Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri baja yang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Studi yang dilakukan oleh Umugwaneza et al. (2019) meneliti dampak praktik K3 terhadap komitmen dan kinerja karyawan di dua perusahaan baja di Rwanda, yaitu SteelRwa Industries Ltd dan IMANA Steel Rwanda Ltd. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan 533 responden, mencakup manajer, supervisor, dan pekerja. Dari sampel yang ditentukan, 229 karyawan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Studi Kasus dan Temuan Utama
1. Tingkat Kesadaran Karyawan terhadap K3
2. Statistik Kecelakaan Kerja di Industri Baja Rwanda
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Hubungan antara K3 dan Kinerja Karyawan
1. Dampak K3 terhadap Produktivitas
2. Efek Keselamatan terhadap Ketidakhadiran dan Kompensasi
Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja memiliki dampak signifikan terhadap komitmen dan kinerja karyawan di industri baja Rwanda. Dengan meningkatkan pelatihan, pengawasan, dan sistem kompensasi, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan meningkatkan produktivitas pekerja.
Sumber: Umugwaneza, C., Nkechi, I. E., & Mugabe, J. B. (2019). ‘Effect of Workplace Safety and Health Practices on Employee Commitment and Performance in Steel Manufacturing Companies in Rwanda’. European Journal of Business and Management Research, 4(5), 1-10.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi perhatian utama dalam berbagai sektor, termasuk di lingkungan pendidikan. Studi yang dilakukan oleh Grace Katunge Jonathan dan Rosemary Wahu Mbogo (2016) menyoroti bagaimana peran karyawan dan manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman di sekolah menengah, khususnya di Mbooni West, Kenya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan guru dalam kebijakan keselamatan kerja dapat memengaruhi kesejahteraan dan kinerja mereka. Dengan menggunakan metode survei deskriptif, penelitian ini mengumpulkan data dari guru dan kepala sekolah dengan total 49 responden, yang terdiri dari 25 pria (51%) dan 24 wanita (49%).
Temuan Utama dan Studi Kasus
1. Kesadaran dan Keterlibatan Karyawan dalam K3
2. Tingkat Kecelakaan dan Kejadian di Sekolah
3. Peran Manajemen dalam Keselamatan Kerja
Tantangan dalam Implementasi K3
Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan di Sekolah
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja di sekolah menengah masih kurang diperhatikan, terutama dalam keterlibatan guru dan staf dalam perumusan kebijakan K3. Dengan menerapkan pelatihan berkala, penyediaan fasilitas keselamatan, serta pelibatan lebih aktif dari pihak manajemen dan pemerintah, lingkungan kerja yang lebih aman dan sehat dapat diwujudkan.
Sumber: Jonathan, G. K. & Mbogo, R. W. (2016). ‘Maintaining Health and Safety at Workplace: Employee and Employer’s Role in Ensuring a Safe Working Environment’. Journal of Education and Practice, 7(29), 1-10.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Dalam era digital dan Industri 4.0, teknologi memainkan peran penting dalam berbagai sektor industri, termasuk dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Studi yang dilakukan oleh Emily J. Haas dan Emanuele Cauda (2022) membahas bagaimana Health and Safety Management Systems (HSMS) dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesejahteraan pekerja selama proses integrasi teknologi, terutama dengan penggunaan Direct Reading and Sensor Technologies (DRST). Artikel ini menyoroti tantangan utama dalam penerapan teknologi K3, termasuk kurangnya kepercayaan pekerja terhadap teknologi, kesulitan dalam penggunaannya, serta kurangnya panduan dan dukungan dari organisasi. Dengan menggunakan pendekatan HSMS, perusahaan dapat mengatasi hambatan ini dan meningkatkan penerimaan teknologi di lingkungan kerja.
Tantangan dalam Integrasi Teknologi Keselamatan
1. Kurangnya Kepercayaan terhadap Teknologi
2. Kesulitan dalam Penggunaan DRST
3. Kurangnya Dukungan dan Panduan Regulasi
Implementasi HSMS untuk Mendukung Integrasi Teknologi
1. Komitmen Manajemen dalam Keselamatan dan Kesejahteraan Pekerja
2. Keterlibatan Pekerja dalam Pengambilan Keputusan
3. Penggunaan HSMS sebagai Kerangka Kerja untuk Integrasi Teknologi
Dalam penelitian ini, 88 profesional K3 yang berasal dari berbagai industri, termasuk pertambangan dan manufaktur, memberikan wawasan tentang tantangan dan manfaat penerapan DRST.
Rekomendasi untuk Meningkatkan Penerapan Teknologi K3
Kesimpulan
Penelitian ini menegaskan bahwa integrasi teknologi dalam sistem keselamatan kerja dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja jika dikelola dengan baik melalui HSMS. Dengan pendekatan yang tepat, organisasi dapat meningkatkan kepercayaan pekerja terhadap teknologi, memastikan penggunaan yang efektif, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.
Sumber: Haas, E. J., & Cauda, E. (2022). ‘Using Core Elements of Health and Safety Management Systems to Support Worker Well-Being during Technology Integration’. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(13849), 1-17.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Penelitian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memiliki peran penting dalam mengurangi cedera dan penyakit akibat kerja. Namun, pengukuran dampak ekonomi dari penelitian ini masih menjadi tantangan. Studi oleh Bushnell, Pana-Cryan, Howard, Quay, dan Ray (2022) membahas upaya National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dalam menilai manfaat penelitian K3 dengan metrik ekonomi. Dengan menggandeng RAND Corporation, NIOSH melakukan enam studi kasus untuk menghitung manfaat penelitian dalam biaya yang dihemat, cedera dan penyakit yang dicegah, serta nilai ekonomi dari pengurangan risiko kematian atau penyakit.
NIOSH dan RAND Corporation menganalisis enam studi kasus utama:
NIOSH menggunakan dua pendekatan utama untuk menghitung manfaat ekonomi dari penelitian K3:
Tantangan dalam Pengukuran Manfaat Penelitian K3
Kesimpulan
Penelitian oleh NIOSH menunjukkan bahwa pendekatan berbasis data dan analisis ekonomi dapat digunakan untuk mengukur manfaat penelitian K3. Dengan studi kasus yang beragam, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana investasi dalam penelitian keselamatan kerja dapat menghasilkan penghematan ekonomi yang besar dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Sumber: Bushnell, P. T., Pana-Cryan, R., Howard, J., Quay, B., & Ray, T. K. (2022). ‘Measuring the Benefits of Occupational Safety and Health Research with Economic Metrics: Insights from the National Institute for Occupational Safety and Health’. American Journal of Industrial Medicine, 65(5), 323-342.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Safety and Health/OSH) adalah aspek penting dalam dunia kerja, terutama di sektor industri yang memiliki risiko tinggi. Alyazya Alhosani (2024) dalam penelitiannya menyoroti efektivitas penerapan regulasi OSH di Abu Dhabi dan membandingkannya dengan standar di negara maju seperti Inggris, AS, dan Australia. Studi ini menekankan bahwa enforcement yang efektif dapat mengurangi cedera kerja, meningkatkan produktivitas, dan memperbaiki kinerja bisnis.
Status dan Tantangan Penerapan OSH di Abu Dhabi
1. Kesenjangan Kesadaran dan Implementasi OSH
2. Tingkat Cedera dan Penyakit Akibat Kerja
3. Perbandingan dengan Negara Maju
Studi Kasus dan Data Statistik
Strategi Peningkatan Enforcement OSH
1. Penerapan Pendekatan Berbasis Data
2. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran Keselamatan
3. Kolaborasi dengan Regulator dan Pihak Swasta
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa enforcement OSH yang efektif dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja, meningkatkan kepatuhan perusahaan, dan mendorong efisiensi bisnis. Abu Dhabi dapat belajar dari negara maju dalam meningkatkan sistem keselamatan kerja melalui kombinasi regulasi ketat, edukasi, dan teknologi modern.
Sumber: Alhosani, A. (2024). ‘The Enforcement of Occupational Safety and Health Requirements in Public and Private Sectors in the Emirate of Abu Dhabi, the United Arab Emirates’. Occupational Diseases and Environmental Medicine, 12, 78-114.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek krusial dalam industri manufaktur. Studi terbaru oleh Fasil Kebede Tesfaye, Development of Industrial Occupational Safety and Health Models in Manufacturing Industries: The Case of Akaki Basic Metal Industry, menyoroti tantangan dan solusi dalam meningkatkan keselamatan kerja di industri logam di Ethiopia. Dengan menganalisis data dari 215 responden, penelitian ini menawarkan model struktural yang menghubungkan budaya keselamatan, kebijakan, dan iklim kerja terhadap produktivitas perusahaan.
Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Manufaktur
Industri manufaktur, khususnya di negara berkembang, memiliki tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), sekitar 125 juta pekerja mengalami kecelakaan atau penyakit akibat kerja setiap tahunnya, dengan 220.000 kematian. Di Ethiopia, laporan dari Kementerian Tenaga Kerja dan Urusan Sosial (MOLSA, 2016) mencatat 25.812 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan cacat permanen atau kematian.
Penelitian ini menemukan bahwa pada tahun 2009, jumlah kecelakaan di Akaki Basic Metal Industry mencapai 125 kasus dengan 2.336 jam kerja, menghasilkan rasio kecelakaan sebesar 0,0535 per jam kerja. Angka ini menurun menjadi 0,0210 per jam kerja pada tahun 2013, menunjukkan perbaikan yang masih belum cukup signifikan.
Model Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang Dikembangkan
Penelitian menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dan Confirmatory Factor Analysis (CFA) untuk membangun model keselamatan yang dapat meningkatkan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Model ini membuktikan bahwa peningkatan budaya dan kebijakan keselamatan lebih efektif dibandingkan hanya memberikan pelatihan atau komunikasi terkait keselamatan kerja.
Faktor yang Mempengaruhi Keselamatan dan Produktivitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja di industri ini adalah:
Perusahaan ini mengalami tantangan serius dalam penerapan keselamatan kerja. Beberapa temuan utama dari penelitian ini antara lain:
Dampak dari kondisi ini adalah tingginya angka absensi karena kecelakaan kerja, yang pada akhirnya menurunkan produktivitas perusahaan.
Penelitian ini menawarkan beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan di industri manufaktur lain:
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa keselamatan kerja tidak hanya berhubungan dengan kesejahteraan pekerja, tetapi juga berdampak langsung pada produktivitas perusahaan. Dengan meningkatkan budaya keselamatan, menerapkan kebijakan yang ketat, dan memastikan lingkungan kerja yang aman, industri manufaktur dapat mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan efisiensi produksi.
Sumber Asli
Tesfaye, Fasil Kebede. Development of Industrial Occupational Safety and Health Models in Manufacturing Industries: The Case of Akaki Basic Metal Industry. College of Engineering and Technology, Mechanical Engineering, Mizan Tepi University, Tepi, Ethiopia. Preprints.org, 4 August 2023. doi:10.20944/preprints202308.0401.v1.