Perindustrian

Optimisme Industri Nikel: Permintaan Terus Meningkat, PT PAM Mineral Gencar Akuisisi untuk Menambah Cadangan

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Februari 2025


Seorang pengemudi mengisi daya mobil listrik dengan memanfaatkan aplikasi PLN Charge.IN di di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) PLN di Kantor PLN Disjaya, Gambir, Jakarta, Jumat (29/1). PLN meluncurkan aplikasi charge.IN yang memudahkan para pemilik kendaraan listrik dalam hal pengisian daya serta dapat menunjukkan lokasi SPKLU maupun besaran pengisian daya.Prayogi/Republika.Foto: Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PAM Mineral Tbk menilai peluang bisnis nikel cukup menjanjikan. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik.

Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka mengatakan, perusahaan juga mendukung pemerintah yang akan mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC).  Pabrik baterai mobil listrik milik IBC dan konsorsium LG Chem serta CATL mobil listrik akan mulai melakukan peletakan batu pertama pada akhir Juli 2021. Selanjutnya, pabrik baterai tersebut diharapkan mulai beroperasi pada 2023. 

“Kami melihat satu peluang yang cukup menjanjikan pada pertambangan nikel berkadar rendah. Hal ini sejalan pertumbuhan kebutuhan baterai bahan bakar kendaraan listrik,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (15/7).

Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga mengalami peningkatan, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter yang ada. Permintaan nikel dengan kadar tinggi juga cukup stabil, sedangkan permintaan pasar nikel berkadar rendah sudah kembali meningkat.

“Adanya industri baterai nasional seiring tumbuhnya smelter dengan teknologi hidrometalurgi akan meningkatkan kinerja perusahaan dengan diserapnya nikel kadar rendah yang diproduksi perusahaan. Ini yang kita harapkan bersama," ucapnya.

Ruddy menyebut, stabilnya industri pengolahan atau smelter menjadi peluang yang cukup menjanjikan bagi industri bijih nikel. Dia optimistis permintaan bijih nikel dengan kadar tinggi akan meningkat. 

“Apalagi dengan ekspansi smelter yang ada, terutama di daerah-daerah yang dekat dengan tambang perusahaan. Tentu kita optimis perkembangan ke depan itu kebutuhan ore nikel bisa melebihi tujuh sampai delapan juta ton per bulan," kata dia.

Perusahaan juga berkeyakinan anak  perusahaan masih memiliki sumber daya sekitar 28 juta ton lebih bijih nikel. Dari 28 juta bijih nikel tersebut, lanjut Ruddy, tidak semua memiliki kadar tinggi, namun juga terdapat bijih nikel dengan kadar rendah. 

“Pada jangka menengah dan jangka panjang perusahaan memiliki strategi menambah cadangan dengan melalui  akuisisi atau maupun mencari tambang baru, dapat mengerek kinerja perseroan dengan pertumbuhan  yang lebih tinggi lagi kedepannya,” ucapnya.

Adapun rencana jangka pendek, perusahaan akan memenuhi target rencana kerja anggaran biaya (RKAB) sebanyak 1,8 juta ton bijih nikel. "Tambang nikel ini tergantung cuaca, jadi kita berharap cuaca mulai bersahabat, sehingga kita bisa produksi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan smelter ke depan," ucapnya.

Sumber:  ekonomi.republika.co.id
 

 

Selengkapnya
Optimisme Industri Nikel: Permintaan Terus Meningkat, PT PAM Mineral Gencar Akuisisi untuk Menambah Cadangan

Perindustrian

Era Baru Ekspansi Tesla: Kesepakatan Pasokan Nikel Pertama Diteken dengan Talon Metals

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 26 Februari 2025


REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tesla Inc telah menandatangani kesepakatan pasokan nikel AS pertamanya dengan perusahaan tambang Tamarack Talon Metals Corp di Minnesota untuk kebutuhan bahan baku logam baterai kendaraan listrik. Adapun tambang itu dipilih karena dianggap lebih ramah lingkungan.

Seperti dilansir dari Reuters, Rabu (12/1/2022), kesepakatan itu, diumumkan pada hari Senin (10/1/2022) lalu karena permintaan nikel diperkirakan akan melonjak selama dekade berikutnya karena kendaraan listrik bakal menjadi arus utama. Nikel mendukung penyimpanan energi di katoda baterai, yang pada gilirannya memperluas jangkauan kendaraan listrik.

Kepala Eksekutif Tesla, Elon Musk pada tahun 2020 memohon kepada industri pertambangan untuk memproduksi lebih banyak nikel dengan cara yang peka terhadap lingkungan.

Dengan mengambil sumber dari proyek Minnesota Talon, sebuah usaha patungan dengan Rio Tinto yang dijadwalkan akan dibuka pada tahun 2026, Musk mengamankan sumber utama logam AS untuk pabrik baterai Tesla di Texas dan Nevada. Tesla pada tahun lalu juga menandatangani kesepakatan pasokan nikel dengan BHP di Australia dan dari Kaledonia Baru.
Sementara itu, Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia. Tetapi penambang di sana biasanya menggunakan teknologi intensif energi untuk mengekstraksi logam dan menerapkan praktik pembuangan limbah yang kontroversial, termasuk membuang batuan sisa di saluran air.

Talon Metals berencana untuk menggunakan teknologi yang diharapkan akan memungkinkannya untuk menyedot karbon dioksida dari atmosfer dan mengikatnya secara kimia dan dengan demikian menyimpannya secara permanen ke batu yang ditemukan di dalam proyek Tamarack di Minnesota utara.

Prosesnya, yang masih diuji, secara efektif akan memungkinkan Talon memasarkan nikel sebagai karbon netral, daya tarik besar bagi Musk dan Tesla.

"Sumber bahan baterai yang bertanggung jawab telah lama menjadi fokus Tesla," kata Drew Baglino, seorang eksekutif Tesla, dalam siaran pers.

Tesla berencana untuk membeli 75.000 ton konsentrat nikel selama enam tahun serta sejumlah kecil kobalt dan bijih besi dengan harga yang terdaftar di London Metals Exchange. Namun, tidak jelas di mana Tesla akan memurnikan konsentrat nikel. Amerika Serikat tidak memiliki kilang nikel.

Saham Talon dihentikan sesaat sebelum berita itu dirilis. Saham Tesla ditutup Senin naik 3 persen.

"Talon sangat antusias untuk mendukung misi Tesla untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan," kata Henri van Rooyen, CEO Talon, dalam sebuah pernyataan

Sumber: ekonomi.republika.co.id
 

 

Selengkapnya
Era Baru Ekspansi Tesla: Kesepakatan Pasokan Nikel Pertama Diteken dengan Talon Metals

Perindustrian

Pemerintah Ambil Langkah Tegas: Penghentian Bertahap Ekspor Bahan Mentah Tambang untuk Maksimalkan Nilai Tambah

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, pemerintah terus berkomitmen melanjutkan kebijakan hilirisasi industri sektor pertambangan dengan menghentikan ekspor bahan mentah atau raw material produk-produk pertambangan secara bertahap. Setelah nikel, pemerintah akan segera menghentikan ekspor bahan mentah untuk bauksit.

Hal tersebut disampaikan Jokowi usai meninjau pengolahan bijih nikel (nickel ore) di Pabrik Smelter, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (27/12).

"Saya kira keuntungan kita menyetop ekspor bahan mentah nikel itu manfaatnya bisa lari ke mana-mana. Oleh sebab itu, nanti tahun depan akan kita lanjutkan untuk setop ekspor bahan mentah bauksit dan selanjutnya tembaga, selanjutnya emas, selanjutnya timah," ujar Jokowi.

Presiden mengatakan, hilirisasi saat ini telah berjalan di lapangan dan diyakini akan memberikan nilai tambah yang sangat besar. Dengan hilirisasi industri, beragam nilai tambah akan berada di dalam negeri dan bisa dirasakan oleh rakyat.

"Selain itu juga muncul yang namanya lapangan pekerjaan, seperti di sini 27 ribu tenaga kerja yang bisa direkrut oleh perusahaan. Belum income untuk negara, pajak. Belum terciptanya lapangan-lapangan usaha baru di kanan-kiri. Ini yang mengirim misalnya nickel ore ini dari perusahaan-perusahaan di dalam negeri," kata dia.

Sementara itu, Direktur Utama PT GNI, Wisma Bharuna, mengatakan saat ini sudah muncul beragam produk turunan dari stainless steel di Indonesia yang akan digunakan untuk memproduksi panci, sendok, dan sebagainya. Ia berharap dengan adanya hilirisasi, semua produk bisa didapatkan di dalam negeri, terjadi alih teknologi, dan dapat mensejahterakan rakyat.

"Segala macam itu harus dari sini semua sehingga sudah tidak lagi ke luar negeri, semuanya dipakai untuk kita, barangnya barang kita, kemudian nanti untuk mensejahterakan semuanya. Nanti ada alih teknologinya, metalurginya, anak-anak lebih pintar, semua lapangan pekerjaan ya semua Indonesia kaya, semua ada disini," ujar Dirut PT GNI.

Sebelum memberikan keterangan pers, Presiden terlebih dahulu melihat proses pengolahan nikel di pabrik tersebut, termasuk area nickel ore stockpile yaitu tempat penumpukan bahan mentah bijih nikel.

Sumber: ekonomi.republika.co.id
 

 

Selengkapnya
Pemerintah Ambil Langkah Tegas: Penghentian Bertahap Ekspor Bahan Mentah Tambang untuk Maksimalkan Nilai Tambah

Perindustrian

Perang Hukum Uni Eropa vs Indonesia: Nikel Sebagai Komoditas Strategis Menjadi Pusat Perdebatan

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengatakan nikel adalah komoditas strategis Indonesia yang penting bagi ekonomi nasional sekaligus dalam kaitannya sebagai sumber daya yang tak terbarukan. Oleh karena itu, lanjutnya, saat menanggapi gugatan Uni Eropa (UE) terhadap Indonesia perihal kebijakan larangan ekspor bijih nikel, Indonesia berhak membatasi perdagangan demi kepentingan masyarakat dan keberlanjutan (sustainability).

"Indonesia berhak mengatur perdagangan sumber daya-sumber daya strategisnya. Apalagi itu ada kaitannya dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas dan kepentingan ekonomi yang berkelanjutan juga," ujarnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (20/11).

Dikatakannya, nikel adalah salah satu bahan untuk membuat baterai berbagai peralatan, termasuk mobil listrik yang tengah menjadi tren dunia. Indonesia merupakan penghasil nikel utama di dunia, sehingga tidak heran jika nikel Indonesia banyak dilirik oleh pasar negara-negara lain.

Pemerintah berupaya mengoptimalkan kontribusi nikel bagi perekonomian dan kepentingan nasional, tambahnya, pembatasan ekspor nikel adalah bagian dari hal tersebut."Jadi tujuannya agar kita bisa mengelola dengan lebih baik melalui hilirisasi industri bahan tambang mentah sesuai arahan Presiden Jokowi. Ini sebenarnya juga mencerminkan kepentingan dunia internasional yaitu bahwa agar pemanfaatan sumber daya yang terbatas dan tidak terbarukan bisa memberikan dampak positif dalam jangka panjang," kata Jerry.

Dengan upaya melawan gugatan terhadap pembatasan ekspor nikel, Wamendag berharap industri berbasis nikel juga bisa tumbuh dengan memanfaatkan momentum ini. Dengan demikian perdagangan dan industri nikel memberikan nilai tambah yang tertinggi sesuai amanat Presiden Jokowi.

Terkait gugatan oleh Uni Eropa, Wamendag menyebutkan Kemendag mendapatkan dukungan penuh dari Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Kemenko Perekonomian, Kementerian Luar Negeri, Kementerian ESDM, BKPM, Kejaksaan Agung dan lain-lain, juga perwakilan Indonesia di WTO dan Uni Eropa.Kerja sama yang baik ini, tambahnya, merupakan indikator dan preseden yang baik bagi kerja sama di sektor yang lain.

Menurut dia, kolaborasi antar kementerian yang makin baik juga bisa dilihat dari program lain seperti dalam penanganan pandemi Covid-19."Saya merasakan makin kuatnya koordinasi, sinergi dan kolaborasi lintas kementerian dan lembaga dari tahun ke tahun. Inia semakin menguatkan teamwork yang solid dalam melawan gugatan dari Uni Eropa," katanya.

Sumber: ekonomi.republika.co.id
 

 

Selengkapnya
Perang Hukum Uni Eropa vs Indonesia: Nikel Sebagai Komoditas Strategis Menjadi Pusat Perdebatan

Perindustrian

Substitusi Impor Berdampak Positif: Pertumbuhan Pesat Industri Logam dan Baja di Tahun 2021

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Meskipun tantangan Covid-19 masih belum berakhir, kinerja industri nasional cukup menggembirakan dibanding tahun 2020, dengan indikasi rata-rata Purchasing Manager's Index (PMI) selama 2021 menunjukkan angka 50 atau ada dalam tahap ekspansif. Hal ini juga ditunjukkan oleh kinerja sektor industri logam dan baja yang turut mengalami pertumbuhan positif selama tahun 2021.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada kuartal III tahun 2021, sektor industri logam dengan HS 72-73 mampu tumbuh di atas 9,82 persen. Kinerja ini juga didukung ekspor produk baja hingga November 2021 mencapai USD19,6 miliar dan mengalami surplus sebesar USD6,1 miliar.

Direktur Industri Logam, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Budi Susanto mengemukakan, pertumbuhan positif sektor baja akibat upaya pengendalian yang dilakukan pemerintah dengan konsep smart supply demand, yang diterapkan dengan berpihak pada industri baja nasional mulai dari sektor hulu, antara hingga hilir.

“Peningkatan kebutuhan baja ini didukung kebijakan PPnBM otomotif yang juga tumbuh hingga 27% di kuartal III tahun 2021,” ungkapnya di Jakarta, beberapa waktu lalu. Pengaturan ini menjadi penting agar produk-produk yang sudah diproduksi di dalam negeri dapat dimaksimalkan dan hampir semua impor yang ada merupakan bahan baku untuk berbagai jenis industri.

Senada dengan Budi, Direktur Utama PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) Handjaja Susanto menyampaikan, salah satu keberhasilan perusahaan memperoleh laba bersih hingga Rp100 miliar karena berkat kontrol pemerintah terhadap impor baja, sehingga pasar impor banyak beralih ke pasar lokal.

“Optimisme industri baja nasional ini terus dijaga dengan upaya hilirisasi dan substitusi impor yang telah dicanangkan oleh pemerintah,” ujarnya. Dengan demikian, iklim usaha dan investasi akan terus meningkat di Indonesia.

Hingga triwulan III tahun 2021, investasi di sektor logam menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan, dengan mencapai Rp 87,73 triliun serta utilisasi di sektor tersebut di atas 60%. Contohnya di industri baja lapis, yang kinerjanya meningkat sangat baik seperti yang ditunjukkan oleh PT Saranacentral Bajatama.

Sebelumnya Direktur Komersial Krakatau Steel, Melati Sarnita mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi kenaikan impor baja sebesar 23% yang semula 3,9 juta ton di tahun 2020 menjadi 4,8 juta ton di tahun 2021.

Sebaliknya, Direktur Eksekutif Research Oriented Development Analysis (RODA) Institute, Ahmad Rijal Ilyas mengatakan untuk melihat perbandingan data baja jangan menggunakan data tahun 2020. “Kalau menggunakan data ini pada saat itu semua industri terpuruk, artinya kalau tidak boleh naik terhadap tahun 2020 sama saja tidak ingin industri baja ini tumbuh karena yang diimpor adalah bahan baku,” terangnya.

Ahmad Rijal Ilyas menyampaikan, impor baja tahun 2021 dibanding 2019 mengalami penurunan yang cukup baik, yaitu dari 6,9 juta ton pada tahun 2019 menjadi 4,8 juta ton di 2021 atau menurun 31%.

Menurutnya, beberapa program pemerintah yang dirasakan manfaatnya oleh pelaku usaha antara lain pengendalian impor, program substitusi impor termasuk penurunan nilai impor untuk beberapa produk baja, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), penerapan SNI wajib dalam rangka melindungi konsumen dalam negeri dari produk baja yang tidak berkualitas, serta pemberian insentif untuk mendorong peningkatan investasi di sektor industri logam.

“Diharapkan dengan program-program tersebut terus ditingkatkan untuk dapat mendorong kinerja industri baja pada periode selanjutnya,” ujarnya.

Sumber:  kemenperin.go.id

Selengkapnya
Substitusi Impor Berdampak Positif: Pertumbuhan Pesat Industri Logam dan Baja di Tahun 2021

Perindustrian

Optimalkan Ekspor Bahan Mentah Melalui Peran Vital Industri Smelter dalam Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025


Kementerian Perindustrian terus memacu tumbuhnya industri pengolahan dan pemurnian (smelter) karena sejalan dengan kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri. Langkah strategis ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, bahwa pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah minerba secara bertahap.

“Bapak Presiden Jokowi menekankan, kita akan stop ekspor bahan mentah nikel, kemudian tahun depan untuk bauksit, selanjutnya tembaga, emas, dan timah. Artinya, kita harus mendirikan industri smelternya di tanah air dalam rangka meningkatan nilai tambah raw material tersebut,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (28/12).

Kemarin, Senin (27/12), Kepala Negara didampingi sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Maju, antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menperin Agus meresmikan pabrik smelter bijih nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) yang berlokasi di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Acara peresmian tersebut digelar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Menperin menjelaskan, PT GNI merupakan industri smelter yang akan menghasilkan feronikel dengan kapasitas produksi mencapai 1,8 juta ton per tahun. Perusahaan ini memberikan nilai tambah yang tidak sedikit, dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel, nilai tambahnya meningkat sebesar 14 kali lipat. Apabila dari bijih nikel diolah menjadi billet stainless steel, nilai tambahnya meningkat 19 kali lipat.

“Oleh karenanya, dengan penambahan investasi oleh PT GNI ini, program hilirisasi mineral berbasis sumber daya alam di tanah air bisa semakin cepat pencapaiannya. Hal ini melengkapi lini produksi yang dilakukan oleh pabrik smelter PT Obsidian Stainless Steel di Konawe, Sulawesi Tenggara,” papar Agus.

PT Obsidian Stainless Steel merupakan industri smelter penghasil feronikel dengan kapasitas sebesar 1,2 juta ton per tahun, dan memproduksi billet stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton per tahun. Selain itu, terdapat PT Virtue Dragon Nickel Industry, yang juga merupakan pabrik smelter penghasil feronikel dengan kapasitas mencapai 1 juta ton per tahun.

“PT GNI, PT Obsidian Stainless Steel, PT Virtue Dragon Nickel Industry, merupakan satu group yang telah dan akan menjadi bagian dari rencana besar pemerintah Indonesia untuk mendorong hilirisasi industri dalam peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri,” jelas Menperin.

Total investasi dari ketiga industri smelter tersebut mencapai USD 8 miliar, dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 27 ribu orang. Dari perusahaan yang beroperasi, sudah mampu menyumbang kepada penerimaan negara berupa pajak sebesar Rp1,03 triliun sejak tahun 2019 hingga 2021.

Secara keseluruhan, nilai realisasi investasi pabrik smelter nikel yang ada di Indonesia sampai saat ini sudah menembus USD15,7 miliar. Selanjutnya, ekspor produk feronikel setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini memberikan dampak positif terhadap penambahan devisa.

“Pada tahun 2020, ekspor feronikel mencapai USD4,7 miliar, dan pada periode Januari hingga Oktober 2021 tercatat sebesar USD 5,6 miliar,” sebutnya. Merujuk data World Top Export, Indonesia menempati peringkat ke-1 di dunia sebagai negara pengekspor produk berbasis nikel (stainless steel slab, stainless billet dan stainless steel coil), dengan total ekspor senilai USD 1,63 miliar pada tahun 2020.

Lanjut Agus, keberhasilan dari kebijakan hilirisasi industri ini juga berkontribusi pada peningkatan serapan jumlah tenaga kerja. Selain itu, berkembangnya industri smelter di dalam negeri, memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional dan wilayah setempat yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Sebagai ilustrasi, kalau biasanya Kabupaten Konawe ini pertumbuhan ekonominya sekitar 5-6% sebelum ada investasi datang, selama dua tahun terakhir ini pertumbuhannya sudah di angka belasan persen,” ungkapnya.

Efek positif yang luas dari aktivitas industri tersebut, bahkan mampu mengurangi angka kemiskinan. “Hal ini membuktikan adanya kemitraan yang saling menguntungkan antara industri dengan masyarakat guna membawa kemajuan bersama, termasuk tumbuhnya wirausaha di lingkungan pabrik serta dapat meningkatkan infrastruktur sosial yang dibutuhkan masyarakat,” imbuh Menperin.

Sementara itu, Direktur Utama PT GNI Wisma Bharuna mengatakan, saat ini di Indonesia sudah muncul beragam produk turunan dari stainless steel, yang antara lain digunakan untuk memproduksi panci, sendok, dan sebagainya. Ia berharap, dengan adanya hilirisasi, semua produk bisa didapatkan di dalam negeri, akan ada alih teknologi, dan semuanya bisa menyejahterakan rakyat.

“Segala macam itu harus dari sini semua sehingga sudah tidak lagi ke luar negeri, semuanya dipakai untuk kita, barangnya barang kita, kemudian nanti untuk menyejahterakan semuanya. Nanti ada alih teknologinya, metalurginya, anak-anak lebih pintar, semua lapangan pekerjaan ya semua Indonesia kaya, semua ada disini,” ujar Wisma.

Sumber: kemenperin.go.id
 

 

Selengkapnya
Optimalkan Ekspor Bahan Mentah Melalui Peran Vital Industri Smelter dalam Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi
« First Previous page 15 of 37 Next Last »