Industri Otomotif

Apresiasi Presiden terhadap Kinerja Positif Industri Otomotif di Tengah Pandemi, Dibangkitkan oleh Menperin

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Industri otomotif di tanah air semakin menunjukkan geliatnya di tengah tekanan pandemi Covid-19 yang masih melanda. Hal ini tercermin dari laju produktivitas kendaraan yang tetap terjaga dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, yang juga berdampak pada akselerasi pemulihan ekonomi nasional.

“Industri alat angkut tumbuh luar biasa, mencapai dua digit pada tahun 2021, yaitu sebesar 17,82%. Sektor otomotif ini sebagai salah satu penopang utama pertumbuhan industri manufaktur dan ekonomi nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Karawang, Selasa (15/2).

Pada kesempatan tersebut, Menperin mendampingi Presiden Joko Widodo dalam acara Pencapaian Produksi Ekspor ke Dua Juta Unit dan Pelepasan Ekspor Perdana Ke Australia dari PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia TMMIN). Dalam laporannya kepada Presiden, Menperin menyampaikan, hal tersebut merupakan salah satu milestone bagi kebangkitan produk otomotif Indonesia yang sesuai standar produk global.

Menurut Menperin, sama halnya dengan ekspor ke Jepang, ekspor produk mobil ke Australia terkenal memiliki spesifikasi yang ketat, misalnya terkait spesifikasi bahan bakar, emisi, dan keamanan, menandakan industri otomotif Indonesia telah memiliki daya saing yang tinggi, sehingga produknya diminati di berbagai pasar mancanegara. “Dengan demikian, setelah menembus pasar Australia, Indonesia sudah ekspor ke empat benua di dunia, yaitu Amerika, Afrika, Asia, Australia,” imbuhnya.

Dengan rantai nilai yang terbentang luas, industri otomotif nasional memiliki nilai forward linkage sebesar Rp35 triliun dan nilai backward linkage sebesar Rp43 triliun pada tahun 2021. “Untuk Toyota sendiri memiliki nilai forward linkage senilai Rp19,7 triliun dan nilai backward linkage senilai Rp16,1 triliun. Jadi yang disumbangkan Toyota hampir 40% dari total akumulatif industri manufaktur,” ujarnya.

Agus menyampaikan, pihaknya bertekad memacu sektor industri untuk terus meningkatkan investasi, nilai tambah, dan melakukan perluasan pasar ekspor, termasuk membuka pasar-pasar ekspor baru, di antaranya adalah Australia. “Hal ini sesuai dengan arahan dan penugasan dari Bapak Presiden, yang menyampaikan pentingnya hal-hal tersebut,” tuturnya.

Terkait nilai investasi, industri otomotif tercatat merealisasikan sebesar Rp22,5 triliun pada tahun 2021, naik 220% dibanding capaian penanaman modal tahun 2020. Sementara itu, komitmen Toyota Group akan menambah investasi sebesar Rp28,3 triliun sampai tahun 2024.


Mengenai peningkatan nilai tambah, Kementerian Perindustrian terus mengakselerasi pendalaman struktur industri otomotif, sehingga nilai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atau local purchase dari kendaraan yang diproduksi di Indonesia semakin meningkat.

“Saat ini, local purchase kendaraan roda empat atau lebih yang diproduksi di Indonesia rata-rata 20-80%. Namun dapat kami laporkan bahwa seluruh produksi dari Toyota sudah memiliki local purchase atau lokal konten sebesar 75%. Jadi, merek boleh Toyota, tetapi sebetulnya produk dalam negeri,” papar Menperin.

Untuk perluasan pasar ekspor, khususnya pangsa pasar ekspor produk otomotif Indonesia telah mampu menembus lebih dari 80 negara dengan kinerja ekspor tahun 2021 tercatat sebanyak 294 ribu unit kendaraan CBU dengan nilai sebesar Rp52,90 triliun, serta sebanyak 91 ribu set CKD dengan nilai sebesar Rp1,31 triliun, dan 85 juta pieces komponen dengan nilai sebesar Rp29,13 triliun.

“Secara khusus ekspor produk TMMIN pada tahun 2021 sebanyak 119 ribu unit kendaraan atau sekitar 40% dari total ekspor otomotif Indonesia ke luar negeri. Alhamdulillah, Bapak Presiden bisa hadir untuk melepas pengiriman ekspor perdana ke Australia yang juga disertai beberapa produk diekspor ke Filipina dan Jepang,” ungkap Agus.

Menperin pun memberikan apresiasi kepada PT TMIIN yang akan menjadikan Indonesia sebagai hub ekspor dari semua produk-produknya dengan teknologi dan standar tinggi. “Selain itu, PT Toyota juga telah menyampaikan komitmennya untuk memproduksi beberapa jenis kendaraan elektrifikasi, yang akan diawali dengan produksi Kijang hybrid. Tentunya kami akan terus mendukung dan mendorong percepatan produk elektrifikasi atau kendaraan listrik murni,” tandasnya.

Oleh karena itu, pemerintah memberikan perhatian besar terhadap pengembangan industri otomotif melalui beragam stimulus. Karenanya, Menperin menyampaikan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas segenap dukungan serta arahan yang ditujukan untuk membangkitkan pelaku industri otomotif di tengah pandemi, terutama melalui pemberian insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP).

”Hasil kebijakan PPnBM DTP terbukti mampu menopang pertumbuhan dan peningkatan produksi kendaraan dan mampu menghindarkan terjadinya PHK pada sektor industri otomotif, khususnya sektor IKM,” tegasnya.

Pada kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa pandemi bukan hanya menghadirkan ujian dan tantangan bagi semua pihak, utamanya bagi dunia usaha atau pelaku industri. ”Pandemi ini juga membuka untuk kita bisa mengambil peluang dan kesempatan yang ada, baik itu mengambil peluang pasar-pasar baru, yang peluang itu telah terbukti diambil oleh PT TMMIN dengan ekspor perdananya ke Australia,” paparnya.

Karena itu, Kepala Negara mengapresiasi kepada PT TMMIN karena produknya berupa Toyota Fortuner berhasil tembus ke pasar Australia. ”Keberhasilan ini juga didukung dari SDM-SDM Indonesia yang memiliki kualifikasi yang sangat baik untuk produk ekspor, khususnya dalam memproduksi mobil. Sebab, harus sangat teliti, cermat, dan hati-hati karena ini menyangkut keselamatan orang,” ujarnya.

Presiden pun memberikan apresiasi kepada upaya Menteri Perindustrian dalam terus mendorong ekspor mobil hingga mencapai 80-an negara di empat benua. ”Yang saya senang juga bahwa kandungan lokalnya, TKDN sudah lebih dari 75 persen. Artinya, banyak komponen atau spare part, dan juga aksesoris-aksesoris yang ada di dalam mobil itu disuplai dari industri-industri UKM kita. Ini juga sangat baik untuk menghidupkan usaha-usaha kecil, yang ada di negara kita,” tandasnya.

Sumber: www.kemenperin.go.id

 

Selengkapnya
Apresiasi Presiden terhadap Kinerja Positif Industri Otomotif di Tengah Pandemi, Dibangkitkan oleh Menperin

Industri Otomotif

Menperin: Industri Otomotif Mendapat Sorotan Sebagai Sektor Unggulan dalam Ekonomi Nasional

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Industri otomotif merupakan salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Saat ini, terdapat 22 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang ada di Indonesia.

“Sektor ini telah menyumbangkan nilai investasi sebesar Rp99,16 triliun dengan total kapasitas produksi mencapai 2,35 juta unit per tahun dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38,39 ribu orang,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (19/2).

 Menperin juga mengemukakan, potensi industri kendaraan bermotor roda dua dan tiga di tanah air saat ini terdapat 26 perusahaan. Total nilai investasi yang telah digelontorkan sebesar Rp10,05 triliun dengan kapasitas produksi mencapai 9,53 juta unit per tahun dan menyerap tenaga kerja hingga 32 ribu orang.

“Bahkan, dari sektor otomotif ini memberikan dampak luas kepada lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut,” ungkapnya. Industri otomotif dinilai memiliki peran penting dan strategis sehingga dimasukkan ke dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, yang mendapat prioritas pengembangan dalam implementasi industri 4.0.

“Produk kendaraan bermotor produksi dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor ke lebih dari 80 negara di dunia. Pada periode tahun 2020, ekspor kendaraan completely build up (CBU) sebanyak 232,17 ribu unit atau senilai Rp41,73 triliun,” paparnya.

Sedangkan, pengapalan untuk kendaraan completely knock down (CKD) sebanyak 53,03 ribu set atau senilai Rp1,23 triliun, dan komponen sebanyak 61,2 juta pieces atau senilai Rp17,52 triliun. “Seiring program Making Indonesia 4.0, sektor industri kendaraan bermotor nasional ditargetkan akan menjadi pemain global,” ujar Menperin.

Bahkan, Indonesia akan menjadi ekspor hub kendaraan bermotor, baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak atau internal combustion engine (ICE) maupun kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV). “Salah satu strategi otomotif 4.0 adalah membangun ekosistem untuk industri EV, dimulai dengan penguasaan kemampuan manufaktur sepeda motor listrik, kemudian kemampuan manufaktur baterai dan mobil listrik yang sesuai dengan tren global,” tandasnya.

Agus menegaskan, guna mendongkrak kembali produktivitas, penjualan dan daya saing industri otomotif nasional akibat dampak pandemi Covid-19, pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan atau stimulus untuk sektor ini. Misalnya, insentif penurunan PPnBM untuk kendaraan bermotor pada segmen kendaraan dengan CC di bawah 1500, yaitu untuk kategori sedan dan 4x2.

“Langkah ini dilakukan karena pemerintah ingin meningkatkan kembali pertumbuhan industri otomotif, sehingga tetap menjadi sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional,” ujarnya.

Pemberian insentif PPnBM tersebut akan dilakukan secara bertahap selama sembilan bulan, dengan masing-masing tahapan akan berlangsung selama tiga bulan. Insentif PPnBM sebesar 100% dari tarif akan diberikan pada tahap pertama, lalu diikuti PPnBM sebesar 50% dari tarif yang akan diberikan pada tahap kedua, dan insentif PPnBM 25% dari tarif akan diberikan pada tahap ketiga.

“Besaran insentif ini akan dilakukan evaluasi setiap tiga bulan. Kebijakan ini diyakini akan mendorong demand side dari industri otomotif,” tandasnya. Menteri AGK optimistis, kebijakan strategis tersebut dapat mengakselerasi pemulihan industri nasional dan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

“Kami juga memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan pameran virtual Indonesia International Motor Show (IIMS) tahun ini. Sebab memiliki peran strategis dalam membantu program promosi dan penjualan industri otomotif di awal tahun 2021,” terangnya.
 
Melalui pengalaman baru dalam menghadirkan pameran otomotif secara virtual, lanjut Menperin, IIMS 2021 diharapkan dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan teknologi terbaru dari industri otomotif di tanah air dan kendaraan yang ditampilkan. “Semoga rangkaian pameran yang menghadirkan berbagai program dan promo menarik ini dapat menjadi barometer baru pameran otomotif bertaraf internasional serta meningkatkan kegairahan industri otomotif di tanah air,” pungkasnya.

Sumber: www.kemenperin.go.id
 

Selengkapnya
Menperin: Industri Otomotif Mendapat Sorotan Sebagai Sektor Unggulan dalam Ekonomi Nasional

Industri Otomotif

Melampaui Tantangan Pandemi: Kinerja Industri Otomotif Tetap Berakselerasi

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kertasasmita mengatakan, kinerja industri otomotif mampu melaju kencang di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari pertumbuhan industri alat angkutan yang mencapai 27,84 persen pada kuartal III tahun 2021. "Pertumbuhan dua digit ini dicetak oleh industri alat angkutan selama dua triwulan berturut-turut. Saya mengapresiasi sektor ini sangat kencang pertumbuhannya," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran resminya, Kamis (11/11/2021). 

Agus menuturkan, angka penjualan dari industri otomotif ikut melesat. Pada periode Januari-September 2021, penjualan ritel mencapai 600.344 unit atau meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 407.390 unit. "Kenaikan yang sangat besar ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang on the right track," kata dia. Agus menambahkan, industri otomotif mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional, sehingga menjadi sektor yang diprioritaskan pengembangannya sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. 

Potensi industri otomotif saat ini, didukung oleh 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan total nilai investasi telah mencapai Rp 71,35 triliun. Baca juga: Pandemi Covid-19 Sadarkan Pentingnya Kemandirian Industri Kesehatan "Jumlah kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun, menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38.000 orang, dan lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai nilai di sektor industri tersebut," ungkap Menperin. 

Di samping itu, lanjut dia, Indonesia merupakan pasar terbesar produk otomotif di ASEAN. Hal ini menjadi peluang bagi pengembangan dan industrialisasi kendaraan bermotor, termasuk yang hemat energi dan ramah lingkungan sesuai dengan tren global yang sedang berkembang. 

"Kita berupaya untuk memproduksi kendaraan yang ramah lingkungan, seperti yang berbasis EV. Kita juga masih punya program LCGC, yang nantinya ada lompatan teknologi hidrogen," ujar Agus. Agus juga menyampaikan terima kasih atas arahan serta dukungan Presiden Joko Widodo dalam pemberian relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) sehingga mampu memberikan dampak signifian pada pemulihan sektor industri otomotif dan meningkatkan kepercayaan dari pelaku industri. 

Hal ini terlihat dari nilai Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober 2021 yang mencapai 57,2, tertinggi selama pandemi Covid 19. "Hal ini menjadi indikator kuat bahwa sektor industri telah memasuki tahap ekspansif," kata Agus. Sampai saat ini, peserta program PPnBM DTP telah memberdayakan sebanyak 319 perusahaan industri komponen Tier 1, dan akan turut mendorong peningkatan kinerja industri komponen Tier 2 dan 3 yang sebagian besar termasuk kategori industri kecil dan menengah (IKM). 

Agus mengatakan, hal ini memenuhi persyaratan penggunaan komponen lokal pada proses produksi (local purchase) dengan nilai minimal sebesar 60 persen. "Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi pemulihan sektor industri otomotif yang memiliki multiplier effect yang cukup luas bagi sektor industri lainnya sehingga pada akhirnya akan mampu men-jumpstart perekonomian nasional," kata Agus.

Sumber: money.kompas.com
 

 

Selengkapnya
Melampaui Tantangan Pandemi: Kinerja Industri Otomotif Tetap Berakselerasi

Industri Otomotif

LPEM UI: Industri Otomotif Nasional Mulai Bangkit, Namun Tantangan Masih Tersebar

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Pusat Kajian Iklim Usaha LPEM Universitas Indonesia (UI) Mohamad Revindo mengatakan kebangkitan industri otomotif nasional pascapandemi semakin terlihat. Berdasarkan kajiannya, industri otomotif nasional terlihat terus menunjukkan geliat kuat pemulihan. Hal tersebut di antaranya terindikasi dari PDB sektor alat angkutan mencatatkan pertumbuhan tahunan sebesar 45,70 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal II/2021, dan 27,84 persen pada kuartal III/2021, setelah pertumbuhan negatif 19,86 persen di sepanjang 2020. 

"Pertumbuhan dua digit selama dua triwulan terakhir ini menunjukkan kebangkitan drastis industri otomotif nasional, setelah sempat tumbuh negatif sebesar 19,86 persen di sepanjang 2020 karena terjangan pandemi Covid-19," tulisnya pada kajian yang diterima Bisnis, Selasa (30/11/2021). Secara global, Indonesia tetap menjadi salah satu basis utama produksi otomotif berbagai pabrikan, terutama merek-merek Jepang. Tercatat terdapat 21 perusahaan industri di Indonesia, dengan total nilai investasi sebesar Rp71,35 triliun. Dari sisi ekspor, produk otomotif Indonesia diekspor ke lebih dari 80 negara termasuk Arab Saudi, Filipina, Bangladesh, dan Kuwait.

Pada sisi penjualan, data dari GAIKINDO menunjukkan adanya kenaikan penjualan ritel mobil secara signifikan sebesar 600.344 unit pada periode Januari-September 2021. Angka tersebut setara dengan kenaikan sekitar 50 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya, meskipun masih di bawah tingkat penjualan 2019 dan 2018. 

Tidak hanya di dalam negeri, Indonesia juga telah mengekspor 235.000 kendaraan utuh (completely built up/CBU), 79.000 kendaraan secara terurai (completely knock down/CKD), dan 72 juta unit komponen, sepanjang 2021.

"Perkembangan ini jauh lebih baik dibandingkan penjualan industri otomotif global yang pada 2021 diperkirakan hanya naik 3,45 persen dari 2020," tulis Revindo. Kendati demikian, industri otomotif nasional masih akan menghadapi tantangan. Revindo menilai geliat positif ini tidak boleh membuat pemerintah dan para pelaku usaha berpuas diri karena terdapat beberapa tantangan di depan yang perlu diantisipasi. Pertama, pada Oktober 2021 harga baja dunia telah naik sebesar 57,36 persen dan harga aluminium naik 45,65 persen dari awal tahun. Implikasi dari hal ini tentunya pada kenaikan biaya produksi kendaraan bermotor. 

Kedua, terdapat kelangkaan chip (semikonduktor) global yang diprediksi masih akan terus berlanjut. Rantai pasok elektronik kewalahan untuk mengikuti lonjakan permintaan yang sebenarnya dipicu naiknya permintaan chip untuk perangkat komputer/laptop dan perangkat jaringan (router/modem) sejak pandemi. Apalagi, produsen chip sempat dihadapkan pada pembatasan sosial sehingga tidak bisa dengan mudah meningkatkan kapasitas produksinya. 

Ketiga, terjadi perubahan selera dan tren pergeseran teknologi untuk sepenuhnya beralih ke mobil listrik. Kesadaran masyarakat global terhadap perubahan iklim semakin menuntut pergeseran tren teknologi mobil menuju kendaraan listrik. Sejalan dengan hal tersebut, Revindo menjelaskan ada sejumlah cara yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi berbagai tantangan tersebut dan menjaga momentum pemulihan industri otomotif nasional. 

Pertama, setelah munculnya insentif fiskal diskon tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Bank Indonesia sudah tepat dalam melakukan perpanjangan kebijakan Loan-to-Value (LTV) 100 persen dan down payment 0 persen untuk pembiayaan kendaraan bermotor hingga akhir 2022. Kedua, menggunakan berbagai perjanjian dagang yang telah diselesaikan (RCEP, Indonesia-Australia CEPA, Indonesia-EFTA CEPA) serta presidensi Indonesia dalam G20 untuk memperkuat posisinya dalam rantai produksi global. 

"Perlu ditekankan pentingnya negara-negara anggota tidak hanya memikirkan kepentingan internalnya ketika menghadapi krisis, misalnya membatasi ekspor komponen otomotif atau menutup pasar dalam kondisi krisis," tulisnya. Ketiga, dukungan terhadap industri mobil listrik nasional. Sejauh ini, pemerintah memberikan dukungan terhadap ekosistem mobil listrik nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 55/2019. 

Namun, implementasinya banyak dipandang belum optimal. Revindo mengatakan masih diperlukan insentif pada dua sisi. Pertama dari sisi konsumen, insentif dapat berupa diskon PPnBM yang bisa didorong hingga 0 persen serta subsidi bunga untuk pembiayaan kendaraan listrik. Kedua, dari sisi infrastruktur pendukung diperlukan banyak stasiun pengisian baterai listrik di berbagai SPBU sehingga mempermudah konsumen dalam mengisi ulang kendaraan listriknya.

Sumber: ekonomi.bisnis.com
 

Selengkapnya
LPEM UI: Industri Otomotif Nasional Mulai Bangkit, Namun Tantangan Masih Tersebar

Industri Otomotif

Potensi Meningkat: Industri Otomotif Indonesia Siap Menggeliat Lebih Lanjut

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri otomotif Indonesia berpotensi semakin menderu. Kali ini, penjualan mobil tak hanya dipengaruhi oleh faktor pemberian insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) 100% saja. Kehadiran ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada 11-21 November nanti juga bisa menjadi salah satu katalis penjualan mobil nasional.

Asal tahu saja, GIIAS 2021 akan diikuti oleh 24 merek kendaraan, baik kendaraan penumpang maupun kendaraan komersial. Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menyampaikan, perhelatan GIIAS 2021 dipercaya dapat menjadi stimulus tambahan untuk penjualan mobil nasional.

“GIIAS ini kan ajang pameran dan promosi yang tentunya akan menjadi faktor penunjang penjualan,” imbuh Jongkie, Rabu (13/10). Sekadar informasi, berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil dari pabrikan ke dealer (wholesales) di periode Januari-September 2021 telah mencapai 627.537 unit. Di periode yang sama, penjualan mobil dari dealer ke pelanggan (retail) tercatat sebanyak 600.344 unit.

Jongkie pun menyambut positif hasil penjualan mobil nasional hingga akhir kuartal III-2021. Ia berharap bahwa proyeksi penjualan mobil nasional sebanyak 750.000 unit dapat tercapai di akhir tahun nanti. Target tersebut berpotensi terpenuhi mengingat permintaan produk mobil baru terus meningkat seiring relaksasi PPnBM 100% untuk 29 tipe mobil sampai akhir tahun 2021, di samping adanya penyelenggaraan GIIAS 2021.

Bahkan, sebenarnya bukan mustahil target penjualan mobil nasional bisa terpenuhi sebelum tutup tahun 2021. Hal ini dengan asumsi bahwa laju penjualan mobil nasional di kuartal III-2021 dapat terulang lagi di kuartal IV-2021. Apalagi, pelonggaran kebijakan PPKM telah diberlakukan di berbagai daerah sehingga aktivitas perekonomian kembali meningkat.

Sebagai catatan, khusus di kuartal III-2021 lalu, penjualan mobil wholesales tercatat sebanyak 234.071 unit sedangkan penjualan mobil retail tercatat sebanyak 212.500 unit. Sementara itu, Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmy menyampaikan, penjualan mobil Toyota secara retail mencapai 197.241 unit di periode Januari-September 2021 atau naik 54% (yoy) dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Kontributor terbesar Toyota tetap berasal dari mobil 7 penumpang seperti Toyota Avanza yang mencetak penjualan retail sebesar 40.789 unit hingga September 2021, kemudian diikuti oleh Toyota Rush sebanyak 36.336 unit, dan Toyota Innova sebanyak 34.241 unit. Model Toyota yang tidak termasuk dalam program insentif PPnBM 100% juga meraih penjualan yang optimal, yaitu Toyota Agya yang sukses mencetak penjualan retail sebanyak 13.535 unit hingga September 2021 atau tumbuh 42% (yoy) dari periode yang sama di tahun lalu.

Di kuartal IV-2021, TAM tak hanya meneruskan usaha memberikan lebih banyak pilihan produk baru kepada pelanggan, melainkan juga meningkatkan pelayanan berbasis digital melalui Toyota Official Store Solution (TOSS). TAM juga menyediakan program kemudahan pembelian mobil melalui EZ Deal.

“Semua upaya ini kami buat sebagai satu paket komplit antara produk dan layanan sehingga memudahkan pelanggan,” ungkap Anton, Rabu (13/10). Toyota sendiri dipastikan berpartisipasi dalam ajang GIIAS 2021. Kehadiran GIIAS diyakini akan memudahkan Toyota untuk lebih dekat dengan pelanggan.

Toyota pun sedang menyiapkan program-program dan inovasi terbaru yang dapat dipilih masyarakat saat GIIAS 2021 berlangsung. Sayangnya, Anton belum bisa mengungkapkan lebih jauh program yang dimaksud.

PT Honda Prospect Motor (HPM) juga mencetak penjualan mobil yang positif. Di periode Januari-September 2021, penjualan mobil Honda di kategori retail mencapai 68.376 unit atau tumbuh 23% (yoy).

Yusak Billy, Business Innovation and Marketing & Sales Director HPM menilai, penjualan mobil Honda masih memiliki potensi untuk terus tumbuh di kuartal IV-2021 kendati pandemi Covid-19 masih berlangsung. Hal ini tentu didukung oleh diperpanjangnya insentif PPnBM 100% sampai akhir tahun nanti. Ia mengaku, tantangan seperti keterbatasan komponen masih bisa terjadi di sisa tahun ini. Namun, saat ini HPM sudah mulai dapat mengatasi kendala tersebut dengan meningkatkan volume produksi dan mempercepat pengiriman mobil untuk memenuhi permintaan konsumen.

“Untuk mempertahankan permintaan, kami juga melakukan berbagai strategi seperti peluncuran produk baru dan merancang program penjualan yang memberikan nilai lebih bagi konsumen,” ungkap Billy, hari ini (13/10). Ia juga menyambut positif kehadiran ajang GIIAS 2021 yang berlangsung bulan depan. Ajang tersebut merupakan wadah yang tepat untuk memperkenalkan produk maupun inovasi terbaru dari setiap produsen, tak terkecuali Honda.

Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation Hendrayadi Lastiyoso memperkirakan, permintaan mobil baru di kuartal IV-2021 akan meningkat dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. Terlebih lagi, relaksasi PPnBM 100% masih berlaku sampai akhir tahun nanti.

Namun, pihak Daihatsu juga masih terus mencermati dampak kelangkaan semi konduktor yang bisa mempengaruhi produksi mobil baru. “Kami harus benar-benar mengamati bukan hanya dari sisi demand saja, melainkan juga dari sisi supply-nya,” imbuh dia, hari ini. Pihak Daihatsu sendiri masih akan berusaha mempertahankan posisi kedua sebagai pemimpin pasar otomotif nasional dengan pangsa pasar minimal sebesar 17% pada akhir tahun ini. Perlu diketahui, penjualan retail mobil Daihatsu di periode Januari-September 2021 tercatat sebesar 103.788 unit atau naik 41,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sumber: newssetup.kontan.co.id
 

Selengkapnya
Potensi Meningkat: Industri Otomotif Indonesia Siap Menggeliat Lebih Lanjut

Industri Otomotif

Industri Otomotif Indonesia Mulai Pulih, Siap Ngebut Lagi!

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Jakarta - Industri otomotif Indonesia sempat terkena pukulan keras oleh pandemi virus Corona (COVID-19). Namun Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut sektor tersebut sudah pulih. Agus menjelaskan industri otomotif nasional saat ini di Indonesia terdapat 21 perusahaan yang kapasitas produksinya 2,35 juta unit per tahun. Sektor industri ini mencatatkan pertumbuhan cukup signifikan sepanjang 2021.

"Industri alat angkut, otomotif ini tumbuh luar biasa pada tahun 2021 mencapai pertumbuhan 2 digit, yaitu 17,82%," katanya dikutip dari saluran YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/2/2022). Dia menjelaskan utilisasi atau kapasitas produksi yang digunakan di sektor industri manufaktur, termasuk otomotif sebelum pandemi COVID-19 sekitar 65% sampai 70%, lalu anjlok ke 25-35% saat virus Corona merebak. Kini kondisinya mulai pulih.

"Ketika pandemi utilisasinya 25% sampai 35%, jadi betul-betul anjlok, dan hari ini Alhamdulillah sudah mulai kembali rebound utilisasinya sekitar 55% sampai 60%," jelasnya. Investasi di industri otomotif juga meningkat drastis pada 2021 dibandingkan 2020. Dijelaskannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun kerap menekankan pentingnya peningkatan investasi.

"Nilai investasi di sektor otomotif pada 2021 tercatat Rp 22,5 triliun atau naik 220% dari nilai total investasi di 2020," tambah Agus.

Sumber: finance.detik.com

 

Selengkapnya
Industri Otomotif Indonesia Mulai Pulih, Siap Ngebut Lagi!
« First Previous page 3 of 12 Next Last »