifat fisiknya sehingga bisa diaplikasikan untuk kepentingan engineering.

Baterai memiliki dua fungsi kerja utama yaitu sebagai alat penyimpan energi sekaligus alat pengkonversi energi. Baterai harus memiliki kemampuan untuk menyimpan energi dalam bentuk energi kimia pada saat diisi. Saat digunakan, baterai mampu mengkonversi energi kimia tersebut menjadi energi listrik dan mengalirkannya ke alat.
Dewasa ini banyak penelitian yang mengembangkan baterai dengan tujuan untuk meningkatkan densitas energi pada baterai sehingga dapat digunakan untuk menyuplai energi yang lebih besar. Misalnya untuk suplai energi pada kendaraan listrik atau bahkan untuk menyimpan energi dari sumber daya energi terbarukan.

Afriyanti menjelaskan bahwa untuk meningkatkan densitas energi pada baterai terdapat dua cara yang bisa dilakukan. Pertama adalah dengan meningkatkan kapasitasnya sehingga dapat menyimpan ion-ion litium dalam jumlah yang lebih banyak.

Cara kedua yaitu meningkatkan voltase baterai. Kedua cara tersebut dapat dilakukan melalui rekayasa anoda dan katoda sehingga mencapai karakter baterai yang diharapkan.

Pada katoda perlu dibuat suatu material yang mampu menyimpan ion-ion litium dalam jumlah yang besar serta memiliki voltase yang tinggi. Jumlah katoda pada baterai pun harus memakan persentase yang lebih banyak dalam dimensi volume baterai.

Sementara pada anoda juga perlu dibuat material yang mampu menyimpan ion litium dalam jumlah yang lebih banyak, namun membutuhkan voltase yang lebih rendah. Dengan demikian volume anoda pada dimensi baterai pun dibuat menjadi lebih sedikit.

Bagaimanakah peran nanoteknologi dalam pengembangan baterai di masa depan? Menurut Afriyanti, dibuktikan melalui penelitian bersama timnya, penerapan nanoteknologi pada baterai mampu mempersingkat waktu pengisian baterai. Hal ini dapat dicapai karena nanomaterial membuat jarak tempuh perpindahan ion dapat diperpendek sehingga waktu perpindahan ion pun lebih singkat saat berdifusi.

Selain itu karakteristik material nano yang memiliki luas permukaan yang besar membuat proses penyerapan ion pada baterai dapat berlangsung lebih cepat.
Secara termodinamika, memperkecil material dapat mengubah potensial terjadinya reaksi pada baterai.

Nanoteknologi pun membuat baterai lebih tahan secara fisik dan tidak mudah bocor. Dengan memperkecil material, Afriyanti menegaskan, kapasitas baterai dapat meningkat.

Material yang memiliki kapasitas tinggi dan dapat diterapkan sebagai anoda adalah material silicon (Si) yang memiliki kapasitas hingga 10 kali lebih besar daripada grafit yang saat ini digunakan sebagai anoda pada baterai.

Namun kelemahan dari silicon adalah ia mudah pecah pada saat menyerap banyak litium. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan oleh Arfiyani dan timnya membuat suatu rekayasa silicon dengan melakukan polymer coating pada silikon berupa Si-poluaniline nanowire. Penelitian ini membuahkan hasil berupa baterai yang mampu bertahan hingga 350 cycle dan bisa digunakan pada arus listrik yang tinggi. Kendati demikian, pengembangan atas penelitian tersebut tetap dilakukan untuk lebih mengoptimalkan nanoteknologi dalam baterai.

Selengkapnya
Peneliti ITB Implementasikan Nanoteknologi dalam Baterai

Ilmu dan Teknik Material

Prodi Rekayasa Nanoteknologi Menurut Dosen FTMM

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 09 Juli 2022


“Untuk menyelesaikan permasalahan, diperlukan keilmuan yang multidisiplin atau disebut lintas disiplin. Prinsip itu ada merupakan revolusi teknologi di Fakultas Teknologi Maju Dan Multidisiplin Universitas Airlangga,” Buka Dekan FTMM Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. dalam Webinar and Talkshow Nanotechnology: The High-Tech Revolution, Sabtu (13/03/2021). Prof. Dwi mengatakan Program Studi Nanoteknologi merupakan salah satu prodi di tingkat Sarjana pertama di Indonesia yang berada di UI dan UNAIR.

Dalam zoom virtual, kepala Program Studi Rekayasa Nanoteknologi (RN) Dr. Apt.,Retno Sari, M.Sc. mengatakan webinar yang diadakan tersebut selain talkshow bersama dosen Nanoteknologi, Tahta Amrillah, S.Si., M.Sc., Ph.D. dan Prastika Krisma Jiwanti, S.Si., M.Sc. Eng., Ph.D, FTMM mengadakan kompetisi online poster untuk siswa. “Di sekolah istilah Nanoteknologi masih jarang didiskusikan, melalui webinar ini bisa menjadi diskusi bersama para narasumber yang ahli di bidangnya, bersama Bu Prastika lulusan Jepang dan Pak Tahta yang saat ini di Jepang,” Tutur Dr. Apt., Retno

Mengawali materi, Tahta Amrillah menjelaskan ada sekitar 400 mahasiswa, 81 mahasiswa RN. Tahta mengatakan dosen di FTMM merupakan dosen kompeten dan professional yang merupakan lulusan luar negeri dan jenjang terakhir S3.

Apa yang bisa dilakukan mahasiswa Rekayasa Nanoteknologi?

Tahta mengilustrasikan superhero Ant-Man dan Ironman, penerapan nanoteknologi sudah digambarkan di film fiksi. “Bagaimana membuat nanopartikel dengan menggunakan bahan-bahan organik mikroorganisme, membuat partikel nano emas melalui reaksi kimia, membuat plant tissues, dan membuat ekstrak tumbuhan lebih kecil,” Ungkapnya

Apa kegunaan nano partikel?

Nano partikel dapat sebagai antipatogen, antibakteri, pengaplikasian di dalam bidang kosmestik, biomedik, penerapan ke green technology (teknologi dimana memasukkan partikelnya yang tidak berbahaya  ke dalam tubuh). Salah satu bidang spesialisasinya adalah membuat dan penerapan material kecil ke alat elektronik.

Darimana nanoteknologi terkenal?

Prastika Krisma Jiwanti, S.Si., M.Sc.Eng., Ph.D mengatakan, ahli fisikawan, Richard P. Feynman, mengatakan mengapa sebuah mesin yang sangat besar dan memenuhi ruangan, kenapa kita tidak membuat dalam ukuran kecil. Kata Nanoteknologi sendiri dikenalkan Prof. Norio Taniguchi, tahun 1974. “Dari situlah akhirnya nanoteknologi berkembang hingga sekarang,” Jelasnya.

Ukuran partikel 1 nm – 100 nm disebut benda nano. “Perbandingannya benda kecil lebih memiliki fungsi lebih baik dari benda yang besar. Partikel nano yang besar tidak memiliki sifat katalistis yang lebih baik dibandingkan dengan ukuran nano,” Tuturnya.

Manfaat nanoteknologi

Salah satunya perubahan komputer besar menjadi laptop handling dan kecil. Kemudian contoh lain adalah nanofiltrasi, air yang kotor menjadi bersih dan dapat diminium. Penggunaan nanoteknologi lainnya salah satunya adalah sel surya, Di bidang farmasi, partikel nano dapat dijadikan pengantar obat (drug delivery) untuk membunuh sel kanker. Di bidang sensor ada screen printed electrode.

Sumber Artikel: news.unair.ac.id

Selengkapnya
Prodi Rekayasa Nanoteknologi Menurut Dosen FTMM

Ilmu dan Teknik Material

Nanoteknologi

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 09 Juli 2022


Nanoteknologi adalah manipulasi materi pada skala atomik dan skala molekular. Diameter atom berkisar antara 62 pikometer (atom Helium) sampai 520 pikometer (atom Cesium), sedangkan kombinasi dari beberapa atom membentuk molekul dengan kisaran ukuran nano, yaitu ukuran benda yang besarnya: satu per miliar meter (0,0000000001 m) atau satu meter dibagi satu miliar. Istilah Nanoteknologi pertama kali disebut dalam pidato ilmiah Profesor Nario Taniguci tahun 1974.

Deskripsi awal dari nanoteknologi mengacu pada tujuan penggunaan teknologi untuk memanipulasi atom dan molekul untuk membuat produk berskala makro. Deskripsi yang lebih umum adalah manipulasi materi dengan ukuran maksimum 100 nanometer.

Penelitian dan pengembangan

Karena berbagai aplikasi potensial (termasuk industri dan militer), pemerintahan berbagai negara telah menginvestasikan miliaran dolar dalam penelitian nanoteknologi. Sebelum 2012, AS menginvestasikan US$3,7 miliar menggunakan National Nanotechnology Initiative, Uni Eropa menginvestasikan US$1,2 miliar, dan Jepang menginvestasikan US$750 juta. Lebih dari enam puluh negara menciptakan program penelitian dan pengembangan nanoteknologi (R&D) antara tahun 2001 dan 2004. Pada 2012, AS dan UE masing-masing menginvestasikan US$2,1 miliar pada penelitian nanoteknologi, diikuti oleh Jepang dengan US$1,2 miliar. Investasi global mencapai US$7,9 miliar pada 2012. Pendanaan pemerintah dilampaui oleh pengeluaran R&D perusahaan untuk penelitian nanoteknologi, yang mencapai US$10 miliar pada tahun 2012. Pengeluaran litbang korporat terbesar berasal dari AS, Jepang, dan Jerman yang jika digabungkan sebesar US$7,1 miliar.

Aplikasi

Per Agustus 2008, Project on Emerging Nanotechnologies memperkirakan ada sekitar 800 produk nanoteknologi yang tersedia secara umum, dengan 1 produk baru muncul tiap 3-4 minggu. Sebagian besar aplikasi terbatas pada penggunaan nanomaterial pasif "generasi pertama" yang diantaranya termasuk titanium dioksida pada tabir surya, kosmetik, pelapis permukaan, dan beberapa produk makanan; alotrop karbon yang digunakan pada gecko tape; perak pada pengemasan makanan, pakaian, desinfektan, dan peralatan rumah tangga, seng oksida pada tabir surya dan kosmetik, pelapis permukaan, cat, dan pernis furnitur; dan serium oksida sebagai katalis bahan bakar.

Aplikasi lainnya seperti bola tenis yang bisa bertahan lebih lama, bola golf yang bisa terbang lurus, dan bola bowling yang bisa lebih tahan dan permukaannya lebih keras. Celana panjang dan kaus kaki juga telah dimasukkan nanoteknologi sehingga bisa bertahan lebih lama dan tetap dingin pada musim panas. Bandage diinfus dengan nano perak untuk menyembuhkan luka lebih cepat. Konsol permainan video dan komputer pribadi lebih murah, cepat, dan memori lebih tinggi berkat nanoteknologi. Nanoteknologi memungkinkan peralatan medis yang ada saat ini menjadi lebih murah dan mudah digunakan. Mobil dibuat dengan nanomaterial sehingga butuh logam lebih sedikit dan bahan bakar lebih hemat di masa depan.

Ilmuwan saat ini sedang mengembangkan nanoteknologi untuk mesin diesel dengan gas buang lebih bersih. Platina saat ini digunakan sebagai katalis pada mesin diesel. Katalis tereduksi akan mengikat atom nitrogen dari molekul NOx sehingga membebaskan oksigen. Kemudian katalis mengoksidasi hidrokarbon dan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan air. Platina digunakan pada katalis reduksi dan oksidasi. Namun, menggunakan platina tidak efisien karena mahal dan tidak terbarukan. Perusahaan Denmark Innovationsfonden menginvestasikan 15 juta DKK untuk mencari katalis substitusi baru dengan nanoteknologi. Tujuan proyek ini adalah memaksimalkan luas permukaan dan meminimalkan material yang dibutuhkan. Jika luas permukaan katalis yang terekspos gas buang semakin besar, maka efisiensi katalis meningkat. Jika berhasil, penggunaan platina dapat ditekan sampai 25%.

Nanoteknologi juga memainkan peranan penting dalam pengembangan rekayasa jaringan. Ketika mendesain scaffold, ilmuwan mencoba meniru karakteristik skala nano dari suatu sel. Contohnya, ketika membuat scaffold untuk menopang pertumbuhan tulang, ilmuwan dapat meniru osteoklas.

Ilmuwan telah sukses menggunaan nanobot berbasis DNA origami yang dapat membawa fungsi logika untuk mencapai penyampaian target obat pada kecoa. Dikatakan bahwa kemampuan komputasi nanobot ini dapat dinaikkan sampai setara Commodore 64.

Nanoteknologi di Indonesia

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia telah mengembangkan nanoteknologi sejak tahun 2000-an namun belum mampu mengkomersilkannya. Hal yang paling mendasar dalam menghambat perkembangan teknologi nano di Indonesia adalah ketiadaan alat pengukuran (metrologi) nanomaterial. Bambang Subiyanto, Kepala Pusat Inovasi LIPI menyatakan bahwa sudah 13 tahun pengembangan nanoteknologi di Indonesia berjalan sehingga tahap yang dituju sekarang adalah komersialisasi produk nanomaterial berbasis kegiatan riset.

 

Selengkapnya
Nanoteknologi

Ilmu dan Teknik Material

Graphene: Material Tertipis dan Teringan Kelak Mengubah Masa Depan

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 03 April 2022


Kita telah menyaksikan film fiksi-ilmiah yang tak terhitung jumlahnya tentang masa depan. Hoverboards, elektronik ramping, sepatu yang mengikat sendiri. Semuanya tampak seperti prediksi yang mustahil, tetapi bukankah akan selalu ada sesuatu yang akan datang untuk membantu kita?

Sementara hal-hal ini mungkin tampak agak dibuat-buat, ada satu penyelamat yang dapat mendorong kita ke masa depan. Ada satu bahan sempurna yang bisa mewujudkan semua impian kita. Ini adalah bahan tertipis dan teringan di dunia, namun kira-kira 300 kali lebih kuat dari baja.

Ia menghantarkan listrik lebih cepat dari tembaga dan menghantarkan panas lebih baik daripada berlian. Materi ini dapat ditekuk, merenggang, transparan, dan tahan air. Bisa mencegah korosi dan karat, bahkan biodegradable. Yang paling penting, itu berasal dari salah satu barang rumah tangga yang paling umum ditemukan. Nama materi yang super ini adalah Graphene, demikian kabar yang dilansir dari Science ABC.

GRAPHENE 101

Manusia telah mengetahui keberadaan graphene sejak 1859. Bagaimanapun, graphene tidak lain adalah sebuah satu lembar atom karbon. Lapisan dan lembaran graphene ini menumpuk untuk membuat grafit. Ya, materi yang sama yang digunakan dalam pensil.

Namun, grafit adalah materi yang rapuh, umum, dan tidak mengesankan. Dalam hal ini, apa yang membuat graphene begitu istimewa?

Kekuatan graphene adalah bahwa materi itu adalah bahan dua dimensi pertama yang dikenal manusia. Untuk memperjelas, dua dimensi yang dimaksud adalah dari perspektif elektron, bukan manusia.

Bagi banyak orang, graphene adalah materi tiga dimensi, karena memiliki ketebalan satu atom. Namun, untuk elektron yang melewatinya, graphene adalah ‘jalan raya’ dua dimensi.

Tidak seperti grafit 3-D, tempat elektron dapat bergerak dengan cara apa pun; dalam graphene dua dimensi, gerakannya terbatas hanya pada satu arah.

Hampir 150 tahun manusia menghabiskan waktu untuk mencoba mengisolasi graphene dari grafit. Selama 150 tahun percobaan laboratorium yang berat dan sama sekali tidak ada hasil yang ditunjukkan untuk upaya tersebut. Inilah yang menyebabkan gagasan bahwa bahan dua dimensi tetap tidak stabil pada suhu ruangan. Dunia ilmiah tampaknya telah menyerah pada graphene.

Kemudian, datanglah dua ilmuwan bernama Andre Geim dan Konstantin Novoselov. Mereka membuat graphene menggunakan scotch tape.

Tak disangka, duo ini memenangi Hadiah Nobel untuk eksperimen yang cukup aneh ini. Sekarang, mengapa banyak ilmuwan bisa dengan yakin mengklaim bahwa graphene akan menjadi pertanda perubahan?

Ini adalah beberapa kegunaan potensial untuk graphene.

  • Energi
    • Satu hal yang tampaknya mendasari semua teknologi adalah baterai. Baterai pada dasarnya adalah ‘penghancur pesta’ di ranah teknologi. Mereka terkuras, mati, meledak, dan tidak mungkin didaur ulang. Namun, saatnya telah tiba untuk mengucapkan selamat tinggal pada baterai yang rumit ini.
    • Graphene adalah lembaran atom datar di mana elektron dapat memperbesar dengan cepat. Karena matriks heksagonalnya yang rapi, graphene hampir tidak memiliki hambatan. Materi ini menjadikannya konduktor listrik terbaik yang pernah ditemukan. Faktanya, superkapasitor graphene akan memakan waktu sekitar 5 detik untuk mengisi daya ponsel Anda!
    • Graphene juga akan merevolusi energi matahari! Bahan yang luar biasa ini dapat digunakan untuk membuat sel surya yang lebih kuat dan lebih baik bahkan lebih mudah dan lebih murah untuk diproduksi daripada silikon yang kita gunakan saat ini.
    • Berbicara tentang penggantian silikon, graphene juga dapat digunakan untuk membuat microchip. Microchip graphene ini akan berfungsi pada frekuensi 10 kali lipat dari silikon. Nah, persoalan kelebihan panas pada komputer kita juga bisa teratasi.
  • Memurnikan Air

    • Graphene juga hidrofobik, yang akan menempel pada bahan lain. Akan tetapi, ia membiarkan air melewatinya tanpa masalah ketika pori-pori mikro dibuat di dalamnya. Sifat graphene ini dapat digunakan untuk memurnikan air yang terkontaminasi dan juga dapat berguna dalam metode ‘hydraulic fracking’

    • Grafena oksida bahkan telah diketahui dapat memisahkan bahan radioaktif dari air. Tugas berbahaya dan berisiko seperti membersihkan tumpahan minyak dapat diselesaikan dengan lebih mudah dengan nanoteknologi graphene.

    • Air minum semakin hari semakin langka. Salah satu solusi yang mungkin adalah desalinisasi air laut. Graphene akan mempercepat proses ini menjadi 2-3 kali lebih cepat daripada teknologi desalinisasi komersial yang digunakan saat ini.

  • Konstruksi

    Graphene juga bisa digunakan sebagai cat! Tidak hanya akan menjaga rumah kita bebas korosi dan tahan air, tetapi juga fotosensitifitasnya. Graphene bahkan dapat memberi daya pada rumah seperti kita menggunakan energi matahari. Karena potensi besar graphene sebagai konduktor, seluruh rumah dapat digunakan sebagai pengahantar. TV di langit-langit? Dinding berubah warna? Kemungkinannya benar-benar tidak terbatas.

  • Kendaraan

    Mobil juga akan berkembang dengan pesat jika menggunakan nanoteknologi graphene. Menjadi bahan terkuat dan paling lentur di bumi, semua mobil dapat dibuat dari graphene. Bayangkan betapa ringannya mobil dan pesawat jet, yang bisa bergerak dengan energi matahari dari permukaan kendaraan itu sendiri. Atau, kendaraan bisa diisi ulang dengan superkapasitor graphene. Bayangkan mobil listrik yang dapat diisi daya di mana saja dalam hitungan detik! Seluruh proses akan sepenuhnya ramah lingkungan juga!

  • Pengobatan

    Grafena juga dapat digunakan dalam pembangunan biosensor yang dapat mendeteksi penyakit genetik seperti Penyakit Parkinson. Karena ketipisan produk, dan fakta bahwa pada dasarnya hanya karbon, graphene juga dapat digunakan untuk rekayasa jaringan. Hal ini akan mengubah masa depan prostetik juga. Semakin kita memikirkan materi ini, semakin kita menyadari bahwa graphene mungkin saja material yang sangat ‘sempurna’.

  • Elektronik

    Graphene adalah kemajuan baru yang sangat dinanti dalam industri elektronik. Layar sentuh membutuhkan konduktor sensitif untuk dapat mendeteksi sentuhan Anda. Jadi, tidak hanya dapat menggantikan microchip silikon dan baterai di perangkat elektronik kita, tetapi juga dapat menggantikan bodi eksternal.

    Jika itu tidak cukup baik, graphene juga dapat membuat perangkat ini transparan, tipis, tidak dapat dipecahkan, fleksibel, tahan air, dapat didaur ulang. Belum lagi, secara bersamaan dapat menghasilkan energi dari surya untuk mengisi daya ponsel atau perangkat kita. Kemungkinannya tidak terbatas.

    Graphene juga akan berdampak pada industri pelantang atau speaker. Diafragma yang terbuat dari satu lembar graphene akan mampu mencapai kualitas suara yang sama yang dihasilkan oleh Sennheiser termahal.

    Bahasan tadi benar-benar hanya beberapa dari segelintir ide yang ada di sekitar dunia ilmiah, medis, teknologi, dan komersial. Para ilmuwan menemukan kegunaan baru untuk graphene dari waktu ke waktu.

Sumber Artikel: nationalgeographic.grid.id

Selengkapnya
Graphene: Material Tertipis dan Teringan Kelak Mengubah Masa Depan

Ilmu dan Teknik Material

Peneliti UI Olah Ampas Kopi jadi Material Baterai Kendaraan Listrik

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 29 Maret 2022


Tim Peneliti dari Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTMM FTUI) mengembangkan inovasi material baterai lithium ion untuk kendaraan listrik. Material penyusun baterai yang dikembangkan terbuat dari limbah ampas kopi yang diolah menjadi grafen dan limbah batok kelapa yang diolah menjadi karbon aktif untuk ditambahkan pada material aktif anoda. Inovasi ini mampu membuat baterai yang dihasilkan memiliki bobot lebih ringan dan waktu pengisian daya yang lebih cepat. Baterai lithium ion buatan tim peneliti yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Anne Zulfia Syahrial, M.Sc., Ir. Bambang Priyono, M.T., dan Nofrijon Sofyan, Ph.D., dibuat dari material Lithium Titanate Oxide (LTO) yang dicampur dengan timah (Sn) dan karbon aktif (C) serta LTO yang dicampur dengan Silikon (Si) dan karbon aktif (C) sehingga membentuk masing-masing komposit LTO/C-Sn dan LTO/C-Si sebagai material aktif anoda dan Lithium Ferro Phospate (LFP) sebagai material aktif katoda.

Ketua Tim Peneliti Baterai Lithium-Ion FTUI, Prof. Dr. Ir. Anne Zulfia Syahrial, M.Sc. menjelaskan, “LTO tidak rentan mengalami short circuit (korsleting) pada saat proses charging (pengisian electron). Arus listrik yang dihasilkan lebih stabil dan aman dibandingkan baterai Lithium Graphite yang umum banyak digunakan pada baterai kendaraan listrik saat ini. Kelemahannya, kapasitas spesifik (LTO) di 175 mAh/g, lebih rendah dari grafit di 372 mAh/g. Tim kami mencoba mengatasi kelemahan ini dengan mencampurkan Sn atau Si dan karbon aktif dari limbah batok kelapa menjadi komposit. Kami juga mengolah ampas kopi menjadi grafen untuk dicampurkan dengan LTO.”

“Ide pemanfaatan limbah ampas kopi untuk baterai Lithium Ion berawal saat tim peneliti melihat banyaknya sampah dari kopi yang tidak dimanfaatkan. Setelah dikaji, ternyata ampas kopi dapat diolah menjadi grafen untuk meningkatkan konduktivitas LTO pada baterai Lithium-Ion. Pada limbah ampas kopi, kami temukan kandungan partikel-partikel yang dapat menghasilkan nano partikel dengan kondisi surface area yang baik. Semakin baik kondisi kondisi surface area, semakin banyak ion masuk yang dapat menghasilkan tenaga yang lebih bagus juga,” ujar Bambang menjelaskan terkait ide pemanfaatan limbah ampas kopi dikutip dari keterangan tertulisnya. “Semakin besar bobot mobil, semakin rendah daya dorongnya. Konsumsi bahan bakar juga semakin besar. Baterai lithium graphite yang ada saat ini lumayan berat. Untuk mengurangi bobot, kami mencoba mengembangkan material yang lebih ringan sehingga berat baterai dapat berkurang sampai mencapai target kami 200 kg. Tim kami juga sedang meneliti bagaimana agar waktu pengisian daya dapat lebih singkat seperti halnya pengisian bahan bakar pada kendaraan konvensional,” kata Nofrijon.

Keunggulan baterai Lithium-Ion dengan LTO yang dikembangkan yaitu bobotnya yang ringan dan waktu pengisian daya yang lebih cepat. Tim Peneliti FTUI memperkirakan baterai mobil listrik dengan LTO ini dapat mencapai bobot 200 kilogram jauh lebih ringan dibandingkan dengan baterai berkapasitas sama yang ada saat ini dengan bobot kisaran 500 kilogram. Dengan bobot yang ringan itu, jarak tempuh yang bisa dicapai mobil akan meningkat. Sementara waktu pengisian daya baterai saat ini adalah 30 menit dengan target kedepannya mencapai 15 menit untuk full charging. Waktu ini lebih cepat dibandingkan baterai mobil listrik yang saat ini membutuhkan 1.5 – 2 jam waktu pengisian daya.

Dekan FTUI, Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng., menambahkan, inovasi baterai listrik dari FTUI ini akan sangat bermanfaat bagi pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Saya berharap pihak industri dapat menyerap inovasi yang dihasilkan oleh sivitas akademika FTUI untuk kemudian dikomersialisasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi penguasa pasar dalam hal baterai kendaraan listrik dengan begitu banyak material pembuatan baterai listrik ini tersedia di alam Indonesia.” Dalam kesempatan terpisah, Direktur Research Center for Advanced Vehicle (RCAVe) Dr. Mohammad Adhitya, S.T., M.Sc., menyampaikan bahwa penelitian baterai listrik ini merupakan bagian dari riset besar RCAVe yang saat ini tengah mengembangkan teknologi bus listrik berukuran besar bersama beberapa mitra industri melalui program riset produktif (Rispro) LPDP. “Bus listrik ini kami rancang sebagai bus ramah lingkungan bersama mitra industri dengan memperhatikan faktor keamanan, keselamatan serta efisiensi energi sehingga mampu bersaing dengan produk sejenis yang saat ini ada di pasaran. Menggunakan rangka badan berbahan alumunium yang dipasangkan pada rangka low entry berjenis monokok serta akan dilengkapi dengan sistem cerdas untuk memastikan faktor keselamatan dan keamanan berkendara dapat dipenuhi secara optimal,” ujarnya. Bersama mitra industri dalam negeri yaitu MAB, PINDAD, NSAD, dan AICOOL, diharapkan bus listrik ini dapat dipersembahkan kepada masyarakat Indonesia di awal tahun 2022 untuk kemudian segera dipasarkan. Produk baterai Lithium-Ion dengan LTO ini merupakan satu dari puluhan produk riset hasil karya dosen dan peneliti FTUI yang siap dikomersialisasikan. Berbagai produk riset ini dipamerkan di area pameran lantai 2 gedung i-CELL FTUI dan terbuka untuk umum sebagai wisata penelitian dan dapat dinikmati secara langsung dan daring oleh masyarakat luas. Pameran hasil penelitian FTUI ini dapat diakses melalui tur virtual pada https://bit.ly/ BusinessMatchingFTUI. 

 

Selengkapnya
Peneliti UI Olah Ampas Kopi jadi Material Baterai Kendaraan Listrik

Ilmu dan Teknik Material

ITB Kembangkan Drone dan Bahan Baku Roket, Reaksi Prabowo Mengejutkan

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 29 Maret 2022


Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendukung berbagai penelitian dan inovasi dari para ahli teknologi bidang pertahanan untuk mewujudkan pertahanan Indonesia yang tangguh dan mandiri.

“Kemajuan teknologi pertahanan tergantung dengan para ilmuwan. Kami sangat membutuhkan Anda. Kami siap berusaha mendukung usaha-usaha dan inovasi saudara,” kata Prabowo, Kamis (4/11/202).

Dalam pertemuan tersebut, Prabowo juga menegaskan dukungan Kementerian Pertahanan (Kemhan) terhadap inovasi para ahli teknologi dari ITB.

Dukungan tersebut diwujudkan melalui penandatanganan kesepakatan bersama antara Kemhan dan ITB tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Penelitian, Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang Mendukung Pertahanan Negara.

Kesepakatan bersama, yang ditandatangani Prabowo dan Rektor ITB Reini Wirahadikusumah, bertujuan untuk mewujudkan pertahanan negara Indonesia menjadi tangguh dan mandiri melalui kerja sama pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Ketua Umum Partai Gerindra ini juga menyaksikan beberapa hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh ITB, antara lain pengembangan AESA Radar dan Radar Pasif.

Kedua penelitian itu merupakan kerja sama antara ITB dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemhan.

ITB juga mengembangkan simulator pesawat tempur dan simulator pesawat tanpa awak bersama dengan Balitbang Kemhan dan PT Dirgantara Indonesia.

Selain itu, ada pula penelitian terkait bahan material dari alam untuk pembuatan rompi anti peluru, bahan baku propelan untuk roket serta wahana udara tanpa awak guna keperluan serial surveillance sumber daya alam dan batas wilayah NKRI.

Hadir pula dalam pertemuan tersebut ialah Sekretaris Institut ITB Widjaja Martokusumo, Ketua Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Joko Sarwono, Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Tatacipta Dirgantara, Kepala Pusat Teknologi Teknologi Pertahanan dan Keamanan Djarot Widagdo dan peneliti bidang Teknologi Pertahanan Joko Suryana dan Suhono Harso Supangkat.

Selain ITB, sebelumnya pada September Prabowo mendatangi Universitas Airlangga (Unair) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menandatangani kerja sama serupa di bidang penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pertahanan negara.

Sumber Artikel: okezone.com

Selengkapnya
ITB Kembangkan Drone dan Bahan Baku Roket, Reaksi Prabowo Mengejutkan
page 1 of 2 Next Last »