Energi

Menghadirkan Masa Depan Rumah Pintar: Analisis Sistem Embedded untuk Monitoring Beban Listrik

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 20 Mei 2025


Pendahuluan: Menjawab Tantangan Konsumsi Energi

Seiring meningkatnya kesadaran terhadap efisiensi energi dan berkembangnya Internet of Things (IoT), kebutuhan akan sistem otomatis yang mampu mengontrol konsumsi listrik secara cerdas menjadi semakin mendesak. Penelitian oleh Feliks Anggara dan M. Fikri ini menghadirkan solusi berbasis teknologi embedded yang hemat biaya, berfungsi ganda sebagai sistem monitoring dan pengendali beban listrik secara jarak jauh.

Studi ini tidak hanya relevan secara teknis, tetapi juga mencerminkan tren global menuju smart home dan smart grid, di mana penghematan energi, efisiensi operasional, serta kenyamanan pengguna menjadi prioritas.

Tujuan dan Kontribusi Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah merancang dan mengimplementasikan sistem embedded berbasis mikrokontroler yang mampu:

  • Memonitor status beban listrik (nyala/mati)
  • Mengendalikan beban listrik melalui aplikasi Android
  • Memberikan laporan penggunaan energi listrik
  • Memiliki kemampuan konektivitas jarak jauh melalui jaringan Wi-Fi

Penelitian ini menonjol dalam dua aspek:

  1. Biaya Implementasi yang Rendah – Sistem dirancang menggunakan komponen seperti ESP8266, sensor arus ACS712, dan modul relay murah, menjadikannya solusi ideal untuk rumah tangga atau usaha kecil.
  2. Integrasi dengan Platform Digital – Sistem dihubungkan dengan database MySQL dan antarmuka aplikasi Android, memungkinkan kontrol dan pemantauan dari jarak jauh secara real-time.

Metodologi: Kombinasi Efisiensi Hardware dan Integrasi Software

Komponen Utama Sistem

Penelitian ini menggunakan kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak berikut:

  • ESP8266 NodeMCU: Sebagai otak dari sistem, digunakan karena efisiensi, harga terjangkau, dan kemampuan koneksi Wi-Fi.
  • Sensor Arus ACS712: Untuk membaca arus beban dan mengkonversinya menjadi data digital.
  • Relay 5V: Untuk pengendalian fisik terhadap nyala/matinya beban listrik.
  • Database MySQL dan Aplikasi Android: Untuk pengumpulan data, pengendalian beban, dan tampilan status secara visual.

Proses Kerja Sistem

Sistem dirancang agar dapat membaca arus beban dari sensor ACS712. Data ini kemudian diproses oleh mikrokontroler, yang selanjutnya mengirimkan data ke server melalui koneksi Wi-Fi. Pengguna dapat mengakses aplikasi Android untuk melihat status beban serta mengontrolnya dari jarak jauh. Data penggunaan juga disimpan untuk analisis lebih lanjut.

Hasil dan Pembahasan: Bukti Nyata Efektivitas Sistem

Keandalan Sensor dan Respons Sistem

  • Sensor ACS712 menunjukkan akurasi pembacaan arus dengan tingkat deviasi rendah (maksimal 0.1 A pada pengujian beban 5 A).
  • Latensi pengiriman data dan eksekusi perintah dari aplikasi Android ke relay rata-rata hanya 1–2 detik.

Kelebihan Sistem

  • Skalabilitas: Dapat diintegrasikan ke berbagai peralatan listrik rumah tangga.
  • Akses Real-time: Pengguna dapat mengontrol peralatan kapan saja melalui aplikasi.
  • Penghematan Energi: Dengan fitur on/off otomatis dan monitoring, pengguna dapat mengoptimalkan konsumsi energi.

Studi Kasus: Simulasi Rumah Tangga

Dalam simulasi, sistem dipasang pada tiga titik beban: lampu, kipas angin, dan dispenser air. Hasilnya, dalam satu minggu:

  • Penggunaan listrik turun 12% karena kontrol lebih disiplin terhadap peralatan.
  • Pengguna merasa lebih sadar terhadap pola konsumsi listrik harian.

Kritik dan Komparasi: Apa yang Bisa Ditingkatkan?

Kritik terhadap Penelitian

  1. Aspek Keamanan: Penelitian tidak menyinggung aspek keamanan jaringan. Padahal, karena sistem menggunakan koneksi Wi-Fi, risiko serangan siber cukup signifikan.
  2. Ketergantungan pada Internet: Sistem sangat bergantung pada konektivitas. Kegagalan jaringan berarti seluruh fungsi kendali tidak dapat dijalankan.
  3. Visualisasi Data Terbatas: Aplikasi Android belum mendukung grafik tren konsumsi, yang akan sangat membantu dalam analisis penggunaan jangka panjang.

Perbandingan dengan Penelitian Sejenis

Beberapa penelitian lain di bidang ini, seperti studi oleh Ahmed et al. (2017) yang menggunakan Raspberry Pi dan MQTT protocol, menawarkan fitur yang lebih kompleks seperti voice control dan integrasi dengan platform smart assistant. Namun, pendekatan Feliks dan Fikri lebih unggul dalam kesederhanaan dan biaya rendah.

Dampak Praktis dan Aplikasi Masa Depan

Potensi Implementasi Luas

  • Rumah Tangga: Sistem dapat menjadi pengganti smart plug mahal yang tersedia di pasaran.
  • Usaha Kecil: Toko dan kantor kecil bisa menggunakan sistem ini untuk mengontrol AC, lampu, atau komputer secara efisien.
  • Lembaga Pendidikan: Bisa diterapkan dalam laboratorium teknik elektro atau teknologi informasi sebagai bahan ajar praktis.

Pengembangan Masa Depan

  • Integrasi AI: Menambahkan algoritma pembelajaran mesin untuk prediksi pola konsumsi.
  • Penggunaan Protokol MQTT: Untuk efisiensi komunikasi data.
  • Backup Lokal: Mengantisipasi kegagalan jaringan dengan menyimpan data secara lokal.

Kesimpulan: Solusi Cerdas, Hemat Biaya, dan Siap Diimplementasikan

Penelitian ini membuktikan bahwa sistem monitoring dan kontrol beban listrik tidak harus mahal dan rumit. Dengan perpaduan mikrokontroler, sensor arus, serta antarmuka digital, sistem ini memberikan solusi praktis yang siap digunakan oleh masyarakat umum.

Keunggulan utamanya terletak pada biaya rendah, kemudahan penggunaan, dan potensi implementasi luas. Meskipun masih memiliki ruang untuk pengembangan, penelitian ini adalah langkah awal yang sangat relevan menuju rumah pintar berbiaya hemat di masa depan.

Sumber:

Feliks Anggara dan M. Fikri. “Design and Implementation of an Embedded System for Monitoring and Controlling Electric Loads.” Conference on Low-Cost Computing (CLC), 2018.
Link IEEE Xplore (DOI: 10.1109/CLC.2018.8698181)

Selengkapnya
Menghadirkan Masa Depan Rumah Pintar: Analisis Sistem Embedded untuk Monitoring Beban Listrik

Teknologi

Evolusi Pemeliharaan Berbasis Risiko di Era Industri 4.0: Mengintegrasikan Praktik Baru dan Analisis Pohon Kesalahan Dinamis

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 20 Mei 2025


Pendahuluan

Dua paper yang dianalisis dalam resensi ini menawarkan wawasan yang berharga tentang lanskap yang berkembang dari analisis keandalan sistem dan manajemen pemeliharaan di tengah gelombang transformasi Industri 4.0. Paper pertama, "Emerging Practices in Risk-Based Maintenance Management Driven by Industrial Transitions," menyelidiki bagaimana konsep pemeliharaan berbasis risiko (RBM) berubah sebagai respons terhadap digitalisasi, otomatisasi, dan tuntutan keberlanjutan, khususnya dalam konteks industri minyak dan gas Norwegia. Paper kedua, "Dynamic Fault Tree Analysis: State-of-the-Art in Modeling, Analysis, and Tools," memberikan tinjauan komprehensif tentang evolusi metodologi Fault Tree Analysis (FTA) untuk mengatasi kompleksitas sistem modern, dengan fokus khusus pada Dynamic Fault Tree Analysis (DFTA).  

Kedua paper menyoroti perlunya pendekatan yang lebih dinamis dan komprehensif untuk memastikan keandalan dan keselamatan sistem yang kompleks. Dengan menggabungkan wawasan dari kedua paper, resensi ini bertujuan untuk memberikan pandangan holistik tentang bagaimana praktik manajemen pemeliharaan dan metodologi analisis keandalan berkembang untuk memenuhi tuntutan Industri 4.0.

Evolusi Manajemen Pemeliharaan Berbasis Risiko (RBM) di Era Industri 4.0

Paper pertama mengamati bahwa Industri 4.0 telah membawa perubahan signifikan pada praktik manajemen pemeliharaan, khususnya dalam konteks RBM. RBM, yang secara tradisional digunakan dalam sektor-sektor kritis seperti minyak dan gas, nuklir, dan penerbangan, melibatkan prioritisasi kegiatan pemeliharaan berdasarkan risiko yang terkait dengan kegagalan peralatan.  

Dampak Teknologi Industri 4.0 pada RBM

Penelitian ini mengidentifikasi beberapa cara utama di mana Industri 4.0 memengaruhi RBM:

  • Peningkatan Pengumpulan dan Analisis Data: Teknologi Industri 4.0 memungkinkan pengumpulan data dalam jumlah besar dari sensor dan sistem pemantauan, menyediakan informasi real-time tentang kondisi peralatan. Data ini dapat dianalisis untuk mengidentifikasi pola, memprediksi kegagalan, dan mengoptimalkan jadwal pemeliharaan. Sebagai contoh, penerapan sistem pemantauan kondisi pada katup pengaman memungkinkan deteksi dini potensi masalah, mengurangi risiko kegagalan yang tidak terduga.  
  • Pemeliharaan Prediktif: Analitik data tingkat lanjut dan algoritma machine learning memfasilitasi pemeliharaan prediktif, yang melibatkan prediksi kapan peralatan cenderung gagal dan menjadwalkan pemeliharaan sebelumnya. Hal ini dapat mengurangi biaya pemeliharaan secara signifikan dengan menghindari perbaikan yang tidak perlu dan meminimalkan waktu henti. Misalnya, studi kasus yang diteliti menunjukkan bahwa pemeliharaan prediktif dapat diterapkan pada sistem pompa minyak mentah untuk mengoptimalkan kinerja dan mengurangi biaya.  
  • Pemeliharaan Preskriptif: Melampaui prediksi, pemeliharaan preskriptif merekomendasikan tindakan pemeliharaan spesifik berdasarkan data dan analitik. Ini dapat lebih mengoptimalkan jadwal pemeliharaan dan mengurangi waktu henti. 
  • Pemeliharaan Jarak Jauh: Teknologi seperti drone dan robot memungkinkan pemeliharaan jarak jauh dari platform tanpa awak, mengurangi kebutuhan akan intervensi manual dan meningkatkan keselamatan. Misalnya, drone digunakan untuk memeriksa erosi bilah turbin angin, menyediakan cara yang lebih efisien dan aman untuk melakukan inspeksi.  
  • Augmented Reality (AR): Teknologi AR dapat membantu teknisi pemeliharaan dalam melakukan tugas dengan memberikan informasi dan panduan real-time.  

Tantangan dan Peluang dalam Implementasi RBM di Industri 4.0

Meskipun Industri 4.0 menawarkan banyak manfaat untuk RBM, ada juga tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan untuk mengelola dan menganalisis data dalam jumlah besar secara efektif. Ini memerlukan investasi dalam infrastruktur TI, perangkat lunak, dan keahlian untuk memastikan bahwa data dikumpulkan, disimpan, dan diproses dengan benar.  

Tantangan lainnya adalah kebutuhan untuk perubahan organisasi dan budaya. Implementasi RBM yang digerakkan oleh Industri 4.0 seringkali memerlukan kolaborasi yang lebih erat antara departemen pemeliharaan, operasi, dan TI. Ini mungkin memerlukan pelatihan dan pengembangan baru untuk karyawan, serta perubahan dalam proses dan prosedur kerja.

Namun, terlepas dari tantangan ini, potensi manfaat RBM yang digerakkan oleh Industri 4.0 sangat besar. Dengan mengoptimalkan jadwal pemeliharaan, mengurangi waktu henti, dan meningkatkan keselamatan, perusahaan dapat mencapai penghematan biaya yang signifikan, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kinerja keseluruhan.  

Dynamic Fault Tree Analysis (DFTA): Sebuah Tinjauan

Paper kedua memberikan tinjauan mendalam tentang DFTA, sebuah metodologi yang memperluas kemampuan FTA tradisional untuk menganalisis sistem dinamis. FTA secara tradisional mengasumsikan bahwa komponen sistem hanya memiliki dua keadaan: bekerja atau gagal. Namun, sistem modern seringkali menunjukkan perilaku dinamis, di mana komponen dapat beroperasi dalam berbagai keadaan, dan urutan kejadian dapat memengaruhi hasil sistem.  

DFTA mengatasi keterbatasan ini dengan memperkenalkan gerbang dinamis, seperti gerbang Priority-AND (PAND), gerbang SPARE, dan gerbang Functional Dependency (FDEP), yang memungkinkan pemodelan ketergantungan temporal dan perilaku dinamis. Gerbang-gerbang ini memungkinkan analis untuk menangkap urutan kejadian, redundansi, dan ketergantungan fungsional antara komponen, menyediakan representasi yang lebih akurat dari perilaku sistem.  

Metodologi Analisis DFTA

Paper tersebut membahas berbagai metodologi untuk analisis DFTA, termasuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berfokus pada penentuan cut sequences dari DFT, sementara analisis kuantitatif bertujuan untuk menentukan probabilitas kejadian puncak (kegagalan sistem) berdasarkan probabilitas kegagalan komponen.  

Berbagai teknik, seperti model Markov, Petri nets, dan simulasi Monte Carlo, telah digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif DFTA. Setiap teknik memiliki kekuatan dan kelemahan sendiri, dan pemilihan teknik yang sesuai tergantung pada kompleksitas sistem yang dianalisis dan tingkat akurasi yang diinginkan.  

Integrasi DFTA dan Industri 4.0

Munculnya Industri 4.0 menghadirkan peluang baru untuk penerapan DFTA. Dengan meningkatnya ketersediaan data dan kemajuan dalam komputasi, DFTA dapat diintegrasikan dengan teknologi Industri 4.0 untuk memberikan analisis keandalan dan keselamatan yang lebih akurat dan real-time. Misalnya, data dari sensor IoT dapat digunakan untuk memperbarui probabilitas kegagalan komponen dalam model DFTA, memungkinkan prediksi yang lebih akurat tentang kegagalan sistem. Selain itu, teknik machine learning dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola dan anomali dalam data, membantu mengidentifikasi potensi masalah keselamatan sebelum terjadi.  

Kesimpulan

Kedua paper yang diulas menyoroti pentingnya evolusi praktik manajemen pemeliharaan dan metodologi analisis keandalan untuk memenuhi tuntutan Industri 4.0. Industri 4.0 menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pemeliharaan melalui peningkatan pengumpulan dan analisis data, pemeliharaan prediktif dan preskriptif, pemeliharaan jarak jauh, dan AR. Namun, tantangan seperti pengelolaan data dan perubahan organisasi perlu diatasi untuk mewujudkan potensi penuh dari teknologi ini.  

Selain itu, paper tentang DFTA menyoroti pentingnya metodologi analisis keandalan yang lebih dinamis untuk menganalisis sistem modern yang kompleks. DFTA menyediakan kerangka kerja yang lebih akurat untuk memodelkan perilaku dinamis dan ketergantungan temporal, memungkinkan analisis keandalan dan keselamatan yang lebih komprehensif. Integrasi DFTA dengan teknologi Industri 4.0 memiliki potensi untuk lebih meningkatkan akurasi dan efektivitas analisis ini, yang mengarah pada sistem yang lebih aman dan andal.  

Sumber:

El-Thalji, I. Emerging Practices in Risk-Based Maintenance Management Driven by Industrial Transitions: Multi-Case Studies and Reflections. Appl. Sci. 2025, 15, 1159.

Selengkapnya
Evolusi Pemeliharaan Berbasis Risiko di Era Industri 4.0: Mengintegrasikan Praktik Baru dan Analisis Pohon Kesalahan Dinamis

Persaingan Usaha

FTA dan Dinamika Persaingan Usaha di Banten: Antara Peluang dan Tantangan Global

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 20 Mei 2025


Pendahuluan

Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah mendorong negara-negara di dunia untuk membuka akses pasar seluas-luasnya melalui skema kerja sama perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA). Indonesia termasuk negara yang cukup aktif dalam mengadopsi FTA, baik secara bilateral, regional, maupun multilateral. Paper karya Hermansyah Andi Wibowo ini memberikan perhatian khusus pada bagaimana pelaksanaan FTA berdampak terhadap struktur dan dinamika persaingan usaha di Provinsi Banten—sebuah wilayah strategis yang memiliki basis industri kuat di sektor manufaktur, jasa, dan perdagangan.

Dengan pendekatan studi lapangan dan dokumentasi, penulis mengeksplorasi perubahan yang terjadi pasca implementasi FTA serta merumuskan solusi konkret agar pelaku usaha lokal tidak tergerus arus liberalisasi.

Dinamika FTA dan Tantangan di Wilayah Industri

Dampak Langsung FTA terhadap Pelaku Usaha Lokal

Dalam kajiannya, Wibowo menyebutkan bahwa pelaksanaan FTA berdampak langsung terhadap meningkatnya produk impor yang masuk ke pasar Banten. Hal ini memicu persaingan yang ketat, terutama di sektor industri kecil dan menengah (IKM) yang tidak memiliki kapasitas produksi besar, efisiensi logistik memadai, ataupun teknologi canggih. Produk dari Tiongkok, Jepang, dan negara-negara ASEAN lainnya kerap kali lebih murah dan lebih menarik secara tampilan sehingga lebih kompetitif di pasar domestik.

Salah satu data menarik yang diangkat adalah peningkatan volume impor produk tekstil dan elektronik sebesar lebih dari 20% dalam kurun dua tahun setelah implementasi FTA ASEAN-China. Kondisi ini menimbulkan tekanan besar bagi industri tekstil lokal di Tangerang dan Cilegon.

Efek Struktural: Konsentrasi Usaha dan Dominasi Modal Besar

Salah satu kesimpulan penting dari studi ini adalah meningkatnya konsentrasi usaha pada pelaku bisnis besar. Dalam situasi pasar bebas, perusahaan yang memiliki modal kuat, akses teknologi tinggi, dan jaringan distribusi luas cenderung mendominasi pasar. Sebaliknya, pelaku UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal justru kehilangan pangsa pasar karena tidak mampu bersaing secara harga dan kualitas.

Fenomena ini menunjukkan bahwa liberalisasi tidak selalu menciptakan persaingan usaha yang sehat, melainkan justru dapat menciptakan kecenderungan oligopoli baru di sektor-sektor tertentu.

Studi Kasus

Untuk memperkuat argumen, Wibowo menyajikan studi kasus pada sektor tekstil dan manufaktur. Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Serang menjadi lokasi utama observasi, mengingat daerah ini merupakan pusat kegiatan industri di Banten.

Temuan Kunci:

  • Kinerja IKM Tekstil menurun: Tercatat penurunan omzet rata-rata sebesar 15% setelah dua tahun FTA berlaku.

  • Pengurangan tenaga kerja: Banyak IKM melakukan rasionalisasi tenaga kerja sebagai respon terhadap tekanan persaingan.

  • Konsumen berpindah ke produk impor: Daya saing produk lokal menurun karena kalah teknologi dan estetika desain.

Analisis Tambahan:

Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam menyokong daya saing IKM melalui subsidi, pelatihan teknologi, dan promosi produk lokal di dalam negeri maupun luar negeri.

Analisis Regulasi dan Kelembagaan

Salah satu kritik tajam dalam paper ini adalah lemahnya pengawasan terhadap praktik perdagangan yang tidak fair. Penulis menyoroti ketiadaan regulasi teknis yang adaptif terhadap dampak-dampak FTA. Kelembagaan yang mengawasi perdagangan dan perlindungan UMKM juga masih terfragmentasi.

Masalah utama yang teridentifikasi:

  • Kurangnya mekanisme safeguard atas lonjakan produk impor.

  • Ketiadaan pelatihan atau insentif untuk konversi usaha ke sektor yang lebih produktif.

  • Regulasi tidak sinkron antara pusat dan daerah.

Strategi Adaptasi dan Rekomendasi Kebijakan

Penulis mengusulkan serangkaian strategi yang bisa diterapkan oleh pemerintah provinsi dan pelaku usaha:

Rekomendasi Utama:

  • Revitalisasi IKM melalui akses pembiayaan lunak dan adopsi teknologi tepat guna.

  • Pelatihan SDM di bidang digitalisasi usaha, branding, dan pengelolaan ekspor.

  • Penguatan regulasi lokal untuk melindungi pasar domestik dari praktik dumping dan monopoli harga.

  • Kampanye produk lokal agar masyarakat lebih sadar pentingnya membeli produk dalam negeri.

Strategi ini tidak hanya bersifat defensif, tetapi juga proaktif agar pelaku usaha bisa ikut serta dalam jaringan rantai pasok global.

Keterkaitan dengan Tren Global dan Nasional

Dalam konteks global, tren ekonomi saat ini sedang menuju era resilience economy pasca pandemi COVID-19. Negara-negara yang mampu menyeimbangkan keterbukaan pasar dengan perlindungan sektor strategis akan menjadi pemenang jangka panjang. Oleh karena itu, temuan paper ini sangat relevan sebagai acuan daerah dalam menyusun kebijakan perdagangan dan industri.

Di tingkat nasional, strategi hilirisasi dan peningkatan daya saing UMKM yang dicanangkan oleh pemerintah pusat seharusnya menjadi bagian integral dari implementasi FTA di daerah.

Opini Kritis

Resensi ini menilai bahwa paper karya Hermansyah Wibowo merupakan kontribusi penting dalam literatur kebijakan ekonomi daerah. Namun, ada beberapa hal yang dapat dikritisi atau dikembangkan lebih lanjut:

  • Kurangnya eksplorasi digitalisasi UMKM: Padahal ini bisa menjadi kunci dalam menjawab tantangan globalisasi.

  • Minimnya data kuantitatif yang lengkap: Beberapa klaim dapat diperkuat dengan tabel atau grafik tren lima tahun terakhir.

  • Belum menyentuh potensi FTA dari sisi ekspor lokal yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha di Banten.

Meskipun demikian, paper ini sukses memetakan permasalahan utama, serta menawarkan solusi berbasis realitas di lapangan.

Kesimpulan

Pelaksanaan Free Trade Area (FTA) di Provinsi Banten berdampak signifikan terhadap dinamika persaingan usaha. Meskipun membuka akses pasar lebih luas, FTA juga memicu tekanan terhadap pelaku usaha lokal, khususnya industri kecil dan menengah (IKM), yang belum siap bersaing dengan produk impor.

Ditemukan bahwa banyak IKM mengalami penurunan omzet dan pangsa pasar akibat lemahnya daya saing dan minimnya perlindungan dari pemerintah daerah. Ketidaksiapan regulasi serta kurangnya strategi adaptasi menjadi hambatan utama dalam menghadapi dampak FTA.

Untuk itu, dibutuhkan kebijakan afirmatif seperti pelatihan, pendampingan, dan penguatan regulasi guna menjaga keberlangsungan industri lokal di tengah arus perdagangan bebas.

Sumber

Wibowo, H. A. (Tanpa Tahun). Kajian Dampak terhadap Persaingan Usaha terkait Pelaksanaan Free Trade Area (FTA) di Provinsi Banten. [Makalah tidak dipublikasikan].

Selengkapnya
FTA dan Dinamika Persaingan Usaha di Banten: Antara Peluang dan Tantangan Global

Sejarah Budaya Lokal

Menggali Warisan Sejarah Banten: Resensi Buku 'Studi Kebantenan' yang Menguak Jati Diri Budaya Lokal

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 19 Mei 2025


Pendahuluan

Buku Studi Kebantenan dalam Catatan Sejarah adalah karya kolektif yang tidak hanya mendokumentasikan sejarah Banten, tetapi juga menghidupkan kembali denyut kebudayaan dan peradaban masyarakatnya dari masa praaksara hingga era modern. Melalui pendekatan geohistoris, buku ini berhasil membangun narasi yang menyatukan geografi, sosiologi, dan sejarah dalam satu jalinan utuh. Tujuan utamanya ialah memperkuat jati diri lokal sekaligus menyumbangkan wawasan strategis bagi pembangunan daerah berbasis kearifan historis.

Ruang Sejarah dan Geografi

Dimensi Geohistoris

Banten, secara geografis, terletak strategis di jalur lalu lintas laut internasional, yakni di antara Pulau Jawa dan Sumatra. Wilayah ini memiliki luas sekitar 9.160,70 km² yang terbagi dalam 4 kota, 4 kabupaten, dan lebih dari 1.200 desa. Buku ini menyajikan pendekatan geohistoris yang menjelaskan bagaimana kondisi geografis memengaruhi jalannya sejarah. Misalnya, keberadaan Selat Sunda menjadikan Banten sebagai simpul pelayaran penting dari Asia Tenggara ke Australia dan sebaliknya.

Bukti Arkeologis dan Kejayaan Awal

Pada abad ke-5, Banten masih menjadi bagian dari Kerajaan Tarumanagara, yang dibuktikan dengan penemuan prasasti seperti Prasasti Ciaruteun. Di era berikutnya, wilayah ini menjadi pusat perdagangan penting di bawah pengaruh kerajaan Sunda dan kemudian berkembang menjadi kerajaan Islam yang berpengaruh.

 Islamisasi dan Perkembangan Kesultanan Banten

Maulana Hasanuddin dan Jejak Islamisasi

Banten mulai berkembang pesat sebagai kesultanan Islam pada abad ke-16 dengan naiknya Sultan Maulana Hasanuddin sebagai penguasa pertama. Ia adalah putra dari Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo. Islamisasi di Banten bukan hanya soal agama, tetapi juga transformasi sosial, budaya, dan politik masyarakat.

Keemasan Sultan Ageng Tirtayasa

Salah satu bagian paling kuat dari buku ini adalah kajian tentang Sultan Ageng Tirtayasa (memerintah 1651–1683). Di bawah kepemimpinannya, Banten mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan kekuatan maritim. Beliau juga mendirikan sistem pertahanan dan pelabuhan yang terintegrasi dengan diplomasi luar negeri.

Salah satu catatan sejarah penting menyebutkan bahwa Sultan Ageng pernah mengirimkan surat diplomatik kepada Raja Inggris Charles II yang disertai dengan hadiah lada hitam, mencerminkan hubungan dagang yang erat dengan Eropa.

Demografi dan Tatanan Sosial Banten

Sistem Sosial dan Pola Pemukiman

Buku ini juga membahas struktur sosial masyarakat Banten, mulai dari keluarga, klan, hingga jaringan tokoh agama dan jawara. Terdapat uraian menarik tentang bagaimana pola pemukiman masyarakat Banten tidak hanya ditentukan oleh pertimbangan praktis seperti akses air, tetapi juga nilai-nilai spiritual dan budaya.

Ekonomi Kreatif sebagai Warisan Sejarah

Salah satu bagian paling progresif dari buku ini adalah pembahasan mengenai potensi ekonomi kreatif berbasis sejarah. Penulis menyampaikan bahwa kekayaan budaya seperti debus, pencak silat, dan tari lojor dapat menjadi pilar ekonomi baru bagi Banten.

Kuliner dan Industri Tradisional

Kuliner khas seperti sate bandeng, rabeg, dan kue apem disebutkan sebagai potensi unggulan ekonomi lokal. Begitu pula dengan kerajinan gerabah dari Bumijaya yang dapat dikembangkan menjadi industri bernilai ekspor.

Nilai Tambah: Pendekatan Geohistori dan Pendidikan Sejarah

Pendekatan geohistoris yang diadopsi buku ini sejalan dengan kebutuhan pembelajaran sejarah modern. Tidak sekadar hafalan kronologis, tapi analisis hubungan sebab-akibat antara kondisi geografis dan dinamika sosial. Ini membuat buku ini sangat cocok digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa sejarah maupun kajian budaya lokal.

Kritik dan Komparasi

Meski secara substansi buku ini kaya informasi, ada beberapa catatan penting:

  • Gaya Bahasa: Dalam beberapa bagian, penyajian terkesan terlalu deskriptif tanpa eksplorasi analitis yang mendalam, terutama pada bagian demografi dan ekonomi kreatif.

  • Keterbatasan Data Statistik: Data ekonomi lebih bersifat umum dan kurang didukung angka kuantitatif, misalnya statistik pariwisata, industri kreatif, atau kontribusi UKM terhadap PDRB Banten.

  • Perbandingan Kurang: Buku ini akan lebih tajam jika disandingkan dengan daerah lain yang memiliki dinamika sejarah serupa, seperti Cirebon atau Palembang.

Namun demikian, buku ini tetap memberikan kontribusi penting bagi literatur sejarah lokal Indonesia.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Studi Kebantenan dalam Catatan Sejarah adalah referensi penting untuk memahami identitas dan peradaban Banten. Bukan hanya tentang catatan masa lalu, tetapi juga refleksi masa depan: bagaimana sejarah lokal bisa menjadi fondasi ekonomi kreatif, pendidikan karakter, dan pembangunan daerah berbasis kearifan budaya.

Dengan narasi yang terstruktur dan pendekatan lintasdisipliner, buku ini layak menjadi bahan ajar, inspirasi kajian ilmiah, maupun rujukan kebijakan daerah.

Sumber

Buku: Studi Kebantenan dalam Catatan Sejarah
Penulis: Iwan Ridwan, Hj. Ima Maisaroh, Hj. Rt. Bai Rohimah, Drs. H. Suaidi, Abdurrahim

Selengkapnya
Menggali Warisan Sejarah Banten: Resensi Buku 'Studi Kebantenan' yang Menguak Jati Diri Budaya Lokal

Visualisasi Spasial

Visualisasi Risiko Stunting di Jawa Timur: Metode Fuzzy Ungkap Daerah Rawan

Dipublikasikan oleh pada 19 Mei 2025


Pendahuluan

Paper ilmiah yang berjudul "Visualisasi Spasial Temporal Tingkat Risiko Stunting di Jawa Timur Menggunakan Metode Fuzzy" menyajikan penelitian tentang pemanfaatan metode Fuzzy dalam memetakan risiko stunting secara spasial dan temporal di Jawa Timur. Paper ini ditulis oleh Arna Fariza, Rengga Asmara, dan Galuh Nurul Istiqomah dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), diterbitkan dalam Jurnal Teknologi dan Informasi (JATI), Volume 13 Nomor 1, Maret 2023. Fokus utama penelitian ini adalah menghasilkan peta risiko stunting berbasis waktu untuk mendukung intervensi yang lebih tepat sasaran.

Latar Belakang

Stunting merupakan masalah kesehatan serius yang masih menjadi tantangan di Jawa Timur. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2022 angka prevalensi stunting mencapai 23,5%. Salah satu kendala dalam penanganan stunting adalah kurangnya informasi spasial tentang daerah risiko tinggi. Dengan adanya model visualisasi ini, pemerintah dapat lebih efektif merumuskan kebijakan intervensi.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy dalam memetakan risiko stunting. Data diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Badan Pusat Statistik (BPS). Teknik analisis melibatkan model Fuzzy C-Means untuk klasifikasi risiko dan pemetaan menggunakan perangkat lunak GIS untuk menampilkan hasil dalam bentuk peta risiko.

Teknik Analisis

Model Fuzzy C-Means digunakan untuk mengelompokkan wilayah berdasarkan risiko stunting, dengan variabel seperti tinggi badan menurut umur, status gizi, dan akses terhadap air bersih. Selanjutnya, hasil pengelompokan divisualisasikan dalam peta tematik menggunakan ArcGIS.

Studi Kasus & Data

Hasil pemetaan menunjukkan bahwa daerah pedesaan dengan akses air bersih yang rendah dan status gizi buruk, seperti Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Sampang, memiliki risiko stunting yang lebih tinggi. Peta temporal juga menunjukkan bahwa risiko cenderung meningkat pada musim kemarau. Temuan ini konsisten dengan penelitian oleh Wulandari et al. (2021) tentang risiko stunting di daerah tropis yang juga terpengaruh oleh musim.

Analisis dan Nilai Tambah

Penelitian ini menunjukkan bahwa metode Fuzzy efektif dalam mengidentifikasi wilayah risiko tinggi stunting secara lebih terperinci. Namun, kelemahannya terletak pada ketergantungan terhadap data kesehatan yang tidak selalu terbarukan. Pembaruan data secara berkala akan meningkatkan keakuratan prediksi risiko.

Implikasi Praktis

Pemerintah daerah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk merumuskan kebijakan berbasis data dalam upaya penurunan angka stunting. Misalnya, meningkatkan akses air bersih di daerah rawan dan melakukan edukasi gizi pada masyarakat.

Perbandingan dengan Penelitian Lain

Berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Maulana (2020) yang lebih berfokus pada model regresi linier untuk memprediksi stunting, penelitian ini menawarkan pendekatan spasial-temporal dengan metode Fuzzy yang lebih adaptif terhadap perubahan data.

Kesimpulan

Penelitian ini memberikan wawasan penting dalam pemetaan risiko stunting di Jawa Timur menggunakan metode Fuzzy. Dengan visualisasi spasial-temporal, intervensi dapat dilakukan lebih tepat waktu dan lokasi.

Sumber

Penelitian ini dapat diakses melalui Jurnal Teknologi dan Informasi (JATI) melalui tautan: https://doi.org/10.34010/jati.v13i1.8954.

 

Selengkapnya
Visualisasi Risiko Stunting di Jawa Timur: Metode Fuzzy Ungkap Daerah Rawan

Kesehatan Masyarakat

Menguak Potret Kesehatan Masyarakat Banten: Temuan Penting Riskesdas 2007

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 19 Mei 2025


Pendahuluan

Laporan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 merupakan tonggak penting dalam peta kesehatan nasional Indonesia. Laporan ini tidak hanya menyajikan data mentah, melainkan menggambarkan realita kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Dalam edisi Provinsi Banten, laporan ini menjadi cermin awal bagi daerah yang saat itu masih tergolong muda secara administratif. Dengan populasi yang besar, heterogen, dan tersebar di wilayah urban dan rural, Banten menjadi medan penting bagi analisis epidemiologi dan kebijakan kesehatan.

Melalui resensi ini, kita akan mendalami beberapa temuan utama, implikasi kebijakan, dan potensi pengembangan layanan kesehatan berbasis data Riskesdas 2007.

Profil Umum Kesehatan di Banten

Berdasarkan laporan, jumlah rumah tangga yang dijadikan sampel di Provinsi Banten adalah 1.108, terdiri dari berbagai kabupaten/kota. Pendekatan statistik digunakan untuk menyajikan prevalensi penyakit, status gizi, gaya hidup, dan akses terhadap pelayanan kesehatan.

Beberapa indikator kunci:

  • Persentase rumah tangga dengan sanitasi layak: hanya 38,4%

  • Proporsi rumah tangga dengan akses air bersih: 57,9%

  • Prevalensi merokok pada laki-laki dewasa: lebih dari 60%

  • Cakupan imunisasi dasar lengkap anak usia 12–23 bulan: masih di bawah 70%

Angka-angka ini menunjukkan tantangan besar yang harus dihadapi, terutama dalam pelayanan dasar kesehatan, promotif dan preventif.

Masalah Gizi

Gizi buruk masih menjadi sorotan dalam laporan ini. Dari hasil penimbangan balita:

  • Balita dengan status gizi buruk (berdasarkan indeks BB/U) mencapai 5,4%

  • Balita pendek (stunted) berdasarkan TB/U sebesar 25,1%

  • Balita kurus (wasting) berdasarkan BB/TB sekitar 14,5%

Situasi ini menandakan bahwa problem malnutrisi di Banten saat itu belum hanya disebabkan oleh kemiskinan, tetapi juga pola asuh, pengetahuan ibu tentang gizi, serta akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan dasar.

Sangat menarik jika kita kaitkan dengan Program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang baru mulai didorong setelah 2010. Data ini seharusnya menjadi dasar kebijakan lebih awal terhadap penanggulangan stunting yang kini menjadi prioritas nasional.

Perilaku Kesehatan

Riskesdas 2007 mencatat angka merokok sangat tinggi pada kelompok pria dewasa di Banten. Hampir 2 dari 3 pria merokok secara rutin, bahkan sebagian di antaranya mulai merokok sejak usia <15 tahun.

Perilaku ini menjadi faktor risiko utama penyakit tidak menular seperti:

  • Hipertensi

  • PPOK (penyakit paru obstruktif kronik)

  • Stroke

  • Kanker paru

Selain itu, praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) juga masih rendah. Hanya sebagian kecil rumah tangga yang mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar atau sebelum makan, menunjukkan lemahnya edukasi promotif dari Puskesmas pada waktu itu.

Penyakit Tidak Menular dan Akses Layanan Kesehatan

Sebagai bagian dari transisi epidemiologis, Provinsi Banten mulai menunjukkan peningkatan angka hipertensi dan diabetes. Meski deteksi dini belum optimal, laporan ini menyebutkan:

  • Hipertensi terdeteksi sebesar 15% pada kelompok usia >18 tahun

  • Sebagian besar penderita tidak menyadari kondisi kesehatannya karena minimnya pemeriksaan rutin

Akses layanan kesehatan masih menjadi masalah klasik:

  • 50,7% rumah tangga mengakses Puskesmas sebagai fasilitas utama

  • Sebanyak 23,6% memilih berobat ke dukun atau tokoh tradisional

  • Persalinan oleh tenaga kesehatan hanya sekitar 67%

Data ini menjadi refleksi bahwa walaupun infrastruktur medis mulai membaik, barrier budaya dan ekonomi masih signifikan dalam menentukan akses layanan.

Studi Kasus

Salah satu contoh konkret bisa dilihat di Kabupaten Pandeglang yang pada tahun itu tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi tertinggi status gizi buruk. Hal ini berkorelasi erat dengan:

  • Tingkat pendidikan ibu yang rendah

  • Jarak terhadap fasilitas layanan kesehatan yang bisa mencapai lebih dari 5 km

  • Rendahnya konsumsi protein hewani

Intervensi seperti program Posyandu Aktif, Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan edukasi gizi berbasis komunitas baru dijalankan intensif pasca-Riskesdas 2007, menjadikan data ini sebagai acuan awal perencanaan berbasis bukti.

Kritik dan Analisis Tambahan

Laporan Riskesdas 2007 memang monumental, namun tidak lepas dari sejumlah keterbatasan:

  • Tidak semua indikator menggunakan pendekatan longitudinal, sehingga sulit memetakan tren jangka panjang

  • Data perilaku seperti konsumsi makanan tidak dilengkapi dengan informasi frekuensi dan kuantitas

  • Beberapa indikator layanan seperti kepuasan pasien atau mutu layanan kesehatan belum dikaji

Meski demikian, laporan ini tetap memberikan pondasi yang solid untuk menyusun RPJMD bidang kesehatan dan strategi operasional di tingkat kabupaten/kota.

Relevansi Saat Ini dan Tantangan Masa Depan

Menariknya, sebagian permasalahan yang ditemukan pada Riskesdas 2007 masih relevan hingga kini. Misalnya:

  • Stunting tetap menjadi isu nasional

  • Perilaku merokok masih belum tertangani optimal

  • Akses air bersih dan sanitasi layak menjadi fokus program SDGs Tujuan 6

Laporan ini menyadarkan kita bahwa penanganan isu kesehatan tidak bisa parsial. Harus ada sinergi antara data, kebijakan, edukasi masyarakat, serta penguatan layanan primer dan rujukan.

Kesimpulan

Riskesdas Banten 2007 adalah dokumen penting yang tidak hanya memotret kesehatan masyarakat saat itu, tetapi juga menjadi kompas untuk arah pembangunan kesehatan jangka panjang. Ia memperlihatkan betapa tantangan mendasar seperti gizi buruk, PHBS rendah, dan keterbatasan akses masih menjadi pekerjaan rumah yang belum usai.

Kini, ketika Indonesia memasuki era digital dan kesehatan berbasis teknologi, laporan ini tetap memiliki nilai strategis sebagai titik awal perbaikan. Mengabaikannya sama saja dengan menutup mata pada sejarah dan gagal belajar dari data.

Sumber 

Penelitian ini dapat diakses dalam Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Banten Tahun 2007 yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Selengkapnya
Menguak Potret Kesehatan Masyarakat Banten: Temuan Penting Riskesdas 2007
« First Previous page 393 of 1.344 Next Last »