Teknik Ketenagalistrikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 11 Juli 2022
Pengoperasian jalan tol di Indonesia masih belum menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai sumber energi listrik. Berangkat dari hal tersebut, empat mahasiswa Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membuat terobosan berupa alat pemanen energi angin dan matahari untuk sumber kelistrikan mandiri di jalan tol.
Ilham Erick Kurniawan bersama ketiga rekan timnya, yakni Fachry Azca Haidar Fayumi, Mohammad Alfan Affandy, dan Firas Quthbi Sidqi merancang alat ini dengan menggunakan konsep vertical axis wind turbine. Maknanya, alat ini menggunakan turbin angin yang mampu menghasilkan energi listrik dengan optimal pada kecepatan angin rendah. “Angin rendah ini seperti yang dihasilkan dari aktivitas lalu lintas kendaraan di jalan tol,” terang Ilham.
Tidak hanya memanfaatkan energi angin, alat ini masih dapat memanfaatkan sumber energi listrik lainnya. “Saat kondisi jalan tol sepi dan minim angin, alat (rancangan) kami masih dapat memanfaatkan energi cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik,” tutur pemuda ini.
Ilham melanjutkan, model turbin tersebut dirancang agar angin yang masuk dapat dialirkan menuju piezoelektrik (muatan listrik yang terakumulasi pada benda padat tertentu, red) di bagian bawah turbin. “Kami memilih spesifikasi piezoelektrik yang sesuai agar turbin kami dapat menghasilkan daya yang maksimal,” imbuhnya.
Lebih dalam, Ilham meyakini jika alat ciptaan timnya lebih unggul dibandingkan panel surya konvensional pada umumnya. Selain bersumber dari EBT, turbin mereka menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang lebih besar, harga lebih murah, serta biaya perawatan alat yang lebih terjangkau. “Turbin ini juga akan mengurangi penggunaan listrik dari pembangkit listrik pada umumnya,” tandas Ilham meyakinkan.
Sudah teruji, hasil rancangan Ilham dan tim ini berhasil membuahkan medali perunggu pada kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-34 bidang Karsa Cipta kategori Poster. Untuk pengembangan selanjutnya, mereka akan menambahan fitur otomasi pada alat sehingga penggunaan alat dapat dipantau dari jarak jauh. “Tidak sebatas itu, kami berharap agar alat ini juga dapat diterapkan di daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) guna meningkatkan bauran EBT di Indonesia,” pungkas Ilham. (HUMAS ITS)
Sumber Artikel: its.ac.id
Teknik Ketenagalistrikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 11 Juli 2022
Forum Guru Besar (FGB) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar orasi ilmiah dari empat orang Guru Besar ITB pada Sabtu (10/7/2021). Salah satunya Prof. Dr. Ir. Bambang Anggoro Soedjarno P., M.T., yang membahas tentang sistem pembumian dan keselamatan listrik.
Menurut Guru Besar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) itu, orang-orang pada zaman ini sudah tidak bisa hidup tanpa kelistrikan. Kelistrikan sudah menjadi kebutuhan dasar manusia. Namun, penggunaan listrik yang aman jauh lebih penting.
Soal keamanan itu, Prof. Bambang menyinggung masalah pembumian (grounding). Permasalahan grounding, katanya, berhubungan dengan operasional. Untuk menjalankan operasional dituntut dengan keselamatan yang tinggi.
Prof. Bambang menjelaskan, sifat tanah yang selalu berpotensial nol dalam keadaan steady state mampu menerima muatan positif maupun negatif dengan jumlah yang tidak terhingga, khususnya konduktor. Dengan kondisi itu, tanah selalu berpotensial nol. Sementara itu, manusia selalu berdiri di atas tanah, sehingga akan lebih baik jika barang berlistrik ditanahkan (grounding). Hal itu dilakukan untuk menghindari memegang barang tanpa sengaja dan tersetrum.
Menurut Guru Besar dengan Kelompok Keahlian (KK) Teknik Ketenaga Listrikan itu, grounding memiliki beberapa tujuan, di antaranya: personal safety, proteksi sistem tenaga listrik untuk menjamin keberlangsungan suplai energi, proteksi data dan peralatan, reduksi noise elektrik khususnya yang menggunakan sinyal kecil dan berfrekuensi tinggi.
Prof. Bambang kemudian menjelaskan tiga sistem distribusi tegangan rendah. Dia menyebut sistem dasar TN, TT, dan IT. Menurutnya, sistem TNS, yang merupakan bagian dari TN, adalah yang paling aman. Di rumah-rumah seharusnya ada tiga kawat, yaitu kawat fasa, netral, dan ground. Namun, pemasangan tiga kawat ini tidak dilakukan di instalasi-instalasi di Indonesia.
Indonesia hanya menggunakan kawat fasa dan kawat netral. Hal tersebut sebenarnya bahaya sekali untuk penggunaan barang listrik rumah tangga seperti mesin cuci atau pompa. Apabila terjadi gangguan bisa membahayakan penggunanya.
Pada akhir orasi ilmiah, Prof. Bambang Anggoro memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan akan kesempatan orasi ilmiah ini. Dia juga berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu dan mendukung penelitiannya. Prof. Bambang berharap pemaparannya tentang sistem pembumian dan keselamatan listrik dapat berguna dan diterapkan.
Sumber Artikel: itb.ac.id