Pertanian

Menengok Keasrian dan Produksi Kebuh Teh Tertinggi Kedua di Dunia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Hamparan hijau perkebunan teh yang memanjakan mata dengan alunan embusan udara sejuk menjadi pereda rasa pegal setelah menempuh perjalanan jauh.

Perjalanan darat yang melelahkan selama hampir 12 jam dari Kota Jambi terbayar dengan keindahan perkebunan teh yang terletak di kaki Gunung Kerinci.

Perkebunan teh di Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi, menjadi surga sekaligus merupakan anomali, di provinsi Sumatera bagian timur yang terkenal dengan hasil produksi sawit maupun batu bara ini.

Perkebunan yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) atau PTPN VI sejak 1996 ini terletak di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut dan menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah perkebunan Darjeeling Tea di Himalaya, India.

PTPN VI mendapatkan kepercayaan untuk mengelola kebun unit usaha Kayu Aro yang seluruhnya mempunyai luas hampir mencapai 3.014,6 hektare (HGU), mencakup kebun teh seluas 2.126,48 hektare dan kopi kurang lebih 500 hektare.

Suasana asri ikut menyambut kehadiran Tim Antara ketika berkunjung untuk melihat proses pemotongan daun teh di perkebunan yang telah termasyhur sejak era pemerintahan Hindia Belanda ini.

Dalam kesempatan itu, pemotongan daun teh dilakukan di kebun teh Desa Sungai Arang dalam cuaca pagi hari yang menjadi karakteristik iklim di dataran tinggi, yaitu dingin nan berkabut.

Manager Unit Usaha Kayu Aro PTPN VI Fahran turut menjelaskan bahwa proses pemetikan daun teh saat ini lebih banyak menggunakan mesin pemotong dan sudah jarang memanfaatkan tenaga manusia.

Dengan alasan kendala peminatan kerja, efisiensi, dan kecepatan, pemotongan daun teh dilakukan oleh mesin yang dikelola oleh satu grup berisi lima orang, dengan area pemangkasan seluas 1,1 hektare per hari.

"Sekarang lulusan SMA sudah tidak mau melakukan pemetikan. Mekanisasi itu juga untuk meng-handle kekurangan orang," katanya.

Dalam kondisi berangin dengan suhu mencapai 19 derajat celcius, grup pemangkas tersebut dengan cekatan memotong pucuk daun, dalam barisan tanaman yang mempunyai lebar masing-masing 1-2 meter, secara bolak-balik.

Pengelola kebun tercatat mempunyai 317 tenaga pemangkas yang sebagian besar merupakan penduduk setempat, dengan masing-masing pekebun dalam grup mendapatkan rata-rata jatah pemotongan kurang lebih 0,23 hektare atau 2.300 meter persegi.

Penimbangan berat langsung dilakukan di tempat, setelah pucuk daun teh terkumpul dalam puluhan karung, masing-masing seberat 15-20 kilogram. Penimbangan lanjutan juga dilaksanakan di pabrik mengingat adanya penyusutan berat.

"Ini harus cepat masuk pabrik, kalau menunggu semua, sudah rusak, 2 jam petik harus segera ditimbang, tidak boleh lebih dari 3 jam. Karena itu tidak bisa jarak jauh, maka pabrik ada di sini juga," ujar Fahran.

Untuk menjaga kualitas tanaman, kebun juga mendapatkan perawatan secara berkala agar teh dapat tumbuh dengan baik dan kualitasnya terjaga, salah satunya melalui pemupukan secara rutin.

Asisten Kepala Wilayah I Unit Usaha Kayu Aro Abdul Rahman Darma Putra memastikan pemupukan ataupun perawatan daun teh dilakukan 10 hari sebelum pemetikan melalui metode penyemprotan.

"Kalau pupuk tanah juga sudah ada, sesuai rekomendasi satu tahun tiga kali. Kita juga melakukan penyemprotan untuk mencegah munculnya blister blight, penyakit cacar daun teh," ujarnya.

Seusai kegiatan pemangkasan dan penimbangan, maka daun teh hasil pemotongan langsung dibawa ke pabrik yang terletak tidak jauh dari perkebunan untuk menjalani proses pengolahan.

Pabrik

Tidak diketahui alasan pasti Belanda membuka perkebunan di Kerinci, yang merupakan wilayah terpencil pada masanya, selain karena dataran tinggi merupakan tempat yang baik untuk menghasilkan teh bermutu prima.

Meski demikian, jejaknya bisa ditelusuri dari awal pembukaan kebun teh oleh perusahaan swasta Belanda yang beroperasi di Amsterdam yaitu NV. HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam) pada tahun 1920.

Setelah itu, penanaman teh di Kayu Aro dimulai pada 1923 dan pabrik pengolahan teh, tidak jauh dari area perkebunan, dibuka dua tahun kemudian, pada 1925, yang masih bertahan hingga saat ini.

Pada tahun yang sama, pemerintahan Hindia Belanda juga membuka jalan darat seiring dengan perluasan lahan perkebunan, khususnya akses menuju pelabuhan Teluk Bayur di Padang yang terletak sekitar 300 kilometer arah utara Kayu Aro.

Sisa-sisa kejayaan kolonial dalam membangun jalan di jalur pegunungan itu terlihat dengan kehadiran stoomwals atau mesin penggilas jalan bertenaga uap buatan Jerman tahun 1923 yang saat ini menjadi koleksi pabrik.

Dalam foto kuno tahun 1930 yang terpajang di salah satu ruangan pabrik, terlihat bangunan pabrik pengolahan yang sudah kokoh berdiri dan beroperasi penuh, dengan beberapa mobil Buick milik pembesar Hindia Belanda ikut terparkir.

Keberadaan pabrik seluas 3 hektare yang berusia nyaris seabad ini sangat krusial untuk mengolah hasil teh secara cepat, mengingat penggarapan harus dilakukan sebelum adanya penyusutan daun teh.

Fahran mengatakan pabrik--memiliki bentuk bangunan yang tidak mengalami perubahan berarti sejak era kolonial--telah menghasilkan rata-rata 5.000 ton produksi teh kering per tahun.

Ia memastikan salah satu upaya menjaga kualitas produk adalah dengan memastikan mesin penggiling selalu layak jalan dan tidak mengalami kerusakan, melalui perawatan berkala setiap minggu.

Selain itu, bahan baku atau hasil potongan daun harus dipastikan dalam kondisi yang baik dan tidak terkena penyakit tanaman seperti blister blight atau penyakit cacar daun teh.

Tidak hanya itu, ia juga menegaskan pelatihan operator mesin maupun tester produk jadi terus dilakukan untuk memperkuat keterampilan sumber daya manusia (SDM) di pabrik agar hasil akhir produk tetap bermutu tinggi.

"Kita sekarang juga tinggal melakukan intensifikasi karena pengembangan areal (tanam) sudah tidak lagi. Jadi upaya menjaga bahan baku itu harus dilakukan agar hasilnya juga bagus," kata Fahran.

Dengan pembenahan secara berkelanjutan, tidak mengherankan pabrik ini menghasilkan produksi teh hitam alami berkualitas tinggi dan layak ekspor yang kualitasnya sudah terjaga selama bertahun-tahun.

Pengolahan teh hitam dilakukan menggunakan metode orthodox dengan cara-cara seperti proses pelayuan terlebih dulu, disusul penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi, hingga akhirnya terbentuk teh jadi.

Tidak hanya itu, pabrik juga menyiapkan pengolahan dengan sistem CTC (crush-tear-curl) yang mempunyai sifat penggulungan keras. Proses produksi ini akan menghasilkan teh yang menyerupai butiran-butiran kecil seperti kristal.

Pada saat yang sama, sejumlah truk terlihat parkir di halaman pabrik bersiap untuk mengirim produk teh olahan ke pelabuhan Belawan, Sumatera Utara, yang selanjutnya siap kirim ke pasar Eropa.

Potensi agrowisata

Selain perkebunan dan pabrik, PTPN VI juga mewarisi bangunan peninggalan masa kolonial seperti rumah administratur, sekolah maupun klub, termasuk penginapan dan kedai kopi yang dikelola oleh pihak ketiga.

Berbagai wasiat tersebut dapat dioptimalkan untuk menarik kunjungan wisatawan lebih banyak, mengingat kawasan ini mempunyai pemandangan dataran tinggi yang tidak kalah cantik dengan wisata gunung lainnya.

Salah satu potensi wisata yang dapat dikembangkan adalah kegiatan agrowisata dengan kehadiran beragam aktivitas di kawasan perkebunan yang dapat memperluas wawasan bagi para pengunjung.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno turut mendukung pengembangan destinasi agrowisata karena dapat memberikan dampak positif untuk kebangkitan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja bagi warga.

Beberapa manfaat dari pengelolaan wilayah agrowisata adalah adanya peningkatan konservasi lingkungan, kenaikan nilai estetika alam, peningkatan kegiatan ilmiah, kehadiran kawasan rekreasi dan pengembangan ekonomi masyarakat sekitar.

Pembangunan ekosistem agrowisata tersebut dapat dipadukan dengan wisata sejarah mengingat masih banyak peninggalan sisa kejayaan pengelolaan kebun di era kolonial yang bisa mengundang masuknya turis mancanegara.

Saat ini, Kayu Aro yang juga memiliki banyak homestay maupun tempat kuliner lainnya sangat berpotensi menjadi destinasi wisata nasional karena mempunyai sumber daya, keramahan penduduk, atraksi serta keunikan tersendiri.

Selain perkebunan, kegiatan wisata alam yang ada di wilayah ini adalah wisata bukit cinta di Desa Mekar Sari, Bukit Tirai Embun, air terjun Telun Berasap serta aktivitas mendaki Gunung Tujuh atau Gunung Kerinci.

Namun, satu-satunya jalan darat terdekat melalui Padang, Sumatera Barat dengan jarak tempuh sekitar 300 kilometer selama enam jam untuk menuju Kayu Aro, menjadi persoalan tersendiri.

Kesibukan di Bandara Depati Parbo (sekitar 40 kilometer di selatan Kayu Aro) yang masih terhenti karena pandemi, turut menjadi alasan gairah pariwisata di wilayah Kabupaten Kerinci belum tergali secara optimal.

Tentunya, dibutuhkan sinergi para pemangku kepentingan terkait antara pemerintah pusat, daerah, BUMN, BUMD maupun swasta agar wisatawan kembali hadir menikmati suasana di kaki Gunung Kerinci yang indah.

Karena dampak positifnya tidak hanya memengaruhi kenaikan pendapatan asli daerah (PAD), tetapi juga melancarkan denyut nadi perekonomian lokal serta kehidupan masyarakat sekitar di Kayu Aro.

Sumber: https://www.antaranews.com/

Selengkapnya
Menengok Keasrian dan Produksi Kebuh Teh Tertinggi Kedua di Dunia

Pertanian

Mengenal Sejarah tentang Teh

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Teh (Inggris: tea, Belanda: thee) (Hanzi: 茶; Pinyin: chá; Pe̍h-ōe-jī: ) adalah minuman yang mengandung kafeina, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi empat kelompok: teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih.

Istilah "teh" juga digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh, misalnya teh rosehip, camomile, krisan, dan jiaogulan. Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh herbal.

Teh merupakan sumber alami kafeina, teofilin, dan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Cita rasa agak pahit dari teh merupakan kenikmatan tersendiri dari teh.

Teh bunga dengan campuran kuncup bunga melati yang disebut teh melati atau teh wangi melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun, masih jauh di bawah negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar nomor lima di dunia.

Sejarah

Negeri Tiongkok adalah tempat lahir teh. Di sanalah pohon teh Tiongkok (Camellia sinensis) ditemukan dan berasal, tepatnya di provinsi Yunnan, bagian barat daya Tiongkok. Iklim Yunnan yang tropis dan subtropis, yaitu hangat dan lembap menjadi tempat yang sangat cocok bagi tanaman teh. Yunnan memiliki banyak hutan purba, bahkan ada tanaman teh liar yang berumur 2.700 tahun. Selebihnya tanaman teh yang ditanam yang mencapai usia 800 tahun juga ditemukan di tempat ini.

Sebuah legenda, salah satu bentuk dokumentasi yang paling tua, menceritakan bahwa Shennong yang menjadi cikal bakal pertanian dan ramuan obat-obatan, juga yang menjadi penemu teh. Dikatakan dalam bukunya bahwa dia secara langsung mencoba banyak ramuan herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang dicoba. Hidupnya berakhir karena ia meminum ramuan yang beracun dan tidak sempat meminum teh pemunah racun menyebabkan organ dalam tubuhnya meradang.

Teh Cina pada awalnya memang digunakan untuk bahan obat-obatan (abad ke-8 SM). Orang-orang Tiongkok pada waktu itu mengunyah teh (770 SM–476 SM) mereka menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Teh juga sering kali dipadukan dengan ragam jenis makanan dan racikan sup.

Pada zaman pemerintahan Dinasti Han (221 SM–8 M), teh mulai diolah dengan pemrosesan yang terbilang sederhana (dibentuk membulat, dikeringkan, dan disimpan) dan dijadikan sebagai minuman dengan cara diseduh dan dikombinasikan dengan ramuan lain (misalnya jahe) dan kebiasaan ini melekat kuat dengan kebudayaan masyarakat Tiongkok. Lebih jauh lagi, teh digunakan sebagai tradisi dalam menjamu para tamu. Setelah zaman Dinasti Ming, banyak ragam jenis teh kemudian ditemukan dan ditambahkan. Teh yang populer nantinya ini banyak dikembangkan di daerah Kanton (Guangdong) dan Fukien (Fujian).

Kebiasaan minum teh pun menyebar, bahkan melekat erat pada setiap lapisan masyarakat. Pada tahun 800 M, Lu Yu menulis buku berjudul Ch'a Ching yang mendefinisikan tentang teh. Lu Yu adalah seorang anak yatim yang dibesarkan oleh cendekiawan Pendeta Buddha di salah satu biara terbaik di Tiongkok. Sebagai seorang pemuda, dia acap kali melawan disiplin pendidikan kependetaan yang kemudian membuatnya memiliki daya pengamatan yang baik, performasinya pun meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, dia merasa hidupnya hampa dan tidak bermakna.

Setelah setengah perjalan hidupnya, dia pensiun selama 5 tahun untuk mengasingkan diri. Dengan riwayat hidup dan perjalanan yang pernah disinggahinya, dia merekam beragam metode dalam bertanam dan mengelola teh ala Tiongkok Purba.

  • Perjalanan teh ke Jepang

Di Jepang, konsumsi teh menyebar melalui kebudayaan Tiongkok yang akhirnya menjangkau setiap aspek masyarakat. Bibit teh dibawa ke Jepang oleh seorang pendeta Buddha bernama Yeisei yang melihat bahwa teh Cina mampu meningkatkan konsentrasi saat bermeditasi. Dia dikenal sebagai bapak teh di Jepang, karena muasal inilah, teh Jepang erat kaitannya dengan Zen Buddhisme. Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat Jepang. Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam upacara teh Jepang (Cha-no-yu atau air panas untuk teh). Upacara ini membutuhkan latihan yang panjang, bahkan hingga bertahun-tahun. Ritual cha-no-yu adalah menjunjung tinggi kesempurnaan, kesopanan, pesona, dan keanggunan.

  • Perjalanan teh ke Barat

Budaya mengonsumsi teh yang sudah dilakukan di Tiongkok dan Jepang ternyata menjadi buah bibir di Eropa. Kelompok kafilah bahkan mendengar bagaimana orang-orang mengonsumsi teh dan mendapatkan informasi yang samar. Lucunya, mereka mendengar bahwa teh diseduh, digarami, diberi mentega, dan kemudian dimakan. Orang Eropa yang secara personal menemukan teh dan kemudian menulis tentangnya adalah biarawan Yesuit Jasper de Cruz pada tahun 1560.

Portugis menjalin hubungan dagang dengan Tiongkok, mengembangkan jalur dagang dengan mengapalkan teh ke Lisbon dan kemudian kapal-kapal Belanda berangkat ke Prancis, Belanda, dan negara-negara Baltik. Teh kemudian makin populer di dunia Barat.

Teh singgah di Eropa pada zaman Elizabeth I dan kemudian menjadi tren dalam masyarakat Belanda. Teh menjadi minuman yang mahal pada waktu itu (lebih dari $100 per pon), sehingga para pedagang teh mendapatkan kemakmuran darinya. Masyarakat Belanda sangat menggemari teh dan konsumsi teh pun meningkat pesat, meskipun demikian banyak yang mempertanyakan manfaat teh dan berbagai dampak negatif lainnya. Apa pun itu, masyarakat pada umunya tidak lagi mempermasalahkan atau terpengaruh dan kembali menikmatinya. Teh menjadi bagian dari masyarakat di Eropa dan ragam kombinasi konsumsi teh pun dicoba, seperti mencampurkannya dengan susu. Pada masa itu pun, teh disajikan pertama kali di restoran. Kedai minuman pun memberikan perkakas teh portabel lengkap disertai alat pemanasnya.

Teh pun sangat populer di Prancis, tetapi tidak berlangsung lama (kurang lebih 15 tahun), dan kemudian digantikan popularitasnya dengan minuman yang memiliki daya tarik yang lebih kuat seperti anggur, kopi, dan coklat.

Pada tahun 1650, orang-orang Belanda sangat aktif dalam perdagangan sampai pada dunia Barat. Peter Stuyvesant yang membawa teh Cina ke Amerika pertama kali untuk koloninya (kini New York).

  • Introduksi teh ke Indonesia

Teh diintroduksikan dari Jepang oleh orang Jerman, Andreas Cleyer pada 1664 dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada 1827, teh dibudidayakan dalam skala besar di Kebun Percobaan Cisurupan, Jawa Barat. Selanjutnya, teh mulai berkembang di Jawa. Setelah itu Camellia sinensis var. assamica (Masters) tipe Chang dibawa oleh Rudolf Edward Kerkhoven pada 1877 ke Jawa dari Sri Lanka (Ceylon) dan ditanam di Gambung, bagian selatan Kabupaten Bandung, Jawa Barat (sekarang menjadi Pusat Penelitian Teh dan Kina Indonesia) (Sriyadi et al., 2012).

Pengolahan dan pengelompokan

Setelah dipetik, daun teh segera layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan. Proses pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang sudah ditentukan.

Pengolahan daun teh sering disebut sebagai fermentasi, walaupun sebenarnya penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsinogenik.

Berikut ini pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:

  • Teh putih

Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.

  • Teh hijau

Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut gun powder).

Oolong

Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2–3 hari.

  • Teh hitam

Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Lanka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi, dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara Hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah teh merah karena air teh sebenarnya berwarna merah. Barat menyebutnya teh hitam karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis: ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh crush, tear, curl yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pascaproduksi sesuai standar Orange Pekoe.

  • Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)

Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: mentah dan matang. Teh pu-erh mentah bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga matang. Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh matang dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh mentah yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh matang dibuat dengan mengontrol kelembapan dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil, atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Makin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi makin enak. Teh pu-erh mentah kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih sering kali hingga 5 menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula, dan garam.

Teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya untuk kesehatan. Teh hijau dan teh pu-erh sering digunakan untuk diet. Orang juga sering menghubung-hubungkan teh dengan keseimbangan yin yang. Teh hijau cenderung yin, teh hitam cenderung yang, sedangkan teh oolong dianggap seimbang. Teh pu-erh yang berwarna cokelat dianggap mengandung energi yang dan sering dicampur bunga seruni yang memiliki energi yin agar seimbang.

Ramuan teh

Sebagian besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang membuat campuran (blend) yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.

Teh melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembapan agar harum melati dapat menempel pada daun teh.

Komposisi

Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafeina (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin, dan teobromin dalam jumlah sedikit.

Teh dalam berbagai bahasa

Aksara Hanzi untuk teh adalah 茶, tetapi diucapkan berbeda-beda dalam berbagai dialek bahasa Tionghoa. Penutur bahasa Hokkien asal Xiamen menyebutnya sebagai te, sedangkan penutur bahasa Kantonis di Guangzhou dan Hong Kong menyebutnya sebagai cha. Penutur dialek Wu di Shanghai dan sekitarnya menyebutnya sebagai zoo.

Berikut ini istilah-istilah teh: bahasa Afrikaans (tee), bahasa Armenia, bahasa Katalan (te), bahasa Denmark (te), bahasa Belanda (thee), bahasa Inggris (tea), bahasa Esperanto (teo), bahasa Estonia (tee), bahasa Faroe (te), bahasa Finlandia (tee), bahasa Prancis (thé), bahasa Frisia (tee), bahasa Galicia (), bahasa Jerman (Tee), bahasa Indonesia(teh), bahasa Ibrani (תה, /te/ atau /tei/), bahasa Hungaria (tea), bahasa Islandia (te), bahasa Irlandia (tae), bahasa Italia (), bahasa Latin (thea), bahasa Latvia (tēja), bahasa Melayu (teh), bahasa Norwegia (te), bahasa Polandia (herbata dari bahasa Latin herba thea), bahasa Gaelik-Skotlandia (teatha), bahasa Sinhala, bahasa Spanyol (), bahasa Swedia (te), bahasa Tamil (thè), bahasa Wales (te), dan bahasa Yiddish (טיי, /tei/).

Bahasa yang menyebut "teh" mengikuti sebutan cha atau chai: bahasa Albania (çaj), bahasa Arab (شَاي), bahasa Bengali (চা), bahasa Bosnia (čaj), bahasa Bulgaria (чай), bahasa Kapampangan (cha), bahasa Cebuano (tsa), bahasa Kroasia (čaj), Bahasa Ceko (čaj), bahasa Yunani (τσάι), bahasa Hindi (चाय), bahasa Inggris Britania (charchai, sudah jarang dipakai)*, bahasa Jepang (茶, ちゃ, cha), bahasa Korea (차), bahasa Makedonia (čaj), bahasa Malayalam, bahasa Nepal (chai), bahasa Persia (چاى), bahasa Punjabi (ਚਾਹ), bahasa Portugis (chá), bahasa Rumania (ceai), bahasa Rusia, (чай, chai), bahasa Serbia (чај), bahasa Slowakia (čaj), bahasa Slovenia (čaj), bahasa Swahili (chai), bahasa Tagalog (tsaa), bahasa Thai (ชา), bahasa Tibet (ja), bahasa Turki (çay), Bahasa Ukraina (чай), bahasa Urdu (چاى), dan bahasa Vietnam (trà atau chè).

Kemasan

  • Teh celup

Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tetapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.

  • Teh saring

Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk membuat teh dalam kuantitas banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh celup.

  • Teh seduh (daun teh)

Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.

  • Teh yang dipres

Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.

  • Teh stik

Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.

  • Teh instan

Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tetapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan, atau dicampur susu bubuk.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org/

Selengkapnya
Mengenal Sejarah tentang Teh

Pertanian

Digitalisasi dan Mekanisasi Jadi Masa Depan Perkebunan Indonesia

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian BUMN mengapresiasi implementasi digitalisasi berbasis Internet of Things, mekanisasi, dan kebijakan operasional berbasis keberlanjutan melalui dekarbonisasi yang dilakukan Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam menjalankan operasional perusahaan yang bergerak di komoditas sawit.

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mochamad Edy Yusuf dan Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN Faturohman menyatakan masa depan industri perkebunan kelapa sawit adalah berbasis teknologi, mekanisasi, dan keberlanjutan.

"Masa depan perkebunan sawit nasional adalah seperti yang dilaksanakan Holding Perkebunan ini," kata Edy saat kunjungan kerja ke PTPN IV PalmCo Regional 3 Provinsi Riau dikutip Minggu (11/2/2024).

Pabrik kelapa sawit (PKS) dan pembangkit tenaga biogas (PTBg) Sei Pagar menjadi lokasi pertama mengawali kunjungan kerja perdana di tahun 2024 ini. Di sana, mereka menyaksikan langsung aplikasi besutan Holding Perkebunan seperti Millena, Intank Control, CMMS, Simoli, dan lainnya yang memperkuat kinerja operasional perusahaan pada sektor off-farm.

Selain itu, tim juga menyaksikan langsung keberadaan PTBg co firing Sei Pagar, yang merupakan satu dari enam pembangkit tenaga biogas yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair sawit atau palm oil mill effluent (POME) di seluruh PTPN IV PalmCo Regional 3. Keberadaan PTBg tersebut menjadi bagian dari peningkatan nilai tambah perusahaan terutama dari penjualan by product seperti cangkang.

Sementara pada sektor on-farm, kombinasi IoT dan mekanisasi seperti sistem informasi berbasis geospasial atau GIS, Arfina, DFarming, NBex, AWS, dan lainnya turut meningkatkan efesiensi dan efektivitas operasional perusahaan.

"Sebagai perusahaan milik negara, PTPN terbukti advance dalam mengoptimalkan produksi melalui implementasi digitalisasi, mekanisasi, serta pendekatan dekarbonisasi yang efektif dan efesien, disamping tentu juga perlu terus menerus menjaga integritas" tuturnya.

Strategi Perusahaan

Direktur Produksi dan Pengembangan Holding Perkebunan Nusantara III (Persero) Mahmudi mengatakan strategi perusahaan yang terus berinovasi dalam mengimplementasikan digitalisasi, mekanisasi, dan pendekatan dekarbonisasi merupakan sebuah keharusan untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

"Tidak ada kata lain selain menjadikan inovasi sebagai budaya perusahaan. PTPN telah melaksanakan hal ini dan diimplementasikan dengan sangat baik. Di sini adalah contohnya, ketika inovasi memperkuat transformasi dan memberikan nilai positif bagi operasional perusahaan," urainya.

Ia berharap pendekatan digitalisasi dan mekanisasi yang diimplementasikan PTPN IV PalmCo Regional 3 menjadi contoh penerapan secara luas oleh regional untuk menjadi PTPN Juara.

Program Digitalisasi

Sementara itu, Region Head PTPN IV PalmCo Regional 3 Rurianto mengatakan perusahaan secara bertahap melaksanakan program digitalisasi sejak 2020 lalu dan ditargetkan terealisasi penuh atau fully integrated pada 2024 ini.

"Bidang perkebunan dan industri kelapa sawit selama ini dikelola secara konvensional, dan kini saatnya kita menjadi pionior untuk bertransformasi menuju modernisasi dengan memanfaatkan teknologi," kata Ruri.

Ia mengatakan langkah itu merupakan bagian dari transformasi perusahaan melalui penerapan Precision Farming guna mendukung pengelolaan perkebunan sawit sehingga mampu melakukan cost control, production control, dan fraud control secara efektif dan efisien.

Langkah itu juga sejalan dengan pelaksanaan Corporate Strategy, yaitu dengan Reducing Cost dan Increasing Value sehingga terbentuk Value Innovation. "Digitalisasi, mekanisasi, dekarbonisasi merupakan bagian penting dalam transformasi perusahaan. Di sini ada perjuangan untuk menata dan mentransformasi budaya. Dari yang terfragmentasi menjadi terintegrasi. Dari yang serba manual menjadi terdigitalisasi, lebih cepat dan akurat," paparnya.

Sumber: https://www.liputan6.com/

 

Selengkapnya
Digitalisasi dan Mekanisasi Jadi Masa Depan Perkebunan Indonesia

Pertanian

Wonogiri Jadi Penghasil Kopi sejak 1800-an, Awalnya dari Kebun di Bulukerto

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Wonogiri menjadi salah satu daerah penghasil kopi di Indonesia yang jika ditelusur sejarahnya sudah berlangsung selama ratusan tahun.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki banyak wilayah yang kaya dengan tanaman kopi dan produk kopi yang memiliki cita rasa khas, mulai dari kopi Aceh Gayo, kopi Toraja milik Sulawesi, kopi Kintamani dari daerah Bali, dan lain-lainnya.

Di Pulau Jawa, tanaman kopi tidak semelejit tanaman kopi daerah lain, namun bukan berarti Pulau Jawa tidak memiliki kopi khas. Salah satu kopi di Pulau Jawa yang mulai banyak didengar orang yaitu kopi Wonogiri.

Dilansir Indonesia.go.id, Wonogiri sebagai daerah penghasil kopi di masa lalu ditandai dengan penemuan ratusan pohon kopi jenis Libercia berusia tua di area hutan pinus Dusun Ngroto, Desa Sukoharjo, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri.

Ratusan pohon kopi ini ditemukan pada pertengahan Februari 2019. Keberadaan ratusan tanaman kopi di area hutan ini ternyata adalah peninggalan dari Kadipaten Mangkunegaran. Tetapi ternyata bukan di Tirtomoyo kebun kopi pertama di Wonogiri bermula, melainkan di Bulukerto.

Pada era 1800-an, wilayah Wonogiri khususnya daerah Kecamatan Bulukerto dipilih oleh Kadipaten Mangkunegaran untuk dijadikan sebagai pusat lokasi pembibitan dan pembudidayaan perkebunan kopi.

Laman resmi Pemerintah Kecamatan Girimarto, Wonogiri, kec.girimarto.wonogiri.go.id, menyebutkan wilayah Gondosini di Kecamatan Bulukerto, Wonogiri, menjadi tempat pembibitan kopi pada era kejayaan Kadipaten Mangkunegaran.

Melanjutkan Tradisi Menanam Kopi

Laman resmi Puro Mangkunegaran juga menyebutkan penanaman kopi dimulai pada 1814 dengan bibit kopi yang diperoleh dari kebun kopi di Gondosini. Saat itu, Pangeran Arya Gandakusuma masih menjabat sebagai patih di Kadipaten Mangkunegaran.

Setelah sang pangeran menduduki takhta dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunagoro IV, perkebunan kopi itu diperluas. Perluasan dilakukan ke wilayah Honggobayan, Keduwang, dan Karangpandan, di luar Kota Solo.

Dipilihnya daerah Wonogiri sebagai pusat pembibitan menandakan Wonogiri memiliki kapasitas mumpuni untuk menjadi penghasil kopi lokal yang berkualitas. Pengetahuan itu tak disia-siakan oleh warga Wonogiri yang kemudian melanjutkan tradisi menanam kopi.

Saat ini, komunitas setempat telah berupaya mengajak para petani kopi untuk mulai mencari pengetahuan tentang tanaman kopi. Hal itu supaya kualitas hasil panen kopi para petani dapat meningkat dan mendapat harga jual yang layak di pasaran.

Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, misalnya menjadi daerah yang memiliki ribuan tanaman kopi subur. Hal ini dilatarbelakangi kontur tanah Bulukerto yang terdiri dari perbukitan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.

Kopi Robusta

Di samping itu tanah Desa Conto menyimpan banyak pasokan air yang menjadikannya daerah ideal untuk tanaman kopi varietas Arabica. Dilansir jatengprov.go.id, kopi daerah Wonogiri telah menduduki posisi tiga besar di Provinsi Jawa Tengah dalam Penilaian Inovasi Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) Tahun 2023.

Kabupaten Wonogiri sebagai daerah penghasil kopi memiliki berbagai varietas, salah satunya kopi robusta. Laman dgip.go.id menyebut robusta Wonogiri ditanam di beberapa kecamatan.

Jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian antara 400-900 meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi ini berada di kebun atau lahan perkarangan milik warga dan hutan milik Perhutani.

Daerah persebaran kopi robusta Wonogiri ini antara lain di Girimarto, Jatipurno, Slogohimo, Bulukerto, Puhpelem, Krismantoro, Jatiroto, Karangtengah, dan Tirtomoyo. Beberapa tahun belakangan, berkat usaha keras para petani dan komunitas pencinta kopi, kopi Wonogiri terus berkembang.

Kopi tidak hanya dijual mentah ke pabrik, tapi juga diolah sendiri oleh para pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dengan kemasan yang menarik. Saat Lebaran 2023 lalu, kopi menjadi salah satu oleh-oleh yang banyak diburu pemudik atau pengunjung di Wonogiri. Coffee shop atau kafe di kawasan Wonogiri pun banyak yang menggunakan kopi lokal untuk menu sajian mereka.

Sumber: https://soloraya.solopos.com/

Selengkapnya
Wonogiri Jadi Penghasil Kopi sejak 1800-an, Awalnya dari Kebun di Bulukerto

Pertanian

Siswa Perkebunan? Memang apa saja yang Dipelajari di SMK Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Kalian tahu tidak kalau di SMK ternyata ada Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP). Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara agraris di mana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan perkebunan

Beragam upaya perlu dilakukan untuk mengembangkan keilmuan di bidang pertanian dan perkebunan salah satunya dengan menghadirkan Jurusan ATP pada jenjang SMK.

Apa itu Jurusan ATP? Secara garis besar jurusan ini ialah jurusan yang fokus pada pengembangan teknologi dalam bidang pertanian, perkebunan, dan pembibitan. Apakah hanya sebatas ini saja? Tentu tidak banyak hal-hal yang wajib dipelajari oleh siswa Jurusan ATP. Kira-kira apa saja yah materi yang wajib dimiliki dan dikuasai oleh siswa Jurusan ATP. Kali ini Guru Jurusan ATP SMKN 1 Matan Hilir, Radiansyah, akan memberitahu kita tentang materi wajib yang akan diterima oleh siswa Jurusan ATP.

Radiansyah menyampaikan bahwa ada dua jenis tanaman yang dipelajari dalam jurusan ini. Siswa kelas X Jurusan ATP akan belajar terkait tanaman holtikultura, seperti cabai, terong, dan tomat, sedangkan siswa kelas XI akan belajar terkait tanaman perkebunan seperti sawit, karet, dan kelapa.

“Hal pertama yang wajib didapatkan adalah dasar-dasar agribisnis tanaman. Siswa akan belajar tentang kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan mata rantai produksi, pengelolaan, dan pemasaran hasil produksi,” ucap Radiansyah.

Materi kedua yang akan dipelajari oleh siswa Jurusan ATP adalah pertanian berkelanjutan. Di sini siswa akan belajar tentang bagaimana cara mengelola sumber daya untuk kepentingan pertanian dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumber daya alam.

“Setelah itu siswa juga akan mempelajari tentang hama dan penyakit pada tanaman. Mungkin kita sering lihat tanaman yang tiba-tiba mati atau pun pertumbuhannya kurang maksimal nah itu bisa jadi karena tanaman tersebut terserang hama atau penyakit. Gangguan semacam ini bisa disebabkan karena kelainan genetis dan kondisi lingkungan. Nah, siswa belajar bagaimana menanggulanginya, bagaimana menggunakan pestisida, pengelolaan tanah agar tanaman bisa selamat dari serangan ini,” tutur Radiansyah.

Pada Jurusan ATP, siswa juga diajarkan tentang agripreneur dan peluang usaha dan kerja di lingkup pertanian. 

“Agripreneur ini merupakan seseorang yang menjalankan suatu usaha di lingkup pertanian dan di ATP itu sendiri siswa akan diajarkan cara memanajemen suatu usaha itu, mulai dari kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan produksi primer atau budidaya, pengolahan hingga proses pemasaran. Harapannya dengan ilmu ini dapat memberikan gambaran kepada siswa ketika mereka memutuskan untuk berwirausaha di bidang pertanian sehingga nanti usahanya bisa dikelola dengan baik dan bisa lancar,” kata Radiansyah.

Itu dia materi yang dipelajari oleh siswa Jurusan ATP, kedengarannya sangat menyenangkan. Lebih seru lagi kalau kalian bisa berkecimpung langsung di jurusan ini. Selain kalian bisa terjun belajar ke perkebunan kalian juga bisa menjadi salah satu agen perubahan untuk pertanian dan perkebunan di Indonesia. 

Sumber: https://www.vokasi.kemdikbud.go.id/

Selengkapnya
Siswa Perkebunan? Memang apa saja yang Dipelajari di SMK Jurusan Agribisnis Tanaman Perkebunan

Pertanian

Teknologi Pencitraan pada Layanan Kesehatan Hewan

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 25 Februari 2025


Era digital 4.0 menuntut manusia untuk terus berkembang dan hidup berdampingan dengan teknologi di berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan hewan. Hal ini mendorong manusia untuk menciptakan langkah strategi dan inovasi untuk peningkatan pelayanan kesehatan hewan. RSHP Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University telah mengembangkan layanan kesehatan hewan baru yang berbasiskan teknologi pencitraan. Teknologi pencitraan merupakan salah satu teknik yang dapat melihat bagian organ tubuh tanpa harus melakukan pembedahan atau sifatnya non invasif, misalnya penggunaan untuk melihat jantung, bayang-bayang hati, usus, dan organ tubuh lainnya.

Beberapa contoh teknologi pencitraan yang dapat digunakan untuk pelayanan kesehatan hewan adalah Rontgen atau X-ray yang memanfaatkan energi radiasi sinar-X, USG yang memanfaatkan gelombang suara frekuensi tinggi dan CT Scan dimana penggunaannya adalah dengan memasukan hewan ke alat CT Scan yang berbentuk seperti tabung. Teknologi CT Scan juga menggunakan energi radiasi sinar-X seperti pada rontgen. Sementara itu, Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Prof Drh Deni Noviana, PhD, DAiCVIM menjelaskan bahwa, “Teknologi pencitraan sangat bermanfaat untuk  mendiagnosis penyakit, peneguhan diagnosis dan perkembangan kesembuhan suatu pengobatan.” Ujarnya, Jumat (22/1).

Saat pemeriksaan pertama, biasanya dokter hewan akan memberikan dugaan penyakit pada hewan. Diagnosis dapat diteguhkan atau dipastikan dengan memanfaatkan teknologi pencitraan. Selain itu, teknologi pencitraan dapat dimanfaatkan untuk proses implantasi seperti pengamatan saat implantasi yaitu pengamatan organ dalam tubuh hewan apakah berfungsi dengan baik atau tidak, dan pengamatan pasca implantasi.

Sementara itu, IPB University terus mengembangkan teknologi pencitraan untuk peningkatan pelayanan kesehatan hewan yang prima dan menyesuaikan perkembangan dan kemajuan IPTEKS. Saat ini IPB University sudah memiliki alat rontgen, USG 2,3, dan 4 dimensi, USG warna, serta fluoroskopi. Alat-alat tersebut biasa digunakan  pada hewan besar, seperti Badak. Teknologi pencitraan tersebut sering digunakan untuk melihat bagaimana perkembangan organ reproduksi, sel telur, dan perkembangan anak. Selain itu juga sering digunakan untuk melihat bagaimana reproduksi mamalia laut seperti dugong dan lumba-lumba. Beberapa kasus penyakit yang paling banyak ditemukan dengan menggunakan USG pada kucing dan anjing adalah gangguan hepatobilier, gangguan sistem kardiovaskular, dan gangguan sistem reproduksi dan perkemihan.

Terdapat pelayanan Kardiologi Center Service (Pusat Pelayanan Jantung Hewan) yang didalamnya terdapat layanan kesehatan USG dan X-ray. Kedua layanan tersebut memiliki perbedaan manfaat yang digunakan untuk mengindikasi penyakit pada hewan. USG digunakan untuk melihat keadaan semua organ dalam hewan yang dapat memberikan gambaran struktur anatomi jantung secara langsung tanpa memasukkan alat ke dalam tubuh dan tanpa menyebabkan kerusakan kulit atau rongga tubuh. Namun, teknologi USG tidak dapat melihat kondisi tulang hewan yang cukup keras karena memiliki matriks kolagen  sebesar 85-90% dari protein tulang, protein non kolagen dan kalsium. Pemeriksaan tulang dan lubang pada paru-paru dapat dilakukan menggunakan teknologi X-ray. Prof Drh Deni Noviana, PhD, DAiCVIM juga menuturkan bahwa hampir semua organ bisa dicitrakan dengan teknologi pencitraan.

Selain beberapa layanan di atas, RSHP FKH IPB University juga mengembangkan layanan DIC (Diagnosis Imagine Center), pelayanan ini sangat efektif dan efisien karena pasien cukup melakukan rontgen di klinik terdekat kemudian gambar hasil rontgen dikirim dan akan dianalisa diagnosisnya oleh spesialis di RSHP FKH IPB University. Perlu diperhatikan dalam hal pengambilan gambar sehingga diagnosis dapat dilakukan secara tepat. RSHP FKH IPB University juga mengembangkan layanan Telemedicine yaitu konsultasi masalah kesehatan hewan dengan menggunakan teknologi komunikasi jarak jauh. Telemedicine  dapat dilakukan secara interaktif melalui voice call maupun video call.

Penggunaan teknologi pencitraan tidak boleh digunakan secara sembarangan dan  harus dilakukan dengan arif dan bijaksana yang aman baik bagi hewan, manusia dan lingkungan. Penggunaan teknologi ini telah diatur dan diawasi oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) dengan melakukan pengawasan terhadap instalasi nuklir, kebocoran radiasi, orang yang menggunakan alat serta kalibrasi alat. Sementara itu, BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) bertugas untuk mengadakan pelatihan dan menerbitkan SIM (Surat Izin Menggunakan). FKH IPB University mempunyai dua orang petugas proteksi radiasi (PPR). RSHP FKH IPB University aktif dalam menyebarluaskan informasi terkait fasilitas dan layanan melalui website, facebook, instagram dan youtube(Himasiera).

Pelatihan yang berkaitan:
1. CPD Online Diagnostik Ultrasonografi Jantung pada Anjing dan Kucing (Basic) 06 Februari 2021
2. Workshop Elektrokardiografi pada Anjing dan Kucing (Basic) 17 Februari 2021
3. Workshop Diagnostik Ultrasonografi Jantung pada Hewan Kecil (Basic) 18 Maret 2021
4. CPD Online Diagnostik Ultrasonografi Abdomen pada Hewan Kecil (Basic) 29 Mei 2021
5. Workshop Diagnostik Ultrasonografi Abdomen pada Hewan Kecil (Basic) 10 Juni 2021
6. Diagnostik Ultrasonografi Abdomen pada Hewan Kecil (Intermediate) 29 – 30 Juni 2021
7. Diagnostik Radiografi Thorak pada Hewan Kecil (Basic) 30 – 31 Juli 2021
8. Diagnostik Radiografi Abdomen pada Hewan Kecil (Basic) 17 – 18 September 2021
9. Paramedis: Tata Laksana Pengambilan Radiografi 29 – 30 September 2021

Sumber: https://blog.ipbtraining.com/

Selengkapnya
Teknologi Pencitraan pada Layanan Kesehatan Hewan
« First Previous page 13 of 27 Next Last »