Pertanian

Mendorong Transformasi Pertanian Sub-Sahara Afrika Melalui Energi Terbarukan: Agenda Riset, Studi Kasus, dan Implikasi Nyata

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 01 Juli 2025


Mengapa Energi Terbarukan Jadi Kunci Masa Depan Pertanian Afrika?

Pertanian adalah tulang punggung ekonomi di Sub-Sahara Afrika, melibatkan lebih dari 60% tenaga kerja dan menjadi sumber utama pangan serta mata pencaharian masyarakat pedesaan12. Namun, sektor ini menghadapi tantangan besar: 95% lahan pertanian masih bergantung pada hujan, hanya 5% yang memiliki sistem irigasi, dan lebih dari dua pertiga penduduk pedesaan belum menikmati akses listrik yang andal31. Ketidakpastian iklim, pertumbuhan populasi yang pesat, serta minimnya infrastruktur energi dan air semakin memperparah kerentanan pangan dan kemiskinan.

Artikel ini meresensi secara kritis paper “A renewable energy-centred research agenda for planning and financing Nexus development objectives in rural sub-Saharan Africa” (Falchetta et al., 2022), mengulas agenda riset yang diusulkan, studi kasus implementasi, serta membandingkannya dengan tren dan inovasi nyata di lapangan. Artikel ini juga menyoroti bagaimana energi terbarukan dapat menjadi katalisator transformasi pertanian dan pembangunan pedesaan yang inklusif.

Tantangan dan Realitas: Gambaran Sistem Pertanian dan Energi di Sub-Sahara Afrika

Ketergantungan pada Pertanian Skala Kecil

  • 80% produksi pertanian di Sub-Sahara Afrika berasal dari petani kecil, yang mewakili sekitar 60% populasi regional3.
  • Lebih dari 90% lahan pertanian hanya mengandalkan air hujan, jauh di atas rata-rata global dan India (sekitar 60%)3.
  • Minimnya mekanisasi: hanya 10% tenaga pertanian yang terotomasi, sisanya masih mengandalkan tenaga manusia dan hewan.
  • 10-20% hasil panen hilang pasca panen karena kurangnya fasilitas penyimpanan dan pengolahan berbasis listrik.

Krisis Energi dan Air di Pedesaan

  • Sekitar 470 juta dari 640 juta penduduk pedesaan di Afrika belum memiliki akses listrik3.
  • Hanya 60% penduduk pedesaan yang memiliki akses air bersih, dan 30% memiliki sanitasi layak.
  • Irigasi yang ada masih didominasi pompa diesel—mahal, tidak ramah lingkungan, dan membebani keuangan petani serta negara.

Dampak Sosial dan Lingkungan

  • Deforestasi lebih dari 90% di Afrika dipicu oleh praktik perladangan berpindah akibat rendahnya produktivitas lahan.
  • Ketimpangan gender tinggi: perempuan kurang memiliki akses terhadap pendidikan, aset, dan teknologi, serta menanggung beban kerja tambahan.

Studi Kasus: Solar Irrigation dan Inovasi Energi Terbarukan di Rwanda

Transformasi nyata mulai terlihat di Rwanda, di mana 299 koperasi pertanian dan lebih dari 1.100 petani telah mengoperasikan sistem irigasi skala besar berbasis tenaga surya untuk mengatasi kelangkaan air1. Di zona rawan kekeringan, 87 koperasi telah menggunakan irigasi surya untuk meningkatkan hasil panen secara signifikan.

Salah satu petani, Ndwaniye, mengaku hasil panen wortel dan kolnya melonjak dari 1 ton per hektar menjadi 3 ton per hektar setelah dua musim menggunakan irigasi surya1. Teknologi ini kini menjadi standar untuk suplai air di wilayah off-grid Rwanda, didukung oleh program pemerintah dan lembaga internasional.

Studi oleh tim dari University of Sheffield menegaskan bahwa irigasi tenaga surya mampu menekan biaya operasional, menghemat air, dan meningkatkan pendapatan petani. Kunci keberhasilan terletak pada pemahaman kebutuhan spesifik tanaman dan survei lokasi yang cermat untuk desain sistem yang optimal.

Agenda Riset: Integrasi Nexus dan Model Bisnis Berkelanjutan

Falchetta dkk. menegaskan perlunya agenda riset terintegrasi yang menghubungkan dimensi iklim, air, energi terbarukan, pertanian, dan pembangunan3. Agenda ini menjadi fondasi proyek EC-H2020 LEAP-RE RE4AFAGRI yang bertujuan:

  • Mengembangkan model multi-skala untuk mengintegrasikan kebutuhan air, energi, dan pertanian.
  • Membuat platform analisis terbuka berbasis data spasial dan pemodelan untuk mendukung pengambilan keputusan pemerintah, swasta, dan komunitas lokal.
  • Meneliti dan mengembangkan model bisnis yang layak secara komersial bagi perusahaan swasta dan koperasi petani.
  • Merancang kerangka kerja yang fleksibel agar dapat direplikasi di berbagai konteks negara berkembang.

Komponen Kunci Agenda Riset

  • Integrasi alat pemodelan Nexus dengan perencanaan elektrifikasi, fokus pada energi terbarukan.
  • Penguatan data spasial: pemetaan kebutuhan irigasi, akses listrik, dan potensi energi terbarukan secara detail.
  • Pengembangan model bisnis: meneliti insentif, risiko, dan peluang investasi swasta dalam infrastruktur energi dan air.
  • Kolaborasi multi-aktor: melibatkan universitas, pemerintah, perusahaan energi, koperasi petani, dan lembaga keuangan.

Inovasi Model Bisnis: Dari Mini-Grid hingga Pembiayaan Mikro

Salah satu kendala utama elektrifikasi pedesaan adalah persepsi risiko dan profitabilitas rendah di mata investor swasta. Falchetta dkk. menekankan pentingnya menggeser fokus dari elektrifikasi rumah tangga ke pemanfaatan produktif energi—misalnya untuk irigasi, pengolahan hasil, dan penyimpanan dingin32.

Beberapa model bisnis yang mulai berkembang antara lain:

  • Mini-grid berbasis surya untuk desa atau sentra pertanian, di mana pelanggan produktif (seperti koperasi tani) menjadi “anchor customer” yang menjamin kelayakan finansial proyek.
  • Sistem irigasi surya individual: cocok untuk lahan kecil, mudah dioperasikan, dan biaya perawatan rendah.
  • Skema pembiayaan mikro dan leasing alat pertanian berbasis energi terbarukan, mengurangi beban investasi awal bagi petani.
  • Keterlibatan komunitas dalam pengelolaan dan pemeliharaan, serta bagi hasil dari keuntungan energi dan hasil pertanian.

Dampak dan Peluang: Transformasi Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan

Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan

  • Studi di Rwanda menunjukkan hasil panen dapat meningkat hingga tiga kali lipat dengan irigasi surya1.
  • Penggunaan energi terbarukan menurunkan biaya operasional, memperluas akses pasar, dan meningkatkan daya tawar petani.

Pengurangan Kerugian Pascapanen

  • Dengan listrik yang andal, petani bisa memanfaatkan mesin pengolahan, pendingin, dan penyimpanan hasil—mengurangi kerugian 10-20% yang selama ini terjadi karena pembusukan.

Penguatan Ketahanan Iklim dan Lingkungan

  • Irigasi berbasis energi terbarukan mengurangi ketergantungan pada diesel, menekan emisi karbon, dan meminimalisir deforestasi akibat perluasan lahan baru.
  • Diversifikasi sumber energi dan air memperkuat ketahanan terhadap cuaca ekstrem dan perubahan pola hujan.

Pemberdayaan Perempuan dan Pengurangan Ketimpangan

  • Akses energi dan teknologi baru membuka peluang usaha, pendidikan, dan pengurangan beban kerja bagi perempuan di pedesaan.

Kritik dan Perbandingan dengan Studi Lain

Agenda riset Falchetta dkk. sangat progresif karena mengintegrasikan pendekatan lintas sektor dan menekankan pentingnya model bisnis yang berkelanjutan. Namun, tantangan implementasi tetap besar:

  • Pendanaan dan skala: Banyak proyek masih bersifat pilot, belum masif, dan sangat tergantung pada hibah atau donor.
  • Kapasitas teknis lokal: Masih diperlukan pelatihan dan transfer teknologi agar komunitas mampu mengelola sistem secara mandiri.
  • Regulasi dan insentif: Pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif, termasuk insentif pajak, regulasi tarif, dan perlindungan investasi.

Dibandingkan dengan studi lain, seperti proyek Renewable Energy Map di Kamerun yang memetakan potensi dan merancang 54 pembangkit energi terbarukan untuk 480 desa4, pendekatan Falchetta dkk. lebih menekankan integrasi data spasial, pemodelan multi-skala, dan replikasi lintas negara. Sementara proyek di Rwanda dan Uganda menunjukkan keberhasilan nyata di lapangan, agenda riset ini menawarkan kerangka kerja sistematis untuk memperluas dampak ke seluruh Sub-Sahara Afrika.

Keterkaitan dengan Agenda Global dan Tren Industri

Transformasi pertanian berbasis energi terbarukan sangat sejalan dengan SDG7 (energi bersih dan terjangkau), SDG2 (pengentasan kelaparan), SDG13 (aksi iklim), dan SDG8 (pertumbuhan ekonomi inklusif). Inisiatif seperti LEAP-RE, RE4AFAGRI, dan PURE (Productive Use of Renewable Energy) yang didukung oleh lembaga internasional dan pemerintah Afrika menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor dan negara sangat krusial untuk mempercepat adopsi energi terbarukan di sektor pertanian56.

Rekomendasi dan Langkah Ke Depan

  • Perkuat kolaborasi multi-aktor: Libatkan universitas, pemerintah, swasta, koperasi, dan lembaga keuangan dalam riset, implementasi, dan pembiayaan.
  • Dorong inovasi model bisnis: Fokus pada pemanfaatan produktif energi, pembiayaan mikro, dan mini-grid berbasis komunitas.
  • Bangun kapasitas lokal: Investasi pada pelatihan teknis, manajemen, dan kewirausahaan di tingkat desa.
  • Integrasikan data spasial dan pemodelan: Gunakan platform terbuka untuk pemetaan kebutuhan dan potensi energi, air, dan pertanian.
  • Ciptakan regulasi yang mendukung: Pemerintah perlu memberikan insentif dan perlindungan bagi investasi energi terbarukan di pedesaan.

Penutup

Energi terbarukan bukan sekadar solusi teknis, melainkan fondasi transformasi sosial-ekonomi dan lingkungan di Sub-Sahara Afrika. Agenda riset dan inovasi nyata yang diulas dalam paper ini menunjukkan bahwa integrasi energi terbarukan dalam pertanian mampu meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan ketahanan iklim masyarakat pedesaan. Dengan kolaborasi lintas sektor, inovasi model bisnis, dan dukungan kebijakan yang tepat, Sub-Sahara Afrika berpeluang besar menjadi contoh sukses transisi energi dan pembangunan pertanian berkelanjutan di dunia.

Sumber asli:
Falchetta, G., Adeleke, A., Awais, M., Byers, E., Copinschi, P., Duby, S., Hughes, A., Ireland, G., Riahi, K., Rukera-Tabaro, S., Semeria, F., Shendrikova, D., Stevanato, N., Troost, A., Tuninetti, M., Vinca, A., Zulu, A., & Hafner, M. (2022). A renewable energy-centred research agenda for planning and financing Nexus development objectives in rural sub-Saharan Africa. Energy Strategy Reviews, 43, 100922.

Selengkapnya
Mendorong Transformasi Pertanian Sub-Sahara Afrika Melalui Energi Terbarukan: Agenda Riset, Studi Kasus, dan Implikasi Nyata

Pertanian

Apa yang dimaksud dengan Cinchona?

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 29 April 2025


Cinchona adalah sebuah genus yang terdiri dari sekitar 25 spesies tumbuhan dari keluarga Rubiaceae yang berasal dari wilayah Amerika Selatan tropis. Tanaman ini biasanya berbentuk perdu besar atau pohon kecil yang hijau sepanjang tahun dan dapat tumbuh hingga ketinggian 5 hingga 15 meter.

Kulit pohon cinchona merupakan sumber berbagai jenis alkaloid, di antaranya kuinina yang merupakan senyawa antipiretik yang umumnya digunakan untuk mengobati malaria. Dari banyak tumbuhan yang menghasilkan kuinina, hanya C. officinalis dan C. pubescens (juga dikenal sebagai C. succirubra) yang ditanam secara komersial di perkebunan. C. officinalis subsp. ledgeriana umumnya digunakan sebagai batang bawah. Kedua jenis ini dikenal sebagai tumbuhan kina di pasar perdagangan.

Persebaran dan Syarat Pertumbuhan

Kina, pohon dari genus Cinchona sp., berasal dari Pegunungan Andes, tumbuh pada ketinggian 1050 hingga 1500 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia, kina dapat hidup di daerah dengan ketinggian 800 hingga 2000 mdpl, dengan ketinggian optimal untuk budidaya sekitar 1400 hingga 1700 mdpl. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan kina adalah 2000 hingga 3000 mm/tahun. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada suhu 13.5 hingga 21 derajat Celcius, dengan kelembaban relatif harian minimum dalam satu tahun sekitar 68% hingga 97%. Tanah yang cocok untuk budidaya kina adalah yang subur, gembur, tidak berbatu, kaya akan bahan organik, dan memiliki pH sekitar 4.6 hingga 6.5, dengan pH optimal sebesar 5.8.

Spesies:

  • Cinchona antioquiae L.Andersson (1998).
  • Cinchona asperifolia Wedd. (1848).
  • Cinchona barbacoensis H.Karst. (1860).
  • Cinchona × boliviana Wedd. (1848).
  • Cinchona calisaya Wedd. (1848).
  • Cinchona capuli L.Andersson (1994).
  • Cinchona fruticosa L.Andersson (1998).
  • Cinchona glandulifera Ruiz & Pav. (1802).
  • Cinchona hirsuta Ruiz & Pav. (1799).
  • Cinchona krauseana L.Andersson (1998).
  • Cinchona lancifolia Mutis (1793).
  • Cinchona lucumifolia Pav. ex Lindl. (1838).
  • Cinchona macrocalyx Pav. ex DC. (1829).
  • Cinchona micrantha Ruiz & Pav. (1799).
  • Cinchona mutisii Lamb. (1821).
  • Cinchona nitida Ruiz & Pav. (1799).
  • Cinchona officinalis L. (1753)
  • Cinchona parabolica Pav. in J.E.Howard (1859).
  • Cinchona pitayensis (Wedd.) Wedd. (1849).
  • Cinchona pubescens Vahl (1790), syn. C. succirubra
  • Cinchona pyrifolia L.Andersson (1998).
  • Cinchona rugosa Pav. in J.E.Howard (1859).
  • Cinchona scrobiculata Humb. & Bonpl. (1808).
  • Cinchona villosa Pav. ex Lindl. (1838).
  • Cinchona robusta
  • Cinchona hybrida.

Produksi Kina

Ada dua spesies penting Cinchona yaitu C. succirubra yang dimanfaatkan sebagai rimpang dan C. ledgriana yang dimanfaatkan sebagai bahan tanaman sebenarnya. Di Indonesia, tanaman kuinon banyak diperbanyak dengan menggabungkan stek akar dan batang. Tanaman ini dapat ditanam terlebih dahulu dengan cara disemai dengan cara stek, kemudian dengan cara penyiapan tanah dan pemupukan tanah, kemudian dengan cara ditanam. Tanaman kina dapat ditanam pada awal musim hujan untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Tanaman kina dapat dipanen pada musim kemarau.

Selengkapnya
Apa yang dimaksud dengan Cinchona?

Pertanian

Apa yang dimaksud dengan Makanan atau Panganan?

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 29 April 2025


Makanan adalah substansi yang dimakan oleh makhluk hidup untuk memperoleh nutrisi yang kemudian diubah menjadi energi. Nutrisi dalam makanan meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh. Minuman juga merupakan konsumsi cairan, tetapi istilah "makanan" juga dapat mengacu pada hal tersebut. Manusia mengonsumsi makanan yang disebut pangan, sementara hewan mengonsumsi pakan.

Kualitas suatu makanan dinilai berdasarkan nilai energinya dan berapa lama makanan tersebut dapat disimpan. Kurangnya konsumsi makanan yang tepat atau cukup dapat menyebabkan malnutrisi, yang berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Beberapa makanan juga dapat menyebabkan alergi pada individu yang sensitif. Bahan makanan diolah menjadi berbagai hidangan yang mencerminkan kebudayaan atau lokasi geografis tertentu. Makanan juga menjadi fokus dalam berbagai bidang ilmu seperti ilmu pangan, gizi, dan gastronomi.

Sumber Makanan

Sebagian besar makanan berasal dari tumbuhan, dengan beberapa di antaranya langsung berasal dari sumber tumbuhan. Biji-bijian menjadi makanan pokok yang memberikan energi dan nutrisi yang melimpah, dengan jagung, gandum, dan beras, serta varian-varian lainnya, berkontribusi sebesar 87% dari total produksi biji-bijian dunia. Meskipun demikian, sebagian besar biji-bijian tersebut digunakan sebagai pakan ternak.

Selain dari hewan dan tumbuhan, makanan juga dapat berasal dari berbagai jamur yang dapat dikonsumsi, terutama jamur kancing. Proses fermentasi menggunakan jamur dan bakteri menjadi penting dalam pembuatan berbagai makanan seperti ragi roti, minuman beralkohol, keju, acar, kombucha, dan yogurt. Contoh lainnya termasuk alga biru-hijau seperti spirulina. Beberapa zat anorganik seperti garam, soda kue, dan krim tartar digunakan untuk mengawetkan atau mengubah bahan secara kimia dalam pembuatan makanan.

Fungsi Dari Makanan

Setiap makhluk hidup memerlukan makanan untuk energi dan pertumbuhan. Makanan bergizi mendukung perkembangan otak dan tubuh manusia. Nutrisi seperti protein, karbohidrat, dan lemak berperan penting dalam kesehatan. Karbohidrat menyediakan tenaga sehari-hari, protein mendukung pertumbuhan, dan lemak berfungsi sebagai cadangan energi. Lemak akan digunakan saat karbohidrat tidak mencukupi, memberikan glukosa penting untuk tubuh.

Masalah Tidak Mendapat Makanan

Kekurangan makanan dapat mengakibatkan kelaparan, yaitu ketidakcukupan asupan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Orang dewasa wanita memerlukan sekitar 2.100 kalori per hari, sementara pria dewasa memerlukan sekitar 2.500 kalori. Selain itu, kekurangan makanan juga dapat mengakibatkan kekurangan nutrisi yang menyebabkan berbagai penyakit, seperti kwashiorkor karena kekurangan protein, anemia karena kekurangan zat besi, dan gondok karena kekurangan mineral. Kekurangan vitamin juga dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti beri-beri, pelagra, pernisiosa, rakitis, dan skorbut.


Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan

Selengkapnya
Apa yang dimaksud dengan Makanan atau Panganan?

Pertanian

Memahami Lebih Lanjut Mengenai Makanan Pokok

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 29 April 2025


Makanan pokok adalah jenis makanan yang dikonsumsi dalam jumlah besar, menjadi sumber utama karbohidrat, memiliki rasa netral, mengenyangkan, dan diperoleh dari alam setempat. Selain menyediakan karbohidrat, makanan pokok juga merupakan bagian integral dari budaya makan di berbagai kelompok etnik. Di Indonesia, nasi adalah makanan pokok yang sangat penting dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya makan masyarakat. Nasi putih, selain menjadi bagian penting dari kebiasaan makan, juga merupakan sumber energi yang signifikan bagi tubuh. Jenis makanan pokok bervariasi di setiap daerah, dipengaruhi oleh kondisi geografis dan budaya lokal. Selain nasi, Indonesia memiliki makanan pokok lainnya seperti jagung, kentang, labu kuning, pisang, sagu, singkong, ubi jalar, dan sukun.

Penyebaran Makanan Pokok

Di Amerika, jagung adalah makanan pokok yang banyak dikonsumsi oleh penduduk sehari-hari. Amerika Serikat, khususnya, merupakan produsen dan eksportir jagung terbesar karena jagung melimpah di negara tersebut, meskipun asal penyebarannya berasal dari Amerika Tengah. Lebih dari 90 juta hektar tanah di Amerika digunakan untuk menanam jagung.

Gandum merupakan bahan utama makanan pokok di Timur Tengah. Biasanya diolah menjadi tepung untuk membuat roti, mie, biskuit, dan makanan lainnya. Cina dan India menyumbang 31% dari produksi gandum global pada 2019, diikuti oleh Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis.

Beras adalah makanan pokok di Asia, di mana penduduknya menjadi konsumen terbesar menurut OECD. Konsumsi beras di Asia mencapai 77,2 kg per orang per tahun pada periode 2018-2020. Asia juga memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras global karena banyaknya petani di kawasan tersebut.

Pengelompokkan

Pangan Nabati: Makanan pokok dari sumber nabati adalah produk pangan yang dihasilkan dari tumbuhan yang bisa dikonsumsi langsung atau setelah pengolahan. Makanan nabati ini mengandung berbagai nutrisi penting seperti vitamin, mineral, serat, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Di Indonesia, pangan nabati telah diklasifikasikan dalam Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2010-2014. Contoh pangan nabati meliputi beras, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayuran, buah-buahan, minyak goreng, dan gula putih.

Pangan Hewani: Makanan pokok dari sumber hewani adalah produk pangan yang berasal dari ternak, unggas, dan ikan. Makanan hewani umumnya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori besar: daging, telur, susu, dan ikan.

Contoh Makanan Pokok

Jagung:

  • Jagung adalah makanan pokok di berbagai negara termasuk Indonesia dan Meksiko, yang memiliki sejarah panjang dalam penggunaannya.
  • Kandungan karbohidrat tinggi membuatnya menjadi sumber energi yang penting, terutama di daerah Madura dan Nusa Tenggara Timur.
  • Proses pengolahan jagung relatif mudah, dan dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti beras jagung.

Kentang:

  • Kentang, berasal dari Amerika Selatan, telah menjadi makanan pokok yang penting di banyak negara termasuk Indonesia.
  • Selain sebagai sumber energi, kentang juga mengandung berbagai nutrisi penting seperti vitamin C, kalsium, zat besi, dan protein.
  • Perlu diperhatikan dalam konsumsi kentang untuk mencegah risiko keracunan, terutama saat hamil.

Labu Kuning:

  • Labu kuning adalah makanan pokok di beberapa daerah, khususnya di Papua.
  • Mengandung zat antioksidan yang tinggi dan memiliki manfaat kesehatan seperti meningkatkan sistem imun dan mengontrol kolesterol.
  • Pemasarannya luas, termasuk ke Amerika Serikat.

Pisang:

  • Pisang memiliki potensi sebagai alternatif makanan pokok pengganti nasi di beberapa negara.
  • Kaya akan kalium, vitamin A, magnesium, dan rendah lemak, sehingga cocok untuk program penurunan berat badan.
  • Dapat dijadikan bahan utama makanan pokok di Uganda.

Sagu:

  • Sagu adalah makanan pokok di Indonesia Timur, khususnya di Papua.
  • Kaya akan karbohidrat, protein, serat, kalsium, dan zat besi, sehingga cocok sebagai pengganti beras.
  • Dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti papeda.

Singkong:

  • Singkong adalah makanan pokok yang potensial di Indonesia.
  • Beras singkong, hasil olahannya, menjadi sumber energi yang baik dan cocok untuk penderita diabetes.
  • Tiwul, produk olahan singkong, kaya akan nutrisi dan dapat menggantikan nasi sebagai makanan pokok.

Ubi Jalar:

  • Ubi jalar adalah makanan pokok di Papua, kaya akan karbohidrat, vitamin A, dan vitamin C.
  • Dapat tumbuh di lingkungan marjinal dan memiliki potensi baik dalam program diversifikasi pangan.
  • Kandungan nutrisinya yang tinggi menjadikannya sebagai sumber energi yang penting.

Sukun:

  • Sukun adalah makanan pokok alternatif di Indonesia, kaya akan karbohidrat dan serat.
  • Mudah tumbuh di daerah tropis dan memiliki berbagai manfaat kesehatan.
  • Terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta banyak dimanfaatkan dalam industri makanan.

Pengaruh produksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi berbagai makanan pokok meliputi produk alam dan pengaruh geografis yang memengaruhi perilaku konsumsi penduduk suatu negara. Perilaku konsumen ini dipengaruhi oleh faktor genetik, di mana lidah manusia dapat mendeteksi rasa manis, asin, pahit, asam, dan umami. Perubahan DNA juga memengaruhi komposisi rasa. Selain itu, budaya pangan juga mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat serta produksi makanan pokok. Faktor terakhir yang mempengaruhi produksi makanan pokok adalah lingkungan negara terkait penggunaan bahan-bahannya.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Makanan_pokok

Selengkapnya
Memahami Lebih Lanjut Mengenai Makanan Pokok

Pertanian

Apa Yang Dimaksud Dengan Beras?

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 29 April 2025


Beras merupakan bagian dari beras yang telah terpisah dari sekamnya. Secara anatomi, bagian sekam disebut "palea" dan "lemma". Pada saat pemanenan padi, gabah dipukul atau dihancurkan dalam lesung untuk memisahkan sekam dari isinya. Bagian isinya yang memiliki berbagai warna seperti putih, merah, ungu, atau hitam disebut nasi. Tanaman padi bisa tumbuh dengan tinggi antara 1 hingga 1,8 meter, dengan daunnya yang panjang dan sempit, biasanya memiliki panjang sekitar 50-100 cm dan lebar 2-2,5 cm. Nasi yang dapat dikonsumsi biasanya memiliki panjang antara 5 hingga 12 mm dan tebal 2-3 mm. Nasi yang dibuat dari jenis padi ketan dikenal sebagai ketan.

Struktur dan Kandungan Beras

Struktur beras secara biologis terdiri dari tiga bagian utama, yaitu aleuron (lapisan terluar yang sering kali dibuang saat pengupasan), endosperma (tempat sebagian besar pati dan protein terdapat), dan embrio (calon tanaman baru yang tidak dapat tumbuh dalam beras kecuali dengan teknik kultur jaringan; dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai mata beras).

Secara kandungan, beras dominan oleh pati sekitar 80-85%, disertai dengan protein, vitamin (terutama pada aleuron), mineral, dan air. Pati dalam beras terdiri dari dua jenis polimer karbohidrat, yaitu amilosa yang memiliki struktur lurus dan amilopektin yang berstruktur bercabang dan cenderung lengket. Proporsi dari kedua jenis pati ini sangat mempengaruhi warna dan tekstur nasi. Ketan, yang didominasi oleh amilopektin, cenderung sangat lengket, sementara beras pera, dengan kandungan amilosa lebih dari 20%, menghasilkan butiran nasi yang tidak lengket dan keras.

Perbedaan Warna Beras

Perbedaan warna pada beras dipengaruhi oleh genetika, terutama gen yang mengatur warna aleuron, endosperm, dan komposisi pati pada endosperm.

  1. Beras putih: Berwarna putih agak transparan karena memiliki sedikit aleuron dan kandungan amilosa sekitar 20%. Jenis ini menjadi dominan di pasar beras.
  2. Beras merah: Warna merah atau ungu disebabkan oleh aleuron yang mengandung gen yang memproduksi antosianin.
  3. Beras hitam: Sangat langka dan berwarna ungu pekat hampir mendekati hitam karena aleuron dan endosperm memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi.
  4. Ketan: Berwarna putih tidak transparan, dengan hampir seluruh patinya merupakan amilopektin.
  5. Ketan hitam: Versi ketan dari beras hitam.

Selain itu, ada juga inovasi baru seperti beras analog dari sagu, jagung, dan tepung singkong yang diluncurkan sebagai pengganti beras padi. Beberapa jenis beras juga memiliki aroma wangi ketika dimasak, seperti 'Cianjur Pandanwangi' atau 'Rajalele', yang dihasilkan oleh senyawa aromatik yang dilepaskan oleh beras dan diatur secara genetik. Di Provinsi Gilan, Iran utara, banyak kultivar padi Indica telah dibesarkan oleh petani seperti Gerdeh, Hashemi, Hasani, dan Gharib.

Aspek Pangan

Beras merupakan bahan pangan yang sangat penting, terutama sebagai bahan dasar pembuatan nasi, makanan pokok di berbagai belahan dunia. Selain itu, beras digunakan dalam pembuatan berbagai kudapan dan kue-kue, terutama dari ketan, serta sebagai bahan dalam pembuatan tapai. Beras juga memiliki peran dalam jamu seperti beras kencur dan param, serta dalam minuman seperti arak dan air tajin. Di industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras dan tepung bekatul dari lapisan aleuron yang kaya nutrisi. Bagian embrio juga dijadikan suplemen makanan dalam bentuk tepung mata beras. Untuk keperluan diet, beras juga digunakan sebagai sumber pangan bebas gluten dalam bentuk berondong. Beras merah, salah satu jenis beras di Indonesia, memiliki khasiat obat yang diyakini sejak lama. Beras merah memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih, termasuk protein dan tiamin yang lebih tinggi. Kekurangan tiamin dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti beri-beri. Selain itu, beras merah juga kaya akan fosfor dan selenium, yang merupakan elemen penting dalam menjaga kesehatan tubuh dan mencegah penyakit degeneratif seperti kanker.

Aspek Budaya dan Bahasa

Budaya padi merupakan bagian integral dari budaya Austronesia, terutama di bagian barat. Istilah-istilah yang berkaitan dengan padi, seperti padi, gabah, merang, jerami, beras, nasi, atau ketan, menjadi ciri khas dari budaya Austronesia. Hal ini tercermin dalam relief-relief pada candi-candi di Jawa yang menunjukkan kehadiran budaya padi pada masa itu. Meskipun ada inovasi dalam pengolahan makanan beras, seperti rengginang dan beras merah instan, budaya menanak beras masih tetap terjaga sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Beras

Selengkapnya
Apa Yang Dimaksud Dengan Beras?

Pertanian

Penjelasan Mengenai Gabah atau Bulir Padi

Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 29 April 2025


Gabah merujuk pada bulir padi yang telah terpisah dari tangkainya, atau yang lebih dikenal sebagai jerami. Dalam perdagangan komoditas, gabah memiliki peran penting karena merupakan tahap awal dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi. Perdagangan padi dalam jumlah besar umumnya dilakukan dalam bentuk gabah. Gabah secara teknis didefinisikan sebagai hasil tanaman padi yang telah dipisahkan dari tangkainya melalui proses perontokan.

Anatomi Gabah

Secara anatomi biologi, gabah merupakan buah padi sekaligus bijinya. Sebagai buah bertipe bulir atau caryopsis, sulit untuk membedakan bagian buah dan biji secara terpisah.

Istilah perdagangan gabah

Untuk mengatur perdagangan gabah, terdapat istilah-istilah khusus yang digunakan dalam menentukan harga berdasarkan kualitas gabah. Istilah-istilah ini mencakup:

  • Gabah Kering Panen (GKP), gabah dengan kadar air antara 18% hingga 25%, kotoran dan hampa antara 6% hingga 10%, butir hijau/mengapur antara 7% hingga 10%, serta batasan butir kuning/rusak maksimum 3% dan butir merah maksimum 3%.
  • Gabah Kering Simpan (GKS), gabah dengan kadar air antara 14% hingga 18%, kotoran dan hampa antara 3% hingga 6%, butir hijau/mengapur antara 5% hingga 7%, serta batasan butir kuning/rusak maksimum 3% dan butir merah maksimum 3%.
  • Gabah Kering Giling (GKG), gabah dengan kadar air maksimum 14%, kotoran dan hampa maksimum 3%, butir hijau/mengapur maksimum 5%, serta batasan butir kuning/rusak maksimum 3% dan butir merah maksimum 3%.

Ketentuan-ketentuan ini digunakan oleh Bulog untuk menentukan harga gabah atau beras berdasarkan kualitasnya.


Disadur dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Gabah

Selengkapnya
Penjelasan Mengenai Gabah atau Bulir Padi
page 1 of 27 Next Last »