Teknologi pertanian adalah aplikasi ilmu pengetahuan alam dan matematika untuk mendayagunakan secara ekonomis sumber daya pertanian dan alam untuk kesejahteraan manusia. Fasafah teknologi pertanian adalah praktik empirik pragmatik finalistik yang didasarkan pada paham mekanistik-vitalistik, dengan penekanan pada objek formal kerekayasaan dalam pembuatan dan penerapan sistem produksi, bangunan, peralatan, lingkungan, dan pengolahan dan pengamanan hasil produksi. Dalam ilmu pertanian budidaya reproduksi, budidaya, pemeliharaan, dan pemungutan hasil flora dan fauna, peningkatan kualitas hasil panen, penanganan, pengolahan, dan pengamanan dan pemasaran hasil adalah fokus utama. Oleh karena itu, teknologi pertanian secara luas mencakup berbagai aplikasi ilmu teknik pada domain formal, mulai dari budidaya hingga pemasaran.
Bidang teknologi pertanian adalah bidang keilmuan yang menggabungkan ilmu pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Kebutuhan untuk menyelesaikan pembukaan dan pengerjaan lahan pertanian yang luas di Amerika Serikat dan Eropa pada pertengahan abad ke-18 memicu sejarah lahirnya ilmu-ilmu dalam lingkup teknologi pertanian. Pendidikan tinggi teknik dan pertanian di Indonesia mulai berkembang pada awal tahun 60-an, terlepas dari perkembangan pendidikan tinggi teknik dan pertanian sejak zaman pendudukan Belanda. Selama Perang Dunia I, Eropa mengalami kerusakan pada hubungan internasional, antara lain karena armada sulit untuk masuk ke Samudra Hindia, yang menghalangi tenaga ahli yang sebelumnya dibawa dari Eropa.[memerlukan rujukan] Pada waktu pendudukan di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga ahli teknik di tingkat menengah dan tinggi untuk bidang pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Pada awal abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda secara intensif melakukan program cultur stelseels di Jawa dan Sumatra untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja terampil di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan.[memerlukan rujukan] Untuk memenuhi kebutuhan ini, di Bogor (Buitenzorg) didirikan beberapa sekolah menengah untuk pertanian dan kedokteran hewan. Ini termasuk sekolah menengah pertanian, sekolah menengah perkebunan, dan sekolah Nederlandssch Indische Veerleeen.
Sejarah pendidikan
Bidang teknologi pertanian adalah bidang keilmuan yang menggabungkan ilmu pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Kebutuhan untuk menyelesaikan pembukaan dan pengerjaan lahan pertanian yang luas di Amerika Serikat dan Eropa pada pertengahan abad ke-18 memicu sejarah lahirnya ilmu-ilmu dalam lingkup teknologi pertanian.[memerlukan rujukan] Pendidikan tinggi teknik dan pertanian di Indonesia mulai berkembang pada awal tahun 60-an, terlepas dari perkembangan pendidikan tinggi teknik dan pertanian sejak zaman pendudukan Belanda.[memerlukan rujukan] Selama Perang Dunia I, Eropa mengalami kerusakan pada hubungan internasional, antara lain karena armada sulit untuk masuk ke Samudra Hindia, yang menghalangi tenaga ahli yang sebelumnya dibawa dari Eropa.[memerlukan rujukan] Pada waktu pendudukan di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membutuhkan tenaga ahli teknik di tingkat menengah dan tinggi untuk bidang pertanian dan teknik.[memerlukan rujukan] Pada awal abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda secara intensif melakukan program cultur stelseels di Jawa dan Sumatra untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja terampil di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan.[memerlukan rujukan] Untuk memenuhi kebutuhan ini, di Bogor (Buitenzorg) didirikan beberapa sekolah menengah untuk pertanian dan kedokteran hewan. Ini termasuk sekolah menengah pertanian, sekolah menengah perkebunan, dan sekolah Nederlandssch Indische Veerleeen.
Lingkup Teknologi Pertanian
- Teknik pertanian
Teknik pertanian adalah pendekatan teknik (engineering) secara luas dalam bidang pertanian yang sangat penting untuk mengubah sumber daya alam secara efektif dan efisien untuk pemanfaatan manusia.[memerlukan rujukan] Oleh karena itu, dalam sistem keilmuan, bidang teknik pertanian terus bergantung pada ilmu teknik untuk menyelesaikan berbagai masalah pertanian.[4] Pada paruh 1990-an, istilah "teknik pertanian" digunakan di Indonesia sebagai penggabungan dari "teknik pertanian". [butuh rujukan] Sebelum ini, istilah yang digunakan lebih luas, yaitu mekanisasi pertanian. Ini digunakan sejak awal 1990-an, bersama dengan pengenalan dan penggunaan traktor dalam program intensifikasi pertanian.
Bidang cakupan teknik pertanian meliputi hal-hal seperti berikut: [butuh rujukan] mesin dan alat budidaya pertanian; pengetahuan tentang penggunaan, pemeliharaan, dan pengembangan mesin dan alat budidaya pertanian. Teknik tanah dan air menyelidiki masalah irigasi, konservasi, dan pelestarian sumber daya tanah dan air. Energi dan Elektrifikasi Pertanian mencakup dasar teknologi energi dan daya serta bagaimana mereka dapat diterapkan dalam kegiatan pertanian. Lingkugan dan bangunan pertanian mencakup masalah yang berkaitan dengan perencanaan dan pembangunan bangunan khusus untuk keperluan pertanian, seperti pusat pengolahan, sistem pengendalian iklim, dan unit penyimpanan tanaman dan peralatan, serta sesuai keadaan lingkungan. Teknik pengolahan hasil pertanian dan makanan, penggunaan mesin untuk menyiapkan hasil pertanian, baik untuk disimpan atau digunakan sebagai bahan makanan atau tujuan lain.
Bidang teknik pertanian dipengaruhi oleh kemajuan ilmu sistem pada tahun 1980-an, yang menghasilkan bidang sistem dan manajemen mekanisasi pertanian, yang mencakup penerapan manajemen sistem dan analisis sistem untuk menerapkan mekanisasi pertanian.[memerlukan rujukan] Perkembangan berikutnya pada abad ke-20 dan ke-21 termasuk ilmu komputasi, teknologi pembantu otak dan otot melalui sistem kontrol, sistem pakar, dan kecerdasan buatan, yang membawa robot ke dalam sistem pertanian. Ini membuat teknik pertanian menjadi sistem teknik pertanian.[memerlukan rujukan] Dalam pendekatan ini, objek formal untuk kegiatan reproduksi flora dan fauna serta biota akuatik dilihat lebih luas lagi sebagai sistem hayati atau biologis, dengan fokus pada pemecahan masalah pertanian secara keseluruhan. Dalam pendekatan ini, sumber daya hayati seperti mikrob dan mikroorganisme juga dianggap sebagai objek formal untuk produksi dan peningkatan biomassa.[memerlukan rujukan] Di beberapa perguruan tinggi di Amerika dan Jepang, program studi atau departemen yang sebelumnya bernama Teknik Pertanian sekarang disebut Teknik Sistem Biologis.
- Teknologi hasil pertanian
Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan kajian sebagai objek ilmu formal terapan dan ditopang dengan kebutuhan industri, terutama di negara maju. Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu teknologi pangan yang merupakan penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai menjadi hidangan. Teknologi pangan merupakan penerapan ilmu dan teknik pada penelitian, produksi, pengolahan, distribusi, dan penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan teknik proses.[butuh referensi] Ilmu pangan merupakan dasar-dasar biologi, kimia, fisika, dan teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-prinsip yang mendasari pegolahan pangan.
- Teknologi industri pertanian
Teknik industri pertanian adalah bidang ilmu terapan yang berfokus pada perencanaan, perancangan, pengembangan, dan evaluasi sistem terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan, dan energi) untuk kegiatan agroindustri dengan tujuan mencapai kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang optimal. Untuk menganalisis dan merancang sistem agroindustri terpadu, siswa belajar matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu sosial ekonomi, prinsip-prinsip, dan metodologi. Sebagai kombinasi dari dua bidang, teknik proses dan teknik industri, tujuan resminya adalah pendayagunaan hasil pertanian.
Disadur dari: