Internet of Things

Deteksi Kerusakan Jalan dengan IoT, Peneliti ITB Kembangkan Sistem Road Damage Detection Berbasis Machine Learning

Dipublikasikan oleh Admin pada 11 Desember 2022


BANDUNG, itb.ac.id — Internet of Things (IoT) merupakan sistem yang menghubungkan objek fisik dengan jaringan internet untuk menghasilkan nilai-nilai baru dan manfaat bagi umat manusia. Pemanfaatan IoT khususnya untuk sistem transportasi dibahas oleh I Gusti Bagus Baskara Nugraha, S.T., M.T., Ph.D., selaku peneliti Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB pada workshop yang berjudul berjudul “Pemanfaatan Teknologi IoT dalam Pembangunan Smart Mobility” pada Selasa (22/11/2022).

Penggunaan IoT untuk sektor transportasi mulai banyak dikembangkan pada saat ini untuk menunjang pengalaman mobilitas yang lebih baik. Beberapa teknologi transportasi yang menggunakan basis IoT antara lain pengelolaan lalu lintas, self-driving car, otomasi pembelian tiket, monitoring transportasi, serta peningkatan keamanan transportasi publik.

Baru-baru ini, penelitian dilakukan untuk mengembangkan sistem keamanan transportasi berupa road damage detection. Sistem ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan mobilitas transportasi di beberapa segmen jalan yang rawan mengalami kerusakan. Menggunakan data yang dikumpulkan lewat dashcam kendaraan, sistem akan mengenali kategori jalan rusak serta mengirimkan hasilnya kepada pemerintah terkait yang berwenang mengelola jalan tersebut.

“Kalau kita bisa memanfaatkan data dari dashcam setiap pengguna mobil yang lewat, sistem bisa melaporkan data tersebut secara otomatis ke pihak yang berwenang untuk memberi tahu kalau di lokasi X ada jalan yang perlu diperbaiki,” ujar Baskara.

Namun saat ini, dashcam yang ada di pasaran belum mampu melakukan hal tersebut, sehingga pengembangan prototipe dashcam khusus masih terus dilakukan. Dashcam yang dikembangkan akan mampu mendeteksi kerusakan jalan mulai dari kategori rusak ringan sampai rusak berat berdasarkan algoritma tertentu yang dikembangkan melalui machine learning.

Akurasi data menjadi isu terbesar yang harus dipenuhi oleh sistem pendeteksi ini. Untuk itu, diperlukan sumber data yang banyak agar sistem dapat mengenali berbagai variasi kerusakan jalan serta meminimalisir kemungkinan salah deteksi.

Baskara menjelaskan, “Pekerjaan machine learning atau artificial intelligence yang paling melelahkan adalah pengumpulan data. Bisa berbulan bulan bahkan bertahun-tahun. Supaya saat kita latih komputernya, dia benar benar pintar dan akurat, jadi datanya harus banyak.”

Sistem road damage detection saat ini masih mengandalkan identifikasi manual dengan cara melihat video rekaman dashcam secara langsung, kemudian pengamat harus memblok area jalan yang mengalami kerusakan. Namun ketika sistem sudah beroperasi secara optimal, hasil rekaman dashcam akan langsung dikirim ke cloud pusat yang ada pada server.

Tantangan yang kemudian muncul adalah besarnya bandwidth yang dibutuhkan untuk mengirim dan mengunduh data. Kalaupun bandwidth mencukupi, tantangan lain adalah masalah biaya yang relatif besar saat mengirim maupun mengunduh data dari cloud pusat.

Pendekatan baru yang ditawarkan untuk menghadapi tantangan ini adalah penggunaan edge computing. Dengan edge computing, pengolahan data akan dilakukan secara lokal dekat dengan sumber data tersebut tanpa harus mengirimnya ke cloud pusat. Hasilnya, data dapat lebih mudah diproses karena rute pengolahan data dari lokal ke sistem cloud lebih pendek. Edge computing ini yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk sistem cloud di dalam dashcam.

Selain itu, sistem road damage detection juga masih menghadapi beberapa tantangan yang berasal dari luar sistem. Contohnya adalah kondisi lingkungan eksternal berupa lalu lintas yang padat dan perbedaan faktor pencahayaan saat pagi, siang, atau malam. Kedua faktor ini sangat berpotensi menyebabkan gagal deteksi kerusakan jalan oleh sistem. Oleh karena itu, sistem road damage detection juga masih harus melalui tahap-tahap perbaikan lebih lanjut untuk menyempurnakan cara kerjanya.

Sumber: itb.ac.id

 

Selengkapnya
Deteksi Kerusakan Jalan dengan IoT, Peneliti ITB Kembangkan Sistem Road Damage Detection Berbasis Machine Learning

Internet of Things

Teknologi dan Pandemi Mendorong Pertumbuhan Perangkat IoT di Indonesia

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 25 Maret 2022


Perangkat internet of things (IoT) diperkirakan bakal tumbuh pesat. Entah itu gadget, wearable dan lannya. Selain era 5G,  hal ini tak dipungkiri berkat dorongan pandemi Covid-19 yang menuntut masyarakat untuk aktif beraktifitas melalui perangkat digital.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti), Teguh Prasetya mengambarkan percepatan pertumbuhan perangkat AIoT ada pada smarthome dan smartphone.

Smarthome  tumbuh sebesar 5 juta-6 juta perangkat dalam setahun. Jadi dalam satu rumah tersedia lima perangkat pintar yang menunjang.  Artinya ada 30 juta perangkat dalam setahun tumbuh.

“Kita perkirakan jumlah yang sama juga bakal tumbuh di 2022, Demikian juga dengan smartphone yang diproyeksi bakal tumbuh single digit, setelah di 2021 perangkat tersebut tumbuh sekitar 20 juta dalam setahun,” jelas Teguh dalam paparan daring Digital Industry Forecast (DIECAST) 2022, Rabu (12/1). 

Kemudian perangkat ini tidak bisa berdiri sendiri, tapi didukung oleh pengembangan jaringan yang juga terbilang cukup krusial. Wifi pun berevolusi dari vesi 5 ke 6, jaringan seluler pun bergerak dari 3G,4G kini sudah memasuki 5G.

“Saya melihat 5G di 2022 bakal tergelar lebih luas, baik itu untuk publik maupun kebutuhan koorporasi melalui stand alone network,” paparnya.

Sumber Artikel: kontan.co.id

Selengkapnya
Teknologi dan Pandemi Mendorong Pertumbuhan Perangkat IoT di Indonesia

Internet of Things

Implementasi IoT Genjot Daya Saing Industri Migas Nasional

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 25 Maret 2022


Pengoptimalan implementasi internet of things (IoT), big data analytics, serta artificial intelligence (AI) pada sektor industri minyak dan gas (migas) menjadi suatu keniscayaan di era industri 4.0  

Pasalnya, selain berfungsi sebagai akselerator kegiatan usaha, pengimplementasian teknologi digital juga dapat menggenjot daya saing industri migas nasional di kancah global. Senior Director Boston Consulting Group Jamie Webster menjelaskan, teknologi dan digitalisasi akan sangat membantu perusahaan migas karena dapat digunakan untuk meminimalisasi salah satu momok industri migas, yaitu dry hole.

“Termasuk menggunakan AI untuk menyimulasikan pengeboran,” jelas Jamie seperti dikutip dari skkmigas.go.id, Rabu (16/12/2020). Lebih lanjut Jamie menjelaskan, data yang didapat IoT menjadi aset strategis bagi perusahaan migas.

Pasalnya, pengelolaan dan pemanfaatan data secara digital dapat mendukung perusahaan migas untuk mempercepat kinerja dan mengambil keputusan. Berdasarkan penelitian Professional Petroleum Data Management (PPDM) Association pada 2020, nilai data dari blok migas dengan aset 470 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dapat mencapai 155 miliar AS.

Melihat potensi tersebut, sebagai industri strategis nasional, sektor migas punya peluang untuk menambah sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan berdaya saing global melalui pengoptimalan IoT dalam kegiatan usaha.

Berikut manfaat penerapan teknologi dan digitalisasi pada sektor usaha yang identik dengan kompleksitas tinggi dan riskan terhadap risiko kerugian tersebut.

Membantu manajemen pengeboran Pengeboran merupakan bagian krusial dan kompleks dalam industri migas. Tak heran, aktivitas ini kerap memakan waktu dan tenaga, serta berisiko tinggi. Namun, dengan pemanfaatan IoT, pengeboran bisa berjalan maksimal, efektif, dan efisien. Operator rig dapat mengoperasikan peralatan bor dari ruang kendali tanpa perlu sering memasuki area pengeboran.

Selain itu, risiko kesalahan dan kecelakaan kerja juga dapat diminimalisasi karena sensor-sensor pintar yang tersemat pada peralatan bor berbasis IoT mampu mendeteksi tanda bahaya. Memantau sistem perpipaan Kebocoran pipa merupakan salah satu masalah serius yang wajib dihindari industri migas. Pasalnya, insiden tersebut dapat menyebabkan kerugian finansial, kerusakan lingkungan, dan ancaman reputasi perusahaan.

Teknologi IoT membantu operator dalam memantau seluruh sistem perpipaan secara real-time, mulai dari pemeriksaan hingga pemeliharaan rutin secara berkala.

Dengan begitu, risiko kebocoran pipa atau situasi lain yang tidak diinginkan dapat dihindari. Pengelolaan karyawan dan pabrik pun bisa lebih efisien dengan teknologi tersebut.

Pasalnya, perawatan hanya dilakukan jika ada kelainan yang terdeteksi. Memudahkan pengukuran aktivitas kilang Seperti halnya area pengeboran, aktivitas di kilang migas juga memiliki kompleksitas tinggi. Banyak pengukuran yang perlu dilakukan untuk setiap komponen kilang.

Proses tersebut bisa memakan waktu dan biaya banyak jika dilakukan secara manual. Apalagi, beberapa kilang membutuhkan pengukuran tepat secara real-time. IoT dapat mengakomodasi segala informasi yang dibutuhkan terkait aktivitas kilang, termasuk pengukuran pada tempat-tempat yang sulit diakses sumber daya manusia.

Sensor dapat ditempatkan di berbagai titik yang sulit diakses oleh karyawan dan dapat memberikan lebih banyak data. Ini membantu pemantauan kilang sepanjang waktu. Dalam laporan BAIN yang dimuat Forbes, Selasa (17/9/2019), pemanfaatan teknologi data yang tepat akan meningkat produksi perusahaan migas sebesar 6 persen hingga 8 persen.

Mengoptimalkan jaringan komunikasi lepas pantai Sebagian besar produksi migas berada di wilayah lepas pantai yang minim akan jaringan komunikasi.

Padahal, konektivitas mumpuni dibutuhkan dalam kegiatan usaha di era industri 4.0, termasuk perusahaan migas. IoT dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi rintangan tersebut lewat penggunaan Very Small Aparture Terminal (VSAT) yang merupakan sistem komunikasi berbasis satelit.

Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, koneksi seluruh ekosistem perusahaan dapat berjalan lancar terlepas dari lokasi geografisnya. Akses internet pun menjadi lebih cepat sehingga pengiriman informasi terkait keputusan penting dapat segera dilaksanakan.

Memudahkan fleet management Kehadiran IoT juga memberikan manfaat pada fleet management industri migas. Armada logistik, termasuk kapal kargo, dapat dipantau secara real-time. Dengan begitu, proses produksi bisa beroperasi dengan aman. Namun, teknologi IoT baru dapat berjalan maksimal jika didukung jaringan mumpuni, seperti yang dihadirkan PT Link Net Tbk (Link Net).

Untuk diketahui, Link Net menyediakan layanan televisi berbayar dengan kualitas premium, koneksi broadband internet berkecepatan tinggi, dan komunikasi data. Tak hanya menawarkan layanan internet bisnis berkualitas, Link Net juga mampu mengatasi kendala jaringan untuk meminimalkan waktu downtime.

Ini berkat penerapan service level agreement (SLA) berstandar tinggi. Ada tiga layanan yang ditawarkan Link Net untuk kebutuhan komunikasi kegiatan bisnis, termasuk bisnis migas. Pertama, Dedicated Internet. Layanan ini menawarkan kapasitas bandwidth simetris antara download dan upload. Dedicated Internet memiliki jaringan eksklusif.

Karena itu, layanan ini mampu menghadirkan koneksi yang stabil dan memberikan keamanan tingkat tinggi. Kedua, VSAT Link Net yang telah terintegrasi dengan High Throughput Satellite (HTS) dan tahan terhadap cuaca ekstrem.

Adapun kapasitas internet yang ditawarkan dari layanan tersebut mencapai 100 megabit per second (Mbps) dengan ukuran peralatan yang terbilang ringkas. Ketiga, Remote Solution. Layanan ini meliputi aplikasi dan sistem yang mampu menunjang aktivitas pertambangan dan logistik, seperti fleet management system, radio mesh, man pack.

Sumber Artikel: kompas.com

Selengkapnya