Perhubungan

Stasiun Kereta Api di Indonesia: Mengapa Ada yang Berdekatan?

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Beberapa stasiun kereta api di Indonesia terletak sangat berdekatan satu sama lain. Misalnya, di Kota Surakarta atau Solo, terdapat tiga stasiun yang berdekatan, yaitu Stasiun Balapan, Stasiun Jebres, dan Stasiun Purwosari. Hal yang serupa terjadi juga di beberapa daerah lain seperti Cirebon, Semarang, dan Yogyakarta. Mengapa lokasi stasiun-stasiun ini begitu berdekatan?

Pada dasarnya, stasiun-stasiun yang berdekatan tersebut bukanlah dibangun oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), tetapi oleh perusahaan-perusahaan perkeretaapian pada masa kolonial Hindia Belanda. Pada waktu itu, bisnis angkutan kereta tidak dimonopoli oleh satu perusahaan seperti sekarang.

Ada sekitar 13 perusahaan perkeretaapian yang mengelola jaringan kereta api di Hindia Belanda, terutama di Jawa, Sumatera, dan Madura. Setiap perusahaan tersebut membangun jaringan rel dan sarana pendukungnya sendiri, termasuk stasiun-stasiunnya.

Alasan mengapa stasiun-stasiun kereta sangat berdekatan adalah karena masing-masing stasiun tersebut dibangun dan dimiliki oleh perusahaan yang berbeda. Misalnya, Stasiun Semarang Poncol dimiliki oleh perusahaan Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), sementara Stasiun Semarang Tawang dibangun oleh perusahaan Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).

Setelah Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, semua aset kereta api di Indonesia dikelola oleh Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta Api). Baru setelah Indonesia merdeka pada tahun 1946, Rikuyu Sokyoku berubah menjadi Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), yang kemudian menjadi cikal bakal PT KAI.

Meskipun PT KAI menjadi perusahaan yang melakukan monopoli kereta api, stasiun-stasiun yang berdekatan tetap difungsikan untuk melayani naik turun penumpang dengan rute dan kelas kereta yang berbeda. Sebagai contoh, Stasiun Cirebon atau Kejaksan banyak digunakan untuk kereta eksekutif dan bisnis, sedangkan Stasiun Prujakan lebih banyak digunakan untuk pemberhentian kereta kelas ekonomi.

Pembangunan jaringan rel kereta api di Indonesia dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron Sloet Van Den Beele pada abad ke-19. Pada awalnya, jalur kereta api dibangun oleh perusahaan transportasi Belanda, seperti Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM) dan Staatsspoorwegen (SS).

Namun, banyak jalur kereta api warisan Hindia Belanda yang tidak beroperasi lagi setelah kemerdekaan. Di era Orde Baru, sebagian besar jalur tersebut dinonaktifkan. Meskipun begitu, pembangunan jalur kereta api di Indonesia terus dilakukan dengan memfokuskan pada pengembangan jaringan rel yang lebih modern dan efisien.

Sumber: kompas.com

 

 

Selengkapnya
Stasiun Kereta Api di Indonesia: Mengapa Ada yang Berdekatan?

Perhubungan

Perkembangan Perkeretaapian di Indonesia: Sejarah, Pembangunan, dan Modernisasi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Perkembangan perkeretaapian di Indonesia memiliki peran penting dalam membangun infrastruktur transportasi yang menghubungkan berbagai wilayah di negeri ini. Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 saat Indonesia masih dijajah oleh Belanda, terutama pada masa Tanam Paksa. Pada tahun 1864, dibangunlah jalur kereta api pertama di Indonesia yang menghubungkan Semarang dengan Tanggung oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Kemudian, pembangunan jalur kereta api terus berlanjut dengan pembangunan jalur-jalur baru yang menghubungkan kota-kota di Jawa dan Sumatera.

Pada masa kolonial, pembangunan jalur kereta api didorong oleh kepentingan ekonomi Belanda, seperti pengangkutan hasil pertanian dan mineral dari daerah produksi ke pelabuhan utama. Selain itu, jalur kereta api juga dimaksudkan untuk memfasilitasi mobilitas administratif, militer, dan perjalanan para pejabat kolonial.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, perkeretaapian menjadi tanggung jawab nasional. Djawatan Kereta Api (DKA) didirikan sebagai perusahaan kereta api nasional dan kemudian berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun 1991, perusahaan ini berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Pada masa pra-kemerdekaan, pembangunan jalur kereta api di Indonesia dimaksudkan untuk mengangkut hasil-hasil bumi dari sistem Tanam Paksa yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Jalur kereta api pertama di Indonesia dibangun pada tahun 1867 di Semarang dengan rute Samarang-Tanggung. Pada masa itu, kereta api menggunakan tenaga dari pembakaran batu bara atau kayu.

Setelah kemerdekaan, perusahaan-perusahaan yang sebelumnya dimiliki oleh Belanda tidak langsung menjadi milik Indonesia. Pada tahun 1945, terjadi aksi perebutan kekuasaan perkeretaapian oleh buruh DKA di Jakarta dan Semarang. Pada tanggal 28 September 1945, Ismangil dan anggota lain dari Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) menyatakan bahwa kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia, dan orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dalam urusan perkeretaapian di Indonesia. Sejak saat itu, tanggal 28 September diperingati sebagai Hari Kereta Api di Indonesia.

Setelah itu, terbentuklah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) yang mengelola perkeretaapian di Indonesia. Selain DKARI, ada juga operator-operator lain seperti Kereta Api Soematra Oetara Negara Repoeblik Indonesia dan Kereta Api Negara Repoeblik Indonesia yang beroperasi di Sumatra, serta Verenigde Spoorwegbedrijf (VS) yang merupakan gabungan dari dua belas operator kereta api swasta pada masa Hindia Belanda. Pada akhirnya, DKARI dan Staatsspoorwegen en Verenigde Spoorwegbedrijf (SS/VS) digabung menjadi satu dan membentuk Djawatan Kereta Api (DKA).

Seiring berjalannya waktu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus mengembangkan dan memodernisasi sistem perkeretaapian di Indonesia. Saat ini, kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang penting dan melayani masyarakat dalam perjalanan antarkota dan antarpulau dengan lebih efisien dan nyaman.

Sumber : id.wikipedia.org

 

 

Selengkapnya
Perkembangan Perkeretaapian di Indonesia: Sejarah, Pembangunan, dan Modernisasi

Perhubungan

Staatsspoorwegen (SS): Perusahaan Kereta Api Kolonial di Hindia Belanda dan Transformasinya menjadi PT Kereta Api Indonesia

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Staatsspoorwegen (SS), yang secara lengkap disebut Staatsspoor en Tramwegen in Nederlandsch–Indië (SS en T), adalah nama sebuah perusahaan kereta api di Hindia Belanda. Perusahaan ini dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi salah satu perusahaan kolonial yang beroperasi di wilayah tersebut. Saat ini, perusahaan ini telah berkembang menjadi PT Kereta Api Indonesia.

Staatsspoorwegen adalah pesaing utama dari perusahaan kereta api lainnya di Hindia Belanda, yaitu Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. Perusahaan ini memiliki tiga lebar sepur, yaitu 1.067 mm, 750 mm, dan 600 mm. Sepur berukuran 1.067 mm digunakan untuk rel berat, sedangkan sepur 750 mm dan 600 mm digunakan khusus untuk jalur trem.

Dalam struktur organisasinya, awalnya Staatsspoorwegen merupakan sebuah jawatan terpisah. Namun, pada tanggal 1 Maret 1888, perusahaan ini digabungkan ke dalam Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda). Pada masa itu, Staatsspoorwegen dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal. Pada tanggal 1 Juli 1909, Jawatan Kereta Api dan Trem Negara (Staatsspoor en Tramwegen) juga digabungkan ke dalam Departemen Perusahaan Negara (Gouvernements Bedrijven) dan dipimpin oleh seorang Kepala Inspektur.

Pada tanggal 1 November 1917, terjadi strukturisasi dalam perusahaan ini. Staatsspoorwegen terorganisasi menjadi beberapa bagian yang dipimpin oleh Kepala Bagian. Kepala Jawatan Kereta Api dan Trem dipimpin oleh seorang Direktur Perusahaan Negara yang bertanggung jawab dalam hal pemasangan, persediaan, dan lingkungan eksploitasi jalan kereta api dan trem. Pada saat yang sama, terdapat juga Jawatan Pengawasan Kereta Api dan Trem yang bertanggung jawab dalam pengawasan umum terhadap perusahaan kereta api milik pemerintah dan swasta. Jawatan ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas Pengawasan Kereta Api dan Trem yang berada di bawah Departemen Perusahaan Negara.

Setelah pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, Staatsspoorwegen dan perusahaan kereta api lainnya langsung diambil alih oleh Pemerintah Jepang dan diubah namanya menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama masa pendudukan Jepang, operasional kereta api difokuskan untuk kepentingan perang dan pengangkutan hasil tambang batu bara. Namun, setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, stasiun dan kantor pusat kereta api dikuasai kembali oleh pemerintah Indonesia. Pada tanggal 28 September 1945, terjadi pengambilalihan secara penuh atas Kantor Pusat Kereta Api di Bandung. Pada tahun 1946, Belanda kembali ke Indonesia dan membentuk kembali perusahaan kereta api di sana dengan nama Staatsspoorwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), yang merupakan gabungan dari Staatsspoorwegen dan beberapa perusahaan kereta api swasta, kecuali Deli Spoorweg Maatschappij.

Sumber: id.wikipedia.org

 

Selengkapnya
Staatsspoorwegen (SS): Perusahaan Kereta Api Kolonial di Hindia Belanda dan Transformasinya menjadi PT Kereta Api Indonesia

Pertanian

Inspirasi Pertanian: Mengupas Startup Agro yang Sedang Populer" TaniPedia-Edisi 30

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 07 Februari 2025


Mencuatnya isu mengenai industri 4.0 yang mentransformasi industri menjadi berbasis digital mulai merambah ke berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut terdapat adalah bidang pertanian. Indonesia sebagai negara agraris membutuhkan inovasi dalam sektor agrikultur sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Penggunaan teknologi dalam bidang pertanian yang familier disebut agritech atau agricultural technology telah berkembang cukup lama. Namun, iklim usaha yang mulai berbasis pada teknologi informasi membuat perkembangan agritech sedikit berubah. Salah satu contohnya adalah dengan munculnya berbagai jenis agritech yang berbasis pada teknologi informasi (Meydora, 2019). 

Terjadinya pandemi Covid-19 yang mengubah gaya beli masyarakat dari daring menjadi luring juga ikut merambah pada bidang pertanian. Beberapa startup dalam bidang pertanian mulai dikembangkan, berikut adalah beberapa contohnya:

  1. Elevarm : Elevarm memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi kepada petani dan mengoptimalkan praktik yang ada untuk meningkatkan produktivitas mereka secara keseluruhan. Elevarm menggabungkan hubungan manusia dan skalabilitas infrastruktur teknologi untuk memanfaatkan keragaman pertanian yang luas dan belum dimanfaatkan.
  2. TaniHub : Salah satu contoh marketplace yang berbasis aplikasi yang menungkinkan para petani untuk dapat menjual hasil produksi mereka pada pengecer, grosir maupun kepada para pedagang individu
  3. sayurbox : Sayurbox membantu para konsumen untuk dapat membeli produk hasil pertanian langsung kepada para petani selain itu sayurbox juga memudahkan distribusi kepada para petani sehingga produk mereka dapat sampai di rumah konsumen secara langsung.
  4. iGrow : iGrow menjadi sarana bagi masyarakat yang ingin menanamkan modal dan para petani yang membutuhkan modal. Aplikasi ini dapat menyediakan pendanaan bagi para petani yang membutuhkan modal
  5. AgriAku: AgriAku merupakan sebuah aplikasi yang menyediakan segala keperluan bagi petani seperti benih pupuk, maupun alat yang dapat digunakan oleh para petani.

Sebenarnya masih banyak start up yang bergerak di bidang pertanian. Hal ini dapat dipelajari untuk membentuk start up lokal di wilayah Kabupaten Cilacap, seperti Lapak Petani Online yang saat ini masih dalam pengembangan. Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah Indonesia, diperkirakan Indonesia akan mengalami peningkatan permintaan produk pertanian pada tahun 2020 sampai 2030 (Ardiansyah, 2017). Maka dari itu diperlukan adanya pengembangan pada bidang pertanian dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas kegiatan pertanian. Startup bisa menjadi penghubung dan solusi bagi petani seperti meningkatkan produktivitas hasil tani maupun meningkatkan penjualan komoditas produk tani dengan memperluas akses pasar bagi produk pertanian dan tak kalah penting untuk meningkatkan keterampilan dan pendidikan bagi para petani.  

Pengembangan startup pada bidang pertanian tentu bukan hanya membuka peluang namun juga menemui berbagai tantangan. Kebutuhan pasokan produk pertanian bagi masyarakat Indonesia terbilang cukup besar namun produk hasil pertanian yang dihasilkan terkadang kurang memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri. Tantangan inilah yang dapat dijadikan peluang untuk terus mengembangkan startup sebagai jembatan penghubung antara petani sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen. Tantangan lain bagi pelaku bisnis startup adalah kualitas produksi produk pertanian yang masih rendah selain itu juga kebutuhan konsumen setiap waktu tidak tetap atau fluktuatif. Harga produk pertanian yang bergantung kepada musim juga dapat menjadi tantangan di masa depan (Ariwibowo, 2018) Daftar Pustaka

Ariwibowo, P. (2018). Potensi dan Peluang Investasi Sektor Pariwisata. Jawa Tengah.

Ardiansyah, Ardy & David, Wahyudi (2017). Pertanian organik di Indonesia: tantangan dan peluang

Meydora, Eki Yoan. 2019. Proses Difusi Inovasi E-Agribusiness: Regopantes Pada End-User Komoditas Pertanian di Jabodetabek. Commed: Jurnal Komunikasi dan Media, 3(2), 133-149.

Sumber: https://dispertan.cilacapkab.go.id/

Selengkapnya
Inspirasi Pertanian: Mengupas Startup Agro yang Sedang Populer" TaniPedia-Edisi 30

Perkapalan dan pelayaran

Sonar: Teknik Navigasi dan Deteksi di Bawah Laut

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Sonar, atau dikenal juga sebagai sound navigation and ranging, adalah sebuah teknik yang menggunakan gelombang suara di dalam air untuk navigasi dan mendeteksi objek di bawah laut. Di Amerika, istilah ini pertama kali digunakan selama Perang Dunia dan di Inggris dikenal dengan sebutan ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee).

Cara Kerja Sonar

Sonar bekerja dengan memancarkan gelombang suara ke dalam air dan mengukur pantulan gelombang tersebut untuk mendeteksi lokasi dan jarak objek di bawah laut. Teknologi sonar telah digunakan secara luas untuk mendeteksi kapal selam, ranjau, mengukur kedalaman laut, penangkapan ikan, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut. Data suara yang dipantulkan kemudian dikirim ke operator melalui pengeras suara atau ditampilkan pada monitor.

Sejarah Sonar

Sonar pertama kali dikembangkan oleh tokoh seperti Daniel Colloden pada tahun 1822 di Danau Geneva, Swiss, dan Lewis Nixon pada tahun 1906 untuk mendeteksi gunung es. Minat terhadap sonar semakin meningkat selama Perang Dunia I ketika kebutuhan mendeteksi kapal selam menjadi penting. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan sonar adalah Paul Langevin yang pada tahun 1915 menemukan alat sonar pertama untuk mendeteksi kapal selam menggunakan sifat-sifat piezoelektrik kuarsa.

Jenis Sonar

  1. Sonar Pasif: Sonar pasif tidak mengirimkan sinyal suara ke lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, ia menggunakan alat sensitif untuk mendengarkan suara-suara di bawah laut. Operator yang berpengalaman dapat membedakan suara yang berasal dari berbagai jenis kapal atau objek lainnya. Namun, sonar pasif juga memiliki kelemahan, yaitu semua suara di bawah laut dapat terdengar, termasuk suara dari kapal sendiri.
  2. Sonar Aktif: Sonar aktif merupakan jenis sonar yang mengirimkan sinyal suara ke lingkungan sekitarnya. Ketika gelombang suara tersebut memantul kembali setelah bertemu dengan objek, sonar mengukur waktu tempuh dan intensitas pantulannya untuk menentukan lokasi dan jarak objek tersebut. Sonar aktif juga dapat digunakan untuk mengukur kedalaman perairan. Frekuensi suara yang digunakan pada sonar aktif dapat bervariasi, di mana frekuensi yang lebih besar akan memberikan jarak yang lebih pendek namun dengan resolusi yang lebih baik.

Sumber: id.wikipedia.com

 

Selengkapnya
Sonar: Teknik Navigasi dan Deteksi di Bawah Laut

Perkapalan dan pelayaran

Kapal Perang: Sejarah, Fungsi, dan Tantangan dalam Era Modern

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 07 Februari 2025


Kapal perang adalah jenis kapal yang digunakan untuk keperluan militer atau angkatan bersenjata. Kapal-kapal perang umumnya dapat dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk kapal induk, kapal tempur, kapal patroli, kapal angkut, kapal selam, dan kapal pendukung seperti kapal tanker dan kapal tender. Beberapa negara, seperti Rusia dan Finlandia yang memiliki lautan yang membeku pada musim tertentu, juga menggunakan kapal pemecah es.

Fungsi utama kapal perang adalah untuk menegaskan posisi suatu negara di perairan dan memberikan perlindungan keamanan di laut. Mereka melindungi kepentingan nasional, termasuk melindungi nelayan dan kegiatan perdagangan negara tersebut. Selain itu, kapal perang juga digunakan dalam kegiatan penyerangan dan penjarahan terhadap negara lain melalui perairan.

Sejarah kapal perang dimulai ketika banyak kerajaan dan pemerintahan merasa perlu membangun kehadiran mereka di laut. Mereka menggunakan kapal-kapal perang untuk melindungi kepentingan dan aktivitas mereka. Contohnya, bangsa Viking dari Skandinavia menggunakan kapal-kapal perang mereka, yang dikenal sebagai "Viking Longship," untuk menjelajahi lautan dan juga untuk merompak negara-negara lain. Pada masa penjelajahan, kapal dagang sering diubah menjadi kapal perang dengan menambahkan persenjataan seperti meriam, baik untuk melindungi diri mereka dari bajak laut maupun untuk menguasai wilayah yang diinginkan.

Di masa lampau, kapal perang juga digunakan oleh negara-negara Barat seperti Spanyol dan Portugal. Mereka menggunakan kapal perang layar jenis galleon untuk menjelajahi samudera, mengangkut hasil dagangan, dan juga untuk berperang melawan armada dagang saingan, bajak laut, atau penguasa lokal yang menentang kehendak mereka. Era penjelajahan ini kemudian berkembang menjadi era penjajahan di mana bangsa-bangsa Barat mendirikan koloni-koloni baru.

Saat ini, negara-negara yang memiliki wilayah perairan yang luas menganggap penting untuk membangun angkatan laut dan kapal-kapal perang. Pembangunan angkatan laut disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya masing-masing negara. Seperti halnya Angkatan Udara, pembangunan angkatan laut juga bergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang kelautan. Memiliki angkatan laut yang kuat membutuhkan biaya dan sumber daya yang besar. Selain membangun armada yang diperlukan, negara juga harus menjaga agar armada tersebut dapat beroperasi dengan efektif.

Kemampuan suatu negara dalam menjaga operasi Angkatan Lautnya juga bergantung pada kekuatan ekonomi negara tersebut. Mengoperasikan angkatan laut yang kuat juga dapat dianggap sebagai investasi untuk menjaga perekonomian negara. Oleh karena itu, kelangsungan kehidupan Angkatan Laut dan Angkatan Udara sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik dan ekonomi suatu negara, termasuk pandangan negara tersebut terhadap perkembangan politik di kawasan, yang dikenal sebagai geopolitik. Manajemen dalam Angkatan Laut dan Angkatan Udara berbeda dengan Angkatan Darat, karena personel yang ada di Angkatan Laut dan Angkatan Udara berfungsi sebagai awak senjata, sementara personel Angkatan Darat dipersenjatai langsung.

Sumber: id.wikipedia.com

 

Selengkapnya
Kapal Perang: Sejarah, Fungsi, dan Tantangan dalam Era Modern
« First Previous page 839 of 965 Next Last »