Depok- Sebagai negara yang dominan dengan wilayah perairan, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian melalui sektor perikanan dan kemaritiman. Vindaniar Yuristanda Putri, S.I.A., M.M., dosen Program Studi Administrasi Keuangan dan Perbankan, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), mengatakan pengembangan model ekonomi biru dapat menjadi salah satu strategi utama dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Konsep ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk laju pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga kesehatan ekosistem laut.
Menurutnya, model bisnis ekonomi biru dapat diterapkan oleh masyarakat Indonesia yang memanfaatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai mata pencaharian. “Model bisnis ini tidak hanya melibatkan nelayan, tetapi juga pengusaha yang mengembangkan produk olahan hasil perikanan dan kelautan,” kata Vinda.
Pada awalnya, konsep ekonomi biru hanya mencakup semua produk perikanan yang bernilai ekonomis, namun kini konsep tersebut berkembang dan mencakup keberlanjutan ekosistem laut sebagai salah satu penyumbang PDB terbesar di Indonesia. Keberlanjutan dalam ekonomi biru mengintegrasikan triple bottom line pembangunan berkelanjutan, yaitu antara lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST).
“Implikasinya bagi produsen produk kelautan adalah agar produk kelautan yang dihasilkan juga memperhatikan keberlanjutan ekosistem laut, mengelola produk kelautan yang zero waste, dan melarang praktik eksploitasi yang berlebihan,” kata Vinda. Saat ini, kata dia, penerapan ekonomi biru di Indonesia tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Ia mencontohkan salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh Kemenparekraf, yaitu program desa wisata. Setiap desa di Indonesia diakomodir untuk mengeksplorasi karakteristik daerahnya masing-masing, yang berkontribusi pada penerapan ekonomi biru.
Vinda menambahkan, “Masyarakat pesisir yang awalnya hanya berfokus pada kegiatan menangkap ikan, kini mampu mengembangkan potensi sektor perikanan dan kelautan.” Tidak hanya diversifikasi hasil laut, tetapi juga kerajinan tangan yang dapat menjadi ciri khas daerah. Di beberapa desa atau daerah, mereka bahkan sudah mulai 'mempercantik' diri untuk menarik minat wisatawan lokal maupun internasional.
Depok- Sebagai negara yang dominan dengan wilayah perairan, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan perekonomian melalui sektor perikanan dan kemaritiman. Vindaniar Yuristanda Putri, S.I.A., M.M., dosen Program Studi Administrasi Keuangan dan Perbankan, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI), mengatakan pengembangan model ekonomi biru dapat menjadi salah satu strategi utama dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. Konsep ekonomi biru adalah pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk laju pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga kesehatan ekosistem laut.
Menurutnya, model bisnis ekonomi biru dapat diterapkan oleh masyarakat Indonesia yang memanfaatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai mata pencaharian. “Model bisnis ini tidak hanya melibatkan nelayan, tetapi juga pengusaha yang mengembangkan produk olahan hasil perikanan dan kelautan,” kata Vinda.
Pada awalnya, konsep ekonomi biru hanya mencakup semua produk perikanan yang bernilai ekonomis, namun kini konsep tersebut berkembang dan mencakup keberlanjutan ekosistem laut sebagai salah satu penyumbang PDB terbesar di Indonesia. Keberlanjutan dalam ekonomi biru mengintegrasikan triple bottom line pembangunan berkelanjutan, yaitu antara lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST).
“Implikasinya bagi produsen produk kelautan adalah agar produk kelautan yang dihasilkan juga memperhatikan keberlanjutan ekosistem laut, mengelola produk kelautan yang zero waste, dan melarang praktik eksploitasi yang berlebihan,” kata Vinda. Saat ini, kata dia, penerapan ekonomi biru di Indonesia tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Ia mencontohkan salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh Kemenparekraf, yaitu program desa wisata. Setiap desa di Indonesia diakomodir untuk mengeksplorasi karakteristik daerahnya masing-masing, yang berkontribusi pada penerapan ekonomi biru.
Vinda menambahkan, “Masyarakat pesisir yang awalnya hanya berfokus pada kegiatan menangkap ikan, kini mampu mengembangkan potensi sektor perikanan dan kelautan.” Tidak hanya diversifikasi hasil laut, tetapi juga kerajinan tangan yang dapat menjadi ciri khas daerah. Di beberapa desa atau daerah, mereka bahkan sudah mulai 'mempercantik' diri untuk menarik minat wisatawan lokal maupun internasional.
(Vindaniar Yuristamanda Putri, dosen program studi Administrasi Keuangan dan Perbankan)
Meskipun demikian, katanya, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam penerapan ekonomi biru di Indonesia. Pertama, eksploitasi sumber daya alam oleh nelayan yang menangkap hasil laut secara berlebihan dan mengganggu ekosistem laut. Dengan demikian, perlu adanya inovasi dalam menghasilkan produk yang optimal tanpa merusak lingkungan.
Kedua, masalah database kinerja ekonomi biru untuk industri perikanan di setiap daerah yang belum memenuhi standar. Masih banyak pelaku industri yang berfokus pada produksi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pengolahan hasil laut. Ketiga, industri perikanan di sebagian besar setiap daerah hanya dilakukan pada level usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sehingga volume produksinya masih dapat dikatakan cukup rendah. Minimnya pengetahuan dan bahan baku yang masih sulit, menjadi tantangan tersendiri dalam mengembangkan produk olahan laut masyarakat.
Peran akademisi sangat penting untuk mengisi kekosongan pengetahuan masyarakat pesisir terkait penerapan ekonomi biru. “Selain itu, kondisi saat ini menunjukkan bahwa hasil olahan laut Indonesia, seperti berbagai jenis ikan hingga rumput laut, lebih banyak diekspor ke luar negeri dibandingkan di dalam negeri,” kata Vinda. Ia berharap kesejahteraan masyarakat pesisir melalui konsep ekonomi biru dapat meningkat. Diharapkan dengan meningkatnya kesejahteraan, taraf hidup dan pengetahuan pengelolaan hasil laut akan berdampak pada peningkatan kualitas hasil laut di Indonesia.
Disadur dari: vokasi.ui.ac.id