Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
Implementasi stimulus Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) yang berjalan pada Maret hingga Desember 2021 menunjukkan hasil signifikan terhadap peningkatan penjualan mobil. Pada Maret-November 2021, penjualan mobil yang menjadi peserta program stimulus PPnBM DTP mencapai 428.947 unit, atau meningkat 126,6% dari periode yang sama di tahun selanjutnya, sebanyak 189.364 unit.
Berkat peningkatan penjualan mobil tersebut, industri alat angkut pada triwulan II dan III tahun 2021 juga merasakan dampak positif, dengan pertumbuhan di masing-masing periode tersebut sebesar 45,2% (yoy) dan 27,8% (yoy).
“Selain itu, 319 perusahaan industri komponen tier 1, serta industri komponen tier 2 dan 3 yang sebagian besar merupakan industri kecil dan menengah (IKM) bisa terlibat dalam proses manufaktur dengan adanya kebijakan diskon PPnBM tersebut,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu (5/1).
Menperin menjelaskan, kendaraan bermotor roda empat dengan kapasitas di bawah 1.500 cc dengan harga penjualan yang berada di kisaran Rp 250 juta menguasai segmen pasar sekitar 60%. “Hal ini menunjukkan bahwa kendaraan dengan jenis tersebut mendominasi pasar mobil di dalam negeri, dan sesuai dengan daya beli masyarakat. Sehingga, kami berpendapat bahwa mobil dengan harga di bawah Rp 250 juta bukan lagi merupakan barang mewah, namun telah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat,” jelas Menperin.
Dengan pertimbangan tersebut, Kemenperin mengusulkan agar mobil dengan harga penjualan di bawah Rp 250 juta dan local purchase minimal sebesar 80% tidak dikenai PPnBM mulai tahun 2022. “Menurut kami, hal ini dapat menjaga kelangsungan industri otomotif di tahun 2022 dan selanjutnya. Kebijakan stimulus PPnBM DTP terbukti mampu menjaga momentum pertumbuhan industri otomotif di Tanah Air, sekaligus meningkatkan utilisasi dan kinerja sektor industri komponen otomotif,” ujar Menperin.
Tingkat kandungan lokal yang tinggi juga menunjukkan bahwa produksi mobil tersebut juga mendukung pertumbuhan industri komponen di dalam negeri,” ujar Agus. Ia menjelaskan, saat ini terdapat sekitar 550 perusahaan industri komponen Tier 1 dan 1.000 perusahaan industri komponen Tier 2 dan 3, yang sebagian besar adalah IKM. “Selain itu, dengan tingkat kandungan lokal yang tinggi, industri mobil di tanah air makin berpeluang menjadi basis ekspor kendaraan, terutama untuk negara-negara berkembang,” pungkas Agus.
Sumber: kemenperin.go.id
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Toyota Avanza sudah mengandalkan busi tipe iridium. Namun demikian, masih banyak yang menggantinya dengan busi nikel dengan alasan harga yang lebih terjangkau. Sekarang ini, MPV seperti Avanza, Veloz, atau Daihatsu Xenia sudah menggunakan busi tipe iridium.
Tak sedikit pemilik mobil tersebut yang mengeluh saat harus servis dan mengganti businya. Sebab, untuk penggantian busi satu set yang terdiri dari empat busi, biaya yang dikeluarkan dapat mencapai Rp 400.000.
Didi Ahadi, Dealer Technical Support Dept Head PT Toyota Astra Motor (TAM), mengatakan, harga busi Avanza adalah Rp 90.000. Berarti, jika satu set harganya Rp 360.000.
"Iya (lebih mahal dari busi nikel), karena iridium," ujar Didi, saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini. Akhirnya, banyak yang beralih menggunakan busi biasa yang menggunakan material nikel.
Sebab, harga yang ditawarkan sangat terjangkau, ada di kisaran Rp 35.000 hingga Rp 50.000. Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia, mengatakan, secara durabilitas, busi dengan logam mulia lebih tahan lama dibanding busi nikel.
"Untuk durability, NGK membaginya berdasarkan jenis produk. Iridium IX bisa sampai tiga kali tahan lama dibanding nikel," kata Diko.
Diko menambahkan, busi nikel dapat bertahan hingga 20.000 km. Artinya, busi iridium usia pakainya bisa sampai 60.000 km. Jadi, dalam penggantian busi satu set, menghabiskan biaya hingga Rp 200.000.
Sebab, harga busi nikel satuannya sekitar Rp 50.000 dan dikali empat silinder. Untuk mencapai 60.000 km, pemilik mobil harus melakukan penggantian busi sebanyak tiga kali. Berarti, total biayanya jika dikali tiga dapat mencapai Rp 600.000.
Sementara jika menggunakan busi tipe iridium, untuk mencapai 60.000 km hanya mengeluarkan biaya Rp 360.000 hingga Rp 400.000. Meskipun mahal di awal, tapi jika dihitung dengan jarak tempuh yang sama, maka busi iridium lebih murah dibandingkan busi nikel.
Sumber: otomotif.kompas.com
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan teknologi di industri otomotif kian beragam, termasuk di dalamnya mobil ramah lingkungan seperti hybrid sampai listrik murni. Di dunia, tak terkecuali Indonesia ikut merasakan majunya era tersebut.
Apalagi, Indonesia memiliki populasi penduduk terbesar keempat di dunia yang merupakan pasar potensial. Emerging market adalah istilah yang disematkan karena pasar di Tanah Air terus tumbuh.
Selama ini sebagian besar pasar otomotif Indonesia diisi produk-produk dari pabrikan Jepang. Pada 2019 akumulasi penjualan mobil mencapai 1,043 juta unit. Walaupun penjualan menurun karena pandemi, tetapi diyakini pasar akan kembali bergairah setelah pandemi usai.
Posisi Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar sangat diuntungkan dengan berkembangnya mobil listrik. Keuntungan itu bisa berlipat seandainya Indonesia mampu mengolahnya menjadi produk akhir berupa baterai.
Tidak terlalu muluk seandainya Indonesia serius ingin menjadi negara penghasil baterai mobil listrik, mengingat selama ini telah ada industri baterai untuk produksi elektronik. Indonesia bisa menarik investasi baru untuk pengembangan baterai mobil listrik atau menarik tambahan investasi agar pabrikan baterai elektronik juga mengembangkan baterai untuk mobil listrik.
Dengan keunggulan bahan baku baterai, seharusnya lebih mudah juga bagi Indonesia bisa menarik investasi pengembangan mobil listrik. Karena baterai adalah komponen dominan dalam mobil listrik.
Secara rata-rata berat baterai mencapai 25% dari berat mobil. Pabrikan-pabrikan Jepang ini telah memiliki skema pergantian teknologi ke mobil listrik. Dalam beberapa tahun ke depan mereka akan siap melempar ke pasaran.
Dengan demikian, walaupun teknologi otomotif telah berubah, sepertinya pasar mobil listrik Indonesia ke depan tetap akan banyak diwarnai oleh produk pabrikan Jepang. Tapi bukan hanya Jepang, karena merek asal Eropa, Amerika Serikat (AS) hingga China pun akan mengikuti perkembangan teknologi tersebut.
Sebagai informasi, SAIC-GM-Wuling dilaporkan China Daily pekan lalu akan mulai memproduksi mobil listrik di Indonesia pada akhir 2022. Hal ini bagian dari strategi menjual mobil listrik di luar China pada tahun yang sama.
Meski identitas mobil yang akan diproduksi di Indonesia belum terkuak, namun dikatakan berbasis platform Global Small Electric Vehicle (GSEV). Salah satu mobil sudah dibangun menggunakan platform ini adalah Hongguang Mini EV yang sangat laris di China.
Sejak diluncurkan pada 2020, sudah lebih dari 370 ribu unit Mini EV terjual. Shao Jie, salah satu pejabat eksekutif SAIC-GM-Wuling mengatakan perwakilan di 70 negara operasi perusahaan sudah menyatakan ketertarikan pada model yang dibuat dari platform GSEV.
"Mulai 2022, kami akan meluncurkan beberapa model dari platform GSEV secara bertahap di China dan pasar luar negeri," ujar Shao pada Kamis (16/9/2021) di Kongres New Energy Vehicle kepada China Daily. Mobil listrik di Indonesia sendiri seperti yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) optimistis bahwa program percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di Tanah Air dapat terealisasi sesuai dengan peta jalan yang sudah ditentukan.
Dengan demikian, dua atau tiga tahun lagi mobil listrik produksi dalam negeri mulai bermunculan secara masif, mulai dari yang berharga terjangkau sampai dengan berteknologi canggih.
Demikian dikatakannya saat memberi pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Reguler (PPRA) LXII dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIII, Lembaga Ketahanan Nasional RI, Rabu (13/10/2021). Untuk merealisasikannya, perkembangan hilirisasi produk nikel harus terus diperhatikan. Lalu, investor atau badan usaha milik negara (BUMN) juga harus didorong untuk mendirikan industri pengolahan di Indonesia.
"Kita setop ekspor bahan mentah dan paksa, entah BUMN, swasta kita, atau investor, untuk mendirikan industrinya di dalam negeri. Nanti Bapak dan Ibu bisa lihat dua atau tiga tahun lagi yang namanya mobil listrik mulai bermunculan dari negara kita," kata Jokowi.
Model mobil listrik itu sendiri di Indonesia, sudah mulai beragam seperti jenis hatchback, sedan, hingga SUV. Mobilnya seperti Hyundai Cona, DFSK Gelora, BMW i3 hingga Tesla dengan berbagai model.
Sumber: otomotif.kompas.com
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Beredar di media sosial gambar mobil baru yang sedang tes jalan di Thailand. Foto tersebut diunggah oleh akun Facebook bernama Natthaphon Matsarat. Meskipun mobil ini masih diselubungi stiker kamuflase pada seluruh bodinya, tapi diduga ini adalah Toyota Innova generasi terbaru. Jika dilihat dari spyshot yang beredar, lekuk bodi dan dimensinya, memang terlihat mirip dengan Toyota Innova versi sebelumnya.
Hanya saja ada sedikit perbedaan pada bagian lampu belakang yang terlihat lebih pipih dengan posisi garis yang horizontal. Sayangnya, dari spyshot yang beredar kita belum bisa melihat tampilan jelas dari mobil baru ini.
Tim redaksi sudah mencoba konfirmasi hal ini kepada Anton Jimmi Suwandy, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), namun belum ada jawaban. Sebelumnya, Toyota Indonesia disebut telah siap untuk melakukan produksi kendaraan bermotor listrik dengan teknologi hybrid pada tahun ini yang dimulai dari model Kijang.
Hal ini dikatakan oleh Menteri Perindustrian Agus Guwimang Kartasasmitha dalam Peresmian Pencapaian Ekspor 2 Juta Unit Toyota dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/2/2022). “Selain perluasan pasar ekspor, Toyota juga sudah berkomitmen untuk memproduksi beberapa jenis kendaraan elektrifikasi yang akan diawali oleh produksi Kijang Hybrid,” kata Agus.
Hanya saja belum diketahui waktu, volume produksi dan rencana ekspor kendaraan listrik yang dibuat di fasilitas PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) tersebut. Seperti yang sudah dikatakan, kemungkinan besar akan diproduksi pada tahun ini. Kita tunggu kabar selanjutnya. Tetapi merujuk pernyataan perseroan beberapa waktu lalu, mobil hibrida terkait juga akan menjaring pasar luar negeri.
Sehingga, Indonesia bakal menjadi sub-ekspor Toyota untuk beberapa wilayah. "Tahun ini kami akan memulai aktivitas produksi lokal kendaraan listrik hybrid di Pabrik Karawang, Jawa Barat untuk pasar domestik dan ekspor," kata Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam.
Bocoran awal, Innova generasi terbaru itu sudah tidak lagi menggunakan sistem penggerak roda belakang, melainkan akan berpindah jadi penggerak roda depan. Penjualan Innova sendiri memang dikatakan cukup baik selama berada di segmen MPV medium atau satu kelas di atas low MPV.
Pada data penjualan mobil Januari 2022 lalu, Innova tercatat mampu terjual sebanyak 3.971 unit, atau ada di posisi lima besar di bawah Mitsubishi Xpander, Daihatsu Sigra, Toyota Veloz dan Honda Brio.
Selengkapnya, berikut daftar wholesales 10 mobil terlaris pada Januari 2022 berdasarkan data Gaikindo.
1. Mitsubishi Xpander: 5.282 unit
2. Daihatsu Sigra: 5.130 unit
3. Toyota Veloz: 4.777 unit
4. Honda Brio: 4.489 unit
5. Toyota Innova: 3.971 unit
6. Toyota Rush: 3.752 unit
7. Daihatsu Xenia: 3.512 unit
8. Honda BR-V: 3.257 unit
9. Toyota Avanza: 3.188 unit
10. Toyota Fortuner: 2.492 unit
Sumber: otomotif.kompas.com
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR IPT) melakukan pengembangan kendaraan listrik berteknologi otonom atau tanpa pengemudi. Langkah tersebut dilakukan untuk memperbanyak pilihan atas kendaraan ramah lingkungan dan demi menyambut era elektrifikasi di masa depan.
Sebelumnya, pengembangan kendaraan listrik dari BRIN difokuskan pada penguasaan teknologi komponen, seperti motor listrik, battery, control system/power electronics, platform, dan charging system.
"Sedangkan Prioritas Riset Nasional (PRN) Kendaraan Listrik 2020-2024 berfokus pada penguasaan teknologi kunci kendaraan otonom," kata Plt. Kepala Pusat Tenaga Listrik dan Mekatronik, Haznan Abimanyu dalam keterangannya, Jumat (18/2/2022).
"Seperti, sistem deteksi objek/sensor, sistem telekomunikasi, human to vehicle interaction, computer vision, dan sebagainya," lanjut Koordinator PRN Kendaraan listrik itu. Kendaraan terkait, yang dinamakan Micro Electric Vehicle - Teleoperated Driving System (MEVi - TDS) , dikemudikan jarak jauh atau teleoperation. Haznan menyebut, penelitian sistem itu mulai dilakukan dengan sumber daya gabungan peneliti dari Pusat Riset Informatika, Pusat Riset Tenaga Listrik dan Mekatronik, Pusat Riset Elektronika dan Telekomunikasi, serta Balai Pengembangan Instrumentasi.
"Tim peneliti merancang dan membangun dari awal platform kendaraan listrik yang digunakan. Platform tersebut diperuntukkan bagi kendaraan satu penumpang. Kendaraan ini sering disebut sebagai micro electric vehicle," kata dia. Lantas apa spesialnya?
Secara desain, MEVi-TDS terlihat simpel dan mungil. Sebab, dimensinya saja hanya panjang 1.475 mm, lebar 990 mm, tinggi 1.470 mm, dan berat sekitar 80 kg dengan pelek 8 inci. Tetapi, kendaraan sudah dilengkapi empat buah lampu LED di bagian depan, lampu rem berbentuk oval di bagian belakang, serta enam lampu LED membentuk segitiga sebagai lampu sein.
Pada bagian atas kap ditambahkan lampu rotator berwarna amber yang akan menyala sebagai alarm jika terjadi kegagalan fungsi teleoperation. BRIN melengkapi mobil ini dengan baterai lithium ion 48 Volt 12 Ah. Ukuran baterai yang relatif kecil ini, maka pemakaiannya hanya bertahan 46 menit dengan kecepatan maksimal 10,88 km per jam. Selanjutnya kapasitas baterai akan ditingkatkan, tetapi kecepatan maksimal tidak akan dinaikkan karena kendaraan ini tanpa pengemudi.
BRIN menyebutkan mobil ini menggunakan motor BLDC (motor brushless dc) 750 Watt, tenaga 1 HP, torsi 2,36 Nm yang mampu mengangkat beban hingga 600 Kg. MEVi - TDS juga dilengkapi enam sensor ultrasonik sebagai sensor jarak, sensor IMU untuk mengetahui orientasi kendaraan, GPS untuk mengetahui posisi secara tepat dan empat buah kamera yang berfungsi sebagai penglihatan.
Sementara pusat pengendali sebagai pemroses data di MEVi - TDS menggunakan Nvidia Jetson AGX Xavier yang akan berkomunikasi dengan workstation di command station menggunakan jaringan WiFi AC (IEEE 802.11ac). Adapun topologi infrastruktur telekomunikasi yang digunakan merupakan jaringan wireless multihop.
"Diharapkan terobosan yang sudah bekerjasama dengan berbagai mitar ini dapat memacu dan memberikan semangat kepada tim pengembang, selain scientific output berupa publikasi ilmiah dan kekayaan intelektual," kata dia. "Ini juga dapat menghasilkan karya yang dapat diimplementasikan," lanjut Budi.
Ia pun berharap, proses integrasi ini dapat berjalan dengan baik, uji performa dapat segera dilakukan, dan tentunya kita dapat menjaring mitra industri. "Selain itu MEVo-TDS diharapkan bisa menjadi cikal bakal pengembangan kendaraan otonom untuk kapasitas penumpang yang lebih besar, seperti mikro bus dan bus sedang maupun bus besar," katanya lagi.
Sumber: otomotif.kompas.com
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Toyota Indonesia disebut telah siap untuk melakukan produksi kendaraan bermotor listrik dengan teknologi hibrida pada tahun ini, yang dimulai dari model Kijang. Langkah itu merupakan salah satu implementasi dari komitmen perseroan melalui investasi senilai Rp 28,3 triliun sampai tahun 2024 di dalam negeri yang diterima oleh pemerintah RI.
Demikian dikatakan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmitha dalam Peresmian Pencapaian Produksi Ekspor 2 Juta Unit Toyota dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (15/2/2022).
"Selain perluasan pasar ekspor, Toyota juga sudah berkomitmen untuk memproduksi beberapa jenis kendaraan elektrifikasi yang akan diawali oleh produksi Kijang Hybrid," katanya. "Kami tentu akan terus mendukung dan mendorong percepatan produk elektrifikasi atau kendaraan bermotor listrik," lanjut Agus.
Hanya saja belum diketahui waktu, volume produksi, dan rencana ekspor kendaraan listrik yang dibuat di fasilitas PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) tersebut. Tetapi merujuk pernyataan perseroan beberapa waktu lalu, mobil hibrida terkait juga akan menjaring pasar luar negeri. Sehingga, Indonesia bakal menjadi sub-ekspor Toyota untuk beberapa wilayah.
"Tahun ini kami akan memulai aktivitas produksi lokal kendaraan listrik hybrid di Pabrik Karawang, Jawa Barat untuk pasar domestik dan ekspor," kata Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal TMMIN, Bob Azam.
Dalam kesempatan sama, Agus juga mengungkapkan bahwa seluruh produk Toyota yang ada di Indonesia sudah memiliki kandungan lokal alias local contain sebesar 75 persen. Tentu, hal ini sejalan dengan arahan dan penugasan Presiden RI Joko Widodo tentang pentingnya peningkatan investasi, nilai tambah, dan memperluas pasar ekspor termasuk membuka pasar ekspor baru.
"Berkaitan investasi, pada sektor otomotif sepanjang 2021 telah mencatat nilai sebesar Rp 22,5 triuliun naik 220 persen dari total nilai investasi di tahun sebelumnya," kata Agus.
Sumber: otomotif.kompas.com