Industri Otomotif

Monte Carlo Simulation for Reliability-Based Design of Automotive Complex Subsystems

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 28 Mei 2025


Mengapa Keandalan Otomotif Harus Dirancang, Bukan Diuji?

Industri otomotif saat ini menghadapi dua tantangan besar secara bersamaan: tekanan pasar yang makin kompetitif dan ekspektasi konsumen terhadap keselamatan dan keawetan produk yang semakin tinggi. Dalam konteks ini, desain produk tidak bisa lagi hanya mengejar performa, melainkan harus mempertimbangkan keandalan sejak tahap perencanaan.

Penelitian ini menawarkan pendekatan strategis: mengintegrasikan metode simulasi Monte Carlo ke dalam perancangan sistem otomotif yang kompleks, terutama pada tahap awal desain. Fokus utama bab ini adalah membuktikan bahwa prediksi kegagalan tidak hanya bisa dilakukan di laboratorium atau lapangan, tetapi juga di atas meja kerja desain, dengan bantuan data, pemodelan, dan pendekatan statistik yang akurat.

Latar Belakang: Mengapa 80% Masalah Produk Berasal dari Desain?

Menurut Bhote & Bhote (2004), sekitar 80% dari masalah kualitas dan 90% kegagalan di lapangan bermula dari kesalahan desain. Lebih dari itu, sekitar 70–75% biaya produk dipengaruhi oleh keputusan desain. Ini artinya: jika ingin sistem kendaraan yang lebih aman dan tahan lama, investasi terbesar seharusnya ada di tahap desain, bukan pada perbaikan setelah produk jadi.

Namun, untuk bisa merancang dengan pendekatan berbasis keandalan (Design for Reliability), para insinyur membutuhkan alat bantu prediktif—dan di sinilah Monte Carlo Simulation memainkan peran penting.

Apa Itu Monte Carlo Simulation dan Bagaimana Menerapkannya di Otomotif?

Monte Carlo Simulation (MCS) adalah metode statistik berbasis sampling acak, digunakan untuk memperkirakan kemungkinan keluaran dari suatu sistem kompleks dengan ketidakpastian tinggi. Dalam konteks otomotif, MCS digunakan untuk:

  • Memodelkan distribusi kegagalan komponen
  • Menyimulasikan performa sistem dalam berbagai kondisi ekstrem
  • Menentukan tingkat keandalan dan lifetime produk secara probabilistik

Pada penelitian ini, MCS diterapkan dalam konteks sistem kopling gesekan kering (dry friction clutch), dengan pendekatan berlapis mulai dari Failure Mode and Effects Analysis (FMEA), penyesuaian data kegagalan berdasarkan kondisi lingkungan, hingga pemodelan Reliability Block Diagram (RBD).

Rangkaian Pendekatan: Dari FMEA ke Simulasi Probabilistik

1. FMEA sebagai Titik Awal

Sebelum melakukan simulasi, tim peneliti melakukan analisis FMEA untuk mengidentifikasi potensi titik lemah dari sistem. FMEA membantu memprioritaskan mode kegagalan mana yang paling kritikal dan harus difokuskan dalam simulasi.

2. Penyesuaian Data Kegagalan

Data statistik historis digunakan sebagai dasar, namun disesuaikan dengan multiplicative correction factors untuk memperhitungkan variabel seperti:

  • Lingkungan operasi (suhu, kelembapan)
  • Beban mekanis
  • Variasi kualitas material

Langkah ini penting karena data kegagalan yang tidak disesuaikan bisa menghasilkan prediksi yang bias.

3. Pemodelan RBD (Reliability Block Diagram)

Sistem otomotif kompleks—seperti kopling gesekan—dimodelkan sebagai rangkaian blok fungsional. Setiap blok merepresentasikan komponen dengan reliabilitas masing-masing, dan hubungan antarblok mencerminkan struktur fungsional sistem. Ini menjadi dasar dari simulasi Monte Carlo selanjutnya.

4. Simulasi Monte Carlo

Simulasi dijalankan secara iteratif untuk memprediksi distribusi waktu kegagalan, reliabilitas sistem keseluruhan, dan efek perubahan konfigurasi atau kualitas komponen terhadap output keandalan.

Studi Kasus: Perbaikan Keandalan Sistem Kopling Gesekan

Salah satu kontribusi terbesar dari studi ini adalah penerapan metode tersebut pada sistem kopling kering. Komponen utama yang dianalisis adalah friction lining—lapisan gesek utama yang mengalami keausan akibat tekanan dan panas.

Dengan meningkatkan kualitas material dan metode manufaktur pada friction lining:

  • Tingkat keandalan meningkat secara signifikan
  • Estimasi umur sistem menjadi lebih panjang dan stabil
  • Probabilitas kegagalan dini menurun drastis

Hasil ini membuktikan bahwa bahkan peningkatan pada satu komponen bisa berdampak besar terhadap keseluruhan sistem, jika dipandu oleh simulasi berbasis data.

Nilai Tambah: Apa yang Bisa Dipelajari dari Studi Ini?

Integrasi Teknik dan Statistik

Penelitian ini menyatukan teknik desain, pemodelan sistem, dan statistik prediktif dalam satu rangkaian alur. Ini menciptakan pendekatan lintas-disiplin yang bisa diterapkan tidak hanya di otomotif, tapi juga di industri pesawat, manufaktur alat berat, dan sistem transportasi cerdas.

Efisiensi Biaya Sejak Awal

Dengan memperkirakan kemungkinan kegagalan sejak tahap desain, perusahaan dapat menghemat biaya:

  • Pengujian lapangan yang mahal
  • Perbaikan pasca-produksi
  • Kompensasi garansi dan penarikan produk (recall)

Dukungan terhadap Tren Keberlanjutan

Desain yang lebih andal berarti produk lebih tahan lama, sehingga mengurangi limbah dan konsumsi sumber daya alam—faktor penting dalam kerangka ESG (Environmental, Social, Governance).

Kritik dan Analisis Tambahan

Asumsi Linieritas

Meskipun penyesuaian data dilakukan, model ini tetap mengasumsikan linieritas antara faktor koreksi dan tingkat kegagalan. Dalam kenyataannya, hubungan ini bisa non-linier atau bahkan multi-variasi.

Keterbatasan Dataset

Validitas simulasi sangat bergantung pada kualitas data input. Jika data FMEA atau kegagalan historis tidak lengkap atau tidak akurat, maka hasil simulasi bisa menyesatkan.

Minim Studi Eksperimental

Studi ini sangat kuat secara konseptual dan numerik, namun kurang menyertakan data uji eksperimental sebagai validasi simulasi di lingkungan nyata.

Perbandingan dengan Penelitian Serupa

Studi oleh Zio dan Pedroni (2010) juga mengembangkan metode Monte Carlo untuk sistem teknik kompleks, namun fokus mereka pada infrastruktur energi dan bukan sistem mekanis mikro seperti kopling otomotif. Perbedaan ini memperlihatkan fleksibilitas MCS yang dapat diterapkan di berbagai domain, dari nuklir hingga otomotif.

Sementara itu, Liu et al. (2021) menggunakan MCS untuk mengevaluasi sistem elektronik GNSS receiver, dengan struktur yang lebih digital dan sirkuit paralel, bukan sistem mekanik berbasis friksi.

Implikasi Praktis di Industri Otomotif Modern

Desain Sistem Transmisi

Simulasi Monte Carlo dapat diterapkan pada desain kopling otomatis, transmisi dual-clutch, hingga sistem gear electric vehicle (EV) untuk memprediksi keausan dan umur pakai.

Prediktif Maintenance

Integrasi hasil simulasi ke dalam sistem pemantauan kendaraan (IoT/telemetri) dapat menghasilkan algoritma pemeliharaan prediktif berbasis real-time.

Digital Twin Otomotif

Penggunaan MCS sebagai inti dari digital twin memungkinkan perancang memprediksi respons sistem terhadap skenario ekstrem sebelum kendaraan diproduksi secara massal.

Kesimpulan: Desain Otomotif Masa Depan Harus Berdasarkan Probabilitas, Bukan Perasaan

Bab ini menunjukkan bahwa era intuisi dalam desain otomotif sudah saatnya digantikan oleh era simulasi berbasis probabilistik. Dengan menggunakan Monte Carlo sebagai jembatan antara data dan keputusan desain, industri otomotif bisa menciptakan produk yang lebih tahan lama, hemat biaya, dan terpercaya.

Pesannya jelas: reliabilitas bukanlah sesuatu yang diuji setelah desain selesai, tetapi sesuatu yang harus dibangun dari awal—dan disimulasikan berkali-kali sebelum produk dibuat.

Sumber

Hejazi, Taha-Hossein & Hejazi, Amirmohsen. (2017). Monte Carlo Simulation for Reliability-Based Design of Automotive Complex Subsystems. Dalam Advances in Mechatronics and Mechanical Engineering. IGI Global.
DOI: 10.4018/978-1-5225-1639-2.ch009

Selengkapnya
Monte Carlo Simulation for Reliability-Based Design of Automotive Complex Subsystems

Industri Otomotif

Perencanaan Pemeliharaan Jalur Produksi Otomotif Berbasis Evaluasi Keandalan Operasional.

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 27 Mei 2025


Pendahuluan

Seiring transformasi menuju industri 4.0, tantangan dalam menjaga keandalan operasional sistem manufaktur menjadi semakin kompleks. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah industri otomotif, di mana downtime sekecil apa pun dapat menyebabkan kerugian besar dan gangguan rantai pasokan. Dalam konteks inilah, makalah karya Soltanali et al. (2019), yang berjudul Operational reliability evaluation-based maintenance planning for automotive production line, menawarkan pendekatan menyeluruh yang memadukan metode statistik dan simulasi Monte Carlo untuk merancang strategi pemeliharaan berbasis keandalan.

Tantangan Keandalan dalam Lini Produksi Otomotif

Produksi otomotif melibatkan ribuan komponen dan subsistem yang harus bekerja secara sinkron. Salah satu sistem kritikal yang dievaluasi dalam studi ini adalah fluid-filling system, yang mencakup subsistem seperti:

  • Hydraulic-pneumatic circuit
  • Electrical circuit
  • Filling head set

Setiap subsistem memiliki komponen-komponen vital, seperti pompa vakum, ABS, starter, mini-valves, coupling, dan O-rings & seals. Kegagalan satu komponen saja dapat mengakibatkan terhentinya seluruh lini produksi.

Metodologi Evaluasi Keandalan

1. Struktur Statistik

Penilaian keandalan dimulai dari pengumpulan data gangguan nyata dari sistem manajemen pemeliharaan terkomputerisasi (CMMS) di pabrik otomotif Iran. Data tersebut mencakup frekuensi, waktu antar gangguan (time between failure atau TBF), dan waktu perbaikan.

Proses analisis mencakup:

  • Uji homogenitas dan tren: Menggunakan uji MIL-Hdbk-189 dan Laplace untuk menguji asumsi data independent and identically distributed (iid).
  • Pemodelan distribusi: Mayoritas data cocok dengan distribusi Weibull, menunjukkan tren peningkatan kegagalan (fase wear-out).
  • Estimasi parameter: Menggunakan pendekatan Maximum Likelihood Estimation (MLE).

2. Simulasi Monte Carlo

Metode simulasi berbasis algoritma Kamat dan Raily (K-R) digunakan untuk memprediksi keandalan sistem dengan pendekatan stokastik:

  • Melibatkan generasi waktu kegagalan acak berdasarkan distribusi parameter.
  • Menilai status fungsional subsistem pada setiap iterasi.
  • Mengulang proses hingga 3.000 kali untuk meminimalkan error prediksi.

3. Model Optimasi Interval Pemeliharaan

Model optimasi berbasis biaya total ekspektasi dihitung untuk menentukan interval pemeliharaan ideal. Biaya yang diperhitungkan meliputi:

  • Biaya inspeksi dan penggantian
  • Biaya downtime
  • Biaya kerugian produksi

Hasil dan Temuan Kunci

Statistik Keandalan

  • Subsystem dengan frekuensi kegagalan tertinggi: Filling head set (42%), Electrical circuit (35%), Hydraulic-pneumatic (23%).
  • TBF rata-rata:
    • Filling head set: 225 jam (setiap 9 hari)
    • Electrical: 336 jam (setiap 14 hari)
    • Hydraulic: 639 jam (setiap 26 hari)

Estimasi Parameter Weibull (contoh):

  • Mini-valves: Shape = 2.04, Scale = 1,090.67
  • Valves: Shape = 1.70, Scale = 4,474.96

Semakin besar parameter shape (>1), semakin besar laju kegagalan seiring waktu.

Simulasi Monte Carlo

  • Akurasi tinggi: Error simulasi hanya 1,59% untuk 3.000 iterasi.
  • Prediksi keandalan sangat dekat dengan model statistik.
  • Distribusi hasil lebih informatif (mean, deviasi, distribusi kumulatif).

Perencanaan Pemeliharaan Optimal

Berdasarkan ambang keandalan 85%, interval pemeliharaan ideal sebagai berikut:

  • Hydraulic-pneumatic circuit: Valves (1.000 jam), PCS (750 jam), Vacuum pump (716 jam)
  • Electrical circuit: Starter (230 jam), ABS (98 jam), Sensors (204 jam)
  • Filling head set: Mini-valves (460 jam), Coupling (550 jam), O-rings & seals (105 jam)

Jika keandalan ditingkatkan ke 90%, interval semakin pendek: misalnya ABS disarankan diperiksa tiap 65 jam.

Model Biaya Total

Untuk horizon 2.000 jam, total biaya ekspektasi minimum diperoleh pada:

  • Mini-valves: 4 kali inspeksi dengan biaya $52.09
  • Valves: 2 inspeksi, $23.43
  • Starter: 2 inspeksi, $63.91

Studi Kasus: O-rings & Seals

O-rings adalah komponen sederhana namun krusial. Dengan TBF minimum 1,5 jam dan bentuk distribusi yang menunjukkan kecenderungan wear-out, pemeliharaan harus difokuskan secara ketat. Kerusakan akibat korosi fluida, kesalahan operator, dan tekanan berulang menunjukkan perlunya pendekatan desain ulang dan pelatihan operator.

Implikasi Industri

Dampak Praktis:

  • Pengambilan keputusan berbasis data: Tidak lagi mengandalkan intuisi teknisi.
  • Efisiensi biaya: Biaya total turun drastis dengan optimasi interval.
  • Pencegahan kerusakan besar: Deteksi dini komponen lemah seperti ABS atau O-rings.

Potensi Integrasi Teknologi:

  • Penggabungan data dari sensor IoT untuk pemeliharaan prediktif.
  • Integrasi dengan sistem CMMS berbasis AI untuk otomatisasi jadwal.
  • Visualisasi simulasi untuk pelatihan teknisi dan manajemen.

Kritik dan Rekomendasi

Kelebihan Studi:

  • Kombinasi statistik dan simulasi yang saling melengkapi.
  • Fokus pada data operasional nyata, bukan hanya rancangan produk.
  • Pendekatan sistematis terhadap optimasi biaya dan keandalan.

Keterbatasan:

  • Tidak mempertimbangkan korelasi antar komponen.
  • Tidak ada pembahasan soal pemodelan kegagalan sistem non-seri.
  • Studi hanya dilakukan pada satu fasilitas otomotif (kasus Iran).

Rekomendasi Lanjutan:

  • Uji lapangan pada berbagai jenis lini produksi (SUV, EV, dll).
  • Pengembangan model pemeliharaan berbasis machine learning.
  • Ekspansi ke sistem modular atau berbasis jaringan (networked systems).

Kesimpulan

Studi ini menunjukkan bahwa evaluasi keandalan berbasis data statistik dan simulasi Monte Carlo bukan hanya layak, tetapi sangat efektif dalam meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan produksi otomotif. Dengan memperhitungkan frekuensi gangguan, parameter distribusi kegagalan, serta optimalisasi berbasis biaya dan keandalan, perusahaan dapat merancang interval pemeliharaan yang presisi, hemat, dan strategis.

Dalam era industri 4.0, integrasi metode ini dengan teknologi cerdas seperti AI dan IoT akan menjadi keharusan. Strategi pemeliharaan bukan lagi reaktif, tapi proaktif dan berbasis prediksi.

Sumber: Soltanali, H., Rohani, A., Tabasizadeh, M., Abbaspour-Fard, M.H., & Parida, A. (2019). Operational reliability evaluation-based maintenance planning for automotive production line. Quality Technology & Quantitative Management. https://doi.org/10.1080/16843703.2019.1567664

Selengkapnya
Perencanaan Pemeliharaan Jalur Produksi Otomotif Berbasis Evaluasi Keandalan Operasional.

Industri Otomotif

Penandatanganan 149 Skema Sertifikasi Nasional Pendidikan Vokasi dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 24 Maret 2025


KOMPAS.com – Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menandatangani 149 skema sertifikasi nasional pendidikan tinggi vokasi di lima bidang, Kamis (25/3/2021).

Kelima bidang tersebut adalah permesinan, konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, dan care service. Sertifikasi kompetensi sendiri menjadi salah satu poin paket Link And Match 8+i yang sedang diterapkan Ditjen Pendidikan Vokasi. Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto memaparkan, pendidikan vokasi dan industri harus menyusun kurikulum bersama, melaksanakan pembelajaran berbasis project riil dari industri, meningkatkan pengajar dari industri, magang, dan melaksanakan sertifikasi profesi.

“Skema sertifikasi yang sudah disusun bersama dan disepakati ini diharapkan nantinya ikut mengintervensi kurikulum dan pembelajaran di pendidikan vokasi,” ujar Dirjen Wikan dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (28/3/2021).

Adapun penyiapan skema sertifikasi untuk pendidikan D3 dan D4 mendapatkan apresiasi dari kalangan industri, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Hal tersebut menjadi tonggak sejarah baru karena baru kali pertama dilaksanakan.

Selain itu, penyusunan skema sertifikasi merupakan bukti “pernikahan” antara pendidikan vokasi dan industri. Plt. Direktur Bina Standardisasi, Kompetensi, dan Pelatihan Kerja Kemenaker Muchtar Aziz mengatakan, penandatangan 149 sertifikasi tersebut merupakan peristiwa bersejarah.

Oleh karena itu, kata dia, peristiwa tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa Indonesia dapat menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan berdaya saing melalui kolaborasi berbagai pihak, yakni pendidikan vokasi, industri, asosiasi profesi, serta kementerian terkait.

“Pertama saya menyampaikan apresiasi kepada Kemendikbud, terutama Ditjen Pendidikan Vokasi, karena saat ini saya menyaksikan momentum dalam perjalanan sejarah. Jika kita mencoba mengungkit kembali sejarah masa lalu, langkah ini sebenarnya merupakan obsesi yang sudah dirintis sejak zaman Orde Baru,” ujar Muchtar di sesi diskusi panel bersama Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud.

Kemenaker menilai, sertifikasi kompetensi merupakan sebuah pertaruhan kepercayaan. Keseriusan Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama Pendidikan Tinggi Vokasi (LSP P1 PTV) dalam memberikan sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa akan menentukan kepercayaan kalangan industri. Pasalnya, ketika lembaga sertifikasi tidak bisa melaksanakan uji kompetensi dan penilaian secara kredibel, reputasinya pun menjadi buruk di mata industri.

Muchtar menjelaskan, proses sertifikasi yang kredibel dapat dilihat dari asesor dan prosesnya. Ia pun mengingatkan agar lembaga sertifikasi internal tidak asal memberikan sertifikat.

“Di sinilah peranan BNSP penting dalam melakukan pengawalan terhadap proses sertifikasi, termasuk dari jenis skema sertifikasinya,” tutur Muchtar. Muchtar juga menyebut, kalangan industri pun harus mau memberikan rekognisi terhadap pemegang sertifikat kompetensi.

Pasalnya, selama ini kalangan industri hanya melihat latar pendidikan formal saat merekrut pekerja. Kalangan industri, imbuh Muchtar, juga dapat memberikan rekognisi lain berupa pembukaan kesempatan pengembangan karier bagi lulusan vokasi yang memegang sertifikat. Pihak Kemenaker, lanjutnya, sedang menjalankan kajian untuk meneliti kebutuhan kompetensi industri di masa pandemi Covid-19. Kajian ini juga untuk menjawab kebutuhan pekerja di masa depan.

Dari kalangan industri, Corporate Communication and CSR PT Trakindo Utama Candy Sihombing mengatakan, strategi yang dilakukan industri untuk mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas adalah dengan terlibat dalam proses pendidikan di politeknik. Hal tersebut diwujudkan melalui penyusunan kurikulum bersama, pengembangan skill, on the job training di industri, hingga terlibat langsung dalam proses penyusunan skema sertifikasi, khususnya di bidang alat berat.

“Kami ingin menjaga komitmen untuk terlibat dalam proses pembelajaran di pendidikan vokasi. Kami tidak ingin menunggu di ujung jalan, tetapi kami ingin jemput bola dari awal untuk memastikan kualitas calon tenaga kerja,” ucap Candy.

Sumber: nasional.kompas.com

Selengkapnya
Penandatanganan 149 Skema Sertifikasi Nasional Pendidikan Vokasi dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Tenaga Kerja

Industri Otomotif

Indonesia Dukung Investasi Volkswagen di Sektor Industri Sel Baterai untuk Kendaraan Listrik

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 21 Maret 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia kembali mendorong Volkswagen AG (VW) supaya dapat mewujudkan rencana investasi kendaraan bermotor di Indonesia.

Kali ini, komitmen yang diincar bukan lagi pada pembangunan pabrik mobil agar semakin kompetitif, melainkan sektor industri sel baterai di Indonesia.

Hal itu disampaikannya dalam rangkaian kunjungan kerja ke Jerman pada beberapa waktu lalu dan disambut baik oleh Chairman of the Board of Management (CEO) Volkswagen Group Component, Thomas Schmall-von Westerholt.

Stok mobil listrik global mencapai 10 juta unit pada tahun 2020, 41 persen lebih tinggi dari tahun 2019(REUTERS via DW INDONESIA) "Pertemuan kali ini bertujuan untuk mendorong VW dalam mewujudkan rencana investasinya di Indonesia dalam bidang industri sel baterai," kata Bahlil dalam keterangan tertulisnya.

Namun, belum ada kejelasan mengenai rencana VW ke Indonesia maupun besaran investasi yang akan digelontorkannya. Hanya saja dalam kesempatan tersebut Bahlil menyampaikan mengenai potensi Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia serta merupakan pasar potensial bagi mobil listrik.

Seperti diketahui, saat ini pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari sisi hulu sampai hilir. Bahkan, beragam keringanan telah dikeluarkan bagi investor yang berminat. Pada sisi BKPM misalnya, akan difasilitasi penyediaan baku melalui kerja sama dengan pengusaha lokal dan UMKM di Indonesia. Termasuk, pada sisi perizinan hingga perseroan siap melakukan operasinya.

Sebelumnya Bahlil pernah mengatakan bahwa kurang lebih ada sekitar 6 atau 7 negara yang rencananya akan berinvestasi ke Indonesia di sektor kendaraan listrik.

Dengan demikian, Indonesia bukan tidak mungkin bisa menjadi pusat mobil listrik dunia. Bahlil menyebut ada banyak negara yang akan berminat menanamkan dana triliunan rupiah di Indonesia, untuk di bisnis batrei kendaraan nikel tersebut. "Salah satunya investor dari Eropa yang sebentar lagi akan masuk," ujar dia.

Sumber: otomotif.kompas.com

Selengkapnya
Indonesia Dukung Investasi Volkswagen di Sektor Industri Sel Baterai untuk Kendaraan Listrik

Industri Otomotif

Perkembangan Pasar Mobil Listrik di Indonesia

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 20 Maret 2025


Kendaraan listrik (EV) adalah kendaraan yang menggunakan tenaga listrik. Ada tiga jenis utama mobil, yang biasa disebut sebagai “listrik”. Ketika kita berbicara tentang “kendaraan listrik (EV),” kita berbicara tentang kendaraan listrik baterai (BEV) dan kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV). Rencana mengemudi ramah lingkungan tidak mencakup mobil hibrida.

Latar belakang dan pentingnya pasar mobil listrik di Indonesia

Dalam proses industrialisasi selama 200 tahun, energi fosil telah digunakan dalam jumlah besar dan luas. Selain menciptakan peradaban industri, hal ini juga membawa produk sampingan yang semakin serius: pencemaran lingkungan, pemanasan iklim, dan kerusakan ekologi, yang secara serius mempengaruhi kelangsungan hidup dan perkembangan manusia. Kita perlu mencari produksi dan gaya hidup yang lebih ekonomis, berkelanjutan, dan lebih sejalan dengan alam dan etika sosial. Gagasan yang diakui adalah menggunakan babak baru revolusi teknologi sebagai titik tumpu dan pengembangan EV-Car sebagai titik terobosan untuk mempromosikan dan mewujudkan revolusi industri otomotif.

A. Kekurangan minyak

Seiring dengan kepemilikan mobil yang terus meningkat, begitu pula dengan permintaan minyak di seluruh dunia. Mobil dan bidang industri lainnya mengkonsumsi minyak dalam jumlah besar setiap tahun, menyebabkan minyak, sumber energi yang tidak dapat diperbarui, menurun tajam dengan laju yang sangat tinggi. Krisis minyak global menjadi semakin serius, dan hubungan antara pasokan dan permintaan energi telah berubah secara mendalam. Keterbatasan sumber daya dan sumber daya semakin meningkat, masalah ekologi dan lingkungan menjadi menonjol, dan tekanan untuk menyesuaikan struktur, meningkatkan efisiensi energi, dan memastikan keamanan energi semakin meningkat. Pengembangan energi menghadapi serangkaian masalah dan tantangan baru.

B. Pencemaran lingkungan

Memburuknya masalah lingkungan perkotaan tidak terlepas dari polusi lalu lintas perkotaan. Polusi lalu lintas tidak hanya mempengaruhi lingkungan ekologi di wilayah tersebut, tetapi juga berdampak serius pada lingkungan global. Gas buang, kebisingan, dan debu yang dihasilkan oleh lalu lintas perkotaan telah menjadi sumber utama pencemaran lingkungan perkotaan. Di kota-kota besar di seluruh dunia, gas buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor merupakan sumber polusi udara terbesar. Kendaraan berbahan bakar tradisional menghasilkan sejumlah besar gas berbahaya selama berkendara, yang tidak hanya mencemari lingkungan tetapi juga mempengaruhi kesehatan manusia. Polutan utama yang dipancarkan oleh knalpot mobil adalah karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), amonia oksida (NOx), timbal (Pb), partikulat halus (PM), dan sulfida. Polutan primer ini juga dapat menghasilkan polutan sekunder seperti kabut asap fotokimia dan pengendapan asam melalui reaksi kimia di atmosfer.

Menurut data terbaru yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, produksi mobil Indonesia mencapai 1.470.146 unit pada tahun 2022, meningkat hampir 350.000 unit dibandingkan dengan tahun 2021, dan tingkat pertumbuhan tahun ke tahun lebih dari 31%, yang mencerminkan potensi pertumbuhan yang sangat besar dari industri otomotif Indonesia.

Sebagai negara dengan populasi terpadat keempat di dunia, Indonesia memiliki populasi yang terus bertambah dari tahun ke tahun dan memiliki keuntungan demografis yang unik. Saat ini, kepemilikan mobil di Indonesia per 1.000 orang hanya 99 unit, sementara di China kepemilikan mobil per 1.000 orang telah mencapai 200 unit. Dengan peningkatan pendapatan per kapita Indonesia yang terus meningkat, Indonesia akan memasuki tahap pemasyarakatan mobil secara massal. Indonesia memiliki kondisi dasar untuk menjadi pasar yang besar untuk produksi dan penjualan mobil.

Sejak tahun 2012, Indonesia telah mencapai angka produksi tahunan sebesar satu juta mobil. Namun, epidemi COVID-19 mempengaruhi pasar mobil Indonesia pada tahun 2020. Produksi mobil domestik Indonesia turun 46,37% dari tahun ke tahun, dengan hanya 690.000 kendaraan yang diproduksi. Dengan berlalunya epidemi, produksi mobil Indonesia pada tahun 2021 segera kembali ke level jutaan, mencapai 1,12 juta unit, meningkat 62,56% dari tahun ke tahun.

Dengan pulihnya perekonomian nasional Indonesia, peningkatan pendapatan per kapita, dan dukungan kuat pemerintah Indonesia terhadap industri otomotif, terutama kendaraan energi baru, industri otomotif Indonesia diharapkan dapat semakin berkembang pesat. Dengan prospek pengembangan yang sangat besar, mempelajari perkembangan pasar kendaraan listrik di Indonesia sangat penting untuk mengetahui dampaknya terhadap lingkungan dan akan memberikan data langsung kepada para peneliti yang relevan.

Status pasar mobil di Indonesia saat ini

Karena latar belakang sosial dan budaya yang unik, keluarga Indonesia sebagian besar adalah keluarga dengan banyak orang. Jumlah penumpang dan kenyamanan penggunaan merupakan faktor penimbang yang penting saat membeli mobil. Kebijakan preferensial pemerintah Indonesia dalam hal perpajakan dan aspek lainnya juga membuat harga mobil MPV menjadi lebih terjangkau. Oleh karena itu, model MPV 7-kursi telah lama mendominasi pasar mobil penumpang di Indonesia, menguasai sekitar 30% pangsa pasar. Dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengandalkan keunggulan seperti gaya, konfigurasi, dan kenyamanan, model SUV secara bertahap mendapatkan pangsa pasar dan saat ini merupakan segmen yang paling berkembang. Pada saat yang sama, dengan perkembangan ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pasar mobil Indonesia juga telah menunjukkan tingkat kecerdasan dan tren elektrifikasi tertentu, dan kendaraan listrik murni juga telah berkembang pesat di Indonesia.

Seperti halnya negara-negara Asia Tenggara lainnya, pasar mobil di Indonesia didominasi oleh merek-merek Jepang yang menguasai lebih dari 90% pasar. Sisanya 10% adalah merek mobil Korea, Amerika, Eropa, dan Cina, seperti merek mobil Cina Chery dan Wuling. Dongfeng Xiaokang (Penjualan).

Dari sepuluh model terlaris yang dihitung oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia pada tahun 2022, kita dapat melihat preferensi masyarakat Indonesia terhadap merek dan model mobil. Peringkat pertama adalah Honda Brio yang terjangkau. Kecuali minivan Suzuki, model lainnya adalah model MPV, dan semuanya adalah merek Jepang.

Sebagian besar mobil yang diproduksi di Indonesia adalah merek asing, terutama merek Jepang, dan mobil-mobil tersebut diproduksi di Indonesia melalui pabrik-pabrik patungan dengan mitra lokal atau pabrik yang dimiliki sepenuhnya.

Produsen mobil Cina juga telah melihat potensi pengembangan pasar mobil Indonesia sejak dini. Sejak tahun 2015, Wuling Motors telah mendirikan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki di Indonesia, dan mulai meletakkan fondasi untuk proyek tersebut pada bulan Agustus tahun itu. Proyek ini telah menghabiskan total dana sebesar US$700 juta dan telah selesai dan mulai berproduksi pada tahun 2017. Selain Wuling Motors, perusahaan domestik Dongfeng Xiaokang (sekarang berganti nama menjadi Thalys) juga telah berinvestasi di Indonesia dan mulai memproduksi mobil. Chery juga telah menerapkan produksi di Indonesia melalui perakitan. Diharapkan lebih banyak lagi merek mobil domestik yang akan memasuki pasar Indonesia di masa depan.

Saat ini, sepuluh besar produsen mobil di Indonesia sebagian besar adalah merek-merek Jepang. Lima besar semuanya adalah merek Jepang, yaitu Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Suzuki, dan Honda. Hyundai Motor dari Korea berada di urutan keenam dan ketujuh. Hingga peringkat kesembilan, semuanya adalah merek Jepang. Perlu dicatat bahwa Wuling Motors dari China juga masuk ke dalam sepuluh besar produsen mobil di Indonesia, yang saat ini berada di peringkat kesepuluh, dengan total 30.441 kendaraan yang diproduksi pada tahun 2022, menyumbang 2,07% dari produksi mobil Indonesia pada tahun tersebut.

Status pasar mobil listrik di Indonesia saat ini

Pada tanggal 20 Juli 2023, data statistik terkait industri otomotif Indonesia menunjukkan bahwa industri kendaraan listrik di Indonesia telah memasuki periode pertumbuhan. Pada tahun 2022, penjualan kendaraan listrik akan mencapai lebih dari 20.000 unit, meningkat lebih dari tiga kali lipat, dan penjualan diperkirakan akan melebihi 50.000 unit pada tahun 2023. Kementerian Perindustrian Indonesia sebelumnya telah mengeluarkan dokumen yang menjelaskan tujuan pengembangan produksi kendaraan listrik nasional yang mencapai 1 juta unit pada tahun 2035.

Indonesia memiliki fondasi industri otomotif yang relatif lengkap dan sumber daya mineral yang kaya. Cadangan nikel, bahan baku penting untuk baterai kendaraan listrik, mencapai 52% dari total cadangan dunia, menjadikannya salah satu produsen nikel terbesar. Indonesia menggunakan keunggulan sumber dayanya untuk mengembangkan industri manufaktur mobil dengan penuh semangat dan menganggap industri kendaraan listrik sebagai industri prioritas nasional. Presiden Indonesia Joko Widodo menunjukkan bahwa perlu untuk memanfaatkan peluang pengembangan global kendaraan listrik dan membangun ekosistem untuk seluruh rantai industri kendaraan listrik.

Untuk mendorong pengembangan industri kendaraan listrik, pemerintah Indonesia telah meluncurkan serangkaian kebijakan khusus. Pada bulan April 2024, kebijakan pengurangan pajak kendaraan listrik yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Indonesia akan secara resmi berlaku. Tarif pajak preferensial dibagi menjadi dua tingkat. Pajak penjualan kendaraan listrik dengan tingkat lokalisasi 40% akan dikurangi dari 11% menjadi 1%, dan tingkat lokalisasi menjadi 20%. -Pajak penjualan kendaraan listrik sebesar 40% akan dikurangi menjadi 6%. Indonesia juga menetapkan bahwa kendaraan dinas yang digunakan oleh semua lembaga nasional dan kantor regional mereka akan secara bertahap dikonversi menjadi kendaraan listrik, dan jaringan pengisian kendaraan listrik nasional akan terus diperluas. Perusahaan listrik nasional Indonesia menyatakan bahwa mereka akan berusaha untuk membangun 25.000 stasiun pengisian kendaraan listrik pada tahun 2030.

Dalam hal produksi bahan baku baterai kendaraan listrik, Kawasan Industri Delong dan Kawasan Industri Qingshan yang diinvestasikan oleh perusahaan-perusahaan China telah memperkuat kerja sama dengan Indonesia dalam produksi feronikel. Perusahaan mobil Cina, Wuling, telah berkinerja baik di pasar kendaraan listrik Indonesia. Penelitian oleh lembaga pemeringkat internasional Fitch menunjukkan bahwa peningkatan penjualan kendaraan listrik di Indonesia pada tahun 2022 akan disebabkan oleh masuknya model-model yang lebih hemat biaya ke pasar, seperti Wuling “Aviation” yang dibanderol dengan harga 250 juta rupiah (1 dolar AS setara dengan 15.000 rupiah). kendaraan listrik merek Wuling digemari oleh banyak konsumen Indonesia, dengan penjualan mencapai 8.000 unit dalam waktu kurang dari setengah tahun setelah peluncurannya.

Arif Pramadana, wakil manajer umum SAIC-GM-Wuling Indonesia Automobile Co, Ltd, mengatakan: “Wuling akan memperkenalkan kendaraan energi baru ke Indonesia dan membantu Indonesia membangun sistem pendukung untuk rantai industri otomotif, dengan mempertimbangkan manfaat ekonomi dan perlindungan lingkungan yang ramah lingkungan. Investasi dari China dan Teknologi akan membantu Indonesia mengembangkan industri kendaraan listrik dengan lebih cepat dan lebih baik.”

Masa depan pasar mobil listrik Indonesia

Dilihat dari situasi aktual di Indonesia, industri otomotif selalu menjadi pilar penting bagi perekonomian Indonesia, dan kendaraan listrik, sebagai arah penting bagi pengembangan industri otomotif di masa depan, juga mendapat perhatian besar dari pemerintah Indonesia. Faktor-faktor yang mendorong pengembangan industri kendaraan listrik Indonesia yang berkelanjutan terutama mencakup aspek-aspek berikut: Pertama, Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dengan populasi lebih dari 260 juta, sumber daya tenaga kerja yang melimpah dan biaya rendah; kedua, kepemilikan mobil per kapita Indonesia masih pada tingkat yang rendah, dan ada potensi pengembangan yang sangat besar di bidang kendaraan listrik; Selain itu, Indonesia kaya akan sumber daya bijih nikel, yang menyediakan daya yang cukup untuk pasokan bahan baku untuk sel bahan bakar; Selain itu, pemerintah Indonesia telah memperkenalkan serangkaian kebijakan yang menguntungkan untuk secara komprehensif mempromosikan Pengembangan kendaraan listrik dalam negeri. Secara keseluruhan, tren perkembangan masa depan industri kendaraan listrik Indonesia masih bagus.

Menurut “Laporan Penelitian Status Pasar Industri Kendaraan Listrik Indonesia dan Kelayakan Masuknya Perusahaan Luar Negeri pada Tahun 2021” yang dirilis oleh New Thinking Industry Research Center, di pasar global, dalam beberapa tahun terakhir, dengan kemajuan teknologi terkait dan peningkatan penerimaan masyarakat, penjualan pasar kendaraan listrik global telah mempertahankan tren pertumbuhan yang stabil, mencapai 2,21 juta unit pada tahun 2019, meningkat 10% dari tahun sebelumnya, dan proporsinya di seluruh penjualan mobil juga meningkat menjadi 2,5%. Industri ini berada dalam tahap perkembangan yang pesat. Diperkirakan penjualan kendaraan listrik global akan melebihi 11,8 juta unit pada tahun 2025. Dengan latar belakang ini, pemerintah Indonesia juga mulai aktif mendorong proses pengembangan industri kendaraan listrik dalam negeri. Meskipun pengembangan industri dalam negeri masih dalam tahap awal, namun memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan di masa depan.

Dalam rangka mendorong perkembangan yang berkelanjutan dan sehat dari seluruh industri otomotif, sekaligus mengurangi ketergantungan pada minyak impor dan mengurangi masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh knalpot mobil, pihak berwenang Indonesia telah menetapkan kendaraan listrik sebagai area pengembangan prioritas dan memperkenalkan serangkaian kebijakan dan insentif yang menguntungkan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menarik produsen mobil asing untuk berinvestasi dan membangun pabrik di Indonesia, dan untuk terus merangsang permintaan konsumen domestik akan kendaraan listrik. Menurut rencana Kementerian Perindustrian Indonesia, Indonesia akan memproduksi 400.000 kendaraan listrik pada tahun 2025, yang merupakan 20% dari total jumlah mobil yang diproduksi di Indonesia. Selain itu, pemerintah Indonesia juga berharap Indonesia dapat menjadi pengekspor kendaraan listrik dan akan memproduksi sebagian besar kendaraan listriknya diekspor ke pasar luar negeri, dan akan menyalip Singapura dan Thailand pada tahun 2030 untuk menjadi basis produksi dan ekspor kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara.

Disadur dari: www.jurnalindustry.com

Selengkapnya
Perkembangan Pasar Mobil Listrik di Indonesia

Industri Otomotif

Investasi Ekonomi Hijau Diperkirakan Mampu Menciptakan Lapangan Kerja Lebih Banyak dan Menghindari Middle Income Trap

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 19 Maret 2025


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas memprediksi investasi ekonomi hijau mampu menciptakan lapangan kerja tujuh sampai 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan investasi konvensional. Hal ini seiring komitmen pemerintah menurunkan emisi karbon menuju ekonomi hijau.

Direktur Ketenagakerjaan Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto mengatakan transformasi ekonomi menjadi pendorong ekonomi lebih inklusif dan ramah lingkungan sekaligus membawa Indonesia lepas dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

"Kebijakan ekonomi hijau mampu menciptakan lapangan kerja baru yang lebih berkelanjutan. Investasi ekonomi hijau diperkirakan dapat menumbuhkan tujuh sampai 10 kali lipat lebih banyak lapangan kerja dibandingkan investasi konvensional," ujarnya saat webinar Lapangan Kerja Hijau.

Dukungan investasi terhadap ekonomi hijau khususnya pasca pandemi Covid-19, lanjut Mahatmi, memiliki dua manfaat. Secara jangka pendek dapat meningkatkan lapangan pekerjaan ramah lingkungan sedangkan jangka panjang dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

"Faktor utamanya karena pekerjaan-pekerjaan sektor hijau dinilai lebih padat karya. Lapangan pekerjaan tambahan ini akibat intervensi pada sektor energi terbarukan, teknologi kendaraan listrik, efisiensi energi, pemanfaatan lahan, dan peningkatan pengelolaan limbah," ucapnya.

Meskipun memiliki potensi yang sangat besar, lapangan kerja hijau masih menghadapi berbagai tantangan diarusutamakan, salah satunya karena ketiadaan definisi tunggal yang dapat digunakan secara konsisten.

"Pemahaman tentang lapangan kerja hijau masih sangat terbatas, belum ada definisi yang disepakati digunakan secara konsisten terutama dalam pengambilan kebijakan,” ucapnya.

Selain itu menurutnya Indonesia juga masih kekurangan sumber daya manusia yang sesuai lapangan kerja hijau karena keterbatasan pendidikan dan pelatihan keterampilan hijau.

"Sudah sewajarnya agar segenap pemangku kepentingan di Indonesia memiliki pemahaman dan kesepakatan yang sama transformasi ekonomi menjadi titik kunci untuk meningkatkan produktivitas dengan mengubah struktur perekonomian menuju produktivitas tinggi yang berkelanjutan," ucapnya.

Mahatmi juga menyebut transisi ekonomi hijau menghadapi tantangan besar, mencakup pendanaan, risiko terdamparnya aset yang sudah dibangun, tantangan transfer teknologi, dan persiapan migrasi pekerja ke lapangan kerja hijau, serta adanya pandemi Covid-19.

Maka itu, menurutnya mentransformasi perekonomian nasional menjadi lebih hijau, pemerintah juga perlu melakukan lebih banyak kerja sama internasional yang menguntungkan bagi seluruh pihak dan sesuai dengan tujuan nasional Indonesia. Adapun kebijakan pembangunan rendah karbon memegang peran penting sebagai tulang punggung transisi ini dalam program prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2045.

"Guna mencapai tujuan tersebut pemerintah akan menyusun kebijakan yang kuat dan implementatif agar upaya berbagai pihak dapat berjalan koridor yang sama," ucapnya.

Dalam rancangan kerja tersebut, pembangunan ditargetkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi seiring menurunnya emisi gas rumah kaca sebesar 27,3 persen pada 2024.

"Ada lima strategi utama yaitu, pertama penanganan limbah dan ekonomi sirkular, pengembangan industri hijau, pembangunan energi berkelanjutan, rendah karbon laut dan pesisir, dan terakhir pemulihan lahan berkelanjutan,” ucapnya. 

Sumber: www.republika.co.id

Selengkapnya
Investasi Ekonomi Hijau Diperkirakan Mampu Menciptakan Lapangan Kerja Lebih Banyak dan Menghindari Middle Income Trap
page 1 of 12 Next Last »