Matematika

Mengenal Sejarah dan Penulisan Sistem Penomoran dengan Angka Romaw

Dipublikasikan oleh Admin pada 30 April 2023


Angka Romawi sering kali ditemukan pada bab buku yang dibaca, atau pada jam dinding yang ada di rumah.

Namun, biasanya cukup terbatas dari angka I hingga X.

Lantas, bagaimana jika ingin menggunakan angka 86 atau 1000 dengan angka Romawi?

Jika ingin tahu lebih banyak mengenai sistem penulisan angka Romawi, simak ulasan lengkapnya berikut ini, ya!

Pengertian Angka Romawi

Angka romawi adalah angka dari sistem penomoran yang berasal dari Romawi kuno.

Karena berasal dari Romawi, sistem penomoran ini menggunakan huruf Latin sebagai simbol untuk melambangkan angka numerik.

Kamu bisa menemukan penggunaan angka ini pada:

  • Penanda waktu di jam dinding atau jam tangan
  • Bab buku
  • Ukuran baju
  • Penomoran pada seri olimpiade olahraga

Sejarah Angka Romawi

Meskipun sistem penomoran ini ditulis dengan huruf-huruf abjad Romawi, angka Romawi adalah simbol yang berdiri sendiri.

Salah satu hipotesis mengenai asal mula angka Romawi adalah angka Romawi kenyataannya berasal dari torehan-torehan pada huruf-huruf dalam abjad mereka.

Torehan-torehan tersebut digunakan oleh para penggembala Italia dan Dalmasia hingga abad ke-19.

Oleh karena itu, tidak berasal dari huruf (I), tetapi dari torehan vertikal pada tongkat hitungan.

Urutan Angka Romawi

Secara keseluruhan, ada tujuh huruf Latin pada angka Romawi yang dikombinasikan sedemikian rupa untuk membentuk suatu angka tertentu, di antaranya:

  • 1 = I
  • 2 = II                           
  • 3 = III                      
  • 4 = IV atau IIII*                 
  • 5 = V
  • 6 = VI
  • 7 = VII                             
  • 8 = VIII
  • 9 = IX                                   
  • 10 = X
  • 11 = XI
  • 12 = XII   
  • 13 = XIII 
  • 14 = XIV
  • 15 = XV
  • 19 = XIX
  • 20 = XX
  • 30 = XXX
  • 40 = XL
  • 50 = L
  • 60 = LX
  • 70 = LXX
  • 80 = LXXX
  • 90 = XC
  • 100 = C
  • 400 = CD
  • 500 = D
  • 900 = CM
  • 1000 = M
  • 5000 = IƆƆ**

Perlu Anda pahami bahwa IIII terkadang masih digunakan pada jam, tetapi ini tidak umum.

Di samping itu, pada angka 5000, I diikuti dengan 2 buah C terbalik.

Penulisan Angka Romawi

Setelah memahami beberapa angka Romawi di atas, Anda tentu perlu tahu cara penulisannya.

Ada empat sistem yang digunakan untuk menuliskan sistem penomoran ini, yakni meliputi penjumlahan, pengurangan, pengulangan, dan campuran.

Supaya lebih jelas, mari simak penjelasannya satu per satu.

1. Sistem Penjumlahan

Sistem ini digunakan pada penomoran yang terdiri dari 2 angka atau lebih.

Dengan tambahan, angka di sebelah kirinya lebih dari atau sama dengan angka sebelah kanannya.

Maka, susunan angka itu menggunakan sistem penjumlahan.

Berikut contoh angka Romawi pada sistem penjumlahan:

  • XI yang menunjukkan simbol X ditambah dengan I, jika diartikan 10 + 1 = 11
  • LXVII yang menunjukkan penjumlahan antara L, X, V, I, I. Artinya, 50 + 10 + 5 + 1 + 1 = 67

2. Sistem Pengurangan

Nah, sistem yang satu ini merupakan kebalikan dari sistem penjumlahan.

Aturannya digunakan pada angka Romawi yang terdiri dari dua angka atau lebih.

Dengan tambahan, angka di sebelah kirinya kurang dari angka di sebelah kanannya, maka susunan angka itu menggunakan sistem pengurangan.

Contohnya adalah sebagai berikut:

  • IX yang menunjukkan X dikurang I, dan artinya 10 - 1 = 9
  • XL yang menunjukkan L dikurang X, dan artinya 50 - 10 = 40

3. Sistem Pengulangan

Sama seperti namanya, sistem penulisan ini mengulang angka yang sama secara berurutan.

Contohnya:

  • XX yang mengulang X dengan X, berarti 10 + 10 = 20
  • CC yang mengulang C dengan C, berarti 100 + 100 = 200

4. Sistem Kombinasi

Sistem penulisan angka Romawi ini menggabungkan ketiga sistem sebelumnya.

Agar lebih mudah memahaminya, simak contoh berikut:

XCVIII = XC + V + I + I + I

= (100 - 10) + (5 + 1 + 1 + 1)

= 90 + 8

= 98

Jadi, pada contoh di atas sistem yang digunakan meliputi pengurangan dan penjumlahan.

Sumber: orami.co.id

Selengkapnya
Mengenal Sejarah dan Penulisan Sistem Penomoran dengan Angka Romaw

Matematika

Konversi Satuan

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Konversi satuan secara umum berarti mengubah nilai suatu sistem satuan ke nilai satuan lain. Konversi satuan umumnya tidak pernah mengubah nilai dari suatu besaran. Konversi satuan dapat dilakukan dalam sistem satuan yang sama maupun dalam sistem satuan yang berbeda.

Konversi satuan dalam sistem yang sama misalnya kita ingin mengubah salah satu satuan dalam sistem internasional ke satuan lain dalam sistem yang sama. Dalam konversi ini pengubahan satuan dapat menggunakan faktor konversi atau dengan bantuan tangga konversi.

Konversi satuan dalam sistem satuan yang berbeda maksudnya kita akan mengubah atau mengonversi nilai dari suatu sistem satuan tertentu ke sistem satuan yang lain. Misalnya dari sistem inggris ke Sistem Satuan Internasional atau sebaliknya. Pengubahan satuan seperti ini dapat dilakukan dengan menggunakan faktor konversi satuan.

Faktor konversi

Faktor konversi digunakan untuk mengubah satuan dari sebuah besaran tanpa mengubah nilainya. Metodenya terdiri dari pecahan dimana penyebut sama dengan pembilang, tetapi dalam satuan yang berbeda. Karena karakteristik identitas perkalian, maka nilai besaran tidak akan berubah selama dikalikan dengan satu. Maka, jika pecahan pembilang dan penyebut sama, maka pecahannya sama dengan satu. Selama pembilang dan penyebutnya ekivalen, maka nilai besaran akan tetap.

Contoh di bawah ini menunjukkan bagaimana metode ini digunakan untuk mengubah kecepatan 5 kilometer per detik menjadi meter per detik. Simbol km, m, dan s melambangkan kilometer, meter, dan detik.

Maka, disimpulkan bahwa 5 kilometer per detik sama dengan 5000 meter per detik.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Konversi Satuan

Matematika

Ton Metrik

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Ton metrik (simbol: M/T),[1] atau dalam bahasa Indonesia sering disebut hanya sebagai ton (simbol: t), adalah satuan massa yang sama dengan 1,000 kilogram.[2] Ton metrik setara dengan 2204.6 pon,[3] 1,102 ton pendek (Amerika Serikat) atau setara dengan 0,984 ton panjang (Britania). Unit Sistem Satuan Internasional (SI) resmi ini disebut sebagai megagram (simbol: Mg).

Simbol dan singkatan

Simbol BIPM ton metrik adalah 't', diadopsi pada waktu yang sama dengan unit lainnya pada tahun 1879.[4] Penggunaannya juga resmi untuk metrik ton di Amerika Serikat, yang telah diadopsi oleh Institut Standar dan Teknologi Nasional (NIST) Amerika Serikat.[5] Ini adalah simbol, bukan singkatan, dan tidak boleh diikuti oleh tanda titik. Penggunaan huruf kecil sangat penting, dan penggunaan kombinasi huruf lain tidak diizinkan dan akan menyebabkan ambiguitas. Misalnya, 'T', 'MT', 'mT', 'Mt', 'mt' adalah simbol SI untuk masing-masing tesla, megatesla, millitesla, megaton (satu teragram), dan militon (satu kilogram). Jika menjelaskan unit energi setara TNT, satu megaton TNT setara dengan sekitar 4.184 petajoule.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Ton Metrik

Matematika

Dosen FMIPA ITB Ungkap Asal-Usul Bilangan Nol dan Sistem Desimal Melalui Prasasti Nusantara

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 21 Juli 2022


Banyak orang tidak mengetahui bahwa ilmu eksakta berkaitan erat dengan kebudayaan. Topik ini menjadi salah satu pembahasan menarik dalam perhelatan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2021. Materi tersebut disampaikan oleh Guru Besar FMIPA ITB Prof. Iwan Pranoto, M.Sc., Ph.D. pada sesi ceramah umum BWCF 2021 Seri Arkeologi Sumatera (21/11/2021). 

Prof. Iwan mengangkat topik "Nol dan Sistem Desimal di Asia Monsun: Menafsir Sebuah Jalur Pengetahuan”. Di kesempatan ini, ia mencoba mendedahkan persoalan angka 0 (nol) dalam prasasti Kedukan Bukit dan asumsi sebuah jalur pengetahuan matematika.

Acara dipandu oleh Ketua Balai Arkeologi Jambi Dr. Agus Widiatmoko selaku moderator. Menurut Agus topik yang diangkat cukup menarik karena dibalik angka 0 ternyata memiliki kontribusi dalam prasasti-prasasti nusantara dan mampu mengungkap peradaban nenek moyang di nusantara. 

Mengenal Asia Monsun

Asia Monsun adalah sebuah daerah yang paling penting di masa klasik karena pengetahuan dapat berpindah/desiminasi menggunakan angin monsun. Atau dapat diartikan sebuah daerah yang besar dan mengalami pertukaran budaya yang luar biasa di masa lampau. Keberadaan angin monsoon kala itu sangat dapat diandalkan karena waktu dan arah sangat tertentu sehingga banyak digunakan oleh para pelaut dari sub daratan India. 

Asal-Usul Bilangan Nol

Menurut Iwan terdapat dua pendapat asal usul bilangan 0 dan sistem desimal. Pertama, sebelum tahun 1930, orang berkeyakinan bilangan nol dan sistem desimal berasal dari Arab. Kedua, setelah tahun 1930, bilangan nol dan sistem desimal berasal dari India (India Intra Gangem). Namun kedua pendapat ini tidaklah tepat dengan bukti peninggalan yang ada.

Bilangan 0 dan sistem desimal tertua di Indian Intra Gangem ditemukan pada abad ke-9. Hal ini sudah dapat membantah pernyataan kedua karena pada abad ini pedangan Arab sudah memasuki India dan harus dicari di India Extra Gangem.

Akhirnya dilakukan penelitian pada India Extra Gangem dan didapatkan hasil bilangan 0 dan sistem desimal tertua terdapat pada prasasti Aryabhata Patna di Nalanda yang ditemukan di abad ke-5. Setelah itu di abad ke-6 ditemukan di prasasti Kedukan Bukit (Sumatera) dan prasasti Sambor (Kamboja). Argumen ini cukup kuat karena melihat hubungan kerajaan Nalanda dan Sriwijaya yang erat kala itu. Namun bukan berarti menjadi bukti yang pasti dan masih perlu dilakukan kajian ulang terkait hal ini. Lalu, di abad ke-9 Matematikawan Al-Khwarizmi mulai menuliskan buku yang berjudul “Indian Computation” dan di abad ke-13 Matematikawan Fibonacci mulai menduniakan bilangan 0 dan sistem desimal.

Secara sadar Indonesia telah menganut terminologi indianisasi sejak lama mulai dari budaya sampai makanan. Akan tetapi, terminologi yang dibawa sebenernya tidak sepenuhnya tepat jika dikaitkan dengan bukti yang ada. Sehingga pentingnya untuk menerima informasi tidak secara mentah-mentah namun perlu diolah atau dicari dulu kebenaran dan kaitannya dengan masa lalu.

“Masa lalu memang gemilang tetapi fungsi dari masa lalu untuk dilangkai bukan untuk ditinggali,” ujar Iwan sebagai kalimat penutup dari presentasinya.

Sumber Artikel : itb.ac.id

 

Selengkapnya
Dosen FMIPA ITB Ungkap Asal-Usul Bilangan Nol dan Sistem Desimal Melalui Prasasti Nusantara
page 1 of 1