Teknologi Bangunan

Mendorong Nilai Proyek Konstruksi Lewat Teknologi Baru: Resensi dan Analisis Paper David Saccardo

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 15 Mei 2025


Pendahuluan: Inovasi Teknologi Sebagai Katalis Konstruksi Modern

 

Selama lebih dari setengah abad, industri konstruksi mengalami stagnasi dalam produktivitas. Meskipun teknologi digital tumbuh pesat di sektor lain, konstruksi cenderung lambat beradaptasi. Laporan riset David Saccardo (2020), berjudul "The Impact of Emerging Technology on the Value of Construction Projects", mencoba mengubah pandangan ini dengan mengevaluasi bagaimana teknologi-teknologi baru—dari BIM, drone, hingga augmented reality—dapat menambah nilai nyata pada proyek konstruksi.

 

Penelitian ini penting karena bukan hanya menyajikan daftar teknologi, tetapi juga mencoba menjawab pertanyaan krusial: apakah adopsi teknologi baru benar-benar meningkatkan efisiensi, kualitas, dan nilai proyek?

 

Metodologi: Kombinasi Kajian Literatur dan Wawancara Ahli

 

Saccardo menggabungkan dua pendekatan utama:

  • Studi literatur terstruktur berdasarkan artikel jurnal Q1 dan Q2 selama lima tahun terakhir, dikategorikan berdasarkan fase proyek (inisiatif hingga serah terima) dan area pengetahuan PMBOK (seperti jadwal, biaya, kualitas, risiko).
  • Wawancara dengan 7 pakar internasional, dari berbagai latar belakang seperti BIM, virtual prototyping, mobile tech, drone, hingga robotics.

 

Temuan Utama: Teknologi dan Dampaknya terhadap Nilai Proyek

 

1. Building Information Modeling (BIM): Fondasi Inovasi

  • BIM disebut sebagai "source of truth"—sumber data terpusat dalam proyek.
  • Menjadi dasar bagi teknologi lain seperti virtual prototyping, AR/VR, dan robotics.
  • Mampu menghemat biaya besar: studi kasus menunjukkan penghematan USD 50 juta/hari pada proyek pertambangan.

 

Kritik: Biaya awal tinggi dan adopsi rendah pada proyek kecil.

 

2. Virtual Prototyping (VP): Simulasi untuk Kesiapan Eksekusi

  • Menawarkan gambaran rinci sebelum pembangunan dimulai.
  • Efektif dalam proyek kompleks untuk mengidentifikasi bahaya dan perencanaan logistik.

 

Tantangan: Kebutuhan biaya tinggi dan ketergantungan pada BIM.

 

3. Drone: Pengumpul Data Efisien

  • Berguna dalam pemetaan lokasi, pemantauan progres, dan inspeksi jembatan.
  • Mampu menggantikan survei manual dan meningkatkan keselamatan kerja.

 

Nilai Tambah: Digital twin dan penghitungan earthwork volume secara otomatis.

 

4. Mobile Technology (MT): Konektivitas Tim Real-Time

  • Memberikan akses langsung terhadap model proyek dan pelaporan.
  • Mendukung distribusi informasi secara instan di berbagai lokasi.

 

Catatan: Tantangan adopsi pada tenaga kerja senior yang belum terbiasa dengan perangkat seluler.

 

5. Augmented & Mixed Reality (AR/MR): Visualisasi untuk Pengambilan Keputusan

  • Menyediakan engagement model untuk simulasi keselamatan dan pemasaran.
  • Mendukung pelatihan karyawan dan inspeksi secara interaktif.

 

Catatan: Teknologi mahal dan masih butuh pengembangan untuk menyamai pengalaman nyata.

 

6. Robotics: Otomatisasi untuk Efisiensi dan Presisi

  • Robot mampu melakukan pekerjaan seperti bricklaying dan pengecatan fasad gedung.
  • Diperlukan digitalisasi penuh agar robot dapat membaca instruksi proyek.

 

Tantangan: Kurangnya studi cost-benefit dan adopsi masih minim.

 

7. Artificial Intelligence (AI): Analisis dan Prediksi Berbasis Data

  • AI dapat memperkirakan BoQ, mengoptimalkan jadwal, dan mendeteksi risiko kontraktual.
  • Meningkatkan akurasi perencanaan dan manajemen keuangan proyek.

 

Catatan: Masih bergantung pada kualitas data historis dan middleware untuk integrasi.

 

Diskusi: Apa yang Membuat Teknologi Memberikan Nilai Nyata?

 

Saccardo menyimpulkan bahwa nilai dari teknologi tidak hanya berasal dari fungsinya, tetapi dari interoperabilitas, kesiapan organisasi, dan konteks proyek.

 

Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah:

  • Skala Proyek: Teknologi lebih bernilai pada proyek besar dan kompleks.
  • Kesiapan Digital: Teknologi seperti robotics tidak bisa dijalankan tanpa BIM.
  • Biaya Implementasi: Banyak teknologi belum masuk dalam anggaran proyek konvensional.
  • Tahapan Proyek: Dampak teknologi berbeda pada tiap fase (perencanaan vs eksekusi).

 

Nilai Tambah dan Kaitan dengan Industri

 

Komparasi dengan Studi Lain:

Sejalan dengan studi McKinsey (2017) bahwa digitalisasi dapat meningkatkan produktivitas konstruksi hingga 15%.

Mirip dengan temuan dari KPMG (2020) tentang kebutuhan pengembangan kapabilitas digital di lapangan.

 

Implikasi Praktis:

Pemerintah dan pemilik proyek harus mempertimbangkan insentif untuk adopsi teknologi.

Kontraktor sebaiknya mengembangkan strategi digital jangka panjang.

Asosiasi industri dapat memainkan peran penting dalam literasi teknologi.

 

Kesimpulan: Menerjemahkan Potensi Teknologi Menjadi Nilai Proyek

 

Penelitian ini menyadarkan kita bahwa teknologi baru bukanlah sekadar "alat canggih" tetapi enabler nilai. Nilai tidak muncul secara otomatis, tetapi tergantung pada bagaimana teknologi tersebut diintegrasikan dengan strategi proyek, budaya organisasi, dan kesiapan SDM.

 

Adopsi ET (Emerging Technology) akan memberikan keunggulan kompetitif nyata jika dilakukan secara cermat dan terstruktur. Untuk masa depan, perlu riset lanjutan berbasis proyek nyata agar pengaruh waktu, biaya, dan kualitas dari masing-masing teknologi dapat diukur secara kuantitatif.

 

Referensi

 

Saccardo, D. (2020). The Impact of Emerging Technology on the Value of Construction Projects. Faculty of Society and Design, Bond University.

Selengkapnya
Mendorong Nilai Proyek Konstruksi Lewat Teknologi Baru: Resensi dan Analisis Paper David Saccardo

Teknologi Bangunan

Mengenal Teknologi Konstruksi Secara Komprehensif: Proses, Produk, dan Manajemen di Era Modern

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 07 Mei 2025


Pendahuluan: Urgensi Definisi Teknologi Konstruksi

 

Istilah "teknologi konstruksi" semakin sering digunakan dalam diskusi profesional dan akademik. Namun, penggunaannya yang tumpang tindih dengan istilah lain seperti teknologi rekayasa atau teknologi manufaktur menimbulkan kebingungan konseptual. Melalui artikel ilmiah berjudul Teknologi Konstruksi: Sebuah Analisis oleh Arman Jayady dari Politeknik Katolik Saint Paul Sorong, dilakukan eksplorasi mendalam untuk memperjelas makna serta ruang lingkup teknologi konstruksi. Artikel ini tidak hanya penting secara teoritis, tetapi juga memberikan landasan praktis bagi akademisi dan pelaku industri.

 

Konsep Dasar: Apa Itu Teknologi?

 

Secara etimologis, kata "teknologi" berasal dari bahasa Yunani: techne yang berarti "know-how" dan logos yang berarti logika atau sistem berpikir. Dalam konteks modern, teknologi merujuk pada pengetahuan praktis dan sistematis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan manusia. Grosse (1996) membagi teknologi menjadi tiga elemen penting:

  • Teknologi Proses: metode atau teknik dalam memproduksi atau mengoperasikan sesuatu.
  • Teknologi Produk: karakteristik dan fitur dari hasil proses.
  • Teknologi Manajemen: metode atau teknik dalam mengelola sumber daya.

Dalam konteks konstruksi, pembagian ini sangat relevan dan membantu memetakan bagaimana teknologi bekerja di berbagai level.

 

Metode Penelitian: Pendekatan Hermeneutika dan Sintesis

 

Jayady menggunakan pendekatan studi literatur, hermeneutika, dan sintesis. Pendekatan hermeneutika dipakai untuk menafsirkan makna implisit dari berbagai definisi teknologi dan konstruksi yang dikumpulkan dari literatur sebelumnya. Metode sintesis lalu digunakan untuk menggabungkan hasil penafsiran tersebut menjadi konsep yang koheren dan aplikatif.

 

Teknologi Proses Konstruksi

 

  • Definisi

 

Teknologi proses konstruksi adalah metode atau teknik yang diterapkan di lapangan untuk merealisasikan desain bangunan. Jayady menegaskan bahwa teknologi ini didukung oleh empat elemen penting:

  • Technoware: alat, mesin, dan peralatan teknis lainnya.
  • Humanware: tenaga kerja dan keahliannya.
  • Infoware: informasi dan dokumentasi teknis.
  • Orgaware: struktur organisasi yang mendukung proses.

 

  • Contoh Nyata di Industri

 

Dalam proyek konstruksi gedung bertingkat, pemanfaatan teknologi cetak beton instan di lokasi dapat mengurangi waktu pengerjaan hingga 30% jika dibandingkan metode pengecoran konvensional. Di sisi lain, penggunaan alat berat otomatis yang dipandu sensor GPS membantu akurasi pengerjaan fondasi.

 

  • Implikasi Praktis

 

Tanpa pemahaman mendalam terhadap teknologi proses, kontraktor bisa gagal memilih metode kerja paling efisien, yang berdampak pada keterlambatan dan pemborosan.

 

Teknologi Produk Konstruksi

 

  • Definisi

 

Teknologi produk konstruksi merujuk pada karakteristik dan fitur bernilai dari hasil konstruksi, seperti:

  • Kemampuan bangunan tahan gempa
  • Efisiensi energi
  • Keberlanjutan material

Teknologi produk mencerminkan kualitas akhir dari proses konstruksi dan memiliki dampak langsung terhadap kepuasan pengguna akhir.

 

  • Studi Kasus

 

Di Jepang, penggunaan panel isolasi termal prefabrikasi telah menjadi standar dalam perumahan modern. Hal ini mempercepat proses instalasi sekaligus meningkatkan efisiensi energi hingga 40%.

 

  • Relevansi dengan Tren Global

 

Sejalan dengan standar bangunan hijau dan net-zero energy building, teknologi produk kini tak lagi sekadar soal kekuatan struktur, tetapi juga mencakup kenyamanan dan efisiensi jangka panjang.

 

Teknologi Manajemen Konstruksi

 

  • Definisi

 

Teknologi manajemen konstruksi adalah metode atau teknik dalam pengelolaan sumber daya agar efisien dan efektif. Ini melibatkan penggunaan teknologi digital seperti:

  • Building Information Modeling (BIM)
  • Enterprise Resource Planning (ERP)
  • Project Scheduling Software

 

Pendekatan Holistik

 

Jayady menekankan bahwa teknologi manajemen tidak terbatas pada aktivitas lapangan, melainkan mencakup aspek bisnis konstruksi seperti pengelolaan kontrak, stakeholder, hingga alur keuangan proyek.

 

Studi Kasus: Proyek Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PPP)

 

Dalam pembangunan jalan tol, penerapan teknologi manajemen proyek memungkinkan pelacakan progres, distribusi anggaran, dan komunikasi antara pemerintah dan mitra swasta berjalan transparan dan real-time.

 

Sinergi Ketiga Dimensi Teknologi

 

Jayady menjelaskan bahwa teknologi proses, produk, dan manajemen konstruksi tidak bisa dipisahkan. Mereka saling melengkapi:

  • Keputusan desain (produk) menentukan metode kerja (proses)
  • Efektivitas pelaksanaan (proses) dipengaruhi oleh manajemen proyek
  • Sistem informasi dan digitalisasi (manajemen) membantu optimalisasi proses dan produk

Dengan kata lain, kegagalan pada satu aspek bisa berdampak negatif pada keseluruhan proyek.

 

Kritis dan Opini Tambahan

 

Penulis artikel ini memberikan landasan yang kuat, namun belum menyinggung cukup dalam tentang integrasi digital dan revolusi industri 4.0 dalam konstruksi. Di era saat ini, teknologi seperti drone mapping, IoT sensor untuk pemantauan struktur, dan AI-based predictive maintenance sangat relevan untuk memperluas konsep teknologi konstruksi.

 

Perbandingan dengan Literatur Lain

 

Studi ini sejalan dengan pemikiran Egmond (2012) dan Garud (1997), yang menekankan pentingnya pemahaman multidimensional terhadap teknologi. Namun, perluasan pemikiran seperti yang dilakukan oleh Osabutey dkk. (2014) dalam konteks transfer teknologi dan kapabilitas lokal juga bisa memperkaya kajian.

 

Kesimpulan

 

Studi oleh Jayady ini berhasil menyusun kerangka konseptual yang tajam dan sistematis mengenai teknologi konstruksi. Dengan membagi teknologi konstruksi menjadi tiga dimensi utama—proses, produk, dan manajemen—penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi dunia akademik dan praktik konstruksi.

 

Rekomendasi Praktis

 

  • Akademisi: Diperlukan integrasi konsep teknologi konstruksi ke dalam kurikulum teknik sipil dan arsitektur secara eksplisit.
  • Praktisi: Perlu evaluasi berkala terhadap kemampuan perusahaan dalam mengadopsi teknologi terbaru.
  • Pemerintah: Diperlukan regulasi dan insentif untuk perusahaan yang mengimplementasikan teknologi konstruksi modern secara komprehensif.

 

 

Sumber:

 

Jayady, Arman. (2018). Teknologi Konstruksi: Sebuah Analisis. Jurnal Karkasa, Vol.4, No.1. Politeknik Katolik Saint Paul Sorong. https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/719122

 

Selengkapnya
Mengenal Teknologi Konstruksi Secara Komprehensif: Proses, Produk, dan Manajemen di Era Modern

Teknologi Bangunan

Pencahayaan

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 10 Februari 2025


Pencahayaan atau iluminasi adalah penggunaan cahaya yang disengaja untuk mencapai efek praktis atau estetika. Pencahayaan mencakup penggunaan kedua sumber cahaya buatan seperti lampu, serta penerangan alami dengan menangkap cahaya siang hari.

Pencahayaan siang hari (menggunakan jendela, lampu langit-langit, atau rak cahaya) kadang-kadang digunakan sebagai sumber cahaya utama pada siang hari di gedung-gedung.

Ini dapat menghemat energi daripada menggunakan pencahayaan buatan, yang mewakili komponen utama konsumsi energi pada bangunan.

Pencahayaan yang tepat dapat meningkatkan kinerja tugas, meningkatkan tampilan suatu area, atau memiliki efek psikologis positif pada penghuninya.

Pencahayaan dalam ruangan biasanya dilakukan dengan menggunakan lampu, dan merupakan bagian penting dari rancangan dalam ruangan. Pencahayaan juga bisa menjadi komponen intrinsik dari proyek lanskap.

Bunga sakura yang diterangi, cahaya dari jendela toko, dan lentera Jepang di malam hari di Ise, Mie, Jepang

Sumber artikel: Wikipedia.org

Selengkapnya
Pencahayaan

Teknologi Bangunan

Leding

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 10 Februari 2025


Leding adalah saluran yang tersusun dari pipa-pipa yang terbuat dari besi atau paralon (PVC) beserta sambungan pipa (fitting), katup, keran, dan perlengkapan penunjang semacamnya.

Leding biasa digunakan untuk mengalirkan air (biasanya air bersih), cairan pemanas ruangan, limbah, dan lain-lain. Sistem perledingan diatur sedemikian rupa, sehingga leding untuk pengaliran air bersih, drainase, atau yang lain-lain tidak tercampur dan mencemari satu sama lain.

Seseorang yang memasang atau memperbaiki sistem perledingan, baik leding itu sendiri maupun peralatan penunjangnya, dikenal sebagai tukang leding atau juru leding.

Urusan perledingan adalah kebutuhan dasar dan penting dalam perkembangan perekonomian karena kebutuhan air bersih, sanitasi dan pembuangan limbah.

Sistem perledingan di lantai bawah tanah (basement).

Sumber artikel: Wikipedia.org

Selengkapnya
Leding

Teknologi Bangunan

HVAC

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 10 Februari 2025


HVAC (dibaca "eich-fak") adalah sebuah singkatan yang kepanjangannya dalam Bahasa Inggris adalah "heating, ventilation, dan air-conditioning" (Bahasa Indonesia: pemanasan, ventilasi, dan ac) Kadang kala disebut sebagai tata udara.

Ketiga fungsi ini saling berhubungan, karena mereka menentukan suhu dan kelembaban udara dalam sebuah gedung dan juga menyediakan kontrol asap, menjaga tekanan antar ruang, dan menyediakan udara segar bagi penempat.

Dalam rancangan gedung modern, rancangan, instalasi dan sistem kontrol dari fungsi ini dijadikan menjadi sistem tunggal "HVAC".

Saluran yang menggunakan lapisan besi HVAC.

Sumber artikel: Wikipedia.org

Selengkapnya
HVAC

Teknologi Bangunan

Bangunan Hijau

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 10 Februari 2025


Bangunan hijau (juga dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan berkelanjutan) mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik dalam hal ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.

Meski teknologi baru terus dikembangkan untuk melengkapi praktik penciptaan struktur hijau saat ini, tujuan utamanya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan bangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan alami dengan:

  • Menggunakan energi, air, dan sumber daya lain secara efisien
  • Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas karyawan
  • Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan

 

US EPA Kansas City Science & Technology Center. Fasilitas ini memiliki kelengkapan hijau berikut: 

  • Sertifikasi LEED 2.0 Gold 
  • Tenaga hijau 
  • Lanskap asli

Ada konsep sejenis bernama bangunan alami yang biasanya berukuran lebih kecil dan cenderung fokus pada penggunaan bahan alami yang tersedia di daerah sekitarnya. Konsep yang lain yaitu desain berkelanjutandan arsitektur hijau. Keberlanjutan dapat diartikan sebagai memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhan mereka. Bangunan hijau tidak secara khusus menangani masalah pembaharuan rumah yang sudah ada.

Laporan U.S. General Services Administration tahun 2009 menemukan 12 bangunan yang dirancang secara berkelanjutan membutuhkan biaya yang lebih sedikit untuk beroperasi dan memiliki performa energi yang sangat baik. Selain itu, penghuni lebih puas dengan keseluruhan bangunan ini dibandingkan dengan di bangunan komersial biasa.

Mengurangi dampak lingkungan.

Secara umum, bangunan menggunakan banyak energi listrik, air, dan material. Sektor bangunan berpotensi untuk mengurangi emisi dengan jumlah besar, tanpa atau hanya dengan sedikit biaya. Bangunan merupakan 18% emisi global saat ini, atau setara dengan 9 miliar CO2 per tahun.

Jika teknologi baru tidak diterapkan pada saat pertumbuhan pesat seperti sekarang, emisi dapat berlipat ganda pada tahun 2050, menurut Program Lingkungan PBB. Penerapan bangunan hijau bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan. Karena pembangunan selalu merusak tanah, tidak membangun sama sekali lebih dianjurkan dibandingkan dengan bangunan hijau, dalam segi dampak lingkungan. Hal lainnya adalah bangunan harus sekecil mungkin, dan tidak berkontribusi pada rebakan kota. meskipun menggunakan konstruksi dan desain yang efisien energi dan ramah lingkungan.

Bangunan mengambil banyak lahan. Sekitar 430.000 km2 lahan di Amerika telah dibangun. Badan Energi Internasional mempublikasikan bahwa bangunan yang ada saat ini menkonsumsi 40% total energi dan menghasilkan 24% emisi karbon dioksida.

Tujuan bangunan hijau

Konsep pembangunan berkelanjutan berawal dari krisis energi (khususnya minyak fosil) dan perhatian terhadap polusi lingkungan sekitar tahun 1960an dan 1970an. Buku Rachel Carson, "Silent Spring" , dipublikasikan tahun 1962 menganggap usaha awal pembangunan berkelanjutan berhubungan dengan bangunan hijau.

Gerakan bangunan hijau di Amerika Serikat berawal dari kebutuhan dan keinginan untuk penerapan pembangunan yang lebih efisien energi dan ramah lingkungan. Ada berbagai motif untuk memilih bangunan hijau, seperti lingkungan, ekonomi, dan keuntungan sosial. Walaupun demikian, gerakan saat ini menginginkan sinergi dan integrasi, baik pada bangunan baru maupun renovasi pada bangunan yang sudah ada.

Sumber artikel: Wikipedia.org

Selengkapnya
Bangunan Hijau
page 1 of 1