Pertanian

Jika Mau Kurangi Gandum dan Menggantinya dengan Singkong, Indonesia Bisa Hemat Hingga Rp. 36 Triliun

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 17 Februari 2025


Kepala Laboratorium Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Dwidjono Hadi Darwanto, mengatakan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap gandum semakin mengkhawatirkan. Tiap tahun, konsumsi gandum Indonesia terus meningkat, padahal 100 persen kebutuhan gandum dalam negeri berasal dari impor.

Tahun 2021 silam, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor gandum Indonesia mencapai 11,17 juta ton dengan nilai impor 3,55 miliar USD atau sekitar Rp 51,45 triliun (kurs= Rp 14.500). Jumlah ini tentu sangat membebani keuangan negara, terlebih harga gandum saat ini semakin tinggi seiring dengan kebijakan 22 negara produsen gandum yang menghentikan ekspornya.

“Sebagai negara yang tingkat konsumsi gandumnya tinggi tapi tidak bisa memproduksi gandum, situasinya sangat mengkhawatirkan,” kata Dwidjono Hadi Darwanto saat dihubungi Pandangan Jogja @Kumparan, Rabu (13/7).

Tak hanya akan membebani keuangan negara, situasi ini juga membuat Indonesia ikut terancam krisis pangan. Mengingat semua mie, roti, bahkan gorengan yang banyak dijual di Indonesia masih bergantung pada bahan baku terigu atau tepung gandum.

Untuk mencegah situasi makin memburuk, Indonesia mesti segera melakukan diversifikasi terigu dengan bahan pangan lokal. Misalnya yang memiliki potensi besar menurut Dwidjono adalah tepung singkong atau mocaf.

Tepung mocaf menurutnya bisa menjadi bahan substitusi terigu dalam pembuatan mie. Memang belum bisa 100 persen memakai bahan mocaf, tapi porsinya bisa mencapai 60 sampai 70 persen.

“Dan itu tidak mempengaruhi rasa, rasanya sama seperti mie dari gandum, begitu juga jika dipakai untuk membuat roti, sama,” ujarnya.

Artinya, negara bisa hemat antara Rp 32 triliun sampai Rp 36 triliun per tahun jika bisa melakukan substitusi 60 sampai 70 persen tepung gandum dengan tepung mocaf.

“Nilai yang fantastis itu, bisa digunakan untuk mendukung pemenuhan bahan lokalnya,” lanjutnya.

Jika tepung mocaf atau singkong masih kurang, masih banyak juga bahan lain yang punya potensi besar. Seperti ubi jalar, talas, sorgum, hingga porang, yang semuanya bisa dijadikan substitusi tepung gandum asalkan diolah dengan benar.

Tapi untuk melakukan diversifikasi, tak bisa hanya mendorong petani menanam singkong, ubi jalar, atau sorgum. Justru yang perlu disiapkan menurutnya adalah pasar dan industrinya. Industri-industri pangan yang saat ini menggunakan bahan baku terigu, mesti didorong untuk mulai mensubstitusi dengan tepung mocaf atau bahan lain yang berasal dari pangan lokal.

Di sisi lain, produk-produk makanan berbahan baku pangan lokal, misalnya mie dan roti dari tepung singkong, mesti lebih intens diperkenalkan ke masyarakat.

“Nanti kalau pasarnya sudah ada, petani pasti mau nanam tanpa disuruh. Tapi kalau tidak ada yang menyerap, mana mau petani nanam,” kata Dwidjono.

Dewan Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri), Achmad Yakub, mengatakan bahwa jika pemerintah berhasil melakukan substitusi tepung gandum, katakanlah 50 persen saja, merupakan capaian yang luar biasa. Artinya akan Rp 26 triliun tambahan uang yang beredar di dalam negeri yang akan sangat membantu pergerakan ekonomi nasional.

Hal ini juga akan membuat dampak positif lain, misalnya mengurangi laju konversi lahan pertanian, sebab jika lahan pertanian produktif maka petani tidak akan menjual lahannya. Industri lokal juga akan bergeliat, misalnya industri pengolahan umbi-umbian menjadi tepung yang bisa dipakai sebagai bahan berbagai jenis makanan. Kemudian industri manufaktur akan tumbuh dan diikuti dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang semakin besar.

“Dampaknya akan berganda banget, tidak hanya Rp 26 triliun, lebih dari itu nanti,” kata Achmad Yakub.

Rencana program diversifikasi pangan ini menurutnya layak untuk didukung. Dengan catatan, tidak sekadar jadi proyek pemerintah yang hanya menguntungkan elit saja, atau sekadar menjadi ajang lip service bagi pemerintah saja.

“Nanti giliran harga gandum turun, pindah ke gandum lagi. Kan percuma, hanya lip service saja,” ujarnya.


Sumber: kumparan.com

Selengkapnya
Jika Mau Kurangi Gandum dan Menggantinya dengan Singkong, Indonesia Bisa Hemat Hingga Rp. 36 Triliun

Pertanian

Agro-StartUp Populer: TaniPedia-Edisi 30

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Februari 2025


Mencuatnya isu mengenai industri 4.0 yang mentransformasi industri menjadi berbasis digital mulai merambah ke berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut terdapat adalah bidang pertanian. Indonesia sebagai negara agraris membutuhkan inovasi dalam sektor agrikultur sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian yang familier disebut agritech atau agricultural technology telah berkembang cukup lama. Namun, iklim usaha yang mulai berbasis pada teknologi informasi membuat perkembangan agritech sedikit berubah. Salah satu contohnya adalah dengan munculnya berbagai jenis agritech yang berbasis pada teknologi informasi (Meydora, 2019). 

Terjadinya pandemi Covid-19 yang mengubah gaya beli masyarakat dari daring menjadi luring juga ikut merambah pada bidang pertanian. Beberapa startup dalam bidang pertanian mulai dikembangkan, berikut adalah beberapa contohnya:

  1. Elevarm : Elevarm memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi kepada petani dan mengoptimalkan praktik yang ada untuk meningkatkan produktivitas mereka secara keseluruhan. Elevarm menggabungkan hubungan manusia dan skalabilitas infrastruktur teknologi untuk memanfaatkan keragaman pertanian yang luas dan belum dimanfaatkan.
  2. TaniHub : Salah satu contoh marketplace yang berbasis aplikasi yang menungkinkan para petani untuk dapat menjual hasil produksi mereka pada pengecer, grosir maupun kepada para pedagang individu
  3. sayurbox : Sayurbox membantu para konsumen untuk dapat membeli produk hasil pertanian langsung kepada para petani selain itu sayurbox juga memudahkan distribusi kepada para petani sehingga produk mereka dapat sampai di rumah konsumen secara langsung.
  4. iGrow : iGrow menjadi sarana bagi masyarakat yang ingin menanamkan modal dan para petani yang membutuhkan modal. Aplikasi ini dapat menyediakan pendanaan bagi para petani yang membutuhkan modal
  5. AgriAku: AgriAku merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan segala keperluan bagi petani seperti benih pupuk, maupun alat yang dapat digunakan oleh para petani.

Sebenarnya masih banyak start up yang bergerak di bidang pertanian. Hal ini dapat dipelajari untuk membentuk start up lokal di wilayah Kabupaten Cilacap, seperti Lapak Petani Online yang saat ini masih dalam pengembangan. Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah Indonesia, diperkirakan Indonesia akan mengalami peningkatan permintaan produk pertanian pada tahun 2020 sampai 2030 (Ardiansyah, 2017). Maka dari itu diperlukan adanya pengembangan pada bidang pertanian dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas kegiatan pertanian. Startup bisa menjadi penghubung dan solusi bagi petani seperti meningkatkan produktivitas hasil tani maupun meningkatkan penjualan komoditas produk tani dengan memperluas akses pasar bagi produk pertanian dan tak kalah penting untuk meningkatkan keterampilan dan pendidikan bagi para petani.  

Pengembangan startup pada bidang pertanian tentu bukan hanya membuka peluang namun juga menemui berbagai tantangan. Kebutuhan pasokan produk pertanian bagi masyarakat Indonesia terbilang cukup besar namun produk hasil pertanian yang dihasilkan terkadang kurang memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri. Tantangan inilah yang dapat dijadikan peluang untuk terus mengembangkan startup sebagai jembatan penghubung antara petani sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen. Tantangan lain bagi pelaku bisnis startup adalah kualitas produksi produk pertanian yang masih rendah selain itu juga kebutuhan konsumen setiap waktu tidak tetap atau fluktuatif. Harga produk pertanian yang bergantung kepada musim juga dapat menjadi tantangan di masa depan (Ariwibowo, 2018).

Sumber: https://dispertan.cilacapkab.go.id/

Selengkapnya
Agro-StartUp Populer: TaniPedia-Edisi 30

Pertanian

Kesejahteraan Hewan: Sejarah, Penilaian, Organisasi

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Februari 2025


Kesejahteraan hewan merupakan ukuran kondisi atau kualitas hidup hewan nonmanusia. Konsep ini berhubungan erat dengan etika terhadap hewan. Kesejahteraan hewan mencakup kondisi fisik dan mental hewan, dan sejauh mana sifat alamiahnya terpenuhi.

Penerapan kesejahteraan hewan sering kali didasarkan pada keyakinan bahwa hewan nonmanusia memiliki sensibilitas dan bahwa manusia harus mempertimbangkan kesejahteraan atau penderitaan mereka, terutama ketika mereka berada di bawah kendali manusia. Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan tersebut misalnya bagaimana hewan pangan disembelih, bagaimana hewan digunakan dalam penelitian ilmiah, bagaimana hewan dipelihara (sebagai hewan kesayangan, di kebun binatang, peternakan, sirkus, dan sebagainya), dan bagaimana aktivitas manusia memengaruhi kesejahteraan dan kelangsungan hidup satwa liar.

Sejarah

Meskipun pandangan dan tulisan mengenai kesejahteraan hewan telah ada sejak lama, tetapi produk hukum modern berupa undang-undang nasional baru ditetapkan pada abad ke-19. Salah satu undang-undang pertama yang melindungi hewan adalah "Undang-Undang Kekejaman terhadap Hewan 1835" di Britania Raya yang kemudian diikuti oleh "Undang-Undang Perlindungan Hewan 1911". Amerika Serikat butuh waktu bertahun-tahun sampai terbit undang-undang nasional untuk melindungi hewan, yakni "Undang-Undang Kesejahteraan Hewan 1966", meskipun sebelumnya telah ada sejumlah negara bagian yang mengesahkan undang-undang anti-kekejaman terhadap hewan antara tahun 1828 dan 1898.

Pada tahun 1965, pemerintah Britania Raya melakukan investigasi mengenai kesejahteraan hewan-hewan yang diternakkan secara intensif. Investigasi yang dipimpin oleh Profesor Roger Brambell ini dilakukan sebagai tanggapan atas kekhawatiran yang diangkat dalam buku Mesin Hewan karya Ruth Harrison pada tahun 1964. Berdasarkan laporan Brambell, pemerintah Inggris lalu membentuk Komite Penasihat Kesejahteraan Hewan Ternak pada tahun 1967, yang menjadi Dewan Kesejahteraan Hewan Ternak pada tahun 1979. Pedoman pertama yang diterbitkan komite tersebut merekomendasikan bahwa hewan memerlukan kebebasan untuk "berdiri, berbaring, berbalik, merawat diri mereka sendiri, dan meregangkan anggota badan mereka." Pedoman tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi konsep lima kebebasan.

Penilaian

  • Lima kebebasan

Salah satu model atau pendekatan yang banyak digunakan untuk menilai derajat kesejahteraan hewan adalah lima kebebasan hewan, yaitu:

  1. Bebas dari rasa lapar atau haus—dengan menyediakan akses untuk memperoleh air segar dan diet untuk menjaga kesehatan dan kebugaran.
  2. Bebas dari ketidaknyamanan—dengan menyediakan lingkungan yang sesuai, termasuk tempat berteduh dan tempat beristirahat yang nyaman.
  3. Bebas dari rasa sakit, cedera, atau penyakit—dengan pencegahan atau diagnosis dan pengobatan penyakit dan gangguan kesehatan lain secara cepat.
  4. Bebas untuk mengekspresikan (sebagian besar) perilaku normal—dengan menyediakan ruang yang cukup, fasilitas yang layak, dan rekan dari jenis hewan itu sendiri.
  5. Bebas dari rasa takut dan tertekan—dengan memastikan kondisi dan perawatan hewan yang menghindari penderitaan mental.
  • Lima ranah

Pada perkembangan selanjutnya, penilaian kesejahteraan hewan bergeser dari kondisi negatif yang berusaha dihindari menjadi kondisi positif yang perlu dipromosikan. Konsep lima ranah pun dikembangkan guna menilai kesejahteraan hewan untuk keperluan ini, yang meliputi (1) nutrisi, (2) lingkungan, (3) kesehatan, (4) perilaku, dan (5) kondisi mental. Empat ranah pertama berkaitan dengan fisik atau fungsional (ranah kesatu hingga ketiga merupakan faktor yang berhubungan dengan kelangsungan hidup, sedangkan ranah keempat merupakan faktor yang berhubungan dengan situasi yang dialami hewan). Sementara itu, ranah kelima berhubungan dengan pengalaman afektif hewan.

Organisasi

Selain menangani masalah kesehatan hewan, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) juga mengurusi kesejahteraan hewan. Menurut WOAH, kesrawan adalah "keadaan fisik dan mental seekor hewan dalam hubungannya dengan kondisi tempatnya hidup dan mati". Dua standar yang diterbitkan WOAH, yaitu Kode Kesehatan Hewan Terestrial dan Kode Kesehatan Hewan Akuatik berisi bab yang menguraikan pedoman kesrawan pada hewan terestrial (meliputi aktivitas transportasi hewan, penyembelihan hewan, pemusnahan hewan untuk keperluan pengendalian penyakit, penggunaan hewan untuk penelitian dan pendidikan, manajemen populasi anjing, serta sistem produksi pada peternakan) dan pedoman kesrawan pada hewan akuatik yang dibudidayakan (meliputi aktivitas transportasi ikan serta pemingsanan dan pematian ikan).

Beberapa organisasi internasional didirikan untuk mempromosikan kesejahteraan hewan, seperti World Federation for the Protection of Animals (WFPA) yang didirikan pada tahun 1950 dan International Society for the Protection of Animals (ISPA) yang didirikan pada tahun 1959. Kedua organisasi ini bergabung menjadi World Society for the Protection of Animals (WSPA) pada tahun 1981 dan kemudian berubah menjadi World Animal Protection (WAP) pada tahun 2014. Organisasi ini menerbitkan Indeks Perlindungan Hewan pada tahun 2014 dan 2020 yang menilai penerapan kesrawan di 50 negara. Sebanyak lima tema dan 15 indikator digunakan sebagai bahan penilaian. Suatu negara akan mendapatkan nilai dari A (nilai terbaik) hingga G (nilai terburuk).

Sumber: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Kesejahteraan Hewan: Sejarah, Penilaian, Organisasi

Pertanian

Program Sarjana Teknik Pertanian

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Februari 2025


Deskripsi

Program Studi Sarjana Teknik Pertanian mempelajari interdisiplin ilmu pengetahuan hayati, ilmu pengetahuan pertanian, teknologi, dan prinsip-prinsip rekayasa biosistem sebagai solusi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam proses produksi pertanian untuk menghasilkan sistem atau hasil produksi yang optimal, efisien, dan berkelanjutan. Melalui Program Studi Sarjana Teknik Pertanian, ITB berkontribusi dalam menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang dapat merancang sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan (ramah lingkungan) melalui prinsip-prinsip rekayasa biosistem untuk menghasilkan biomassa yang tinggi dengan sistem yang hemat energi, material, dan ekonomis pada berbagai kondisi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan produk pertanian bagi masyarakat.

Tujuan

Program Studi Sarjana Teknik Pertanian menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran dengan menerapkan pendekatan keteknikan di bidang pertanian untuk menghasilkan lulusan yang dapat merancang sistem dan problem solver bagi masyarakat dengan menetapkan Jawa Barat sebagai target fokus dan model dalam mengembangkan potensi dan sumber daya untuk meningkatkan produktivitas kualitas hidup masyarakatnya.

Topik Penelitian

Untuk menciptakan sumberdaya pertanian dan manusia yang unggul, Program Studi Teknik Pertanian menyiapkan skema pendidikan pertanian untuk menghasilkan insinyur pertanian profesional yang dibangun di atas 10 (sepuluh) konsep yang menjadi landasan pengembangan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang dapat merancang sistem produksi biomassa pertanian yang efisien secara biologis dan ekonomis pada berbagai kondisi lahan dan iklim, yaitu Manajemen Bioregional, Manajemen Lingkungan, Keanekaragaman Hayati, Pertanian Terpadu, Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Agribisnis, Siklus Biogeokimia, Pembangunan Berkelanjutan, Konservasi Massal, dan Entropi. Landasan tersebut kemudian digunakan sebagai perumusan body of knowledge program studi, yang mencakup ilmu dasar hingga ilmu teknik dan manajemen.

Prospek Karier

  1. Instansi Pemerintah sebagai pegawai ASN atau non-ASN di Departemen Pertanian dan Ketahanan Pangan serta Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 
  2. Industri Pertanian yang menghasilkan produk pertanian sebagai bahan baku utama, seperti industri Kelapa Sawit dan Benih. Industri yang menyediakan sarana produksi pertanian, seperti perusahaan pupuk dan pestisida. 
  3. Pengusaha yang bergerak di bidang tanaman hias, peternakan, atau perusahaan agribisnis yang terlibat dalam penyediaan layanan komprehensif yang mengangkat petani dengan bantuan data dan teknologi yang diaktifkan oleh AI.
  4. Lembaga Penelitian seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit atau World Resources Institute (WRI) Indonesia 
  5. Institusi Pendidikan sebagai dosen atau pengajar di universitas negeri, universitas swasta, dan berbagai institusi pendidikan lainnya.
  6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pertanian dan penyuluhan.

Disadur dari: https://www.itb.ac.id/

Selengkapnya
Program Sarjana Teknik Pertanian

Pertanian

Rantai Makanan: Keterkaitan yang Tak Terpisahkan dalam Ekosistem

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Februari 2025


Rantai makanan adalah jaringan linear dari hubungan dalam jaring makanan, sering dimulai dengan autotrof (seperti rumput atau ganggang), juga disebut produsen, dan biasanya berakhir pada predator puncak (seperti beruang grizzly atau paus pembunuh), detritivora (seperti cacing tanah dan kutu kayu), atau pengurai (seperti jamur atau bakteri). Rantai makanan tidak sama dengan jaring-jaring makanan. Rantai makanan menggambarkan hubungan antara spesies berdasarkan apa yang mereka konsumsi untuk energi di tingkat trofik, dan paling sering diukur panjangnya-jumlah hubungan antara konsumen trofik dan dasar rantai.

Stabilitas rantai makanan sangat penting bagi kelangsungan hidup sebagian besar spesies. Jika hanya satu elemen saja yang hilang dari rantai makanan, hal itu dapat menyebabkan kepunahan atau penurunan besar dalam kelangsungan hidup suatu spesies. Banyak rantai makanan dan jaring-jaring makanan mengandung spesies kunci, spesies yang memiliki dampak besar pada lingkungan sekitar dan dapat secara langsung mempengaruhi rantai makanan. Jika spesies kunci dihilangkan, hal itu dapat membuat seluruh rantai makanan menjadi tidak seimbang.

Efisiensi rantai makanan bergantung pada energi yang pertama kali dikonsumsi oleh produsen primer. Energi ini kemudian bergerak melalui tingkat trofik.

Sejarah

Rantai makanan pertama kali dibahas oleh al-Jahiz, seorang filsuf Arab abad ke-10. Konsep modern rantai makanan dan jaring makanan diperkenalkan oleh Charles Elton.

Rantai Makanan vs Jaring-Jaring Makanan

Rantai makanan berbeda dengan jaring makanan karena rantai makanan mengikuti jalur konsumsi dan transfer energi secara langsung. Interkoneksi alami antara rantai makanan membentuk jaring makanan, yang bersifat non-linier dan menggambarkan jalur konsumsi dan transfer energi yang saling berhubungan.

Tingkat Trofik

Model rantai makanan biasanya memprediksi bahwa komunitas dikendalikan oleh predator di bagian atas dan tanaman (autotrof atau produsen) di bagian bawah.

Dengan demikian, dasar dari rantai makanan biasanya terdiri dari produsen primer. Produsen primer, atau autotrof, memanfaatkan energi yang berasal dari cahaya matahari atau senyawa kimia anorganik untuk membuat senyawa organik kompleks, seperti pati, sebagai sumber energi. Karena cahaya matahari diperlukan untuk fotosintesis, sebagian besar kehidupan tidak akan ada jika matahari menghilang. Meski begitu, baru-baru ini ditemukan bahwa ada beberapa bentuk kehidupan, kemotrof, yang tampaknya mendapatkan semua energi metabolisme mereka dari kemosintesis yang digerakkan oleh ventilasi hidrotermal, sehingga menunjukkan bahwa beberapa kehidupan mungkin tidak memerlukan energi matahari untuk berkembang. Bakteri kemosintesis dan archaea menggunakan hidrogen sulfida dan metana dari ventilasi hidrotermal dan rembesan dingin sebagai sumber energi (seperti halnya tanaman menggunakan sinar matahari) untuk menghasilkan karbohidrat; mereka membentuk dasar rantai makanan di daerah yang hanya memiliki sedikit atau tidak ada sinar matahari. Terlepas dari mana energi diperoleh, spesies yang menghasilkan energinya sendiri berada di dasar model rantai makanan, dan merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem.

Tingkat trofik yang lebih tinggi tidak dapat menghasilkan energi mereka sendiri sehingga harus mengkonsumsi produsen atau kehidupan lain yang mengkonsumsi produsen. Pada tingkat trofik yang lebih tinggi terdapat konsumen (konsumen sekunder, konsumen tersier, dll.) Konsumen adalah organisme yang memakan organisme lain. Semua organisme dalam rantai makanan, kecuali organisme pertama, adalah konsumen. Konsumen sekunder memakan dan memperoleh energi dari konsumen primer, konsumen tersier memakan dan memperoleh energi dari konsumen sekunder, dst.

Ketika tingkat trofik mana pun mati, detritivora dan pengurai mengkonsumsi bahan organik mereka untuk energi dan mengeluarkan nutrisi ke lingkungan dalam limbah mereka. Pengurai dan detritivora menguraikan senyawa organik menjadi nutrisi sederhana yang dikembalikan ke tanah. Ini adalah nutrisi sederhana yang dibutuhkan tanaman untuk membuat senyawa organik. Diperkirakan terdapat lebih dari 100.000 pengurai yang berbeda.

Model tingkat trofik juga sering memodelkan transfer energi antar tingkat trofik. Konsumen primer mendapatkan energi dari produsen dan meneruskannya ke konsumen sekunder dan tersier.

Studi

Rantai makanan sangat penting dalam studi ekotoksikologi, yang melacak jalur dan biomagnifikasi kontaminan lingkungan.  Interaksi di antara berbagai tingkat trofik juga perlu dipertimbangkan untuk memprediksi dinamika komunitas; rantai makanan sering kali menjadi tingkat dasar untuk pengembangan teori tingkat trofik dan investigasi komunitas/ekosistem.

Panjang

Panjang rantai makanan adalah variabel kontinu yang memberikan ukuran perjalanan energi dan indeks struktur ekologi yang meningkat melalui hubungan dari tingkat trofik (makanan) terendah hingga tertinggi.

Rantai makanan adalah jalur terarah dari energi trofik atau, dengan kata lain, urutan mata rantai yang dimulai dari spesies dasar, seperti produsen atau bahan organik halus, dan diakhiri dengan organisme konsumen.

Rantai makanan sering digunakan dalam pemodelan ekologi (seperti rantai makanan tiga spesies). Rantai makanan merupakan abstraksi yang disederhanakan dari jaring-jaring makanan yang sebenarnya, tetapi kompleks dalam dinamika dan implikasi matematisnya.

Dalam bentuk yang paling sederhana, panjang rantai adalah jumlah hubungan antara konsumen trofik dan dasar jaring. Panjang rantai rata-rata dari seluruh rantai adalah rata-rata aritmatika dari panjang semua rantai dalam rantai makanan. Rantai makanan adalah diagram sumber energi. Rantai makanan dimulai dari produsen, yang dimakan oleh konsumen primer. Konsumen primer dapat dimakan oleh konsumen sekunder, yang pada gilirannya dapat dikonsumsi oleh konsumen tersier. Konsumen tersier terkadang dapat menjadi mangsa predator teratas yang dikenal sebagai konsumen kuartener. Sebagai contoh, sebuah rantai makanan dapat dimulai dengan tanaman hijau sebagai produsen, yang kemudian dimakan oleh siput, sebagai konsumen primer. Siput tersebut kemudian dapat menjadi mangsa konsumen sekunder seperti katak, yang kemudian dimakan oleh konsumen tersier seperti ular, yang pada gilirannya dapat dikonsumsi oleh elang.

Para ahli ekologi telah merumuskan dan menguji hipotesis mengenai sifat pola ekologi yang terkait dengan panjang rantai makanan, seperti panjang yang meningkat dengan volume ekosistem, dibatasi oleh pengurangan energi pada setiap tingkat yang berurutan, atau mencerminkan tipe habitat

Panjang rantai makanan penting karena jumlah energi yang ditransfer berkurang seiring dengan meningkatnya tingkat trofik; umumnya hanya sepuluh persen dari total energi pada satu tingkat trofik yang diteruskan ke tingkat trofik berikutnya, karena sisanya digunakan dalam proses metabolisme. Biasanya tidak ada lebih dari lima tingkat tropik dalam rantai makanan. Manusia dapat menerima lebih banyak energi dengan kembali ke tingkat sebelumnya dalam rantai makanan dan mengonsumsi makanan sebelumnya, misalnya mendapatkan lebih banyak energi per pon dari mengonsumsi salad daripada hewan yang makan selada.

Spesies Kunci

Spesies kunci adalah spesies tunggal dalam suatu ekosistem yang menjadi tumpuan bagi spesies lain dalam ekosistem yang sama, atau seluruh ekosistem itu sendiri. Spesies batu kunci sangat penting bagi suatu ekosistem sehingga tanpa kehadirannya, suatu ekosistem dapat berubah atau tidak ada lagi sama sekali. 

Salah satu cara spesies kunci berdampak pada ekosistem adalah melalui keberadaan mereka dalam jaring makanan ekosistem dan dengan demikian, rantai makanan dalam ekosistem tersebut. Sebagai contoh, berang-berang laut, spesies kunci di wilayah pesisir Pasifik, memangsa bulu babi. Tanpa kehadiran berang-berang laut, bulu babi akan merumput secara destruktif pada populasi rumput laut yang berkontribusi pada penurunan ekosistem pesisir di wilayah pasifik utara. Kehadiran berang-berang laut pada gilirannya, mengendalikan populasi bulu babi dan membantu menjaga hutan rumput laut, yang sangat penting bagi spesies lain di dalam ekosistem.

Disadur dari: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Rantai Makanan: Keterkaitan yang Tak Terpisahkan dalam Ekosistem

Pertanian

Menggali Lebih dalam tentang Tempat Penampungan Hewan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 14 Februari 2025


"Dog pound" dialihkan ke sini. Untuk grup rap, lihat Tha Dogg Pound. Untuk bagian pemandu sorak Cleveland Browns, lihat Dawg Pound. Untuk film, lihat Dog Pound (film). Untuk lingkungan yang dikenal sebagai Dogpound, lihat Brookhaven, Fresno, California.

Tempat penampungan hewan atau penampungan hewan adalah tempat penampungan hewan yang tersesat, hilang, ditelantarkan, atau yang diserahkan - sebagian besar anjing dan kucing - ditampung. Kata "pound" berasal dari tempat penampungan hewan di komunitas pertanian, di mana hewan ternak yang tersesat akan dikandangkan atau disita sampai mereka diklaim oleh pemiliknya.

Meskipun tempat penampungan tanpa pembunuhan ada, terkadang ada kebijakan untuk menyuntik mati hewan yang tidak diklaim dengan cukup cepat oleh pemilik sebelumnya atau pemilik baru. Di Eropa, dari 30 negara yang diikutsertakan dalam survei, hanya enam negara (Austria, Republik Ceko, Jerman, Yunani, Italia, dan Polandia) yang mengizinkan eutanasia untuk hewan yang tidak diadopsi.

Terminologi

Industri penampungan memiliki terminologi untuk bidang pekerjaan mereka yang unik, dan meskipun tidak ada standar yang pasti untuk definisi yang konsisten, banyak kata yang memiliki arti berdasarkan penggunaannya.

Pengawasan hewan memiliki fungsi kota untuk mengambil anjing dan kucing liar, dan menyelidiki laporan penyiksaan hewan, gigitan anjing, atau serangan hewan. Hal ini juga dapat disebut perawatan dan pengendalian hewan, dan sebelumnya disebut penangkap anjing atau pengendalian rabies. Hewan peliharaan yang tersesat, hilang, atau ditelantarkan yang dipungut dari jalanan biasanya dibawa ke tempat penampungan hewan setempat, atau tempat penampungan. Kasus-kasus hewan liar yang tidak rumit biasanya ditampung untuk jangka waktu tertentu, yang disebut penampungan hewan liar. Setelah periode penahanan, hewan dianggap telah dilepaskan oleh pemiliknya, dan dapat diadopsi. Hewan yang terlibat dalam serangan atau gigitan akan ditempatkan di karantina dan tidak dapat diadopsi hingga investigasi atau kasus hukumnya selesai. Kepentingan pengendalian hewan terutama adalah keselamatan publik dan pengendalian rabies.

Banyak kebijakan tempat penampungan yang mengizinkan individu untuk membawa hewan ke tempat penampungan, yang sering disebut penyerahan pemilik, atau penyerahan hewan. Tempat penampungan terbuka akan menerima hewan apa pun tanpa memandang alasannya, dan biasanya merupakan tempat penampungan yang dikelola oleh pemerintah kota atau tempat penampungan swasta yang memiliki kontrak untuk beroperasi untuk pemerintah kota. Tempat penampungan kota dapat membatasi hewan yang masuk hanya dari daerah tempat mereka beroperasi. Tempat penampungan yang dikelola memerlukan perjanjian dan akan membatasi penerimaan hewan agar sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Tempat penampungan dengan penerimaan terbatas biasanya merupakan tempat penampungan swasta atau nirlaba tanpa kontrak dari pemerintah kota, dan mereka dapat membatasi penerimaan hewan hanya untuk hewan yang sangat mudah diadopsi dan sehat.

Seekor hewan di tempat penampungan memiliki empat kemungkinan: dikembalikan ke pemiliknya, diadopsi, dipindahkan ke tempat penampungan atau fasilitas penyelamatan lain, atau eutanasia. Pengembalian ke pemilik adalah ketika hewan liar, yang ditemukan dan ditempatkan di tempat penampungan, diambil oleh pemiliknya. Sebagian besar tempat penampungan hewan melakukan adopsi, di mana hewan yang ada di tempat penampungan diberikan atau dijual kepada individu yang akan memelihara dan merawatnya. Beberapa tempat penampungan bekerja sama dengan organisasi penyelamat, memberikan hewan untuk diselamatkan daripada mengadopsinya kepada individu. Beberapa yurisdiksi mewajibkan tempat penampungan untuk bekerja sama dengan organisasi penyelamat; beberapa tempat penampungan menggunakan organisasi penyelamat untuk melepaskan hewan yang memiliki masalah kesehatan atau perilaku yang tidak dapat mereka tangani. Banyak tempat penampungan yang mempraktikkan eutanasia.

Eutanasia adalah tindakan mematikan hewan. Tempat penampungan dengan tingkat kematian yang tinggi melakukan eutanasia pada banyak hewan yang mereka terima; tempat penampungan dengan tingkat kematian yang rendah melakukan eutanasia pada sedikit hewan dan biasanya menjalankan program untuk meningkatkan jumlah hewan yang dilepaskan hidup-hidup. Tingkat pelepasliaran satwa hidup di pusat penyelamatan adalah ukuran jumlah satwa yang keluar dari pusat penyelamatan dalam keadaan hidup dibandingkan dengan jumlah satwa yang mereka terima. Pusat penyelamatan tanpa membunuh menerapkan tingkat pelepasliaran hidup yang sangat tinggi, seperti 90%, 95%, atau bahkan 100%. Karena tidak ada standar pengukuran, beberapa tempat penampungan membandingkan pelepasliaran hidup dengan jumlah satwa yang sehat dan dapat diadopsi, sementara yang lain membandingkan pelepasliaran hidup dengan setiap satwa yang mereka terima - oleh karena itu, istilah pembunuhan tinggi, pembunuhan rendah, dan tanpa pembunuhan bersifat subyektif.

Mitra tempat penampungan termasuk kelompok penyelamat, pengasuh dan tempat perlindungan. Kelompok penyel amat sering kali akan menarik anjing dari tempat penampungan, sehingga membantu mengurangi jumlah hewan di tempat penampungan. Kelompok penyelamat sering kali mengkhususkan diri pada jenis anjing tertentu, atau mereka menarik hewan yang sulit diadopsi seperti hewan yang memiliki masalah kesehatan atau perilaku dengan tujuan untuk merehabilitasi hewan tersebut untuk diadopsi di masa depan. Banyak penyelamatan tidak memiliki lokasi fisik, tetapi beroperasi di rumah atau dengan mitra asuh. Pengasuh akan membawa hewan untuk sementara waktu dari tempat penampungan ke rumah mereka untuk memberikan perhatian atau perawatan khusus, seperti anak anjing yang baru lahir, atau hewan yang baru sembuh dari sakit. Suaka satwa merupakan alternatif dari eutanasia untuk satwa yang sulit diadopsi; suaka satwa merupakan penempatan permanen yang dapat berupa kandang yang aman dan perawatan oleh staf yang berpengalaman dalam menangani satwa yang mengalami agresi serius atau masalah perilaku yang permanen, atau rumah untuk satwa tua yang akan dirawat sampai kematiannya secara alami. Adopsi dan pengiriman ke tempat penyelamatan atau suaka adalah penempatan permanen; pengasuhan adalah penempatan sementara.

Penyelamatan ec eran mengambil keuntungan dari hak pilih pertama atas persediaan hewan yang gratis atau murah dari tempat penampungan untuk membalikkan hewan yang ditarik dari tempat penampungan di bawah bendera 'adopsi', dengan sedikit atau tidak ada pelatihan ulang atau perawatan hewan di antara waktu menarik anjing dan menjualnya. Mereka juga dapat memperoleh hewan dengan harga murah dari pelelangan atau pabrik anak anjing dan meminta bayaran tinggi untuk adopsi dengan alasan telah 'menyelamatkan' hewan tersebut. Tempat penampungan ritel beroperasi seperti tempat penampungan hewan biasa, namun lebih mirip toko hewan peliharaan daripada tempat penampungan tradisional dengan menjual perlengkapan hewan peliharaan. Mereka bahkan dapat memperoleh hewan dari luar daerah untuk menambah inventaris hewan mereka, daripada hanya melayani area layanan geografis mereka.

Banyak tempat penampungan yang secara rutin memandulkan atau mensterilkan semua hewan yang dapat diadopsi dan memvaksinasi mereka untuk rabies dan penyakit hewan peliharaan rutin lainnya. Tempat penampungan sering kali menawarkan klinik rabies atau klinik pemandulan dan pemandulan hewan kepada masyarakat setempat dengan harga diskon. Beberapa tempat penampungan berpartisipasi dalam program jebakan-kebiri-kembali di mana hewan liar ditangkap, dikebiri, dan divaksinasi, kemudian dikembalikan ke lokasi di mana mereka diambil.

Berdasarkan negara

  • Kanada

Di Quebec, terdapat dua jenis tempat penampungan hewan: 

  • SPCA (dalam bahasa Prancis, 'Société pour la prévention de la cruauté envers les animaux')
  • SPA (dalam bahasa Prancis, 'Société protectrice des animaux')

 

  • Jerman

Kota-kota besar di Jerman memiliki tempat penampungan kota (Tierheim) untuk hewan atau mengontrak salah satu dari banyak organisasi nirlaba untuk hewan di negara ini, yang menjalankan tempat penampungan mereka sendiri. Sebagian besar tempat penampungan dihuni oleh anjing, kucing, dan berbagai hewan kecil seperti tikus, tikus, dan kelinci. Selain itu, ada juga yang disebut Gnadenhöfe ("peternakan belas kasihan") untuk hewan-hewan yang lebih besar yang mengambil sapi atau kuda dari pemilik pribadi yang ingin mengurungnya karena alasan keuangan.

Undang-Undang Perlindungan Hewan melarang pembunuhan hewan bertulang belakang tanpa alasan yang tepat. Umumnya, alasan yang tepat adalah penyembelihan atau perburuan untuk produksi makanan (kucing dan anjing dikecualikan dari hal ini), pengendalian penyakit menular, pembunuhan tanpa rasa sakit "jika melanjutkan hidup akan menyiratkan rasa sakit atau penderitaan yang tidak dapat disembuhkan" atau jika seekor hewan menimbulkan bahaya bagi masyarakat umum. Yang terakhir ini akan menjadi alasan untuk eutanasia hanya jika otoritas yang berkepentingan dengan keselamatan publik memerintahkannya berdasarkan penyelidikan. Karena peraturan tersebut, semua tempat penampungan hewan di Jerman secara praktis adalah tempat penampungan tanpa pembunuhan. Fasilitas harus dipimpin oleh orang yang bersertifikat dalam penanganan hewan. Sebagian besar tempat penampungan mengontrak dokter hewan untuk memberikan perawatan medis.

  • India

Goshalas adalah jenis tempat penampungan untuk sapi yang tidak memiliki tempat tinggal, tidak diinginkan, atau sudah tua di India. Sapi dihormati oleh banyak umat Hindu dan penyembelihan sapi merupakan tindakan ilegal di banyak tempat di negara ini.

  • Selandia Baru

Di Selandia Baru, tempat penampungan anjing dikelola oleh setiap otoritas lokal teritorial, yang menyediakan layanan pengendalian hewan di bawah Undang-Undang Pengendalian Anjing 1996.

  • Polandia

Di Polandia, hewan yang berada di tempat penampungan hanya boleh disuntik mati karena sakit. Namun, diizinkan untuk membunuh anak anjing yang buta karena mereka dianggap tergantung.

  • Britania Raya

Di Inggris, tempat penampungan hewan lebih dikenal sebagai pusat penyelamatan atau rehoming dan dijalankan oleh organisasi amal. Organisasi penyelamatan dan pemulangan yang paling menonjol adalah RSPCA, Cats Protection dan Dogs Trust.

  • Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, tidak ada organisasi yang dikelola oleh pemerintah yang memberikan pengawasan atau regulasi terhadap berbagai tempat penampungan secara nasional. Namun, banyak negara bagian yang mengatur tempat penampungan di dalam yurisdiksi mereka. Salah satu langkah komprehensif yang paling awal adalah Undang-Undang Perlindungan Hewan Georgia tahun 1986, sebuah undang-undang yang diberlakukan sebagai tanggapan atas perlakuan tidak manusiawi terhadap hewan pendamping oleh jaringan toko hewan peliharaan di Atlanta. Undang-undang ini mengatur perizinan dan regulasi toko hewan peliharaan, kandang, kandang, dan tempat penampungan hewan, serta menetapkan, untuk pertama kalinya, standar perawatan minimum. Departemen Pertanian Georgia ditugaskan untuk memberikan izin tempat penampungan hewan dan menegakkan hukum baru melalui Divisi Perlindungan Hewan yang baru dibentuk. Ketentuan tambahan yang ditambahkan pada tahun 1990 adalah Humane Euthanasia Act, undang-undang negara bagian pertama yang mengamanatkan suntikan intravena natrium pentothal sebagai pengganti kamar gas dan metode yang kurang manusiawi lainnya. Undang-undang ini kemudian diperluas dan diperkuat dengan Undang-Undang Perlindungan Hewan tahun 2000.

Saat ini, diperkirakan ada sekitar 5.000 tempat penampungan hewan yang dikelola secara independen yang beroperasi secara nasional. Tempat penampungan telah mendefinisikan ulang peran mereka sejak tahun 1990-an. Tidak lagi berfungsi sebagai tempat penampungan seumur hidup bagi hewan liar dan hewan yang ditelantarkan, tempat penampungan modern telah memimpin dalam mengendalikan populasi hewan peliharaan, mempromosikan adopsi hewan peliharaan, dan mempelajari kesehatan dan perilaku hewan penampungan. Untuk mencegah eutanasia hewan, beberapa tempat penampungan menawarkan penilaian perilaku hewan dan kelas pelatihan untuk membuat mereka lebih mudah diadopsi oleh publik. Sebagian besar tempat penampungan juga menyediakan perawatan medis yang mencakup pemandulan dan pengebirian untuk mencegah kelebihan populasi.

Tempat penampungan dan organisasi sukarelawan yang serupa dengan tempat penampungan menanggapi kelebihan populasi kucing dengan program trap-neuter-return (TNR), yang mengurangi populasi kucing liar dan mengurangi beban tempat penampungan.

Di Amerika Serikat, banyak tempat penampungan hewan yang dikelola pemerintah beroperasi dalam kondisi yang jauh dari ideal. Setelah krisis keuangan tahun 2007-2008, banyak tempat penampungan pemerintah kehabisan ruang dan sumber daya keuangan yang memadai. Tempat penampungan yang tidak mampu mengumpulkan dana tambahan untuk memenuhi peningkatan jumlah hewan yang masuk tidak memiliki pilihan selain melakukan eutanasia, terkadang dalam hitungan hari. Pada tahun 2012, sekitar empat juta kucing dan anjing mati di tempat penampungan di Amerika Serikat. Namun, beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan dramatis dalam jumlah hewan yang disuntik mati di tempat penampungan, terutama karena dorongan yang berhasil untuk mempromosikan pemandulan dan pengebirian hewan peliharaan.

Sumber: https://en.wikipedia.org/

Selengkapnya
Menggali Lebih dalam tentang Tempat Penampungan Hewan
« First Previous page 23 of 27 Next Last »