Pertanian

Peran Pertanian dalam Mendukung Kemandirian dan Keamanan Pangan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi pertanian sangat melimpah dan memiliki peranan penting dalam menciptakan kemandirian pangan serta meningkatkan perekonomian Indonesia. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bisa dipenuhi langsung maupun tidak langsung, antara lain, dengan menangkap hasil laut, berburu, atau bercocok tanam.

Melihat begitu pentingnya persolaan pangan tersebut, berbagai lembaga internasional – seperti FAO (Food and Agricultural Organization), IFPRI (International Food Policy Research Institute), EIU (The Economist Intelligent Unit) dan Economic Research Service (ERS) yang berada di bawah USDA (United State Department of Agriculture) telah merumuskan definisi ketahanan pangan, indikator-indikator ketahanan pangan, bahkan mengelompokkan dan membuat ranking ketahanan pangan berbagai negara di dunia berdasarkan sejumlah indikator ketahanan pangan. Di tingkat nasional (Indonesia), persoalan pangan juga menjadi isu utama dan selalu menjadi program prioritas bagi setiap rezim/pemerintahan, bahkan tidak jarang menjadi isu politik. Mengingat pentingnya persoalan pangan, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang-undang Pangan (UU No. 18/2012) – yang merupakan penyempurnaan dari UU No. 7/1996 — sebagai landasan hukum bagi kebijakan pangan dan usaha mewujudkan ketahanan pangan. Namun, dengan banyaknya persoalan pangan, maka perlu identifikasi persoalan dan perlu penyelesaian secara komprehensif.

Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat. Kondisi kemandirian pangan Indonesia masih rawan terutama jika dilihat dari komoditas tanaman pangan selain beras. Namun demikian sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia dapat berpartisipasi dalam kemandirian dan ketahanan pangan.

Ketahanan pangan kita tidak lepas dari sifat produksi komoditi pangan itu sendiri yang musiman dan berfluktuasi karena sangat mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca. Perilaku produksi yang sangat dipengaruhi oleh iklim memengaruhi ketersediaan pangan di seluruh negeri. Kebijakan pangan yang tangguh diperlukan untuk mengimbangi perilaku produksi yang rentan terhadap perubahan iklim tersebut. Ini akan berdampak negatif pada baik produsen maupun konsumen, terutama produsen berskala produksi kecil dan konsumen berpendapatan rendah. Pemerintah dipaksa untuk melakukan intervensi dengan menerapkan kebijakan ketahanan pangan karena karakteristik komoditi pangan yang mudah rusak, lahan produksi petani yang terbatas, kurangnya sarana dan prasarana pendukung pertanian, dan kurangnya penanganan panen dan pasca panen.

Oleh karena itu dalam mencapai kemandirian dan ketahanan pangan dapat melakukan penerapan urban farming di perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit. Model pertanian yang dapat diterapkan di perkotaan bisa berupa pemanfaatan lahan yang ada di pekarangan rumah dan pemanfaatan atap rumah atau bisa juga atap rumah yang di bangun sebagai greenhouse untuk penanaman tanaman sayuran dan buah. Teknik penanaman yang dapat diterapkan bisa berupa penanaman sayuran dan buah yang ditanam pada pot atau polybag dengan menggunakan media tanah dan menggunakan metode penanaman secara hidroponik (tanpa nenggunakan media tanah). Teknik budidaya tanaman secara hidroponik dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu hidroponik system aktif dan hidroponik system pasif. Hidroponik dengan sistem aktif dimana larutan nutrisi bergerak dan bersirkulasi dengan bantuan pompa air. Hidroponik dengan system ini dapat berupa DFT (deep flow technique), NFT (Nutrien film technique) dan aeroponik. Sedangakan hidroponik system pasif dimana larutan nutrisi yang diserap oleh tanaman dan diserap oleh akar tanaman tanpa sirkulasi seperti system wick.

Maka dari itu urban farming dapat menjadi solusi nyata untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat perkotaan yang tidak memerlukan lahan yang luas. Sesuai dengan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang dibuat oleh Kementan di beberapa kota, urban farming harus terus dijalankan dengan pendampingan dan pelatihan dari para ahli pertanian dan penyuluh pertanian kepada warga dan komunitas. Dengan cara ini, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan membantu meningkatkan produksi pangan Negara Republik Indonesia di masa depan.

Sumber: https://umg.ac.id/

Selengkapnya
Peran Pertanian dalam Mendukung Kemandirian dan Keamanan Pangan

Pertanian

Melacak Asal-usul dan Perjalanan Ubi Kayu dari Deskripi sampai Etimologi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Ubi kayu, atau disebut juga singkongkaspeketela pohonubi sampa atau ubi prancis (Manihot esculenta, sinonim: Manihot utilissima), adalah perdu tropis dan subtropis tahunan dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Deskripsi

Perdu bisa mencapai hingga 7 meter dengan cabang agak jarang. Singkong memiliki akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.

Umbi dari ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat, tetapi sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.

Sejarah dan pengaruh ekonomi

  • Sejarah budidaya dan penyebarannya

Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay, sejak kurang lebih 10 ribu tahun yang lalu. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun ada banyak spesies Manihot yang liar, semua kultivar M. esculenta dapat dibudidayakan. Walaupun demikian, bukti-bukti arkeologis budidaya singkong justru banyak ditemukan di kebudayaan Indian Maya, tepatnya di Meksiko dan El Salvador.

Produksi singkong dunia, diperkirakan mencapai 192 juta ton pada tahun 2004. Nigeria menempati urutan pertama dengan 52,4 juta ton, disusul Brasil dengan 25,4 juta ton. Indonesia menempati posisi ketiga dengan 24,1 juta ton, diikuti Thailand dengan 21,9 juta ton (FAO, 2004) Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.

  • Di Hindia Belanda

Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 dari Brasil. Menurut Haryono Rinardi dalam Politik Singkong Zaman Kolonial, singkong masuk ke Indonesia dibawa oleh Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16. Tanaman ini dapat dipanen sesuai kebutuhan. “Sifat itulah yang menyebabkan tanaman ubi kayu sering kali disebut sebagai gudang persediaan di bawah tanah,” tulis Haryono.

Butuh waktu lama singkong menyebar ke daerah lain, terutama ke Pulau Jawa. Diperkirakan singkong kali pertama diperkenalkan di suatu kabupaten di Jawa Timur pada 1852. “Bupatinya sebagai seorang pegawai negeri harus memberikan contoh dan bertindak sebagai pelopor. Kalau tidak, rakyat tidak akan memercayainya sama sekali,” tulis Pieter Creutzberg dan J.T.M. van Laanen dalam Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia.

Namun hingga 1876, sebagaimana dicatat H.J. van Swieten, kontrolir di Trenggalek, dalam buku De Zoete Cassave (Jatropha janipha) yang terbit 1875, singkong kurang dikenal atau tidak ada sama sekali di beberapa bagian Pulau Jawa, tetapi ditanam besar-besaran di bagian lain. “Bagaimanapun juga, singkong saat ini mempunyai arti yang lebih besar dalam susunan makanan penduduk dibandingkan dengan setengah abad yang lalu,” tulisnya, sebagaimana dikutip Creutzberg dan van Laanen. Sampai sekitar tahun 1875, konsumsi singkong di Jawa masih rendah. Baru pada permulaan abad ke-20, konsumsinya meningkat pesat. Pembudidayaannya juga meluas. Terlebih rakyat diminta memperluas tanaman singkong mereka.

Peningkatan penanaman singkong sejalan dengan pertumbuhan penduduk Pulau Jawa yang pesat. Ditambah lagi produksi padi tertinggal di belakang pertumbuhan penduduk. “Singkong khususnya menjadi sumber pangan tambahan yang disukai,” tulis Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia V. Hingga saat ini, singkong telah menjadi salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, singkong merupakan makanan pokok ketiga setelah padi-padian dan jagung.

Hindia Belanda pernah menjadi salah satu pengekspor dan penghasil tepung tapioka terbesar di dunia. Di Jawa banyak sekali didirikan pabrik-pabrik pengolahan singkong untuk dijadikan tepung tapioka. Seperti dalam buku Handbook of the Netherlands East Indies, pada tahun 1928 tercatat 21,9% produksi tapioka diekspor ke Amerika Serikat, 16,7% ke Inggris, 8,4% ke Jepang, lalu 7% dikirim ke Belanda, Jerman, Belgia, Denmark dan Norwegia. Biasanya tepung olahan singkong tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku lem dan permen karet, industri tekstil dan furniture.

Sampai dan Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Portugis "castilla" (dibaca "kastiya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).

Pengolahan

Umbi singkong dapat dimakan mentah. Kandungan utamanya adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Pada keadaan tertentu, terutama bila teroksidasi, akan terbentuk glukosida racun yang selanjutnya membentuk asam sianida (HCN). Sianida ini akan memberikan rasa pahit. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Proses pemasakan dapat secara efektif menurunkan kadar racun.

Dari pati umbi ini dibuat tepung tapioka (kanji).

Penggunaan

Dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, cocok untuk pengidap alergi gluten.

Kadar gizi

Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:

  • Kalori 121 kal
  • Air 62,50 gram
  • Fosfor 40,00 gram
  • Karbohidrat 34,00 gram
  • Kalsium 33,00 miligram
  • Vitamin C 30,00 miligram
  • Protein 1,20 gram
  • Besi 0,70 miligram
  • Lemak 0,30 gram
  • Vitamin B1 0,01 miligram

Sedangkan daun singkong yang banyak dijadikan sayuran pada masakan Sunda dan masakan Padang memiliki nutrisi sebagia berikut:

Nutrisi: Protein, Kalsium, Fosfor, Besi, Vitamin A, Vitamin C

Satuan: gram, mg, mg, mg, IU, mg

Kadar: 6.8, 165, 54, 2.0, 11000, 275

Varietas tanaman singkong

Tanaman singkong disebut manis atau beracun, tergantung kandungan asam hydrocyanic dalam akarnya, yang umum diakui mengandung kurang dari 50 miligram asam hydrocyanic per kilogram bahan segar. Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan dan untuk industri.

Varietas untuk pangan adalah

  • N1 Mekarmanik
  • Adira 1
  • Malang 1
  • Malang 2
  • Darul Hidayah.

Sedangkan untuk ubi industri adalah

  • N1 Mekarmanik
  • Adira 2
  • Adira 4
  • Malang 4
  • Malang 6
  • UJ 5
  • UJ 3.

Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN < 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6 gram per kilogram

Beberapa varietas unggul singkong yang telah dilepas oleh Kementrian Pertanian antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1, Malang 2, Darul Hidayah, Malang 4 maupun Malang 6.

Etimologi

Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata "castilla" (dibaca "kastilya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).

Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya Telo, bahasa Sangihe bungkahe, bahasa Tolitoli dan Gorontalo kasubi, dan bahasa Sunda sampeu. Sementara dalam bahasa Rejang, tanaman ini dikenal sebagai ubai.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Melacak Asal-usul dan Perjalanan Ubi Kayu dari Deskripi sampai Etimologi

Pertanian

Info Teknologi: Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim Tingkatkan Produktifitas Pertanian

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025


Iklim adalah faktor utama yang memengaruhi praktik pertanian, termasuk pola tanam, waktu penanaman, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Perubahan iklim telah mengakibatkan dampak serius bagi sektor pertanian, termasuk kerusakan lahan, meningkatnya serangan OPT, penurunan hasil, dan kesulitan menentukan waktu tanam. Selain itu, sumberdaya lahan dan air juga terpengaruh, dengan penurunan fungsi sumberdaya lahan, cekaman lingkungan dan berkurangnya luas areal panen.

Dampak perubahan iklim juga memengaruhi produksi tanaman. Perubahan dalam pola hujan, musim kemarau yang lebih panjang, dan kenaikan permukaan air laut berdampak negatif pada pertanian di daerah pesisir. Bergesernya waktu tanam, musim, dan pola tanam serta menurunnya kualitas lahan. Masalah ini memerlukan upaya serius dalam menghadapi perubahan iklim.

Adaptasi terhadap perubahan iklim adalah langkah kunci untuk mengatasi tantangan ini. Climate Smart Agriculture (CSA), pendekatan yang diusulkan oleh FAO salah satunya juga berfokus pada adaptasi dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim. Teknologi tanaman pangan dalam hal ini memiliki peran penting dalam adaptasi perubahan iklim. Varietas tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim menjadi kunci utama. Varietas yang memiliki umur pendek, toleran salinitas dan kekeringan, serta rendemen tinggi akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap perubahan iklim. Varietas rendah emisi gas rumah kaca juga berperan penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan.

Selain itu, teknologi hemat air menjadi fokus penting dalam menghadapi kekeringan yang semakin sering terjadi. Teknologi Pengairan Basah Kering (PBK) dengan memonitor tinggi muka air di lahan sawah dengan cermat, memungkinkan penggunaan air irigasi lebih efisien. Pengairan berselang juga menjadi pilihan yang baik untuk menghemat air dan mencegah masalah seperti keracunan besi.

Pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) adalah panduan untuk membantu petani dalam pemupukan yang sesuai dengan kondisi setempat, kebutuhan tanaman, dan tingkat hasil yang diharapkan. Panduan ini berbasis komputer yang dikembangkan oleh International Rice Research Institute (IRRI). Rekomendasi PHSL dapat diperoleh melalui akses internet: http:/webapps.irri.org/nm/id atau kontak nomor 135.

Adaptasi perubahan iklim dalam pertanian bukan hanya tanggung jawab petani tetapi juga masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Kolaborasi dan peningkatan kesadaran mengenai perubahan iklim sangat penting dalam upaya menuju pertanian adaptif terhadap tantangan perubahan iklim yang terus berkembang serta menjaga ketahanan pangan nasional.

Pentingnya adaptasi perubahan iklim dalam pertanian tidak dapat diabaikan. Dengan mengadopsi teknologi tanaman pangan yang sesuai, praktik penghematan air, dan panduan pemupukan yang tepat, pertanian dapat tetap produktif dan berkelanjutan di tengah kondisi perubahan iklim. Upaya ini adalah langkah penting menuju pertanian yang lebih tahan terhadap tantangan perubahan iklim. (DA ’Okt 23)

Sumber: https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/

Selengkapnya
Info Teknologi: Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim Tingkatkan Produktifitas Pertanian

Pertanian

Memanfaatkan Lahan Sempit Untuk Tanaman Pangan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Lahan sempit di sekitar rumah ternyata dapat dimanfaatkan untuk memproduksi tanaman pangan. Selain tidak memerlukan banyak media tanam, juga dapat mengurangi biaya rumah tangga. Yang lebih penting lagi, kita dapat menghasilkan bahan pangan tanpa membelinya di pasar.

Dekan Fakultas Pertanian Dr. Ir. Sularno, M.Si., memberikan serangkaian tips untuk memanfaatkan lahan sempit di sekitar rumah , salah satunya melalui tabulampot. Tabulampot atau tanaman buah dalam pot adalah istilah yang digunakan Sularno, untuk menjelaskan jenis-jenis tanaman pangan yang mudah ditanam dengan memanfaatkan lahan di sekitar rumah. Penggunaan media-media sederhana seperti pot, ember, dan polybag merupakan cara yang dapat dilakukan guna mengurangi limbah rumah tangga.

Tanaman edamame atau bisa disebut kedelai jepang merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat ditanam di pekarangan sempit tanpa memerlukan biaya yang besar, namun tetap memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dalam kurun waktu 60 hari, edamame sudah siap untuk dipanen. Media yang digunakan untuk menanam edamame pun cukup sederhana. Dengan menggunakan tanah atau sampah organik yang ada disekitar, kemudian dapat diolah menjadi pupuk kompos sebagai media tanam. Adapun jenis tabulampot lainnya yang mudah ditanam di pekarangan rumah diantaranya, jeruk limau, cabai, terong, selada, tomat dan lain-lain.

Selain jenis tanaman pangan yang dapat ditanam di pekarangan rumah. Sularno menyampaikan bahwasannya tanaman hias adalah salah satu bagian dari urban farming yang digunakan di sekitar pekarangan rumah. Selain menjaga ekosistem lingkungan, penggunaan pot yang minimalis pada tanaman hias sekalipun dapat menambah nilai estetika pekarangan rumah.

Diiringi perawatan yang rutin dan baik, Sularno juga menjelaskan beberapa tips dalam merawat tanaman. Setiap tanaman tentunya memiliki kriteria masing-masing, ada tanaman yang memerlukan banyak air, ada pula tanaman yang memerlukan air secukupnya. Dengan penggunaan pupuk yang cukup dan penyiraman air yang rutin, maka tanaman tidak akan mengalami suatu hambatan. “Perubahan penampilan tanaman bisa dilihat melalui medianya, kalau media yang digunakan sudah padat, maka dapat ditambahkan pupuknya atau diganti medianya,” ujar Sularno.

Lebih lanjut Sularno menyampaikan bahwa tanaman layaknya manusia yang membutuhkan nutrisi. “Tanaman kalau kurang air akan layu, sebaliknya jika pemenuhan unsur hara yang cukup terhadap tanaman, maka tanaman akan bertumbuh dengan baik,” jelas Sularno. Menutup pembicaraan, Sularno menuturkan cara  efektif yang dapat dilakukan dalam pembasmian hama terhadap tanaman, yaitu dengan menggunakan bawang merah yang dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan air dan setelah itu disemprotkan pada bagian daun dan tanaman.  

Sumber: https://umj.ac.id/

Selengkapnya
Memanfaatkan Lahan Sempit Untuk Tanaman Pangan

Pertanian

Tim Metaverse UMM Ciptakan Teknologi Kesehatan Hewan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Tim metaverse Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama Perusahaan Satwa Sehat Indonesia menginisiasi teknologi metaverse dalam dunia hewan. Gagasan sejak bulan Agustus 2023 lalu hingga saat ini tersebut muncul di tengah perbincangan santai yang terjadi antara tim program studi teknik informatika dengan pihak perusahaan.

Salah seorang dosen yang terlibat dalam pengabdian, Didih Rizki Chandranegara S.Kom., M.Kom. mengatakan, keterlibatan prodi Informatika dalam proyek ini bertujuan untuk memanfaatkan teknologi metaverse yang saat ini telah merambah berbagai sektor. 

“Dalam bidang kesehatan hewan, aplikasi metaverse belum pernah dikembangkan sebelumnya. Sehingga kami mengajukan kegiatan ini sebagai bagian dari pengabdian berbasis Center of Excellence (CoE) yang menandai komitmen mereka untuk memberikan kontribusi berkelanjutan dalam perkembangan teknologi terapan,” ungkapnya, Jumat (1/3/2024).

Adapun platform ini memungkinkan adanya simulasi operasi hewan secara virtual. Para calon dokter hewan dapat memperoleh pengalaman praktis yang mendekati situasi asli tanpa perlu mengorbankan hewan asli. 

“Selain itu, aplikasi ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang komprehensif mengenai struktur anatomi hewan bagi berbagai kalangan, tidak hanya profesional kesehatan hewan,” kata Rizki.

Pengabdian ini turut melibatkan tim metaverse yang terdiri dari pimpinan prodi, beberapa dosen, mahasiswa tingkat akhir, dan alumni informatika UMM. Keterlibatan tim metaverse dari prodi Informatika tidak hanya sekedar memperkenalkan teknologi terbaru, tetapi juga sebagai wujud nyata dari kolaborasi lintas disiplin ilmu. 

“Para pemangku kepentingan, baik dari akademisi maupun praktisi di industri kesehatan hewan, secara aktif terlibat dalam setiap tahapan pengembangan aplikasi ini,” ujarnya.

Langkah-langkah implementasi yang diambil meliputi serangkaian pertemuan untuk menyusun strategi kolaborasi dengan pihak klinik hewan, memetakan data, merancang aplikasi dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keterbatasan yang ada, hingga uji coba dan peluncuran resmi aplikasi. 

“Metaverse di bidang kedokteran hewan ini masih terus dikembangkan untuk bisa mencapai potensi terbaiknya,” tandasnya. 

Sumber: https://www.rri.co.id/

Selengkapnya
Tim Metaverse UMM Ciptakan Teknologi Kesehatan Hewan

Pertanian

Formula Sapujagat, bikin Panen Padi Berlipat

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Februari 2025


Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, kebutuhan nasi rata-rata per orang 250 gram beras per hari. Artinya, kebutuhan beras nasional mencapai 61.875 ton per hari. Dalam setahun, terjumlah angka kebutuhan beras sebesar 22,6 juta ton.

Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, hampir tiap tahun Indonesia mengimpor beras dari sejumlah negara, antara lain India, Pakistan, Vietnam, Thailand, dan Myanmar. Data terbaru, hingga September 2023, Indonesia telah mengimpor tak kurang dari 1,7 juta ton, dari kuota impor sebesar 2 juta ton.

“Sebagai generasi milenial, saya mencermati fenomena ketimpangan tersebut. Padahal, sejarah negara kita pernah mencatatkan prestasi swasembada beras pada tahun 80-an. Mengapa sekarang kita menjadi negara pengimpor beras?” tanya Melvin, salah satu tokoh milenial berusia 24 tahun yang concern di bidang teknologi pertanian, utamanya produksi pupuk.

Lelaki kelahiran Singkawang ini, pernah berpengalaman menjadi junior mobile developer di perusahaan startup itu, bahkan menjadi CEO perusahaan. Namun beberapa tahun terakhir, ia banting stir ke sektor pertanian, dan dipercaya menjadi Product Manager PT Formula Top Indonesia, produsen pupuk Formula 100+.

“Saya mengembangkan pupuk hayati Formula 100+ dan serum. Yang serum berfungsi sebagai penguat atau booster. Lahir dari riset mendalam, yang hasilnya sangat memuaskan. Bahkan sudah dirasakan sebagian petani kita dari Sabang sampai Merauke,” papar Melvin, yang lulus cumlaude Teknik Informatika sebuah perguruan tinggi di Jakarta tahun 2016 itu.

Panen Berlimpah

Sejumlah praktik demplot yang dilakukannya menghasilkan fakta menakjubkan. Pupuk Formula 100+ ibarat formula sapujagat yang berhasil mendongkrak hasil panen menjadi berlipat.

Dari Kecamatan Seputih, Kabupaten Lampung Tengah, para petani yang memakai pupuk ini berkomentar sangat positif. “Penggunaan Formula 100+ membuat waktu panen lebih cepat dibandingkan dengan tanaman padi lainnya,” ujar Melvin, mengutip testimoni petani setempat.

Di Seputih, demplot di sawah seluas ¼ hektare mampu menghasilkan 2 ton, dari sebelumnya yang hanya 1,5 ton. Untuk lahan seluas itu, hanya diperlukan 1 botol Formula 100+ untuk 4 kali penyemprotan.

Testimoni serupa datang dari petani padi di Candi Retno, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Lebih spesifik, hasil padi yang dipupuk menggunakan Formula 100+ berdaun lebat, lebih hijau, batang yang kekar dan lebih tinggi. Hasil yang sama juga terjadi di Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Lampung.

Sedangkan, petani Gedong Tataan, Lampung lainnya berkomentar, tanaman padi yang disemprot Formula 100+ lebih subur. Tangkai, daun, dan bulir padinya lebih bagus. Bahkan, warna bulirnya juga kuning seperti telur.

Tikus Minggat

Fakta menarik datang dari lokasi demplot Way Lima, Lampung. Pada satu lokasi pertanian padi, dikenal sangat rawan gagal panen akibat hama tikus. Akan tetapi, setelah menggunakan Formula 100+, tikus-tikus minggat.

 “Di sana kelihatan sekali kontradiksinya. Sebab, lahan pertanian yang tidak dipupuk Formula 100+ akhirnya gagal panen, tanaman padi rusak karena serangan hama tikus,” tutur Melvin, seraya menambahkan, “sedangkan yang disemprot Formula 100+ sukses panen dengan hasil melimpah.”

Di Jawa Barat, Melvin juga melakukan demplot di sejumlah lokasi, antara lain di Kalijaya, Kecamatan Talagasari, Kabupaten Karawang. Di sana, para petani mengungkapkan, dengan menggunakan Formula 100+, dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen. Selain itu, waktu panen lebih cepat, dan hasilnya maksimal.

Sementara, pada demplot di Jasinga, Kabupaten Bogor, hasilnya tak kalah menakjubkan. Bulir padinya lebih penuh dan gemuk. “Tidak ada yang kosong atau kopong,” tutur Melvin.

Di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Melvin mendata dan mencatat perkembangan area padi yang di-demplot menggunakan Formula 100+ dan yang tidak. Pada tanaman padi yang disemprot Formula 100+ rumpun anakannya lebih banyak antara 27 – 31 anakan, dan tingginya mencapai 80 – 90 cm, serta berdaun hijau segar. Sedangkan yang tidak, rumpun anakannya 25 – 27 dengan tinggi tanaman hanya 70 cm, dan daunnya sedikit kekuningan.

Gunung Jagung

Masih terkait peran serta swasta dalam menopang dan menunjang program ketahanan pangan, Melvin pun melakukan demplot terhadap jagung. Sebab, mengutip keterangan Ketua Bulog, Budi Waseso, Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri. Karenanya, tiap tahun Indonesia mengimpor jagung. Tahun 2023, kata Budi Waseo, impor jagung mencapai 171.000 ton.

Formula 100+ selain terbukti mampu mendongrak panen padi menjadi berlipat ganda, juga bagus untuk tanaman jagung. Pada jagung manis, buahnya lebih manis, biji jagung lebih padat sampai ke tongkol jagung, serta ukuran buahnya lebih besar.

Pada demplot jagung di Kapuas Hilir, Kalimantan Tengah terbukti tanaman jagung yang menggunakan Formula 100+ tumbuh lebih cepat. Bahkan lebih cepat berbuah.

Pemandangan sama tampak di kebun jagung Seputih Agung, Lampung. Selain hasil lebih berlimpah, batang tanaman jagung tampak lebih besar dan kokoh, tinggi. Bahkan di lokasi lahan milik Dinas Pertanian Kota Metro, Lampung, jagung varietas NK Sumo, dengan sekali semprot Formula 100+ bisa panen pada usia 70 hari.

Peristiwa lebih ekstrem terjadi di kebun jagung milik Kodim 1011 Kuala Kapuas, Kalteng. Saat panen jagung, mereka beramai-ramai memakan buah jagung usai dipanen. Ternyata rasanya manis.

Bukti lain menunjukkan, tanaman jagung yang di-treatment menggunakan Formula 100+ buahnya lebih panjang dengan paparan biji jagung lebih merata. Sedangkan yang tidak disemprot, buahnya lebih pendek dan paparan bijinya tidak merata.

“Dengan Formula 100+ petani kita bisa membuat gunung jagung. Sebab, hasilnya memang lebih berlimpah,” tutur Melvin, senang. 

Sumber: https://hortiindonesia.com/

Selengkapnya
Formula Sapujagat, bikin Panen Padi Berlipat
« First Previous page 18 of 27 Next Last »