Manajemen Pemasok

Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Shengda Market dan Lijin Agricultural Base

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam industri rantai pasok agrikultur, efisiensi dan pengukuran kinerja menjadi faktor kunci dalam meningkatkan profitabilitas dan daya saing pasar. Shengda Market, salah satu rantai supermarket terbesar di Dongying, China, menerapkan strategi rantai pasok terintegrasi dengan Lijin Agricultural Base untuk meningkatkan kualitas produk dan menekan biaya operasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Huanhuan Ouyang dalam tesisnya di HAMK Forssa tahun 2012 meneliti model pengukuran kinerja rantai pasok agrikultur di China, khususnya pada kemitraan Shengda Market dan Lijin Agricultural Base. Studi ini mengevaluasi efektivitas model integrasi “Intermediary organization + agricultural cooperative organizations” dalam meningkatkan efisiensi rantai pasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, termasuk wawancara langsung dan kuesioner. Sebanyak 46 kuesioner efektif dikumpulkan untuk mengukur kinerja rantai pasok Shengda Market. Selain itu, analisis dilakukan menggunakan fuzzy comprehensive evaluation untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem yang diterapkan.

Temuan Utama

1. Model Integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations”

  • Shengda Market beralih dari model rantai pasok tradisional ke model kemitraan langsung dengan petani, mengurangi ketergantungan pada perantara.
  • Kemitraan ini memungkinkan supermarket mendapatkan produk lebih segar dengan harga lebih kompetitif, sementara petani memperoleh kepastian pasar.
  • Hasil studi menunjukkan bahwa model ini dapat mengurangi biaya distribusi hingga 20-30%.

2. Efisiensi Logistik dan Pengurangan Biaya

  • Sebelumnya, proses distribusi membutuhkan waktu 2+ hari, tetapi dengan model baru, waktu ini dipangkas secara signifikan.
  • Dengan memiliki pusat logistik berteknologi tinggi, Shengda Market mampu meningkatkan kapasitas pemrosesan hingga 30.000 ton produk segar per tahun.
  • Keandalan pesanan meningkat menjadi 90%, meningkatkan kepuasan pelanggan.

3. Pengaruh terhadap Produksi Pertanian Lokal

  • Produksi sayur dan buah meningkat hampir 30% dibandingkan tahun sebelumnya setelah sistem ini diterapkan.
  • Petani mendapatkan akses ke teknologi pertanian dan informasi pasar yang lebih baik, mengurangi limbah hasil panen hingga 25-30%.
  • Harga produk lebih stabil karena rantai distribusi yang lebih pendek dan biaya logistik yang lebih rendah.

Strategi Optimal untuk Meningkatkan Kinerja Rantai Pasok

1. Peningkatan Teknologi dalam Manajemen Rantai Pasok

  • Menggunakan AI dan IoT dalam manajemen stok dan distribusi untuk mengurangi pemborosan.
  • Mengintegrasikan sistem ERP untuk komunikasi yang lebih baik antara pemasok dan pengecer.

2. Optimalisasi Model Kemitraan

  • Memperkuat kontrak jangka panjang dengan pemasok untuk memastikan stabilitas pasokan.
  • Mengembangkan sistem insentif berbasis kualitas dan efisiensi kepada petani yang berpartisipasi.

3. Penerapan Sistem Pengukuran Kinerja Berbasis Data

  • Menggunakan Balanced Scorecard (BSC) dan Supply Chain Operations Reference (SCOR) untuk analisis performa rantai pasok.
  • Meningkatkan transparansi data untuk memastikan keputusan bisnis lebih akurat dan cepat.

Kesimpulan

Penelitian ini menegaskan bahwa pengukuran kinerja rantai pasok sangat penting dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing pasar. Model integrasi “Intermediary Organization + Agricultural Cooperative Organizations” terbukti mampu mengurangi biaya distribusi, meningkatkan efisiensi logistik, dan memberikan manfaat bagi semua pihak dalam ekosistem rantai pasok.

Dengan menerapkan strategi rantai pasok berbasis data dan teknologi, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mempercepat distribusi, serta mengurangi biaya dan risiko operasional. Model ini menjadi contoh sukses bagaimana integrasi pemasok dan pengecer dapat menciptakan rantai pasok yang lebih berkelanjutan.

Sumber Asli:
Huanhuan Ouyang (2012). Supply Chain Performance Measurement: The Integrated Project of Shengda Market Chain and Lijin Agricultural Base. HAMK Forssa.

 

Selengkapnya
Strategi Pengukuran Kinerja Rantai Pasok: Studi Kasus Shengda Market dan Lijin Agricultural Base

Manajemen Pemasok

Supplier Relationship Management: Strategi Efektif Meningkatkan Kinerja Manufaktur Makanan & Minuman

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Juni 2025


Pendahuluan

Dalam industri manufaktur makanan dan minuman, pengelolaan hubungan dengan pemasok (Supplier Relationship Management/SRM) menjadi faktor kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan. SRM yang buruk dapat menyebabkan biaya akuisisi tinggi, waktu tunggu panjang, kualitas bahan baku rendah, reputasi buruk, serta pangsa pasar dan profitabilitas yang rendah.

Penelitian oleh Fiona Wanjiku Mwangi dan Samuel Muli menyoroti pengaruh SRM terhadap kinerja organisasi di sektor manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, Kenya. Studi ini mengkaji empat elemen utama dalam SRM: segmentasi pemasok, kolaborasi pemasok, aliran informasi, dan pengembangan pemasok, serta dampaknya terhadap profitabilitas dan efisiensi rantai pasok.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap 63 perusahaan manufaktur makanan dan minuman di Kiambu County, dengan 189 responden dari departemen pengadaan, pergudangan, dan logistik. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan korelasi serta regresi linear untuk melihat hubungan antara elemen SRM dan kinerja perusahaan.

Temuan Utama

1. Segmentasi Pemasok Memengaruhi Efisiensi Operasional

  • Segmentasi pemasok membantu perusahaan menyesuaikan strategi dengan risiko pasokan dan tingkat kepentingan produk.
  • Sebanyak 63% perusahaan yang menerapkan segmentasi pemasok mengalami efisiensi waktu operasional lebih tinggi.
  • Segmentasi pemasok yang efektif menurunkan biaya operasional sebesar 12% melalui pengelolaan inventaris yang lebih baik.

2. Kolaborasi dengan Pemasok Meningkatkan Efektivitas Rantai Pasok

  • Kolaborasi dengan pemasok mengurangi risiko kekurangan stok dan meningkatkan fleksibilitas produksi.
  • 86% perusahaan mengalami pengurangan keterlambatan pengiriman setelah memperkuat hubungan dengan pemasok.
  • Pengembangan produk bersama pemasok meningkatkan inovasi dan kualitas produk hingga 15%.

3. Aliran Informasi yang Efektif Meningkatkan Pengambilan Keputusan

  • Berbagi data permintaan secara real-time dengan pemasok meningkatkan ketepatan perencanaan produksi sebesar 18%.
  • 90% perusahaan melaporkan peningkatan respons terhadap perubahan pasar melalui sistem komunikasi yang lebih baik.
  • Penggunaan teknologi berbasis data dalam SRM mengurangi biaya komunikasi dan koordinasi hingga 20%.

4. Pengembangan Pemasok Berkontribusi terhadap Keunggulan Kompetitif

  • Perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan pemasok mencatat peningkatan efisiensi produksi sebesar 22%.
  • Pelatihan pemasok dan transfer teknologi meningkatkan kepatuhan terhadap standar kualitas sebesar 28%.
  • Kolaborasi dalam pengembangan pemasok meningkatkan retensi mitra bisnis jangka panjang dan memperkuat daya saing.

Implikasi dan Strategi Optimal

Berdasarkan temuan penelitian, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk memaksimalkan manfaat SRM dalam industri manufaktur makanan dan minuman:

1. Optimalisasi Segmentasi Pemasok

  • Menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam pemilihan pemasok untuk memastikan stabilitas rantai pasok.
  • Menerapkan sistem evaluasi pemasok berdasarkan performa dan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan.

2. Meningkatkan Kolaborasi dengan Pemasok

  • Membangun kemitraan strategis dengan pemasok utama untuk inovasi produk.
  • Mengembangkan kontrak jangka panjang yang menguntungkan kedua belah pihak untuk menciptakan kepercayaan dan loyalitas pemasok.

3. Memanfaatkan Teknologi untuk Aliran Informasi yang Lebih Baik

  • Mengadopsi sistem ERP dan digitalisasi proses rantai pasok untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi komunikasi dengan pemasok.
  • Menggunakan sistem berbasis cloud untuk berbagi data permintaan dan inventaris secara real-time.

4. Investasi dalam Pengembangan Pemasok

  • Memberikan pelatihan dan sertifikasi kepada pemasok untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pasokan.
  • Mendorong pemasok untuk menerapkan praktik keberlanjutan guna meningkatkan nilai tambah produk di pasar.

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa SRM yang baik—melalui segmentasi pemasok, kolaborasi, aliran informasi yang efektif, dan pengembangan pemasok—berkontribusi langsung terhadap peningkatan kinerja perusahaan di sektor manufaktur makanan dan minuman.

Perusahaan yang ingin meningkatkan daya saingnya harus mengintegrasikan SRM ke dalam strategi bisnis mereka, memanfaatkan teknologi untuk efisiensi komunikasi, serta membangun hubungan jangka panjang dengan pemasok yang terpercaya.

Sumber : Fiona Wanjiku Mwangi, Samuel Muli (2022). Influence of Supplier Relationship Management on the Performance of Food and Beverage Manufacturing Firms in Kenya: A Survey of Kiambu County. International Journal of Business and Social Research, Volume 12, Issue 03, pp. 13-30.

Selengkapnya