Pertanian

Tinjauan Mendalam tentang Keluarga Arecaceae: Apa itu Arecaceae?

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


ArecaceaeSuku pinang-pinangan, atau suku palem-paleman adalah keluarga botani tanaman tahunan. Kelapa dikenal seluruh penduduk kepulauan tropika sebagai tumbuhan serba guna. Demikian pula enau dan pinang. Pemanfaatannya mencakup hampir semua bagian tumbuhan, tetapi terutama adalah buahnya. Masyarakat Indonesia, khususnya di Maluku, memanfaatkan tanaman ini sebagai makanan pokok yaitu sagu yang diambil dari batangnya jenis Metroxylon sago, hal ini merupakan keunikan tersendiri dalam hal makanan pokok masyarakat di dunia. Suku ini dulu dikenal sebagai Palmae dan mencakup semua tumbuhan yang biasa disebut palma atau palem.

Pemerian

Biasanya berbentuk pohon, semak atau perdu dengan batang yang jarang bercabang dan tumbuh tegak ke atas. Tumbuh secara berbatang tunggal (umpamanya kelapa) dan juga ada yang berumpun (umpamanya salak). Beberapa anggotanya setengah merambat atau memanjat (umpamanya rotan).

Akarnya tumbuh dari pangkal batang, berbentuk silinder, kurang bercabang tetapi biasanya tumbuh banyak dan masif (padat). Akar palem biasanya menghunjam dalam ke tanah, sehingga mampu menopang batang yang tumbuh menjulang tinggi (hingga 20m atau bahkan lebih).

Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati. Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang menyebar di bagian dalamnya. Luka batang ini cenderung tidak tertutup kembali, justru malah membesar atau malah membusuk.

Daun majemuk dan tersusun menyirip tunggal yang khas dan menjadi tanda pengenal yang paling mudah. Pada beberapa kelompok ditumbuhi duri. Tangkai daun dilengkapi pelepah daun yang membungkus batang.

Bunga tersusun dalam karangan yang bila masih muda terlindung oleh seludang bunga. Karangan bunga palem ini disebut mayang. Tangkai mayang ini bila dilukai akan mengeluarkan cairan manis yang disebut nira. Dalam karangan bunga ini terdapat bunga betina dan/atau bunga jantan. Jika keduanya ditemukan bunga betina terletak di bagian lebih pangkal. Orang Jawa menyebut bunga betina sebagai bluluk. Penyerbukan dilakukan oleh serangga atau burung.

Buahnya biasanya memiliki kulit luar yang relatif tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat. Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang keras dan berkayu. Pada kelapa, lapisan ini disebut sebagai batok. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya mengandung banyak lemak dan protein. Beberapa jenis masih menyisakan cairan di dalamnya. Cairan ini dapat diminum sebagai minuman penyegar (seperti pada kelapa dan siwalan).

Anggota-anggota penting

Berikut adalah sejumlah anggota Arecaceae yang penting atau dikenal dalam kehidupan manusia sehari-hari:

  • Enau atau aren (Arenga pinnata), penghasil gula palem dan kolang-kaling
  • Kelapa (Cocos nucifera), penghasil berbagai macam produk industri
  • Siwalan (Borassus flabellifer), penghasil buah atep/lontar dan daun tal
  • Pinang (Areca catechu)
  • Kurma (Phoenix dactylifera)
  • Salak (Salacca zalacca)
  • Rumbia atau sagu (Metroxylon sago), penghasil tepung sagu
  • Kelapa sawit (Elaeis spp.), penghasil minyak kelapa sawit
  • Rotan (Calamus spp.)
  • Gebang (Corypha utan)
  • Palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens)
  • Palem merah (Cyrtostachys lakka)
  • Palem raja (Roystonea regia)
  • Palem botol (Hyophorbe lagenicaulis)

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Tinjauan Mendalam tentang Keluarga Arecaceae: Apa itu Arecaceae?

Pertanian

Bangun Sektor Perkebunan: Mentan Amran Tekankan Pentingnya Hilirisasi Sawit

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya hilirisasi sawit di Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah pada sektor industri pertanian, termasuk perkebunan.

Hal ini disampaikan dalam acara Pengukuhan Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Petani Kepala Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEKPIR) Indonesia di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta.

“Hilirisasi penting untuk didorong, guna memperoleh added value. Hal ini karena Indonesia adalah negara dengan sektor sawit terbesar di dunia,” ungkap Amran dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (19/12/2023).

Untuk diketahui, data United States Departement of Agriculture (USDA) mencatat, Indonesia menjadi negara produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan produksi curde palm oil (CPO) yang mencapai 45,5 juta metrik ton (MT) pada periode 2022-2023.

Oleh karena itu, Amran menilai bahwa Indonesia harus mampu menentukan harga sawit dunia, karena negara ini adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia.

Menurutnya, Indonesia membutuhkan program pembangunan yang berkelanjutan guna menjaga dan meningkatkan produksi sawit dalam negeri serta mendorong akselerasi, baik pada aspek hilirisasi maupun tata kelola sawit secara berkelanjutan.

"Apabila program ini dilanjutkan, Indonesia berpotensi terhadap swasembada. Yang paling penting adalah gagasan, action, konsisten, yang kemudian akan menjadi karakter," tandas Amran.

Amran berpesan agar asosiasi kelapa sawit dapat bersatu dan semakin maju membangun kemajuan sawit di Indonesia.

“Untuk mempertahankan ini, kami akan semakin terampil dan berusaha lebih keras," pungkasnya.

Sumber: https://kilaskementerian.kompas.com/

Selengkapnya
Bangun Sektor Perkebunan: Mentan Amran Tekankan Pentingnya Hilirisasi Sawit

Pertanian

Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Dalam dalam rangka mengurangi ketimpangan fiskal dan eksternalitas yang membawa dampak negatif yang disebabkan kegiatan ekonomi yang terkait dengan sektor perkebunan sawit, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2023 tentang Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit.

Dana Bagi Hasil (DBH) adalah bagian dari transfer ke daerah yang dialokasikan berdasarkan persentase atas pendapatan tertentu APBN dan kinerja tertentu, yang dibagikan kepada daerah penghasil dengan tujuan untuk mengurangi ketimpangan fiskal antara pemerintah dan daerah, serta kepada daerah lain nonpenghasil dalam rangka menanggulangi eksternalitas yang membawa dampak negatif dan/atau meningkatkan pemerataan dalam satu wilayah.

Dana Bagi Hasil Sawit diperoleh dari 2 (dua) sumber perolehan, yakni melalui bea keluar dan pungutan ekspor, yang dikenakan atas kelapa sawit, minyak kelapa sawit mentah, dan/atau produk turunannya. Persentase Pembagian DBH Sawit kepada Pemerintah Provinsi, Pemda penghasil, dan Pemda nonpenghasil meliputi:

  • Provinsi yang bersangkutan 20%
  • Kabupaten/kota penghasil 60%
  • Kabupaten/kota yang berbatasan langsung dengan kabupaten/kota penghasil 20%

Terdapat 3 (tiga) Indikator Penentuan Besaran Rincian Alokasi DBH Sawit, yaitu:

  1. luas lahan perkebunan sawit;
  2. produktivitas lahan perkebunan sawit; dan/atau
  3. indikator lainnya yang ditetapkan oleh Menteri

berkenaan dengan mekanisme penyalurannya, penyaluran DBH Sawit dapat dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD), dilaksanakan berdasarkan rincian alokasi DBH Sawit yang telah ditetapkan dalam Perpres mengenai rincian APBN, dapat dilaksanakan secara sekaligus atau bertahap, serta dapat dilakukan penundaan penyaluran dan/atau penghentian penyaluran apabila Daerah tidak memenuhi persyaratan dalam penyaluran DBH Sawit.

Dengan  telah ditetapkannya PP No. 38 Tahun 2023, diharapkan dapat menjadi pedoman dalam mengurangi ketimpangan fiskal dan dampak negatif eksternalitas atas kegiatan ekonomi yang terkait dengan sektor perkebunan sawit.

Sumber: https://jdih.maritim.go.id

Selengkapnya
Dana Bagi Hasil Perkebunan Sawit

Pertanian

Mengenal Tanaman Komersial: Apa itu Tanaman Komersial?

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Sebuah bola kapas. Kapas adalah tanaman komersial yang signifikan. Menurut National Cotton Council of America, pada tahun 2014, Tiongkok adalah negara penghasil kapas terbesar di dunia dengan perkiraan produksi sekitar seratus juta bal kapas seberat 480 pon.

Tanaman komersial, juga disebut tanaman untuk menghasilkan keuntungan, adalah tanaman pertanian yang ditanam untuk dijual demi mendapatkan keuntungan. Tanaman ini biasanya dibeli oleh pihak yang terpisah dari perkebunan. Istilah ini digunakan untuk membedakan tanaman yang dipasarkan dengan tanaman pokok ("tanaman subsisten") dalam pertanian subsisten, yaitu tanaman yang diberikan kepada ternak milik petani atau ditanam sebagai makanan untuk keluarga petani.

Di masa lalu, tanaman komersial biasanya hanya merupakan bagian kecil (tetapi penting) dari total hasil pertanian, sementara saat ini, terutama di negara-negara maju dan di antara petani kecil, hampir semua tanaman terutama ditanam untuk mendapatkan penghasilan. Di negara-negara yang kurang berkembang, tanaman komersial biasanya merupakan tanaman yang menarik permintaan dari negara-negara yang lebih maju, dan karenanya memiliki nilai ekspor.

Harga untuk tanaman komersial utama ditetapkan di pasar perdagangan internasional dengan cakupan global, dengan beberapa variasi lokal (disebut sebagai "dasar") berdasarkan biaya pengangkutan dan keseimbangan penawaran dan permintaan lokal. Konsekuensi dari hal ini adalah bahwa suatu negara, wilayah, atau produsen individu yang bergantung pada tanaman tersebut dapat mengalami harga yang rendah jika terjadi panen raya di tempat lain yang menyebabkan kelebihan pasokan di pasar global. Sistem ini telah dikritik oleh para petani tradisional. Kopi adalah contoh produk yang rentan terhadap variasi harga komoditas berjangka yang signifikan.

Globalisasi

Isu-isu yang melibatkan subsidi dan hambatan perdagangan pada tanaman tersebut telah menjadi kontroversi dalam diskusi tentang globalisasi. Banyak negara berkembang mengambil posisi bahwa sistem perdagangan internasional saat ini tidak adil karena telah menyebabkan tarif diturunkan pada barang-barang industri sementara memungkinkan untuk tarif rendah dan subsidi pertanian untuk barang-barang pertanian. Hal ini menyulitkan negara berkembang untuk mengekspor barang-barangnya ke luar negeri, dan memaksa negara berkembang untuk bersaing dengan barang-barang impor yang diekspor dari negara-negara maju dengan harga yang sangat rendah. Praktik mengekspor dengan harga rendah secara artifisial dikenal sebagai dumping, dan merupakan tindakan ilegal di sebagian besar negara. Kontroversi mengenai masalah ini menyebabkan gagalnya perundingan perdagangan Cancún pada tahun 2003, ketika Kelompok 22 menolak untuk mempertimbangkan item-item agenda yang diusulkan oleh Uni Eropa kecuali jika masalah subsidi pertanian dibahas.

Per zona iklim

  • Arktik

Iklim Arktik pada umumnya tidak kondusif untuk budidaya tanaman komersial. Namun, salah satu tanaman komersial yang potensial untuk Kutub Utara adalah Rhodiola rosea, tanaman kuat yang digunakan sebagai ramuan obat yang tumbuh di Kutub Utara.Saat ini ada permintaan konsumen untuk tanaman tersebut, tetapi pasokan yang tersedia lebih kecil dari permintaan (per 2011).

  • Beriklim sedang

Tanaman komersial yang ditanam di daerah beriklim sedang meliputi banyak sereal (gandum, gandum hitam, jagung, barley, gandum), tanaman penghasil minyak (misalnya biji anggur, biji sawi), sayuran (misalnya kentang), pohon penghasil kayu (misalnya pohon cemara, pinus, cemara), buah pohon atau buah pucuk (misalnya apel, ceri), dan buah lunak (misalnya stroberi, raspberry).

Perkebunan teh didataran tinggi Cameron di Malaysia

  • Subtropis

Di daerah dengan iklim subtropis, tanaman penghasil minyak (misalnya kedelai), kapas, beras, tembakau, nila, jeruk, delima, dan beberapa sayuran serta rempah-rempah merupakan tanaman komersial yang dominan.

  • Tropis

Di daerah dengan iklim tropis, kopi, kakao, tebu, pisang,jeruk, kapas, dan rami adalah tanaman komersial yang umum. Kelapa sawit adalah pohon palem tropis, dan buahnya digunakan untuk membuat minyak kelapa sawit.Dampak perubahan iklim terhadap kisaran hama dan penyakit - terutama pada kopi, kakao, dan pisang - umumnya diremehkan. Membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C (2,7°F) sangat penting untuk menjaga produktivitas di daerah tropis.

Sekitar 60 persen pekerja di Afrika bekerja di sektor pertanian, dengan sekitar tiga per lima petani Afrika adalah petani subsisten. Sebagai contoh, di Burkina Faso, 85% penduduknya (lebih dari dua juta orang) bergantung pada produksi kapas untuk mendapatkan penghasilan, dan lebih dari setengah populasi negara tersebut hidup dalam kemiskinan.Perkebunan yang lebih besar cenderung menanam tanaman komersial seperti kopi, teh, kapas, kakao, buah-buahan dan karet. Perkebunan-perkebunan ini, yang biasanya dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan besar, mencakup wilayah seluas puluhan kilometer persegi dan mempekerjakan banyak buruh. Pertanian subsisten menyediakan sumber makanan dan pendapatan yang relatif kecil bagi keluarga, tetapi umumnya gagal menghasilkan cukup untuk memungkinkan investasi kembali.

Situasi di mana negara-negara Afrika mengekspor hasil panen sementara sejumlah besar orang di benua itu berjuang melawan kelaparan telah disalahkan pada negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa. Negara-negara ini melindungi sektor pertanian mereka sendiri, melalui tarif impor yang tinggi dan memberikan subsidi kepada para petaninya, yang menurut sebagian orang menyebabkan produksi komoditas seperti kapas, biji-bijian, dan susu yang berlebihan. [Akibatnya, harga global dari produk-produk tersebut terus menurun hingga Afrika tidak dapat bersaing di pasar dunia, kecuali untuk tanaman pangan yang tidak tumbuh dengan baik di daerah beriklim sedang.

Afrika telah merealisasikan pertumbuhan yang signifikan dalam perkebunan bahan bakar nabati, banyak di antaranya berada di lahan yang dibeli oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Jatropha curcas adalah tanaman komersial yang ditanam untuk produksi bahan bakar nabati di Afrika. Beberapa pihak mengkritik praktik budi daya tanaman nonpangan untuk diekspor ketika Afrika mengalami masalah kelaparan dan kekurangan pangan, dan beberapa penelitian telah menghubungkan maraknya akuisisi lahan, yang sering digunakan untuk menanam tanaman komersial nonpangan dengan meningkatnya tingkat kelaparan di Afrika.

  • Australia

Australia memproduksi lentil dalam jumlah yang signifikan. Diperkirakan pada tahun 2010, Australia memproduksi sekitar 143.000 ton lentil. Sebagian besar panen lentil Australia diekspor ke anak benua India dan Timur Tengah.

  • Italia

Cassa per il Mezzogiorno di Italia pada tahun 1950 membuat pemerintah menerapkan insentif untuk menanam tanaman komersial seperti tomat, tembakau, dan buah jeruk. Hasilnya, mereka menciptakan kelimpahan yang berlebihan dari tanaman-tanaman ini yang menyebabkan kejenuhan yang berlebihan dari tanaman-tanaman ini di pasar global. Hal ini menyebabkan harga tanaman-tanaman ini terdepresiasi.

  • Amerika Serikat

Jeruk adalah tanaman komersial penting di Amerika Serikat.

Tanaman komersial di Amerika Serikat menjadi terkenal setelah generasi baby boomer dan akhir Perang Dunia II. Hal ini dipandang sebagai cara untuk memberi makan ledakan populasi yang besar dan terus menjadi faktor utama dalam memiliki pasokan makanan yang terjangkau di Amerika Serikat. Menurut Sensus Pertanian Amerika Serikat tahun 1997, 90% pertanian di Amerika Serikat masih dimiliki oleh keluarga, dengan tambahan 6% dimiliki oleh kemitraan.Petani tanaman pangan telah menggunakan teknologi pertanian presisi yang dikombinasikan dengan praktik-praktik yang telah teruji untuk menghasilkan makanan yang terjangkau. Berdasarkan statistik Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) untuk tahun 2010, negara bagian dengan jumlah produksi buah tertinggi adalah California, Florida, dan Washington.

  • Vietnam

Kelapa adalah tanaman komersial di Vietnam

Tanaman komersial global

Kelapa dibudidayakan di lebih dari 80 negara di dunia, dengan total produksi 61 juta ton per tahun. Minyak dan susu yang berasal darinya biasanya digunakan untuk memasak dan menggoreng; minyak kelapa juga digunakan secara luas dalam sabun dan kosmetik.

Keberlanjutan tanaman komersial

Sekitar 70% dari makanan dunia diproduksi oleh 500 juta petani kecil. Untuk mata pencaharian mereka, mereka bergantung pada produksi tanaman komersial, komoditas dasar yang sulit dibedakan di pasar. Sebagian besar (80%) pertanian di dunia berukuran 2 hektar atau kurang dari itu. Petani kecil ini sebagian besar ditemukan di negara-negara berkembang dan sering kali tidak terorganisir, buta huruf, atau hanya memiliki pendidikan dasar. Petani kecil memiliki daya tawar yang rendah dan pendapatan yang rendah, sehingga mereka tidak dapat berinvestasi banyak untuk meningkatkan bisnis mereka. Secara umum, petani tidak memiliki akses terhadap input pertanian dan keuangan, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang praktik pertanian dan bisnis yang baik. Masalah-masalah tingkat tinggi ini dalam banyak kasus mengancam masa depan sektor pertanian dan teori-teori mulai berkembang tentang bagaimana mengamankan masa depan pertanian yang berkelanjutan. Transformasi pasar yang berkelanjutan dimulai ketika para pemimpin industri bekerja sama dalam lingkungan pra-kompetitif untuk mengubah kondisi pasar. Intensifikasi berkelanjutan berfokus pada memfasilitasi petani yang berjiwa wirausaha. Untuk merangsang investasi pertanian, proyek-proyek tentang akses keuangan untuk pertanian juga bermunculan. Salah satu contohnya adalah metodologi SCOPE, sebuah alat penilaian yang mengukur kematangan manajemen dan profesionalisme organisasi produsen untuk memberikan wawasan yang lebih baik kepada lembaga pembiayaan tentang risiko-risiko yang terlibat dalam pembiayaan. Saat ini, pembiayaan pertanian selalu dianggap berisiko dan dihindari oleh lembaga keuangan.

Tanaman komersial di pasar gelap

Di AS, Ganja telah disebut sebagai tanaman komersial.

Koka, opium poppy, dan ganja adalah tanaman komersial yang signifikan di pasar gelap, yang prevalensinya bervariasi. Di Amerika Serikat, ganja dianggap oleh beberapa orang sebagai tanaman komersial yang paling berharga. Pada tahun 2006, dilaporkan dalam sebuah studi oleh Jon Gettman, seorang peneliti kebijakan ganja, bahwa berbeda dengan angka-angka pemerintah untuk tanaman legal seperti jagung dan gandum dan menggunakan proyeksi studi untuk produksi ganja AS. ganja pada saat itu, ganja disebut sebagai "tanaman komersial teratas di 12 negara bagian dan di antara tiga tanaman komersial teratas di 30 negara bagian. Studi ini juga memperkirakan produksi ganja pada saat itu (pada tahun 2006) bernilai US $ 35,8 miliar, yang melebihi nilai gabungan jagung sebesar US $ 23,3 miliar dan gandum sebesar US $ 7,5 miliar.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

 

Selengkapnya
Mengenal Tanaman Komersial: Apa itu Tanaman Komersial?

Pertanian

Biji Kakao: Sejarah, Produksi, Pemosresan, Produksi Dunia

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Biji kakao atau biji cokelat adalah biji buah pohon kakao (Theobroma cacao) yang telah melalui proses fermentasi dan pengeringan dan siap diolah. Biji kakao ini terkenal sebagai bahan dasar dari pembuatan cokelat, meskipun biji ini juga dapat diolah menjadi produk lain, seperti masakan tradisional Mesoamerika bernama tejate.

Buah kakao memiliki kulit yang tebal, sekitar 3 cm. Daging buahnya yang disebut pulp tidak dimanfaatkan. Pulp ini mengandung gula dan membantu proses fermentasi biji kakao. Setiap buah kakao mengandung biji sebanyak 30-50 biji. Warna biji sebelum proses fermentasi dan pengeringan adalah putih, dan lalu berubah menjadi keunguan atau merah kecoklatan. Kecuali satu varietas dari Peru yang warna bijinya tetap putih meski telah melalui proses fermentasi dan pengeringan. Pohon kakao dapat dibudidayakan di dalam hutan sehingga menjadikan biji kakao sebagai hasil hutan non-kayu.

Sejarah

Pohon kakao merupakan tumbuhan asli benua Amerika, tepatnya di kaki pegunungan Andes di basin sungai Amazon dan Orinoco, Amerika Selatan. Meski demikian, kemungkinan pohon kakao pernah tersebar luas hingga ke Amerika Tengah. Sebuah kerajinan tangan dari tanah liat bertanggal 1400-1500 SM yang ditemukan di lokasi penggalian situs arkeologi terdapat residu endapan yang mememperkuat hal tersebut. Selain itu, daging buah coklat (pulp) yang manis difermentasikan untuk membuat semacam minuman. Biji coklat juga menjadi mata uang ketika itu.

Kakao merupakan komoditas penting masyarakat MesoAmerika sebelum kedatangan Colombus. Hernán Cortés pada masa penaklukan Meksiko, menceritakan bahwa Moctezuma II, raja Aztec selalu minum coklat yang diberi vanilla dan rempah-rempah untuk menemani makan malamnya. Diperkirakan raja meminum sekitar 60 porsi coklat setiap harinya, dan sebanyak 2000 porsi oleh para anggota keluarga bangsawan di lingkungan kerajaan. Theobroma yang menjadi nama genus dari pohon coklat memiliki makna "makanan para dewa".

Coklat diperkenalkan ke Eropa oleh penjelajah Spanyol dan menjadi minuman yang terkenal di pertengahan abad ke 17.Tumbuhan coklat lalu dibawa dan dibudidayakan ke wilayah jajahan bangsa Eropa seperti Asia Tenggara dan Afrika Barat.

Produksi

Pohon kakao tumbuh di kondisi iklim tropis yang panas, umumnya di rentang lintang 20 derajat dari khatulistiwa. Buah pohon kakao tidak mengenal musim; pohon ini berbuah dan dapat dipanen sepanjang tahun. Hama yang paling sering muncul adalah serangga dari famili Miridae dan fungi dari genus Phytophtora.

Buah coklat yang belum matang memiliki warna yang cerah, biasanya hijau, merah, atau ungu. Ketika sudah matang, buah ini berwarna kekuningan hingga jingga. Buah ini muncul secara langsung dari batang pohonnya, mirip buah nangka. Hal ini memudahkan pemanenan karena buah tidak muncul di tempat yang tinggi. Dan pohon ini berbuah sepanjang tahun. Pemanenan dilakukan dengan pisau yang tajam dan harus hati-hati agar tidak melukai batang karena bunga coklat dapat tumbuh di tempat yang sama. Diperkirakan satu orang tenaga kerja dapat memanen sekitaar 650 per hari.

Pemrosesan

Buah kakao setelah dikupas kulitnya dibuang. Lalu biji yang masih terbungkus pulp ditumpuk bersama dalam wadah selemaka beberapa hari untuk fermentasi. Proses fermentasi akan menghasilkan panas dan menyebabkan pulpnya "mencair". Beberapa negara memanfaatkan cairan pulp ini untuk menghasilkan minuman beralkohol. Laju fermentasi dan pengeringan amat tergantung pada kondisi lingkungan. Satu kilogram biji coklat mengandung sekitar 880 butir biji coklat. Sedangkan satu buah coklat memiliki berat sekitar 400 gram dan menghasilkan antara 35-40 gram biji kering. Diperkirakan satu buruh tenaga kerja dapat memisahkan sebanyak 2000 biji coklat dari buahnya per hari.

Biji coklat tidak hanya dijadikan coklat. Di Amerika Tengah, biji coklat menjadi bahan baku berbagai makanan. Resep minuman coklat pun beragam.

Produksi dunia

Ada tiga varietas utama tanaman coklat, yaitu Forastero, Criollo, dan Trinitario. Yang paling banyak ditanam adalah Forastero yang menghasilkan lebih banyak dan lebih tahan hama dibandingkan varietas lainnya, namun coklat dari varietas Criollo memiliki kualitas lebih baik. Produsen coklat Criollo terbanyak adalah Venezuela. Trinitario merupakan hibrida dari keduanya.

Importir biji kakao terbanyak adalah Belanda, dan juga merupakan pintu masuk biji kakao untuk didistribusikan ke Eropa daratan. Terdapat setidaknya 3.54 juta ton biji kakao diproduksi pada musim 2008-2009. Afrika memproduksi sebanyak 2.45 juta ton dari total tersebut. Pantai Gading dan Ghana merupakan produsen coklat terbanyak di dunia; kombinasi keduanya menyumbang setengah produksi dunia.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Biji Kakao: Sejarah, Produksi, Pemosresan, Produksi Dunia

Pertanian

Pacu Produksi Padi Banten, Ditjenbun Kementan Tanam Padi Gogo di Lebak dan Serang

Dipublikasikan oleh Nadia Pratiwi pada 16 Mei 2024


Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen dan memacu para petani untuk meningkatkan produksi padi nasional, tak hanya di lahan pertanian tetapi juga di lahan-lahan perkebunan.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dan Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Andi Nur Alam Syah, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) Kementan, Heru Tri Widarto melakukan dua kali tanam padi di dua kabupaten di Banten sekaligus pada Jumat (22/3/2024).

Pertama bersama Kelompok Tani Tunas Jaya di Desa Cilangkahan, Kecamatan Malingping Kabupaten Lebak, Banten. Kedua dengan Kelompok Tani Harapan Jaya di Desa Bandulu, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang, Banten.

"Tanam padi ini merupakan solusi strategis dalam menghadapi tantangan dampak akibat El Nino dan darurat pangan yang dihadapi petani maupun masyarakat luas. Jadi diharapkan hasil dari produksi ini nantinya bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional," ujarnya dalam siaran persnya, Sabtu (23/3/2024).

Heru menambahkan, lahan yang ada harus dioptimalkan lewat Program Kelapa Sawit Tumpang Sari Tanaman Pangan (Kesatria). Program ini bisa dilakukan dengan tanamanan padi maupun jagung atau pagi gogo.

Dia mengatakan, wilayah Banten memiliki potensi besar untuk dilakukan penanaman padi gogo. Pasalnya kondisi lahan di Banten dan budaya masyarakatnya lebih sesuai untuk di tanam padi, sedangkan lahan di wilayah lain lebih cocok ditanam jagung

"Jadi tak hanya sekadar lestarikan maupun pelihara tanam padi saja, tapi juga berperan penting menyediakan pangan untuk masyarakat," ujar Heru.

Selain itu, kata dia, Banten juga merupakan salah satu produsen padi peringkat delapan nasional.

Dengan adanya tanam padi gogo ini, Banten diharapkan bisa memperoleh peringkat lebih baik lagi, apalagi padi gogo lebih tahan cuaca ekstrim sehingga cocok untuk kondisi iklim saat ini.

Untuk diketahui, target luas areal tanam padi gogo di Kabupaten Pandeglang seluas 15.000 hektar (ha), Kabupaten Lebak 15.000 ha, sedangkan Kabupaten Serang seluas 233 ha.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten telah mengeluarkan surat untuk memberikan usulan jumlah calon penerima dan calon lokasi (CPCL)—penerima bantuan benih dan lokasi penanaman padi gogo—sampai Kamis (21/3/2024).

Rincian usalannya adalah Kabupaten Pandeglang sebanyak 2.522 ha, Kabupaten Lebak seluas 4.048 ha, dan Kabupaten Serang seluas 17 ha. Sisa target CPCL diharapkan dapat dicapai secara bertahap hingga April 2024.

"Ini tidak mudah dan tanggung jawab besar apalagi di tengah kondisi cuaca ekstrim dan darurat pangan saat ini. Harus segera dilakukan dan saling bersinergi demi mewujudkan ketahanan pangan nasional," ujarnya.

Heru berharap, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tiga kabupaten tersebut beserta seluruh pihak terkait dapat berpartisipasi aktif dalam mengidentifikasi potensi CPCL dan memverifikasinya. 

Setelah itu melalui Dinas Pertanian Kabupaten diajukan  ke Dinas Pertanian Provinsi Banten dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan secara berjenjang.

Agar semakin banyak kelompok tani yang ikut bergabung tanam padi gogo, penanaman juga dapat dilakukan di lahan kelapa dan perkebunan lainnya, tidak hanya di lahan sawit.

"Dengan demikian dampak dari El Nino terhadap pangan bisa teratasi, target tanam maupun panen dapat terealisasikan tepat waktu, serta terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Indonesia," kata Heru.

Untuk itu, lanjut Heru, dibutuhkan sinergi dan kontribusi aktif semua pihak, baik dalam berkoordinasi maupun pengawalan serta pengoptimalan pembinaan kepada pekebun.

Sebagai informasi, selain melakukan tanam padi gogo, Ditjebun Kementan  juga turut memberikan bantuan benih kelapa sebanyak 100 batang kepada kelompok tani di Kabupaten Serang.

"Diharapkan dengan adanya bantuan ini dapat membantu menambah pendapatan pekebun kedepannya," harap Heru.

Sumber: https://kilaskementerian.kompas.com/

Selengkapnya
Pacu Produksi Padi Banten, Ditjenbun Kementan Tanam Padi Gogo di Lebak dan Serang
page 1 of 26 Next Last »