Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

PT Gudang Garam dan Sejararhnya

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 09 Maret 2024


PT Gudang Garam Tbk adalah produsen rokok dengan kantor pusat di Kediri. Untuk mendukung operasinya, perusahaan memiliki pabrik di Kediri, Gempol, Karanganyar, dan Sumenep, serta kantor perwakilan di Jakarta dan Sidoarjo hingga akhir tahun 2022.

Perusahaan ini dimulai pada tahun 1956 ketika Tjoa Ing-Hwie atau Surya Wonowidjojo membeli lahan sekitar 1.000 meter persegi milik Muradioso di Jl. Semampir II/l, Kediri. Tjoa Ing-Hwie kemudian mulai membuat rokok sendiri di atas lahan tersebut. Dia memulai dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie, dan setelah beroperasi selama dua tahun, pada tanggal 26 Juni 1958, Tjoa Ing-Hwie mengubah nama perusahaannya menjadi Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam. Konon, Tjoa Ing-Hwie mendapatkan nama "Gudang Garam" dari mimpinya, dan perusahaan ini hanya mempekerjakan 50 orang pada awalnya.

Dengan ribuan pekerja dan kapasitas produksi 50 juta batang sigaret kretek tangan (SKT) per bulan pada tahun 1966, perusahaan ini telah menjadi produsen SKT terbesar di Indonesia. Perusahaan ini sempat kehilangan banyak karyawan karena krisis politik di Indonesia pada pertengahan tahun 60-an, tetapi ia cepat pulih. Perusahaan mengubah badan hukumnya menjadi firma (Fa) pada tahun 1969, dan kemudian kembali menjadi perseroan terbatas (PT) pada tanggal 30 Juni 1971. Pada tahun 1973, perusahaan mulai mengekspor barangnya ke luar Indonesia.

Perusahaan ini mempekerjakan 41.000 orang dan penjualan sebesar Rp 9,6 triliun pada tahun 1996 dan Rp 15 triliun pada tahun 2000. Perusahaan ini pernah menjadi perusahaan (konglomerasi) terbesar kelima di Indonesia pada tahun 1990-an. Perusahaan ini tidak terpengaruh oleh krisis keuangan Indonesia pada akhir 1990-an karena bergantung pada utang luar negeri. Selain itu, perusahaan ini mampu menghadapi berbagai masalah, seperti kehadiran BPPC yang mempengaruhi produksinya pada awal tahun 1990-an. Pada tahun 2001, perusahaan ini memiliki enam pabrik seluas 100 hektar dan lebih dari 40.000 karyawan.

Dengan pabriknya di Kediri, Sumenep, Karanganyar, dan Gempol, perusahaan ini menguasai sekitar 21% pangsa pasar rokok nasional pada tahun 2017. Pada 4 Agustus 2017, Japan Tobacco asal Jepang secara resmi membeli semua saham PT Karyadibya Mahardika dan PT Surya Mustika Nusantara. Setelah akuisisi, ada spekulasi bahwa perusahaan ini akan digabungkan atau diakuisisi oleh Japan Tobacco, tetapi perusahaan ini selalu menolaknya.

Perusahaan ini mendirikan tiga anak usaha baru pada tahun 2021 untuk bekerja di bidang impor, distribusi, dan produksi rokok elektrik, tetapi tiga perusahaan tersebut belum beroperasi. Perusahaan mendirikan PT Surya Kerta Agung pada tahun 2022 untuk berekspansi ke bisnis pengelolaan jalan tol. Selain itu, pada tahun yang sama, perusahaan menyuntikkan modal sebesar Rp 1 triliun ke PT Surya Dhoho Investama untuk mengelola Bandara Dhoho di Kediri.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Gudang_Garam

Selengkapnya
PT Gudang Garam dan Sejararhnya

Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

PT Djarum dan Sejarahnya

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 09 Maret 2024


PT Djarum berbasis di Kudus, Jawa Tengah, dan merupakan perusahaan rokok terbesar keempat di Indonesia. Banyak perusahaan dimiliki oleh PT Djarum, yang merupakan induk dari Djarum Group. Djarum Group dikelola oleh keluarga Hartono, yang generasi pertamanya adalah Oei Wie Gwan. Selain rokok kretek, grup ini juga memiliki bisnis lain seperti bank (BCA), elektronik (Polytron), perkebunan (HPI Argo), pusat perbelanjaan (Grand Indonesia dan Margo City), perdagangan elektronik (Blibli), situs perjalanan online (tiket.com), media komunikasi (Mola), makanan dan minuman (Savoria, dengan merek Yuzu, FOX'S, dan KRIZZI), susu (Global Dairi Alami, Akhir-akhir ini, Djarum telah membeli saham Como 1907, Ranch Market, dan 5 Days Croissant.

Sejarahnya, seorang pengusaha Tionghoa-Indonesia bernama Oei Wie Gwan membeli perusahaan rokok NV Murup di Kudus, Jawa Tengah, yang hampir gulung tikar pada tahun 1951. Dia menyingkat merek Gramofon perusahaan menjadi Djarum. Perusahaan hampir hancur akibat kebakaran besar yang menghancurkan pabriknya pada tahun 1963. Namun, anak-anak Oei Wie Gwan, Budi dan Bambang Hartono, akhirnya menemukan kesempatan untuk membangun kembali perusahaan. Produk awal Djarum adalah rokok kretek lintingan tangan dan rokok kretek lintingan mesin, keduanya sangat populer dan diproduksi dalam jumlah besar. Rokok kretek lintingan tangan klasik terus dibuat oleh Djarum menggunakan metode kuno yang dikerjakan secara manual oleh buruh terampil, dan rokok kretek lintingan mesin diperkenalkan pada awal tahun 1970 dan diproduksi secara otomatis menggunakan mesin canggih.

Setelah krisis finansial Asia tahun 1997, perusahaan ini menjadi bagian dari konsorsium yang membeli Bank Central Asia (BCA) dari BPPN. BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia dan sebelumnya merupakan bagian dari Grup Salim, tetapi saat ini Djarum memiliki mayoritas saham (51%) bank. Pemerintah memberi Djarum Group kontrak BOT selama tiga puluh tahun pada tahun 2004 untuk mengembangkan dan merenovasi Hotel Indonesia di Jakarta dalam rangka proyek superblok Grand Indonesia.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Djarum

Selengkapnya
PT Djarum dan Sejarahnya

Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

Mengenal Bentoel Group

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 09 Maret 2024


PT Bentoel Internasional Investama, juga dikenal sebagai Bentoel Group, adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, dengan kantor pusat di Jakarta dan sebagian besar operasinya di Malang. British American Tobacco adalah pemilik perusahaan rokok internasional.

Dalam kenyataannya, perusahaan asli Bentoel bukanlah PT Bentoel Internasional Investama, yang saat ini dikenal sebagai perusahaan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1987 dan diberi nama PT Rimba Niaga Idola. PT Bentoel Internasional Investama baru mulai bermain dalam industri rokok ketika mengakuisisi PT Bentoel Prima, penerus dari Bentoel yang asli sejak 1930, pada tahun 2000. PT Bentoel Prima kemudian menjadi anak usaha PT Bentoel Internasional Investama, yang sekarang menjadi perusahaan induk dari Bentoel Prima dan Bentoel Distribusi Utama.

Sebenarnya, PT Bentoel Internasional Investama hanyalah perusahaan induk dari Bentoel Prima, dan bukan perusahaan yang memproduksi rokok secara langsung. PT Rimba Niaga Idola adalah nama PT Bentoel Internasional, yang didirikan pada 11 April 1987, dan mulai beroperasi pada tahun 1989. Sebelum menjadi PT, bisnisnya bernama CV Rimba Niaga dan didirikan pada 19 Januari 1979 dengan tujuan mengumpulkan, mengolah, dan memproses rotan mentah untuk keperluan industri dan ekspor di Samarinda, Kalimantan Timur. Kemudian, setelah diubah menjadi PT dan diberi nama baru, kantor pusatnya pindah ke Jakarta, dan bisnisnya berkembang menjadi furnitur yang terbuat dari rotan dan kayu. PT Rimba berdiri pada 5 Maret 1990, setelah tiga tahun berdiri, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan harga Rp 3.800/saham. PT Bentoel Internasional Investama masih menggunakan kode saham RMBA hingga saat ini.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Bentoel_Group

Selengkapnya
Mengenal Bentoel Group

Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

Mengenal PT Sampoerna

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 09 Maret 2024


PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, juga dikenal sebagai PT HM Sampoerna Tbk, adalah perusahaan rokok yang berbasis di Surabaya. Kantor pusat perusahaan berada di Surabaya, Jawa Timur, dan merupakan salah satu yang terbesar dan pemimpin pasar dalam industri rokok di negara ini. Keluarga Sampoerna sebelumnya memiliki perusahaan ini. Namun, pada Mei 2005, sebagian besar kepemilikan beralih ke Philip Morris International, perusahaan rokok terbesar di dunia di Amerika Serikat, mengakhiri tradisi lebih dari sembilan puluh tahun.

Lim Seeng Tee, seorang imigran Tiongkok dari Fujian, Tiongkok, bersama istrinya Siem Tjiang Nio, mulai menjajakan rokok kecil-kecilan di warung mereka di Ngaglik, Surabaya, pada tahun 1912. Saat itu, Lim sudah memiliki pengalaman dalam meracik dan melinting rokok setelah bekerja di sebuah pabrik rokok di Lamongan. Untuk mengesahkan bisnisnya, Liem memulai produksi rokok secara komersial dalam wadah Handel Maatschappij Liem Seeng Tee pada tahun 1913. Produk pertama yang dibuat adalah kretek yang dilinting dengan tangan di Surabaya. Setelah itu, rokok kretek ini disebut "Dji Sam Soe" (234, jika dijumlahkan menjadi 9, "angka keberuntungan" Liem). Kemasan Dji Sam Soe, yang telah digunakan sejak 1914, tampaknya tidak pernah diubah hingga tahun 2000.

Usaha "Pabrik Rokok Liem Seeng Tee" (juga dikenal sebagai Sigaretten Fabriek Liem Seeng Tee) awalnya menghadapi masalah seperti kebakaran warung mereka yang menghancurkan bisnis rokok pada tahun 1916. Namun, setelah membeli pabrik rokok yang hampir bangkrut dengan tabungan Siem, Liem kembali ke industri rokok setelah 5 tahun berusaha meracik resep rokok yang tepat untuk menarik pelanggan dengan bantuan istrinya. Perusahaan milik Liem kemudian menggunakan resep ini untuk produk utamanya, Dji Sam Soe. Belakangan, perusahaannya juga menjual merek seperti 123, 77, 720, 678, dan Djangan Lawan.

Philip Morris International (PMI) mengakuisisi Philip Morris pada 15 Maret 2005, mengukuhkan posisi Philip Morris di pasar rokok global dengan nilai transaksi diperkirakan US$ 5,2 miliar. Setelah penjualan Sampoerna kepada Putera Sampoerna, kondisi keuangan Sampoerna menjadi lebih baik. Setelah penjualan, Putera memperoleh dana sebesar Rp 18,5 triliun untuk berinvestasi dalam bisnis baru yang berbeda dari bisnis rokok sebelumnya, dengan fokus pada agroindustri di bawah Sampoerna Strategic Group. Pada 18 Mei 2005, kepemilikan PMI perusahaan ini mencapai 97% setelah hanya membeli 40% saham Putera melalui tender offer.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/HM_Sampoerna

Selengkapnya
Mengenal PT Sampoerna

Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

Sejarah, Kandungan, dan Segmen Pasar Rokok Filter

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 16 Februari 2024


Rokok filter, juga disebut sebagai rokok putih, adalah jenis rokok yang tidak memiliki campuran cengkih seperti rokok kretek. Rokok filter diklasifikasikan menjadi rokok putih dan rokok kretek berdasarkan bahan campuran (blend) yang terkandung dalam rokok dan adanya filter di ujung batangnya.

Sejarah

Rokok putih pertama kali ditemukan setelah penemuan filter oleh Boris Aivaz pada tahun 1925, ketika ia meminta paten untuk desain ujung filter di Hungaria. Filter tersebut terbuat dari kertas krep saja atau kombinasi kertas krep dengan gumpalan selulosa, serta mesin yang diperlukan untuk membuatnya. Selanjutnya, Aivaz bertemu dengan keluarga Bunzl di Wina, pendiri Filtrona, untuk bekerja sama dalam produksi filter rokok yang terbuat dari kertas khusus. Pada tahun 1927, dipromosikan ke industri rokok setelah periode pengembangan filter. Meskipun tidak diketahui siapa yang pertama kali menggunakan filter, dianggap sebagai revolusi filter dimulai di Eropa, di mana filter dimaksudkan untuk menjaga tembakau tidak masuk ke mulut perokok.

Karena mesin yang digunakan untuk menggabungkan filter ke kolom tembakau masih belum dikembangkan sepenuhnya, ada jumlah rokok filter yang terbatas. Tidak sampai tahun 1935, produsen mesin Inggris meluncurkan mesin baru yang dapat membuat filter rokok disaring, yang menyebabkan produksi filter dan perakitan bangkit kembali. Teknologi baru ini memungkinkan produksi filter dan perakitan dikomersialisasikan dan memungkinkan untuk memenuhi permintaan yang meningkat dengan cepat. Meskipun bahan filter dan mesin terus berkembang selama tahun 1930-an, hanya sebagian kecil dari rokok yang dibuat termasuk filter pada tahun-tahun tersebut.

Kandungan

Rokok putih kebanyakan terbuat dari cacahan atau potongan daun tembakau. Ini diperkuat oleh fakta bahwa orang Jawa adalah orang pertama yang merokok, dan mereka juga mengenal istilah "rokok putih", yang berarti rokok tanpa cengkih. Namun, ada juga rokok putih yang mengandung mint atau menthol untuk menambah rasanya. Ini juga memiliki tambahan saus seperti asam asetat, asetoin, asetopenon, karamel, asam askorbat, dan acetanisole, yang ada di rokok produksi R. J. Reynolds. Selain itu, rokok putih mengandung zat kimia nikotin dan tar, yang membedakannya dari jenis rokok lainnya Namun, dalam dosis yang berbeda, yaitu 0,5–3 nanogram untuk nikotin dan 0,5–35 mg/batang untuk tar.

Segmen pasar

Tujuan pemasaran jenis rokok keretek dan rokok putih berfokus pada segmentasi pasar yang berbeda. Menurut Warta Ekonomi, yang dikutip oleh Murry Harmawan Saputra dari Universitas Muhammadiyah Purworejo, nasib rokok putih buruk karena volume produksinya terus menurun sejak 2002. Setelah penurunan hampir 2% tahun sebelumnya, volume produksi pada tahun 2005 diperkirakan akan terus turun bahkan sampai 8 persen (Warta Ekonomi, 2005). Rokok kretek jelas masih mendominasi pasar, mengambil hampir 92% dari total penjualan tahun 2004. Rokok putih mengambil sisa 8%.

Secara umum, sebagian besar perokok di Indonesia merokok kretek, terutama kretek mesin (SKM), dengan 91% pria dan 85% wanita. Namun, jumlah perokok wanita yang merokok SKM dan SKT lebih tinggi daripada perokok pria, tetapi beberapa perokok merokok SKM dan SKT. Jumlah perokok putih hanya 6% pria dan 4% wanita di Indonesia.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok_filter

Selengkapnya
Sejarah, Kandungan, dan Segmen Pasar Rokok Filter

Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

Sejarah Munculnya Usaha Cerutu

Dipublikasikan oleh Farrel Hanif Fathurahman pada 16 Februari 2024


Cerutu, serutu, atau sigar (dari bahasa Tamil suruá¹­á¹­u, yang berarti "gulungan") adalah gulungan daun tembakau yang belum dikeringkan dan difermentasikan yang dibakar pada satu ujung dan dihisap oleh mulut melalui ujung lainnya. Tembakau untuk cerutu diproduksi secara luas di negara-negara seperti Brasil, Kamerun, Kuba, Republik Dominika, Honduras, Indonesia, Meksiko, Nikaragua, dan Amerika Serikat dengan cerutu dari Kuba dianggap merupakan ikon untuk cerutu.

Sejarah

Sebagian besar orang percaya bahwa penjelajah Christopher Columbus adalah orang pertama yang memperkenalkan tembakau ke Eropa. Dilaporkan bahwa Rodrigo de Jerez dan Luis de Torres, dua awak Christopher yang melakukan perjalanan pada tahun 1492, menemukan tembakau untuk pertama kalinya di pulau San Salvador di Bahama, ketika orang-orang lokal memberi mereka daun kering dengan aroma yang aneh. Tembakau telah tersebar luas di semua pulau Karibia, jadi lagi-lagi ditemukan di Kuba, tempat Christopher Columbus dan anak buahnya menetap.

Sekitar tahun 1592, Galleon San Clemente dari Spanyol membawa 50 kg benih tembakau ke Filipina melalui rute perdagangan Acapulco Manila. Benih itu kemudian dibagikan ke komunitas Katolik Roma. Para ulama menemukan bahwa iklim dan tanah Filipina sangat cocok untuk tanaman tembakau berkualitas tinggi.

Pada tahun 1800-an, merokok cerutu adalah hal yang umum, sementara rokok sigaret masih sangat langka. Puisi terkenal "The Betrothed" ditulis oleh Rudyard Kipling pada awal abad ke-20. Banyak orang dipekerjakan di pabrik cerutu sebelum pembuatan cerutu secara mekanik menjadi nyata, karena industri ini sangat penting.

Di New York City, rol bekerja membuat cerutu. Hal ini menyatakan bahwa hingga tahun 1883, 127 apartemen rumah di Kota memproduksi cerutu, yang mempekerjakan 1.962 keluarga dan 7.924 orang. Sebuah undang-undang negara yang melarang praktik itu diberlakukan akhir tahun itu atas desakan serikat buruh atas dasar bahwa praktik upah ditekan. Kurang dari empat bulan kemudian, undang-undang itu dianggap inkonstitusional. Industri kemudian kembali ke Kota setelah pindah ke Brooklyn dan beberapa wilayah Long Island sementara peraturan berlaku. Ada 80.000 perusahaan yang membuat cerutu di Amerika Serikat pada tahun 1905, sebagian besar kecil dan dioperasikan oleh keluarga-toko, di mana cerutu digulung dan dijual.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Cerutu

Selengkapnya
Sejarah Munculnya Usaha Cerutu
page 1 of 2 Next Last »