Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kementerian PUPR Bangun Gedung Laboratorium Fakultas Ilmu Olahraga UNESA untuk Penunjang Kegiatan Belajar dan Pembinaan Atlet

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Jakarta – Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya menuntaskan pembangunan Gedung Laboratorium Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar serta sarana dan prasarana untuk mempersiapkan atlet di lingkungan UNESA.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyampaikan, pengembangan SDM sudah menjadi salah satu agenda prioritas Presiden Joko Widodo bersama Wapres Ma'ruf Amin. "Kita ditugaskan melanjutkan pembangunan prasarana pendidikan untuk mendukung peningkatan kualitas SDM. Manfaatkan fasilitas yang telah dibangun. Generasi mendatang harus lebih baik sebab fasilitasnya lebih baik,” ungkap Menteri Basuki.

Gedung Laboratorium FIO dibangun oleh Kementerian PUPR semenjak September 2021 dan rampung pada Mei 2022. Pekerjaan konstruksi dilaksanakan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur bersama PT. Diatasa Jaya Mandiri selaku kontraktor pelaksana dan PT. Riau Multi Cipta Dimensi selaku konsultan manajemen konstruksi.

“Pembangunan gedung ini telah mengikuti standar dan peraturan yang berlaku. Kemudian, harapannya UNESA dapat mengelola gedung tersebut dengan baik sesuai peruntukan. Kita berharap ini dapat didayagunakan dengan baik dalam membina atlet-atlet Jawa Timur dan Indonesia jadi dapat lebih berprestasi lagi,” ungkap Direktur Prasarana Strategis Ditjen Cipta Karya Essy Asiah.

Gedung Laboratorium FIO terdiri dari 4 lantai dan dilengkapi dengan beberapa fasilitas penunjang yakni ruang sauna, ruang whirlpool, ruang swim-max, ruang pengelola, ruang physical fitness test, ruang Latihan angkat berat, ruang aerobic, ruang studio, ruang micro teaching, ruang administasi, ruang dokter, ruang pelatih, ruang staff, ruang pengendali suhu, dan musholla. Sedangkan pada Gedung Laboratorium Eksisting terdapat fasilitas utama berupa fitness center dan kolam renang.

Selain fasilitas di dalam gedung, ada juga fasilitas di luar gedung sebagai berikut, tartan track untuk latihan lari sprint jarak pendek, power house, rumah genset, ground water tank, area parkir dan landasan untuk kendaraan pemadam kebakaran. Gedung Laboratorium FIO ini dilengkapi pula dengan jembatan yang bisa menghubungkan lantai 3 Gedung Laboratorium FIO dengan lantai 3 Gedung Laboratorium Eksisting yang berlokasi di sisi timur.

Sudah dilaksanakan serah terima pengelolaan dan pembangunan lanjutan gedung ini dari Kepala BPPW Muhammad Reva kepada Rektor UNESA Nurhasan di Kampus Lidah Wetan UNESA, Surabaya, Selasa(5/7/2022).

“Sesudah serah terima, gedung ini kemudian akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan perlengkapan yang diperlukan jadi dapat langsung dipergunakan secara bertahap untuk pembinaan atlet DBON di UNESA yang program pembinaannya dimulai akhir Juli 2022,” ungkap Nurhasan.


Disadur dari sumber pu.go.id/berita

Selengkapnya
Kementerian PUPR Bangun Gedung Laboratorium Fakultas Ilmu Olahraga UNESA untuk Penunjang Kegiatan Belajar dan Pembinaan Atlet

Rantai Pasok Digital

Digitalisasi Supply Chain Management 4.0

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025


Pendahuluan

Supply Chain Management 4.0 (SCM 4.0) semakin menjadi fokus utama dalam dunia bisnis seiring dengan perkembangan digitalisasi. Penelitian yang dibahas dalam paper ini menyoroti bagaimana teknologi seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence (AI), dan Blockchain berperan dalam meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Paper ini mengkaji 387 artikel dari tahun 1994 hingga 2021 untuk menganalisis tren, tantangan, dan manfaat digitalisasi dalam supply chain.

Digitalisasi dalam Supply Chain Management: Sebuah Tren Global

Dalam kurun waktu 2016–2021, terjadi lonjakan signifikan dalam penelitian SCM 4.0, dengan 85,23% dari publikasi terkait muncul di periode ini. Digitalisasi memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan rantai pasokan melalui pemantauan real-time, otomatisasi proses, dan pengambilan keputusan berbasis data.

Studi Kasus & Statistik dalam Implementasi SCM 4.0

1. Lonjakan Publikasi dan Minat Akademik

  • 1994–2015: Rata-rata hanya 1–4 makalah per tahun.
  • 2019: Terjadi lonjakan dengan 60 publikasi.
  • 2021: Lebih dari 85% penelitian tentang SCM 4.0 dipublikasikan setelah 2016.

2. Teknologi yang Mendorong Digitalisasi SCM 4.0

Berdasarkan analisis bibliometrik, teknologi berikut memiliki dampak besar pada rantai pasokan:

  • Big Data (12%)
  • Blockchain (5%)
  • Internet of Things (3%)
  • Augmented Reality (6%)
  • Cyber-Physical Systems (4%).

3. Manfaat Implementasi SCM 4.0

Paper ini mengidentifikasi beberapa manfaat utama digitalisasi supply chain:

  • Visibilitas End-to-End → Mempermudah pemantauan rantai pasokan secara real-time.
  • Efisiensi Operasional → Mengurangi biaya produksi dan distribusi.
  • Agilitas & Fleksibilitas → Supply chain menjadi lebih responsif terhadap perubahan pasar.

Tantangan dalam Implementasi SCM 4.0

Meskipun banyak keuntungan, penelitian ini juga mengungkap beberapa hambatan dalam digitalisasi supply chain:
🚨 Kurangnya Integrasi Sistem → Banyak perusahaan masih menggunakan sistem lama yang tidak kompatibel.
🚨 Tingginya Biaya Implementasi → Infrastruktur digital memerlukan investasi besar.
🚨 Keamanan Siber → Rantai pasokan digital rentan terhadap serangan siber.

Kesimpulan & Rekomendasi

Penelitian ini menyimpulkan bahwa SCM 4.0 memberikan peluang besar dalam meningkatkan efisiensi bisnis. Namun, implementasi yang sukses memerlukan strategi yang matang, terutama dalam hal investasi teknologi, pelatihan tenaga kerja, dan manajemen risiko siber. Untuk masa depan, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai integrasi SCM 4.0 dalam berbagai industri seperti otomotif, pangan, dan fashion.

Sumber Artikel: European Journal of Business and Management Research, Vol 7 | Issue 1 | January 2022 (DOI: 10.24018/ejbmr.2022.7.1.1246)

Selengkapnya
Digitalisasi Supply Chain Management 4.0

Geodesi dan Geomatika

Sistem informasi geografis

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025


Sistem Informasi Geografis adalah informasi sistem komputerisasi yang memungkinkan penangkapan, pencontohan, pemanipulasian, penemuan kembali, penganalisisan, dan presentasi data acuan geografis, sebagai fasilitas untuk menyiapkan, merepresentasikan, dan menginterpretasi fakta-fakta yang berkaitan dengan permukaan bumi. Nama lain dari sistem informasi geografis yaitu sistem informasi keruangan, sistem analisa data keruangan, dan sistem informasi sumber daya alam. Selain itu, sistem informasi geografis juga diartikan sebagai suatu sistem yang mengelola data geografis dengan mengandalkan komputer. Pengolahan dan penyimpanan data pada sistem informasi geografi memanfaatkan komponen komputer yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Bahan informasi geografis berupa data geografis, sedangkan pengelolanya adalah sumber daya manusia. Dengan perkembangan teknologi, sistem informaisi geografis memanfaatkan komputer yang dapat menyimpan, mengelola, memproses serta menganalisis data geografis dan non geografis. Selain itu, sistem informasi geografis digunakan untuk menyediakan informasi dan grafis secara terpadu. Informasi yang diperoleh kemudian dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dalam kehidupan manusia.

Sistem informasi geografis menyatu dengan lingkungan sistem lain, yaitu pemerintahan, nonpemerintah, kelompok atau perorangan. Pengolahan data sistem informasi geografis dapat dilakukan secara konvensional dan secara komputerisasi. Sistem informasi geografi digunakan untuk berbagai bidang ilmu terapan seperti investigasi teknis, manajemen sumber daya alam, manajemen aset, kajian masalah lingkungan, perencanaan wilayah, kartografi dan kedaruratan bencana.

Pengertian menurut para ahli

Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.

  • Menurut Aronaff (1989)

SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisis data serta memberi uraian.

  • Menurut Burrough (1986)

SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.

  • Menurut Kang-Tsung Chang (2002)

SIG sebagai a computer system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic data.

  • Menurut Murai (1999)

SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

  • Menurut Marble et al (1983)

SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.

  • Menurut Bernhardsen (2002)

SIG sebagai sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisis data

  • Menurut Gistut (1994)

SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi

  • Menurut Berry (1988)

SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.

  • Menurut Calkin dan Tomlison (1984)

SIG merupakan sistem komputerisasi data yang penting.

  • Menurut Linden, (1987)

SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.

  • Menurut Alter

SIG adalah sistem informasi yang mendukung pengorganisasian data, sehingga dapat diakses dengan menunjuk daerah pada sebuah peta.

  • Menurut Prahasta

SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.

  • Menurut Petrus Paryono

SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi.

  • Menurut Nico Nathanael (2019)

SIG adalah sistem informasi yang mempunyai data berspasial yang diambil berdasarkan letak geografis suatu wilayah untuk proses analisis, penyimpanan dan visualisasi.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin).

Sejarah perkembangan

35000 tahun yang lalu, di dinding gua Lascaux, Prancis, para pemburu Cro-Magnon menggambar hewan mangsa mereka, dan juga garis yang dipercaya sebagai rute migrasi hewan-hewan tersebut. Catatan awal ini sejalan dengan dua elemen struktur pada sistem informasi gegrafis modern sekarang ini, arsip grafis yang terhubung ke database atribut.

Pada tahun 1700-an teknik survey modern untuk pemetaan topografis diterapkan, termasuk juga versi awal pemetaan tematis, misalnya untuk keilmuan atau data sensus.

Awal abad ke-20 memperlihatkan pengembangan "litografi foto" dimana peta dipisahkan menjadi beberapa lapisan (layer). Perkembangan perangkat keras komputer yang dipacu oleh penelitian senjata nuklir membawa aplikasi pemetaan menjadi multifungsi pada awal tahun 1960-an.

Tahun 1967 merupakan awal pengembangan SIG yang bisa diterapkan di Ottawa, Ontario oleh Departemen Energi, Pertambangan dan Sumber Daya. Dikembangkan oleh Roger Tomlinson, yang kemudian disebut CGIS (Canadian GIS - SIG Kanada), digunakan untuk menyimpan, menganalisis dan mengolah data yang dikumpulkan untuk Inventarisasi Tanah Kanada (CLI - Canadian land Inventory) - sebuah inisiatif untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah pedesaan Kanada dengan memetakaan berbagai informasi pada tanah, pertanian, pariwisata, alam bebas, unggas dan penggunaan tanah pada skala 1:250000. Faktor pemeringkatan klasifikasi juga diterapkan untuk keperluan analisis.

GIS dengan gvSIG.

CGIS merupakan sistem pertama di dunia dan hasil dari perbaikan aplikasi pemetaan yang memiliki kemampuan timpang susun (overlay), penghitungan, pendijitalan/pemindaian (digitizing/scanning), mendukung sistem koordinat national yang membentang di atas benua Amerika, memasukkan garis sebagai arc yang memiliki topologi dan menyimpan atribut dan informasi lokasional pada berkas terpisah. Pengembangnya, seorang geografer bernama Roger Tomlinson kemudian disebut "Bapak SIG".

CGIS bertahan sampai tahun 1970-an dan memakan waktu lama untuk penyempurnaan setelah pengembangan awal, dan tidak bisa bersaing denga aplikasi pemetaan komersial yang dikeluarkan beberapa vendor seperti Intergraph. Perkembangan perangkat keras mikro komputer memacu vendor lain seperti ESRI, CARIS, MapInfo dan berhasil membuat banyak fitur SIG, menggabung pendekatan generasi pertama pada pemisahan informasi spasial dan atributnya, dengan pendekatan generasi kedua pada organisasi data atribut menjadi struktur database. Perkembangan industri pada tahun 1980-an dan 1990-an memacu lagi pertumbuhan SIG pada workstation UNIX dan komputer pribadi. Pada akhir abad ke-20, pertumbuhan yang cepat di berbagai sistem dikonsolidasikan dan distandardisasikan menjadi platform lebih sedikit, dan para pengguna mulai mengekspor menampilkan data SIG lewat internet, yang membutuhkan standar pada format data dan transfer.

Indonesia sudah mengadopsi sistem ini sejak Pelita ke-2 ketika LIPI mengundang UNESCO dalam menyusun "Kebijakan dan Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Kedua (1974-1979)" dalam pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan riset.

Jenjang pendidikan SMU/senior high school melalui kurikulum pendidikan geografi SIG dan penginderaan jauh telah diperkenalkan sejak dini. Universitas di Indonesia yang membuka program Diploma SIG ini adalah D3 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, tahun 1999. Sedangkan jenjang S1 dan S2 telah ada sejak 1991 dalam Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Penekanan pengajaran pada analisis spasial sebagai ciri geografi. Lulusannya tidak sekadar mengoperasikan software namun mampu menganalisis dan menjawab persoalan keruangan. Sejauh ini SIG sudah dikembangkan hampir di semua universitas di Indonesia melalui laboratorium-laboratorium, kelompok studi/diskusi maupun mata pelajaran.

Konsep

Data geografis

Data geografis merupakan data yang berkaitan dengan informasi spasial. Jenis data geografis yaitu koordinat dan lokasi. Data geografis berkaitan dengan aspek ruang dan semua fenomena yang terdapat di bumi. Penggunaan data geografis memiliki tujuan tertentu. Sumber informasi dalam data spasial dapat berupa data grafis peta analog, foto udara, citra satelit, survei lapangan, pengukuran teodolit, dan pengukuran sistem pemosisi global. Data spasial dapat berbentuk analog maupun digital. Data geografi juga dapat berbentuk data atribut. Informasi yang diperoleh dari data atribut adalah penjelasan tentang objek geografi. Bentuk informasi dalam data atribut yaitu angka, foto, dan narasi. Data atribut diperoleh melalui metode statistika, pengukuran lapangan, dan sensus.

Informasi goegrafis

Informasi geografis merupakan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan tentang posisi dari tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi dan informasi mengenai keterangan-keterangan yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diketahui. Analisa terhadap objek dan lokasi tersebut penting dalam pengambilan keputusan atau demi kepentingan tertentu.

Bentuk

Sistem informasi geografis konvensional

Sistem informasi geografis disajikan secara konvensional melalui peta yang dibuat oleh geograf. Penyajian peta dilakukan dengan cara kompilasi atau tumpang susun peta-peta yang berisi informasi yang diperlukan. Peta dijadikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain. Tiap informasi yang diberikan harus dapat menjamin agar setiap orang dapat menangkap ide dari peta yang disajikan. Penyajian peta harus mudah, cepat dan tepat melalui indra penglihatan.

Sistem informasi geografis komputerisasi

Sistem informasi geografis dalam komputer disajikan dalam bentuk data digital, peta dan tabel. Penyajian ini merupakan hasil dari pengolahan digital dengan mempergunakan perangkat lunak pengolah data geografi. Pembuaitan peta dalam sistem informasi geografis yang dilakukan secara komputerisasi memanfaatkan teknologi sistem digital dalam menghasilkan informasi spasial.

Komponen Sistem Informasi Geografis

Perangkat Keras

Perangkat keras yang digunakan dalam sistem informasi geografis yaitu prosesor, kapasitas memori, dan ruang penyimpanan data. Pemilihan perangkat keras untuk keperluan sistem informasi geografis didasarkan kepada jenis perangkat lunak yang digunakan. Selain itu, perangkat keras yang digunakan harus memperhatikan jumlah analisa yang akan dilakukan dan jumlah data yang diperlukan selama analisa.

Perangkat Lunak

Perangkat lunak dalam sistem informasi geografis umumnya hanya menyajikan beberapa fungsi tertentu. Fungsi ini terbagi menjadi fungsi analisa, manajemen basis data spasial, dan fungsi penyajian data. Pemilihan perangkat lunak untuk sistem informasi geografis harus disesuaikan dengan penggunaan yang diperlukan.

Data

Dalam SIG terdapat dua jenis data, yaitu data spasial dan data atribut atau non spasial. Data Spasial yaitu adalah jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek keruangan (menyangkut titik koordinat) dari fenomena atau keadaan yang terdapat di dunia nyata. Data spasial ini sering disebut pula sebagai data posisi, koordinat atau keruangan. Data atribut atau data non spasial adalah jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptid dari fenomena yang dimodelkan. Aspek deskriptif ini mencakup item atau properties dari fenomena yang bersangkutan hingga dimensi waktunya.

Pengguna

Komponen terpenting dalam sistem informasi geografis adalah pengguna. Pengelolaan analisa yang komunikatif sepenuhnya dilakukan oleh pengguna. Pada sistem informasi geografi pengguna dibedakan menjadi pelaku analisa dan pengguna informasi. Pelaku analisa harus menguasai beragam disiplin ilmiah terutama geografi, matematika dan statistik. Selain itu, pelaku analisa harus mahir menggunakan komputer. Pengguna informasi merupakan semua orang yang memerlukan informasi geografis.[13]

Metode

Metode yang digunakan dalam SIG akan berbeda untuk setiap permasalahan. SIG yang baik tergantung pada aspek desain dan aspek realnya.

Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pada dasarnya pada SIG terdapat lima (5) proses yaitu:

  • Input Data

Proses input data digunakan untuk menginputkan data spasial dan data non-spasial. Data spasial biasanya berupa peta analog. Untuk SIG harus menggunakan peta digital sehingga peta analog tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk peta digital dengan menggunakan alat digitizer. Selain proses digitasi dapat juga dilakukan proses overlay dengan melakukan proses scanning pada peta analog.

  • Manipulasi Data

Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Oleh karena itu SIG mampu melakukan fungsi edit baik untuk data spasial maupun non-spasial.

  • Manajemen Data

Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non-spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki ukuran besar.

  • Query dan Analisis

    Query adalah proses analisis yang dilakukan secara tabular. Secara fundamental SIG dapat melakukan dua jenis analisis, yaitu:

    • Analisis Proximity

      Analisis Proximity merupakan analisis geografi yang berbasis pada jarak antar layer. SIG menggunakan proses buffering (membangun lapisan pendukung di sekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada.

    • Analisis Overlay

      Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik.

  • Visualisasi

Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.

Manfaat SIG

Dengan adanya SIG akan memudahkan peneliti atau pihak-pihak yang ingin menggunakan informasi geografis untuk melihat fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih baik. SIG mampu mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan data spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan data statistik. Dengan tersedianya komputer dengan kecepatan dan kapasitas ruang penyimpanan besar seperti saat ini, SIG akan mampu memproses data dengan cepat dan akurat dan menampilkannya. SIG juga mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan menjadi lebih mudah.

Sumber: WIkipedia

Selengkapnya
Sistem informasi geografis

Pendidikan

Pembelajaran Mobile: Mengeksplorasi Dimensi Baru Pendidikan Jarak Jauh

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


M-learning, atau pembelajaran seluler, adalah bentuk pembelajaran jarak jauh di mana pembelajar menggunakan perangkat seluler seperti telepon seluler untuk belajar di mana saja, kapan saja. Portabilitas yang ditawarkan oleh perangkat seluler memungkinkan pembelajaran dimana saja, oleh karena itu istilah “mobile” dalam kata “mobile learning”. Perangkat M-learning meliputi komputer, pemutar MP3, ponsel, dan tablet. M-learning dapat menjadi bagian penting dalam pembelajaran sehari-hari.

M-learning praktis karena dapat digunakan hampir di mana saja. Hal ini memungkinkan umpan balik instan dan berbagi tip karena perangkat seluler sering kali terhubung ke internet. M-learning juga menawarkan portabilitas yang kuat dengan mengganti buku dan catatan dengan perangkat kecil yang berisi konten pembelajaran yang dipersonalisasi. Hal ini juga memiliki keunggulan biaya tambahan, karena harga konten digital pada tablet telah turun drastis dibandingkan media tradisional seperti buku, CD, DVD, dll. Misalnya, harga buku teks digital sepertiga hingga setengah harga buku kertas. buku teks dan tidak memiliki biaya marjinal.
\ nMenurut Fombona, Pascual-Sevillana dan González-Videgaray, metode ini menawarkan beberapa kemungkinan, termasuk akses informasi yang lebih baik dan berbeda. Hal ini juga memperkenalkan inovasi besar seperti peningkatan aktivitas dan permainan informal, keanggotaan virtual yang ikonik, dan jejaring sosial yang ramah pada skala nilai baru.

Pembelajaran seluler adalah penyampaian pembelajaran, pelatihan, atau dukungan pembelajaran melalui telepon seluler, PDA, atau telepon seluler. pil Teknologi seluler baru, seperti perangkat portabel berbasis mikro, mempunyai dampak besar dalam mendefinisikan ulang cara orang menerima informasi.

Konsep m-learning diperkenalkan oleh Alan Kay pada tahun 1970an ketika ia bergabung dengan Pusat Penelitian Palo Alto. oleh Xerox Corporation. . dan membentuk tim untuk mengembangkan komputer pribadi portabel dan praktis "Dynabook". Tujuannya adalah untuk memberikan anak akses terhadap dunia digital. Namun proyek ini akhirnya gagal karena kurangnya dukungan teknis. Pada tahun 1994, Mitsubishi Electric Corp. menciptakan ponsel pintar pertama yang disebut IBM Simon, yang didefinisikan sebagai perangkat komunikasi pribadi portabel. Setelah itu, beberapa perusahaan teknologi mulai merancang apa yang disebut “smartphone”. Penciptaan ponsel pintar meletakkan dasar bagi pembelajaran seluler, dan inovasi selanjutnya dalam perangkat seluler mendorong bidang proyek dan penelitian pembelajaran seluler.

Secara kronologis, penelitian m-learning dicirikan dalam tiga fase: fase pertama berfokus pada perangkat; tahap kedua adalah fokus pembelajaran di luar kelas; Fase ketiga berfokus pada mobilitas siswa. Pada tahap kedua, sekitar tahun 2005, sejumlah besar proyek telah diselesaikan, empat proyek utama adalah "Proyek Leonardo da Vinci dari eLearning ke mLearning dipimpin oleh Ericsson Education Dublin", "Proyek Leonardo da Vinci Pembelajaran Seluler: Pembelajaran Generasi Selanjutnya, dipimpin " . dari Ericsson Education Dublin, "Proyek M-Learning IST yang dipimpin oleh Badan Pengembangan Pembelajaran dan Keterampilan (LSDA) Pemerintah Inggris" dan "Proyek IST MOBILearn yang dipimpin oleh Giunti Ricerca, Genoa, Italia". Proyek-proyek ini terutama berfokus pada dampak m-learning, seperti motivasi belajar, partisipasi dalam kegiatan pembelajaran dan orang-orang dengan kebutuhan khusus, proyek-proyek ini menentukan arah pembelajaran seluler dan m-learning berpindah dari status proyek ke pendidikan umum.

Secara kronologis , penelitian m-learning dapat dibagi menjadi tiga. fase: fase pertama fokus pada perangkat, fase kedua​​​​​ fase ketiga mobilitas siswa Sejumlah besar proyek diselesaikan pada fase kedua, sekitar tahun 2005. Empat proyek yang menonjol adalah "Proyek Leonardo da Vinci: Dari e-learning ". to m-learning" yang dikelola oleh Ericsson Education Dublin; "The Leonardo da Vinci Project: Mobile Learning - The Next Generation of Learning", juga dipimpin oleh Ericsson Education Dublin; "IST Project: M-Learning", yang dipimpin oleh Learning Government's Learning dari Inggris dan Badan Pengembangan Keterampilan (LSDA); dan "Proyek IST: MOBILearn" yang dipimpin oleh Giunti Ricerca dari Genoa, Italia. Proyek-proyek ini berfokus terutama pada dampak m-learning, seperti motivasi belajar, keterlibatan dalam kegiatan pembelajaran, dan layanan bagi masyarakat dengan kebutuhan khusus. Mereka membuka jalan bagi pembelajaran seluler dan mempersiapkannya untuk transisi dari mode proyek ke pendidikan umum.

Saat ini, penelitian m-learning telah mendunia di Afrika, Asia, Amerika Utara, Eropa, Skandinavia, Australia, dan New York. Seluruh Selandia telah mencapai prestasi luar biasa di bidang ini.

Disadur dari Artikel : en.wikipedia.org

 

 

Selengkapnya
Pembelajaran Mobile: Mengeksplorasi Dimensi Baru Pendidikan Jarak Jauh

Product Design and Development

Desain Produk: Pengertian, Cangkupan Proses, Proses dan Konsep Desain Produk

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025


Desain Produk

Desain produk adalah proses menciptakan produk baru yang dijual perusahaan kepada pelanggan. Proses ini melibatkan pembangkitan dan pengembangan ide melalui pendekatan sistematis dengan tujuan menciptakan produk inovatif. Oleh karena itu, desain produk menjadi aspek penting dalam pengembangan produk baru.

Cangkupan Proses Desain Produk

Proses desain produk mencakup serangkaian aktivitas strategis dan taktis, mulai dari pembangkitan ide hingga komersialisasi, yang bertujuan untuk menciptakan desain produk. Dengan menggunakan pendekatan sistematis, desainer produk mengembangkan konsep, mengevaluasi ide, dan mengubahnya menjadi penemuan dan produk nyata. Peran seorang desainer produk adalah memadukan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan produk baru yang dapat digunakan oleh masyarakat. Kemajuan teknologi digital telah memfasilitasi perandesainer, memungkinkan mereka melakukan komunikasi, visualisasi, analisis, dan pemodelan 3D serta menghasilkan ide-ide konkret dengan lebih efisien dibandingkan masa lalu.

Desain produk sering disamakan dengan (dan tumpang tindih dengan) desain industri dan kini menjadi istilah yang mencakup desain layanan, perangkat lunak, dan produk fisik.Desain industri berfokus pada penyatuan bentuk artistik dan kegunaan, sering kali dikombinasikan dengan desain keahlian dan ergonomi, dengan tujuan produksi barang secara massal. Dalam konteks ini, desain produk dan desain industri mencakup aspek desain teknik, terutama ketika permasalahan fungsionalitas atau kegunaan muncul sebagai tantangan, meskipun batasan antara keduanya tidak selalu jelas.

Proses Desain Produk

Ada banyak proses dalam desain produk, dan banyak di antaranya berfokus pada aspek yang berbeda. Don Koberg dan Jim Bagnellin menjelaskan contoh formulasi atau model proses dalam “Tujuh Tahapan Universal Pemecahan Masalah Kreatif.” Proses ini biasanya dilakukan oleh sekelompok orang dengan keterampilan dan pelatihan berbeda, termasuk perancang industri, ahli di bidangnya (pengguna potensial) dan insinyur (untuk aspek desain teknis), tergantung pada sifat dan jenis produk yang bersangkutan. Proses ini sering kali melibatkan pengumpulan informasi tentang kebutuhan, berbagi ide yang mungkin, membuat prototipe, dan pada akhirnya menghasilkan suatu produk. Namun, ini bukanlah akhir dari proses.Desainer produk harus menerapkan ide-ide mereka, mengubahnya menjadi produk nyata, dan mengevaluasi keberhasilan mereka untuk menentukan apakah perbaikan perlu dilakukan.

Proses desain produk mengalami kemajuan penting dengan munculnya dan penerapan pencetakan 3D. Printer 3D baru yang mudah digunakan ini mampu mencetak objek tiga dimensi menggunakan bahan seperti plastik, tidak seperti printer tradisional yang menggunakan tinta untuk mencetak pada suatu permukaan.

Proses desain produk seperti yang dijelaskan oleh Koberg dan Bagnell secara umum mencakup tiga aspek utama yaitu analisis, konsep, dan integrasi. Namun dua aspek terakhir, khususnya pencampuran, seringkali dikaji ulang tergantung pada jenis produk yang dirancang.Ini adalah proses berkelanjutan di mana umpan balik memainkan peranan penting. Koberg dan Bagnell menawarkan model proses yang lebih spesifik di mana “analisis” terdiri dari dua tahap, “konsep” hanya mencakup satu tahap, dan “sintesis” mencakup empat tahap tambahan. (Penting untuk dicatat bahwa istilah-istilah ini dapat digunakan secara berbeda dalam konteks desain yang berbeda.)

Analisis

Dalam fase “Terima situasi”, desainer membuat keputusan untuk berkomitmen pada proyek dan menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Pada fase ini, mereka mengumpulkan sumber daya mereka untuk mencari cara menyelesaikan tugas dengan lebih efisien. Seluruh tim kemudian memulai penyelidikan pada tahap analisis. Mereka mengumpulkan materi umum dan khusus yang dapat membantu mereka memahami cara menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penelitian ini dapat mencakup statistik,kuesioner, artikel, dan berbagai sumber lainnya.Tingkat analisis ini dimaksudkan untuk memberikan dasar pengetahuan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Konsep

Fase definisi merupakan momen dimana inti permasalahan didefinisikan. Kondisi masalah menjadi tujuan dan kendala situasional menjadi parameter di mana desain baru harus dibuat. Pada fase ini, tim desain dengan jelas menentukan elemen-elemen yang perlu ditangani dan menetapkan parameter yang memandu proses pengembangan desain selanjutnya.

Sintesis

Fase Ideate adalah pertukaran ide antar desainer, di mana mereka fokus pada solusi kreatif terhadap masalah desain. Idealnya, sesi curah pendapat ini harus bebas dari bias atau penilaian dan didasarkan pada ide-ide orisinal. Para desainer kemudian memilih ide-ide terpilih yang dianggap paling menjanjikan untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.

Pada tahap seleksi, ide-ide tersebut diasumsikan menjamin kesuksesan, dan dari situ tim desain dapat merinci rencana mereka untuk mengembangkan produk. Pada tahap implementasi, prototipe dibangun dan rencana disusun. Seperti yang dijelaskan pada langkah sebelumnya untuk mewujudkan produk.Tahap evaluasi merupakan langkah terakhir dimana produk diuji dan perbaikan dilakukan dari sana. Meskipun ini adalah tahap akhir, prosesnya belum selesai karena prototipe yang telah selesai mungkin tidak berfungsi sebaik yang diharapkan, sehingga ide-ide baru perlu dikemukakan dalam sesi curah pendapat.

Disadur dari: en.wikipedia.org

Selengkapnya
Desain Produk: Pengertian, Cangkupan Proses, Proses dan Konsep Desain Produk

Pendidikan

Pendidikan Jarak Jauh: Evolusi, Inovasi, dan Perkembangannya dalam Era Teknologi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


Pembelajaran jarak jauh atau dikenal juga dengan distance learning adalah pembelajaran bagi siswa yang tidak selalu hadir secara fisik di sekolah atau dimana siswa dan gurunya terpisah oleh waktu atau jarak. Secara tradisional, ini melibatkan kursus korespondensi di mana siswa berkomunikasi dengan sekolah melalui surat. Pembelajaran jarak jauh merupakan metode berbasis teknologi yang berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi seperti konferensi video, televisi, dan internet. Saat ini, hal ini biasanya melibatkan pelatihan online dan pembelajaran biasanya dimediasi oleh beberapa teknologi. Program pembelajaran jarak jauh dapat berupa pembelajaran jarak jauh sepenuhnya atau menggabungkan pembelajaran online dengan pembelajaran kelas tradisional (disebut pembelajaran hybrid atau blended). Metode lainnya mencakup pembelajaran jarak jauh dalam lingkungan virtual pelengkap atau pengajaran dalam lingkungan virtual (e-learning).

Kursus Online Terbuka Masif (MOOCs), yang menawarkan partisipasi interaktif luas dan akses terbuka melalui World Wide Web atau teknologi online lainnya . , adalah metode pendidikan pembelajaran jarak jauh terbaru. Beberapa istilah lain (pembelajaran terdistribusi, e-learning, m-learning, e-learning, kelas virtual, dll.) banyak digunakan sebagai sinonim untuk pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran online terbukti menjadi pengalaman belajar yang bermanfaat. Pembelajaran online harus menjadi proses interaktif dengan gaya belajar yang berbeda untuk semua peserta didik pada tingkat pembelajaran yang berbeda. Lingkungan pembelajaran jarak jauh adalah tempat yang menarik untuk mempelajari hal-hal baru, berkolaborasi dengan orang lain, dan menjaga disiplin diri.

Salah satu upaya pembelajaran jarak jauh yang paling awal diumumkan pada tahun 1728. Hal ini terjadi di Boston Gazette "Caleb Philipps, guru metode steno baru", yang sedang mencari siswa yang ingin mempelajari keterampilan tersebut melalui kelas mingguan.

Kursus jarak jauh pertama dalam pengertian saat ini telah diselenggarakan. Sir Isaac Pitman pada tahun 1840 - yang mengajarkan sistem steno dengan mengirimkan teks steno melalui kartu pos dan menerima transkrip dari murid-muridnya untuk dikoreksi. Inovasi penting dalam sistem Pitman adalah sisi umpan balik siswa. Sistem ini memungkinkan penetapan tarif ongkos kirim yang seragam di seluruh Inggris pada tahun 1840.

Inisiatif ini terbukti sangat berhasil dan tiga tahun kemudian Phonographic Correspondence Society dibentuk untuk menetapkan tarif ini secara lebih formal. Komunitas ini membuka jalan bagi Sir Isaac Pitman Colleges di seluruh negeri. Sekolah korespondensi pertama di Amerika Serikat adalah Home Study Society, yang didirikan pada tahun 1873. Didirikan pada tahun 1894, Wolsey Hall. , Oxford adalah sekolah pembelajaran jarak jauh pertama di Inggris Raya.
dari.

Disadur dari Artikel : en.wikipedia.org

Selengkapnya
Pendidikan Jarak Jauh: Evolusi, Inovasi, dan Perkembangannya dalam Era Teknologi
« First Previous page 683 of 1.083 Next Last »