Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Dalam upaya mendukung transformasi teknologi pertanian di Indonesia, DayaTani, startup agritech yang fokus pada pertanian, mengumumkan sukses pendanaannya sebesar Rp 35,7 miliar (US$2,3 juta) dalam putaran awal (seed round financing).
Putaran ini melibatkan partisipasi dari para modal ventura terkemuka, yaitu KBI Investment dan MDI Ventures yang didukung oleh Ascent Venture Group yang memimpin putaran ini, bersama dengan Northstar Ventures, BRI Ventures, dan Gentree Fund.
Putaran awal secara keseluruhan ini merupakan sinyal kembalinya rasa optimisme untuk industri agritech di Indonesia dan memperkuat keyakinan investor terhadap kemampuan DayaTani untuk mengubah pertanian Indonesia dengan teknologi sambil menciptakan dampak sosial yang signifikan.
"DayaTani didirikan dengan visi untuk meningkatkan hasil petani Indonesia melalui teknologi dan menciptakan dampak sosial yang signifikan," kata Deryl Lu, Co-founder DayaTani dalam keterangan, Selasa (16/1/2024).
"Investasi ini menunjukkan kepercayaan terhadap model bisnis dan teknologi kami. Kami berkomitmen untuk meningkatkan petani Indonesia melalui teknologi inovatif dan kemitraan," jelas Deryl.
Sektor pertanian Indonesia, yang memberikan kontribusi sekitar 13% terhadap PDB dan menyerap hampir 29% dari angkatan kerja, menghadapi perubahan signifikan, terutama dengan pengenalan teknologi digital.
Ketahanan pangan tetap menjadi tujuan penting bagi Indonesia, dan meskipun telah ada kemajuan dalam produksi pangan pokok sejak UU Pangan 2012, tantangan masih ada, terutama dalam hal keterjangkauan dan kualitas gizi pangan.
Krisis Covid-19 telah mengekspos kerentanan dalam sistem agri-pangan, namun juga menyajikan peluang untuk transformasi.
Saat ini, DayaTani mengoperasikan beberapa situs penelitian dan pengembangan pertanian di pulau Jawa untuk beberapa tanaman hortikultura serta tanaman pangan seperti padi, jagung, cabai, tomat, kentang, kol, dan bawang merah untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi hasil di suatu wilayah.
Dalam hal transformasi digital, pertanian di Indonesia masih menjadi salah satu sektor yang paling sedikit terdigitalisasi, meninggalkan banyak ruang untuk peningkatan produktivitas dan peluang pengembangan.
Ankit Gupta, Co-founder DayaTani, menjelaskan,"DayaTani sedang membangun agen agronom semi-bionik yang memiliki akses ke semua alat dan teknologi relevan untuk menyelesaikan masalah pertanian seorang petani."
Dia menjelaskan bahwa versi pertama chatbot LLM agri mereka sudah aktif di aplikasi agen lapangan dan WhatsApp untuk para petani.
"Sekarang, agronom dan petani dapat bertanya tentang pertanyaan spesifik pertanian kepada bot dalam bahasa daerah mereka melalui teks atau ucapan," kata Ankit.
"Ini juga mendukung kemampuan multimodal seperti pengunggahan gambar untuk mendiagnosis masalah tanaman dengan presisi tinggi dan menghasilkan rekomendasi kustom," tambahnya.
DayaTani berencana untuk menginstal lebih dari 100 perangkat IoT (Internet of Things) di seluruh Jawa dalam waktu satu tahun, menciptakan jaringan stasiun cuaca.
Jaringan ini akan memberikan informasi cuaca yang tepat dan spesifik lokasi serta peringatan cuaca yang lebih relevan bagi para petani.
DayaTani telah menjalin kemitraan dengan pemain industri utama untuk mendukung petani Indonesia. Dengan bantuan dari Microsoft Singapura, mereka mengembangkan chatbot LLM yang disesuaikan untuk kebutuhan pertanian.
Perusahaan juga bekerja sama dengan perusahaan agritech terkemuka dalam penjualan input, menawarkan sumber daya berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif kepada petani DayaTani.
Selain itu, perusahaanperusahaan terkemuka dalam perdagangan output terlibat dalam pembelian hasil hortikultura dari jaringan petani DayaTani, memastikan pasar yang dapat diandalkan untuk produk-produk mereka.
"Secara keseluruhan, inisiatif DayaTani sejalan dengan tujuan yang lebih besar untuk memodernisasi pertanian Indonesia, menjadikannya lebih efisien, berkelanjutan, dan tangguh," jelas Deryl.
"Dengan memanfaatkan teknologi, DayaTani tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga berkontribusi pada ekosistem digital yang semakin penting dalam sektor pertanian Indonesia," tutup Deryl. (S-4)
Sumber: https://mediaindonesia.com/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Lima mahasiswa Telkom University (Tel-U) melalui program Smart Edufarm yang diusung pada ajang kompetisi bergengsi Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) berhasil mengimplementasikan konsep pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi, Internet of Things (IoT).
Program bertajuk ‘Smart Edufarm sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa Bojongsari dalam Bertani Hortikultura Berbasis Internet of Things untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan’ ini digagas oleh Annisa Puji Lestari dari jurusan S1 Teknik Telekomunikasi, Risma Zahra Hana dari jurusan S1 Ilmu Komunikasi, Eka Sugiarto dari jurusan S1 Teknik Fisika, Zahira Aulia Husniah dari jurusan S1 Teknik Fisika, Muhammad Yusup Abdussalam dari jurusan S1 Teknik Fisika, dengan didampingi Sofia Saidah, S.T., M.T. selaku dosen pendamping.
Program Smart Edufarm merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guna mewujudkan Sustainable Development Goals tujuan ke-2 Zero Hunger, yakni untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi, dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
Luaran dari program Smart Edufarm ini mencakup sistem bedengan, hidroponik, dan aquaponik dalam greenhouse yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman holtikultura. Selain itu, untuk menfasilitasi konsultasi pertanian, lima orang mahasiswa ini juga menginisiasi adanya pelatihan terkait pemanenan, penyimpanan/pengawetan produk, pengolahan produk, sampai dengan pemasaran sesuai dengan keinginan mitra.
Mitra dari program Smart Edufarm adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Schole Fitrah, sebuah Lembaga non-profit yang berlokasi di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bersama dengan mitra, program Smart Edufarm menargetkan sasaran meliputi ibu rumah tangga, pemuda-pemudi karang taruna, dan anak-anak.
Dalam hal ini, masyarakat sasaran diharapkan dapat menjadi agens of change di masa mendatang yang telah dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan terkait pertanian yang berkelanjutan. Dengan demikian, program ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan terwujudnya ketahanan pangan keluarga sebagai bagian dari road map program Smart Edufarm.
Sumber: https://telkomuniversity.ac.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Sarjana Teknologi Hasil Pertanian membangun karir masa depannya dengan bekerja pada industri pangan dan pertanian khususnya, sebagai profesional di bidang keamanan pangan, kontrol kualitas, sistem jaminan halal, penelitian dan pengembangan, pengolahan makanan dan minuman, dan manajemen rantai pasokan makanan. Program Sarjana Teknologi Hasil Pertanian berlangsung selama 4 tahun dengan beban kredit sebesar 147 SKS. Mahasiswa diberi peluang untuk memilih salah satu dari dua bidang minat sejak semester 3 yaitu Bidang Minat Teknologi Pangan dan Bidang Minat Teknologi Industri Pertanian. Lulusan sarjana teknologi hasil pertanian berhak mendapatkan gelar Sarjana Teknologi Pertanian atau disingkat S.TP. di belakang namanya.
Bidang profesi teknologi hasil pertanian sangat penting dan tetap dibutuhkan pada masa kini dan masa depan. Selagi manusia masih membutuhkan makanan dalam hidupnya, industri makanan dan minuman berkembang sangat signifikan setiap tahunnya dan termasuk penyumbang pendapatan domestrik bruto Indonesia. Profesi teknologi hasil pertanian sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan industri makanan dan minuman dalam memberikan asupan pangan yang baik, bergizi dan halal bagi hampir 275 juta penduduk Indonesia dan hampir 8 milyar penduduk dunia.
Sumber: https://thp.usk.ac.id/
Jurusan Studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) Universitas Syiah Kuala didirikan pada tahun 1987. Saat ini THP memiliki 2 program studi yaitu Program Sarjana Teknologi Hasil Pertanian dan Program Magister Teknologi Industri Pertanian. THP memiliki 34 dosen dengan 4 profesor, 17 doktor, 8 kandidat doktor dan 5 magister. Fasilitas yang dimiliki terdiri atas 5 laboratorium untuk melayani kebutuhan praktikum mahasiswa dan melayani masyarakat dalam melakukan analisis laboratorium. Setiap tahun terdaftar sekitar 75 mahasiswa baru.
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian terakreditasi A oleh BAN-PT dan berada pada ranking 1 terbaik nasional diantara 61 program studi ilmu dan teknologi pangan dan hasil pertanian se-Indonesia berdasarkan ranking Sinta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Pada tahun 2023, THP sedang mempersiapkan akreditasi internasional dari The European Quality Assurance Register for Higher Education (EQAR) melalui agensi Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik (ASIIN e.V.).
Dosen dan lulusan Program Studi Teknologi Hasil Pertanian dapat membangun networknya di dalam asosiasi tingkat nasional dan internasional seperti Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Persatuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Asosiasi Profesi Teknologi Agroindustri (APTA), International Food Technologist (IFT), dan The International Union of Food Science and Technology (IUFoST).
Sumber: https://thp.usk.ac.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Ubi kayu, atau disebut juga singkong, kaspe, ketela pohon, ubi sampa atau ubi prancis (Manihot esculenta, sinonim: Manihot utilissima), adalah perdu tropis dan subtropis tahunan dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Deskripsi
Perdu bisa mencapai hingga 7 meter dengan cabang agak jarang. Singkong memiliki akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia.
Umbi dari ubi kayu merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat, tetapi sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina.
Sejarah dan pengaruh ekonomi
Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay, sejak kurang lebih 10 ribu tahun yang lalu. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun ada banyak spesies Manihot yang liar, semua kultivar M. esculenta dapat dibudidayakan. Walaupun demikian, bukti-bukti arkeologis budidaya singkong justru banyak ditemukan di kebudayaan Indian Maya, tepatnya di Meksiko dan El Salvador.
Produksi singkong dunia, diperkirakan mencapai 192 juta ton pada tahun 2004. Nigeria menempati urutan pertama dengan 52,4 juta ton, disusul Brasil dengan 25,4 juta ton. Indonesia menempati posisi ketiga dengan 24,1 juta ton, diikuti Thailand dengan 21,9 juta ton (FAO, 2004) Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.
Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 dari Brasil. Menurut Haryono Rinardi dalam Politik Singkong Zaman Kolonial, singkong masuk ke Indonesia dibawa oleh Portugis ke Maluku sekitar abad ke-16. Tanaman ini dapat dipanen sesuai kebutuhan. “Sifat itulah yang menyebabkan tanaman ubi kayu sering kali disebut sebagai gudang persediaan di bawah tanah,” tulis Haryono.
Butuh waktu lama singkong menyebar ke daerah lain, terutama ke Pulau Jawa. Diperkirakan singkong kali pertama diperkenalkan di suatu kabupaten di Jawa Timur pada 1852. “Bupatinya sebagai seorang pegawai negeri harus memberikan contoh dan bertindak sebagai pelopor. Kalau tidak, rakyat tidak akan memercayainya sama sekali,” tulis Pieter Creutzberg dan J.T.M. van Laanen dalam Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia.
Namun hingga 1876, sebagaimana dicatat H.J. van Swieten, kontrolir di Trenggalek, dalam buku De Zoete Cassave (Jatropha janipha) yang terbit 1875, singkong kurang dikenal atau tidak ada sama sekali di beberapa bagian Pulau Jawa, tetapi ditanam besar-besaran di bagian lain. “Bagaimanapun juga, singkong saat ini mempunyai arti yang lebih besar dalam susunan makanan penduduk dibandingkan dengan setengah abad yang lalu,” tulisnya, sebagaimana dikutip Creutzberg dan van Laanen. Sampai sekitar tahun 1875, konsumsi singkong di Jawa masih rendah. Baru pada permulaan abad ke-20, konsumsinya meningkat pesat. Pembudidayaannya juga meluas. Terlebih rakyat diminta memperluas tanaman singkong mereka.
Peningkatan penanaman singkong sejalan dengan pertumbuhan penduduk Pulau Jawa yang pesat. Ditambah lagi produksi padi tertinggal di belakang pertumbuhan penduduk. “Singkong khususnya menjadi sumber pangan tambahan yang disukai,” tulis Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia V. Hingga saat ini, singkong telah menjadi salah satu bahan pangan yang utama, tidak saja di Indonesia tetapi juga di dunia. Di Indonesia, singkong merupakan makanan pokok ketiga setelah padi-padian dan jagung.
Hindia Belanda pernah menjadi salah satu pengekspor dan penghasil tepung tapioka terbesar di dunia. Di Jawa banyak sekali didirikan pabrik-pabrik pengolahan singkong untuk dijadikan tepung tapioka. Seperti dalam buku Handbook of the Netherlands East Indies, pada tahun 1928 tercatat 21,9% produksi tapioka diekspor ke Amerika Serikat, 16,7% ke Inggris, 8,4% ke Jepang, lalu 7% dikirim ke Belanda, Jerman, Belgia, Denmark dan Norwegia. Biasanya tepung olahan singkong tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku lem dan permen karet, industri tekstil dan furniture.
Sampai dan Singkong adalah nama lokal di kawasan Jawa Barat untuk tanaman ini. Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Portugis "castilla" (dibaca "kastiya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).
Pengolahan
Umbi singkong dapat dimakan mentah. Kandungan utamanya adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga rasanya sedikit manis. Pada keadaan tertentu, terutama bila teroksidasi, akan terbentuk glukosida racun yang selanjutnya membentuk asam sianida (HCN). Sianida ini akan memberikan rasa pahit. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi segar, dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Proses pemasakan dapat secara efektif menurunkan kadar racun.
Dari pati umbi ini dibuat tepung tapioka (kanji).
Penggunaan
Dimasak dengan berbagai cara, singkong banyak digunakan pada berbagai macam masakan. Direbus untuk menggantikan kentang, dan pelengkap masakan. Tepung singkong dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, cocok untuk pengidap alergi gluten.
Kadar gizi
Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:
Sedangkan daun singkong yang banyak dijadikan sayuran pada masakan Sunda dan masakan Padang memiliki nutrisi sebagia berikut:
Nutrisi: Protein, Kalsium, Fosfor, Besi, Vitamin A, Vitamin C
Satuan: gram, mg, mg, mg, IU, mg
Kadar: 6.8, 165, 54, 2.0, 11000, 275
Varietas tanaman singkong
Tanaman singkong disebut manis atau beracun, tergantung kandungan asam hydrocyanic dalam akarnya, yang umum diakui mengandung kurang dari 50 miligram asam hydrocyanic per kilogram bahan segar. Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan dan untuk industri.
Varietas untuk pangan adalah
Sedangkan untuk ubi industri adalah
Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN < 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6 gram per kilogram
Beberapa varietas unggul singkong yang telah dilepas oleh Kementrian Pertanian antara lain Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1, Malang 2, Darul Hidayah, Malang 4 maupun Malang 6.
Etimologi
Nama "ubi kayu" dan "ketela pohon" dipakai dalam bahasa Melayu secara luas. Nama "ketela" secara etimologi berasal dari kata "castilla" (dibaca "kastilya"), karena tanaman ini dibawa oleh orang Portugis dan Castilla (Spanyol).
Dalam bahasa lokal, bahasa Jawa menyebutnya Telo, bahasa Sangihe bungkahe, bahasa Tolitoli dan Gorontalo kasubi, dan bahasa Sunda sampeu. Sementara dalam bahasa Rejang, tanaman ini dikenal sebagai ubai.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Peternakan ayam pedaging merupakan salah satu industri terpenting di Indonesia. Riset BRIN menunjukkan bahwa peternakan ayam menghasilkan produksi protein hewani yang dominan, mencapai 71,35% dari produksi daging nasional. Dari sisi sumber daya yang terlibat, jumlah SDM yang menjadi tenaga kerja dalam industri peternakan ini cukup banyak. Berdasarkan publikasi BPS tahun 2022 Tenaga kerja di Subsektor ini tahun 2021 sebanyak 4.9 juta jiwa, mayoritas hanya memiliki pendidikan dasar.
Berdasarkan data itu industri peternakan ini memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Namun pada kenyataannya, kelompok ini masuk dalam kelompok marginal. Terdapat banyak masalah yang dijumpai di lapangan. Ada persoalan mendasar dalam sistem industri yang berlaku. Hal itu kelihatan melalui berbagai bentuk ungkapan aspirasi yang dilakukan para petani peternak, menyuarakan masalah yang mereka hadapi.
Dalam beberapa tahun terakhir, peternak ayam mandiri berulang kali menggelar demonstrasi di Indonesia. Petani mengeluhkan masalah yang mereka hadapi. Mereka mencurigai adanya kecurangan dalam peternakan ayam, ayam pedaging, dan ayam petelur. Hal ini tercermin dari selisih harga antara harga yang berlaku di tingkat konsumen dengan harga unggas hidup di tingkat peternak. Sugeng Wahyudi, Sekjen Gabungan Peternak Unggas Nasional (GOPAN), mengumumkan harga pasaran ayam potong mendekati Rp. 40.000 per kilogram. Padahal harga ayam hidup bervariasi hanya sekitar Rp. 21.000/kg.
Sistem industri yang timpang
Pembahasan tentang persoalan ini dapat dilihat dari analisis sistem industrinya. Sistem industri adalah suatu sistem yang dibangun dari beberapa unsur yang saling berhubungan dan terorganisir yang bertujuan untuk menciptakan, memproduksi, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sistem ini mencakup berbagai aspek seperti teknologi, manajemen dan sumber daya manusia.
Dalam konteks industri peternakan ayam, elemen-elemen pembentuk sistemnya berkaitan dengan proses bisnis utama budidaya peternakan ayam yaitu mulai dari produksi bibit, pemberian pakan, pemeliharaan, pengolahan dan pemasaran produk ayam. masing-masing elemen sistem tersebut memiliki saling ketergantungan yang tinggi untuk berjalannya sistem industri secara efektif. Secara ringkas akan digambarkan dalam bagian berikut.
Setiap proses bisnis utama yang juga dikenal dengan panca usaha ini, dapat dijalankan oleh aktor atau pelaku sama atau berbeda. Hanya saya untuk dapat menjalankan keseluruhannya dibutuhkan skala ekonomi yang sesuai. Mayoritas peternak rakyat tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan keseluruhannya. Hal itu disebab di antara proses tersebut membutuhkan investasi yang besar serta memerlukan teknologi tinggi dan mahal. Karena itu para peternak mandiri biasanya hanya fokus pada pengelolaan pemeliharaan di kandang.
Di lain pihak perusahaan pemilik modal yang memiliki akses dana kuat mampu menjalankan keseluruhan proses bisnis itu secara integratif. Mulai dari pembibitan, memproduksi pakan berkualitas, penguasaan distribusi obat, pemeliharaan di kandang hingga mengelola pemasaran. Dengan model integratif tersebut maka akan diperoleh efisiensi yang tinggi. Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengontrol input hingga output. Mereka mampu mengontrol biaya produksi, sekaligus posisi tawar harga jual yang kuat.
Hidup mati peternak mandiri ditentukan pemain besar
Jika dilihat dari perspektif supply chain dan value chain, kita akan dapat melihat saling ketergantungan antara proses bisnis utama dan aktor pada setiap segment. Namun pihak yang menguasai lebih banyak proses bisnis akan menjadi penentu dalam industri ini, kemudian menjelma menjadi sistem industri yang monopolistik. Sistem industri peternakan ayam di Indonesia menunjukkan bahwa segelintir perusahaan besar memiliki penguasaan sangat dominan pada keseluruhan aktivitas utama. Sehingga perusahaan itu menjadi pengatur berjalannya sistem.
Persoalan utama yang ada saat ini adalah nyaris seluruh peternak rakyat atau peternak mandiri berada pada posisi yang sangat lemah. Mereka tidak memiliki posisi tawar terhadap supplier yang memasok komponen input seperti bibit, pakan dan obat, pada saat yang sama, juga tidak memiliki posisi tawar dari sisi penjualan, karena pasar dikuasai oleh pemain besar.
Dengan posisi peternak rakyat sedemikian di dalam sistem industri peternakan ayam, maka hidup mati mereka ditentukan oleh pemain besar. Pemain besar dapat menentukan harga bibit, harga pakan dan harga obat, sekaligus menentukan harga jual kepada konsumen. Sering menjadi keluhan peternak mandiri bahwa pada saat harga input naik, tidaklah serta merta diikuti dengan harga jual produksinya. Mereka menghadapi situasi sulit, bahkan sering kali harga penjualan lebih tinggi dari biaya pokok produksi yang telah dikeluarkan.
Perlu intervensi pemerintah
Sistem industri peternakan ayam seperti yang telah dipaparkan ini adalah sistem yang timpang dan tidak adil. Terjadi kondisi monopoli atau oligopoli yang parah, sebagai akibat penguasaan mutlak yang ada pada tangan segelintir perusahaan atas proses bisnis utama. Jika terus dibiarkan, maka peternak rakyat atau peternak mandiri akan terusir dari sistem industri ini. Atau pada akhirnya bersedia hanya sekedar menjadi buruh atau pekerja bagi pengusaha besar, meski dikemas dengan istilah kemitraan, namun tidak sejajar.
Sikap keberpihakan pemerintah mendesak untuk diwujudkan. Bahkan di negara ekonomi liberal seperti Amerika Serikat pun sangat sensitif terhadap issue monopoli. Perusahaan raksasa, seperti Microsoft, Google, Facebook menuai begitu banyak gugatan. Dalam beberapa kasus perusahaan itu telah merasakan tajamnya pisau regulasi anti monopoli seperti Google yang didenda US$270 juta atau setara Rp3,86 triliun, akibat monopoli periklanan tahun 2021 lalu.
Pemerintah perlu segera membuat regulasi untuk mencegah berlanjutnya praktik monopoli dalam sistem industri ini. Perusahaan besar perlu dibatasi penguasaannya, agar peternak rakyat atau peternak mandiri memiliki posisi tawar, berbekal regulasi yang berpihak pada rakyat. Ada jutaan jiwa yang menggantungkan harapan masa depan dalam industri peternakan ini, sehingga mengaturnya agar berjalan sehat adalah bagian dari kewajiban pemerintah untuk mengatur permainan di industri ini agar berlangsung adil.
Sumber: https://unand.ac.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Profil:
Teknologi Hasil Ternak merupakan akar keilmuan produksi peternakan yang ditopang oleh dua sisi yaitu produksi ternak dan produksi hasil ternak. Program Studi Teknologi Hasil Ternak berperan sebagai pengembangan keilmuan di Departemen IPTP dan sekaligus pelengkap hulu hilir Departemen IPTP.
Pada tahun 2016, Departemen IPTP resmi mengelola 2 program studi, yaitu PS TPT dan PS THT. Penyelenggaraan PS THT ditetapkan melalui Surat Keputusan Rektor Institut Pertanian Bogor Nomor 106/IT3/PP/2016 tentang Pembukaan Program Studi Teknologi Hasil Ternak pada Program Pendidikan Sarjana di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. PS THT telah terakreditasi B dari BAN PT dengan Nomor 3209/SK/BAN-PT/Akred/S/VIII/2019.
Visi:
Menjadi program studi unggulan yang menghasilkan sarjana yang kompeten dalam bidang teknologi hasil peternakan.
Misi:
Tujuan:
Learning Outcomes (LO):
Kompetensi lulusan:
Prospek kerja:
Kurikulum:
Pelaksanaan akademik Program Studi Teknologi Hasil Ternak meliputi proses belajar mengajar menggunakan kurikulum 2014 dan kurikulum 2020. Pada tahun 2020, sesuai dengan arah perkembangan yang dilakukan di tingkat IPB. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University menyusun dan mengembangkan kurikulum 2020 yang diimplementasikan pada tahun akademik 2020/2021.
Sumber: https://iptp-fapet.ipb.ac.id/