Tinjauan Kritis dan Arah Riset Masa Depan: Membedah Manajemen Keselamatan di Sektor Konstruksi
Penelitian oleh Tan Chin Keng dan Nadeera Abdul Razak yang berjudul "Case Studies on the Safety Management at Construction Site" berfungsi sebagai sebuah kontribusi penting bagi diskursus akademik mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri konstruksi.1 Melalui analisis mendalam terhadap dua proyek gedung tinggi di Malaysia, penelitian ini melampaui sekadar dokumentasi protokol keselamatan dan masuk ke dalam ranah yang lebih kompleks: kegagalan implementasi. Paper ini secara efektif menggunakan kedua lokasi proyek sebagai mikrokosmos untuk mengeksplorasi masalah universal yang sering dihadapi industri, yaitu kesenjangan yang signifikan antara kebijakan keselamatan yang terdefinisi dengan baik di atas kertas dan praktik yang tidak konsisten di lapangan.1
Alur logis temuan dalam penelitian ini mengikuti narasi yang kuat, dimulai dari penetapan kondisi ideal hingga identifikasi konflik di dunia nyata. Awalnya, penelitian ini mengonfirmasi bahwa kedua lokasi studi kasus telah memiliki praktik keselamatan yang "baik dan terstruktur".1 Praktik-praktik ini mencakup elemen-elemen fundamental seperti kebijakan keselamatan formal, program pendidikan dan pelatihan reguler, inspeksi keselamatan lokasi, audit berkala, dan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.1 Temuan awal ini sangat krusial karena secara langsung menyingkirkan asumsi sederhana bahwa masalah keselamatan bersumber dari ketiadaan sistem. Namun, narasi kemudian berbelok tajam ke konflik utama, di mana penelitian ini mengidentifikasi empat masalah mendasar yang secara persisten merusak sistem yang tampaknya sudah kokoh tersebut. Keempat masalah ini adalah: (1) pengabaian prosedur kerja oleh pekerja, (2) kurangnya alokasi anggaran untuk manajemen keselamatan, (3) rendahnya kesadaran keselamatan di kalangan pekerja, dan (4) hambatan bahasa antara supervisor dan pekerja, yang sebagian besar merupakan tenaga kerja asing.1 Sebagai respons logis terhadap tantangan-tantangan ini, penelitian ini mengusulkan serangkaian strategi yang ditargetkan, seperti penyediaan pelatihan yang lebih efektif, komitmen penuh dari manajemen puncak, alokasi anggaran yang memadai, dan pengembangan materi keselamatan dalam berbagai bahasa.1
Kontribusi Utama terhadap Bidang
Kontribusi paling signifikan dari penelitian ini bukanlah pada identifikasi masalah-masalah tersebut—yang mungkin sudah dikenal secara anekdotal—tetapi pada validasi empirisnya bahwa faktor-faktor sosio-organisasional merupakan hambatan utama dalam implementasi keselamatan konstruksi modern. Penelitian ini secara implisit menggeser fokus dari pencarian solusi teknis ke pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor manusia dan sistemik.
Analisis menunjukkan bahwa meskipun kerangka kerja teknis dan prosedural yang diperlukan untuk keselamatan—"apa yang harus dilakukan"—sudah ada dan dipahami dengan baik di tingkat manajerial, titik-titik kegagalan kritis justru tidak bersifat teknis.1 Masalah-masalah yang diidentifikasi, seperti alokasi anggaran (sebuah keputusan eksekutif), tingkat kesadaran (kondisi kognitif dan budaya), dan komunikasi lintas bahasa (media interaksi sosial), semuanya merupakan "faktor lunak" yang berakar pada perilaku organisasi, ekonomi, dan komunikasi.4 Dengan demikian, paper ini menyediakan bukti kontekstual yang kuat dari sektor konstruksi gedung tinggi di Malaysia bahwa peralatan keselamatan paling canggih dan kebijakan yang paling komprehensif sekalipun akan gagal jika tidak didukung oleh investasi yang sepadan dalam faktor manusia dan komitmen organisasi yang nyata. Hal ini secara fundamental mengubah imperatif riset: dari merancang sabuk pengaman yang lebih baik menjadi merancang model justifikasi anggaran yang lebih persuasif, protokol komunikasi lintas budaya yang lebih efektif, dan metodologi pelatihan yang lebih berdampak. Penelitian ini, pada intinya, memberikan diagnosis kualitatif yang mengarahkan penelitian kuantitatif dan intervensi di masa depan ke target-target sosio-organisasional ini.
Keterbatasan dan Pertanyaan Terbuka
Meskipun memberikan wawasan yang berharga, metodologi penelitian ini memiliki batasan yang, jika dianalisis secara kritis, justru membuka jalan bagi arah penelitian baru yang lebih mendalam. Penelitian ini mengandalkan dua studi kasus dan mengumpulkan data secara eksklusif melalui wawancara semi-terstruktur dengan petugas keselamatan (safety officer) di masing-masing proyek.1 Ketergantungan pada perspektif pemangku kepentingan tunggal ini menciptakan potensi "kesenjangan persepsi" yang signifikan.
Dari sudut pandang seorang petugas keselamatan, yang perannya adalah menegakkan kepatuhan, kegagalan dalam mematuhi aturan secara logis akan dibingkai sebagai kesalahan pada pekerja, seperti "pengabaian," "kecuaian," atau "sikap yang buruk".1 Namun, perspektif pekerja—terutama pekerja asing yang menghadapi hambatan bahasa—bisa jadi sangat berbeda. Apa yang dilihat sebagai "pengabaian" oleh manajemen mungkin berakar dari pelatihan yang tidak efektif dan disampaikan dalam satu bahasa. Apa yang dianggap "kecuaian" bisa jadi merupakan respons rasional terhadap tekanan produksi yang ekstrem, di mana metode kerja yang aman secara signifikan lebih lambat dan dapat berdampak negatif pada pendapatan atau status pekerjaan mereka. Metodologi yang digunakan dalam studi ini, berdasarkan desainnya, tidak dapat menangkap perspektif alternatif ini. Ini bukanlah sebuah kelemahan fatal, melainkan sebuah batasan yang menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut.
Keterbatasan ini secara alami memunculkan serangkaian pertanyaan terbuka yang krusial untuk dijawab oleh komunitas riset:
- Prevalensi: Seberapa luas keempat masalah yang diidentifikasi ini tersebar di seluruh industri konstruksi Malaysia? Apakah masalah-masalah ini merupakan prediktor yang signifikan secara statistik terhadap tingkat kecelakaan?
- Persepsi vs. Realitas: Apakah pekerja, supervisor lapangan, dan manajer proyek memandang hambatan keselamatan ini dengan cara yang sama seperti petugas keselamatan? Apa akar penyebab dari "pengabaian pekerja" dari sudut pandang pekerja itu sendiri?
- Kuantifikasi: Berapa dampak kuantitatif dari "kurangnya alokasi anggaran" terhadap hasil keselamatan? Dapatkah kita mengkorelasikan persentase anggaran yang didedikasikan untuk K3 dengan penurunan Total Recordable Incident Rates (TRIR)?
- Kausalitas: Apakah "hambatan bahasa" merupakan penyebab langsung kecelakaan, atau apakah itu variabel mediasi yang memperburuk masalah lain seperti pelatihan yang buruk dan pengawasan yang lemah?
5 Rekomendasi Riset Berkelanjutan (dengan Justifikasi Ilmiah)
Berangkat dari temuan, kontribusi, dan keterbatasan penelitian Tan dan Razak, berikut adalah lima arah riset prioritas yang dirancang untuk membangun fondasi yang telah diletakkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan terbuka yang muncul.
1. Studi Validasi Kuantitatif Skala Besar mengenai Anteseden Kecelakaan Kerja
Justifikasi Ilmiah: Temuan kualitatif dari dua studi kasus bersifat eksploratif dan memberikan hipotesis awal.1 Untuk menguji generalisasi temuan ini dan menetapkan validitas statistik, diperlukan sebuah studi kuantitatif berskala besar. Penelitian ini secara langsung akan mengatasi keterbatasan ukuran sampel dari studi awal.
Metode yang Diusulkan: Melakukan survei cross-sectional yang didistribusikan kepada sampel representatif (misalnya, 200–300) yang terdiri dari manajer proyek, manajer keselamatan, dan supervisor di seluruh Malaysia. Survei ini akan menggunakan skala Likert untuk mengukur variabel independen yang diidentifikasi dalam paper (misalnya, persepsi terhadap komitmen manajemen, kecukupan alokasi anggaran K3, efektivitas komunikasi antar-bahasa) dan mengorelasikannya dengan variabel dependen berupa metrik keselamatan yang dilaporkan (misalnya, TRIR, Lost Time Injury Frequency Rate). Analisis regresi dapat digunakan untuk mengidentifikasi prediktor paling signifikan dari hasil keselamatan.
2. Analisis Kualitatif Multi-Pemangku Kepentingan tentang "Kesenjangan Persepsi" Keselamatan
Justifikasi Ilmiah: Paper ini secara eksklusif menyajikan perspektif petugas keselamatan.1 Terdapat kebutuhan mendesak untuk memahami bagaimana konsep "pengabaian" dan "kurangnya kesadaran" dikonstruksi dan dialami oleh para pekerja itu sendiri, terutama tenaga kerja asing yang menghadapi hambatan bahasa dan budaya.
Metode yang Diusulkan: Melakukan studi etnografi atau studi kasus komparatif mendalam di beberapa lokasi proyek. Metode pengumpulan data akan mencakup wawancara semi-terstruktur dan kelompok diskusi terfokus (focus groups) dengan tiga kelompok pemangku kepentingan yang berbeda: (1) pekerja asing (dengan bantuan penerjemah), (2) pekerja lokal, dan (3) supervisor lini pertama. Tujuannya adalah untuk memetakan perbedaan persepsi mengenai risiko, efektivitas pelatihan, dan hambatan praktis untuk bekerja secara aman, sehingga dapat mengungkap akar penyebab masalah yang lebih dalam.
3. Pemodelan Ekonomi dan Analisis Return on Investment (ROI) untuk Intervensi Keselamatan
Justifikasi Ilmiah: Temuan mengenai "kurangnya alokasi finansial" menunjukkan bahwa manajemen puncak kemungkinan besar masih memandang keselamatan sebagai pusat biaya (cost center), bukan sebagai investasi strategis.1 Untuk mengubah perilaku organisasi pada level ini, diperlukan argumen bisnis yang kuat dan berbasis data.
Metode yang Diusulkan: Mengembangkan model ekonometrik yang mengkuantifikasi ROI dari investasi keselamatan proaktif. Penelitian ini akan mengumpulkan data biaya dari berbagai proyek konstruksi, yang mencakup: (1) biaya langsung dan tidak langsung dari kecelakaan (misalnya, biaya medis, waktu henti proyek, denda, kerusakan reputasi), dan (2) biaya investasi keselamatan (misalnya, pelatihan, personel K3, APD berkualitas tinggi). Tujuannya adalah untuk menunjukkan secara kuantitatif bahwa setiap unit mata uang yang diinvestasikan dalam K3 menghasilkan penghematan yang lebih besar dalam biaya terkait kecelakaan, sehingga membingkai ulang keselamatan dalam bahasa profitabilitas dan efisiensi finansial.
4. Studi Intervensi Eksperimental tentang Efektivitas Pelatihan Multi-Bahasa dan Berbasis Visual
Justifikasi Ilmiah: Paper ini merekomendasikan "buku saku keselamatan dalam berbagai bahasa" sebagai salah satu strategi.1 Namun, efektivitas strategi ini belum teruji secara empiris. Sebuah studi intervensi diperlukan untuk beralih dari deskripsi masalah ke validasi solusi yang konkret.
Metode yang Diusulkan: Menerapkan desain penelitian kuasi-eksperimental di beberapa lokasi konstruksi. Kelompok perlakuan (experimental group) akan menerima intervensi baru: sesi toolbox talk harian dan materi keselamatan yang menggunakan piktogram universal, animasi pendek, dan instruksi audio dalam berbagai bahasa yang relevan (misalnya, Bahasa Melayu, Bengali, Nepal). Kelompok kontrol akan terus menerima pelatihan standar. Indikator kepatuhan keselamatan (misalnya, penggunaan APD yang benar, kepatuhan terhadap prosedur kerja aman) akan diamati dan diukur secara sistematis pada kedua kelompok sebelum dan sesudah intervensi untuk mengevaluasi dampak intervensi.
5. Studi Komparatif tentang Pengaruh Keberagaman Tenaga Kerja terhadap Dinamika Komunikasi Keselamatan
Justifikasi Ilmiah: "Hambatan bahasa" adalah masalah yang kompleks dan multifaset.1 Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dampak keberagaman linguistik dari faktor-faktor perancu lainnya (seperti budaya kerja dan tingkat pelatihan) untuk memahami mekanismenya secara lebih mendalam.
Metode yang Diusulkan: Melakukan studi kasus komparatif yang membandingkan dua jenis proyek: (1) proyek dengan tenaga kerja yang relatif homogen secara linguistik (misalnya, mayoritas pekerja lokal) dan (2) proyek dengan tenaga kerja yang sangat heterogen dan multinasional. Dengan mengontrol variabel seperti ukuran proyek, kompleksitas, dan kebijakan K3 perusahaan, penelitian ini akan menggunakan Analisis Jaringan Sosial (Social Network Analysis) dan observasi sistematis untuk memetakan alur komunikasi keselamatan, mengidentifikasi titik-titik kegagalan komunikasi, dan mengukur dampaknya terhadap perilaku keselamatan di lapangan.
Kesimpulan dan Ajakan Kolaborasi
Penelitian oleh Tan dan Razak berfungsi sebagai fondasi diagnostik yang krusial, dengan berhasil mengidentifikasi gejala-gejala utama dari kegagalan implementasi keselamatan di industri konstruksi. Agenda riset yang diusulkan dalam tinjauan ini dirancang untuk bergerak melampaui diagnosis menuju pengembangan dan pengujian solusi berbasis bukti yang menargetkan akar penyebab masalah yang bersifat sosio-organisasional, komunikatif, dan ekonomis.
Untuk memastikan keberlanjutan, validitas, dan dampak praktis dari hasil penelitian ini, penelitian lebih lanjut harus melibatkan kolaborasi erat antara institusi akademik seperti fakultas teknik sipil dan manajemen konstruksi di universitas riset, badan pemerintah yang relevan seperti Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DOSH) Malaysia, dan asosiasi industri kunci seperti Construction Industry Development Board (CIDB) Malaysia. Sinergi ini akan memastikan bahwa temuan penelitian tidak hanya valid secara akademis tetapi juga relevan secara kebijakan dan dapat diimplementasikan secara efektif di lapangan.
Taken from: Journal of Sustainability Science and Management Volume 9 Number 2, December 2014: 90-108