Perumahan dan Permukiman

Dari Stigma Kemiskinan ke Sains Material: Tinjauan Kritis terhadap Inovasi Perumahan Tanah

Dipublikasikan oleh Timothy Rumoko pada 12 September 2025


Latar Belakang Teoretis

Penelitian ini berakar pada masalah nyata dan berskala masif: kebutuhan akan 29,5 juta rumah bagi rumah tangga pedesaan berpenghasilan rendah di India pada tahun 2022. Penulis mengidentifikasi bahwa material konvensional seperti beton dan batu bata bakar tidak terjangkau bagi segmen populasi ini, sehingga mendorong perlunya eksplorasi alternatif yang ekonomis dan ekologis. Konstruksi tanah, sebuah praktik kuno, diajukan sebagai solusi potensial. Namun, adopsi luasnya terhambat oleh dua tantangan utama:  

daya tahan yang rendah, terutama kerentanannya terhadap kerusakan akibat air, dan citra sosial yang rendah, di mana rumah tanah sering kali diasosiasikan dengan kemiskinan dan keterbelakangan.  

Dengan latar belakang ini, disertasi ini dibangun di atas tiga pilar konseptual yang saling terkait, yaitu kebutuhan untuk menjadikan rumah tanah Terjangkau (Affordable), Tahan Lama (Durable), dan Diinginkan (Desirable). Hipotesis sentral yang mendasari karya ini adalah bahwa dengan meningkatkan kinerja teknis material tanah secara ilmiah—khususnya ketahanan airnya—dan mengkomunikasikan keunggulannya secara efektif, persepsi negatif dapat diubah, menjadikannya pilihan yang aspiratif dan praktis. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan material tanah berbiaya rendah, tahan air, dan dapat diterima secara sosial untuk perumahan pedesaan di India.  

Metodologi dan Kebaruan

Pendekatan penelitian yang diadopsi oleh Kulshreshtha sangat menonjol karena sifatnya yang holistik dan berpusat pada pengguna, mengacu pada kerangka "pemikiran desain" (design thinking). Metodologi ini secara unik mengintegrasikan ilmu sosial, ilmu material, dan komunikasi sains dalam satu alur kerja yang koheren.  

Proses penelitian dimulai dengan survei lapangan etnografis di India untuk memahami secara mendalam faktor-faktor yang mendukung dan membatasi penggunaan rumah tanah dari perspektif penghuninya. Wawasan dari survei ini kemudian secara langsung menginformasikan fase  

penelitian eksperimental di laboratorium. Fokus eksperimen adalah pada teknik modern Compressed Earth Blocks (CEB) karena kualitas produk dan ketersediaan alat pres berbiaya rendah di India. Investigasi dilakukan pada dua front: pertama, mengoptimalkan ketahanan air  

CEB tanpa stabilisator dengan memanipulasi variabel seperti komposisi tanah, kadar air pemadatan, dan tekanan pemadatan. Kedua, mengeksplorasi potensi  

stabilisator biologis sebagai alternatif berbiaya rendah untuk semen. Setelah tinjauan literatur yang komprehensif, kotoran sapi dipilih untuk studi eksperimental mendalam karena relevansi biaya, ketersediaan, dan penerimaan budayanya di India. Terakhir, penelitian ini ditutup dengan eksplorasi  

komunikasi sains melalui analisis video YouTube sebagai alat untuk mendiseminasikan temuan dan mengatasi aspek "keinginan".  

Kebaruan dari karya ini terletak pada dekonstruksi ilmiahnya terhadap bahan tradisional (kotoran sapi) untuk mengungkap mekanisme yang mendasari kinerjanya, serta pendekatannya yang menyeluruh dari masalah sosial hingga solusi material dan strategi diseminasi.

Temuan Utama dengan Kontekstualisasi

Disertasi ini menyajikan serangkaian temuan kunci yang secara langsung menjawab pertanyaan penelitiannya.

  1. Masalah Citra sebagai Hambatan Utama: Survei lapangan (Bab 3) secara konklusif mengidentifikasi bahwa citra rendah tanah, yang sangat terkait dengan kemiskinan, adalah penghalang utama penerimaannya. Citra ini diperburuk oleh kinerja teknis yang buruk (terutama ketahanan air dan serangan rayap), kebutuhan perawatan yang sering, dan kebijakan pemerintah yang secara tidak langsung memberikan reputasi negatif. Temuan ini menjadi justifikasi kuat untuk fokus penelitian pada peningkatan daya tahan material.  

  2. Optimalisasi CEB Tanpa Stabilisator: Penelitian eksperimental (Bab 4) mengungkapkan bahwa ketahanan air CEB tidak hanya bergantung pada kepadatan. Kadar air pemadatan yang lebih tinggi terbukti secara signifikan meningkatkan ketahanan air (hingga 6,5 kali lebih baik) dengan mengurangi volume pori-pori makro, bahkan pada kepadatan yang sama. Selain itu,  

    mineralogi lempung memainkan peran dominan; blok dengan lempung bentonit (yang memiliki daya kembang tinggi) menunjukkan ketahanan air yang jauh lebih superior dibandingkan dengan lempung kaolinit.  

  3. Mekanisme Ilmiah di Balik Kotoran Sapi: Ini adalah salah satu kontribusi paling signifikan dari disertasi ini. Tinjauan literatur (Bab 5) menunjukkan bahwa stabilisator biologis industri seringkali mahal, menjadikan alternatif tradisional seperti kotoran sapi lebih relevan. Eksperimen mendalam (Bab 6) kemudian membuktikan bahwa penambahan kotoran sapi dapat meningkatkan ketahanan air CEB hingga  

    lebih dari 500 kali lipat. Mekanisme di baliknya bukanlah mitos, melainkan sains: komponen yang bertanggung jawab diidentifikasi sebagai  

    Agregat Mikroba Berukuran Kecil (SSMAs), partikel anti air kaya asam lemak yang membentuk sekitar sepertiga dari massa padat kotoran sapi. Berdasarkan temuan ini, rekomendasi praktis yang sangat spesifik dirumuskan: gunakan kotoran sapi basah (80 kali lebih efektif daripada kering), adopsi kadar air pemadatan yang lebih tinggi (40 kali lebih efektif), dan pilih tanah dengan lempung berdaya kembang rendah seperti kaolinit (30 kali lebih efektif).  

  4. Komunikasi sebagai Alat untuk Meningkatkan Keinginan: Penelitian tentang diseminasi (Bab 7) menemukan bahwa praktisi konstruksi tanah di India menggunakan platform online seperti YouTube sebagai sumber informasi. Analisis terhadap 124 video menghasilkan wawasan bahwa konten yang efektif harus  

    relevan, holistik, dan dapat ditindaklanjuti. Temuan ini kemudian diterapkan untuk memproduksi dua video animasi yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan menyebarkan pengetahuan praktis dari disertasi ini.  

 

Keterbatasan dan Refleksi Kritis

Penulis secara transparan mengakui keterbatasan penelitiannya, terutama bahwa studi eksperimental dilakukan hanya pada satu jenis tanah dan satu sumber kotoran sapi, yang membatasi generalisasi temuan. Selain itu, validasi pada skala yang lebih besar (dinding atau bangunan utuh) masih diperlukan untuk menguji kinerja di tingkat arsitektural.  

Sebagai refleksi kritis, meskipun disertasi ini memberikan panduan yang sangat baik untuk optimalisasi di tingkat laboratorium, tantangan untuk menstandardisasi material biologis yang sangat bervariasi seperti kotoran sapi untuk produksi massal tetap menjadi rintangan praktis yang signifikan. Menerjemahkan temuan laboratorium yang terkontrol ke dalam proses produksi yang andal dan dapat diskalakan di lingkungan pedesaan yang beragam akan memerlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

Implikasi Ilmiah di Masa Depan

Disertasi ini membuka jalan bagi beberapa arah penelitian yang menjanjikan. Rekomendasi eksplisit penulis mencakup perlunya studi replikasi dengan berbagai jenis tanah dan sumber kotoran sapi, serta pengujian skala penuh untuk memahami perilaku material di tingkat arsitektural.  

Secara lebih luas, karya ini memberikan cetak biru metodologis untuk valorisasi ilmiah bahan limbah biologis lainnya dalam konstruksi. Ia mengubah paradigma dari memandang bahan tradisional sebagai "teknologi rendah" menjadi subjek yang kompleks secara ilmiah dan dapat dioptimalkan. Selain itu, integrasi komunikasi sains sebagai komponen penelitian yang tak terpisahkan menawarkan model yang kuat untuk proyek-proyek ilmiah berorientasi dampak di masa depan, memastikan bahwa pengetahuan yang dihasilkan tidak hanya berakhir di jurnal akademis tetapi juga menjangkau dan memberdayakan para praktisi di lapangan.

Sumber

Kulshreshtha, Y. (2022). Building Affordable, Durable and Desirable Earthen Houses: Construction with Materials Derived from Locally Available Natural and Biological Resources.. https://doi.org/10.4233/uuid:0149cbb5-e3fe-4bc5-8333-8f888638055e

Selengkapnya
Dari Stigma Kemiskinan ke Sains Material: Tinjauan Kritis terhadap Inovasi Perumahan Tanah

Perumahan dan Permukiman

Pentingnya Punya Hunian dengan Kualitas Udara Baik di Perkotaan

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 10 Februari 2025


Di tengah perubahan iklim dan pemanasan global, tinggal di hunian hijau (green) dengan sirkulasi udara yang baik menjadi sangat penting. Terlebih di kawasan perkotaan di mana kualitas udara di luar ruangan tidak bisa lagi diharapkan alias sangat buruk dan telah tercemar polusi.

Anggota Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) Prasetyoadi mengatakan salah satu alasan pentingnya tinggal di hunian atau bangunan hijau bagi masyarakat perkotaan yaitu karena mereka umumnya menghabiskan hampir 85 persen hingga 90 persen waktunya di dalam ruangan.

"Manusia di kawasan urban itu menghabiskan 85 persen sampai 90 persen waktunya beraktivitas di dalam ruangan," kata Prasetyoadi atau akrab disapa Tiyok dalam diskusi virtual, Kamis (11/11/2021).

Tiyok menjelaskan, polusi udara bukan hal yang sepele. Dampaknya bahkan dapat menyebabkan kematian.  Polusi udara pada dasarnya tidak hanya terjadi di luar ruangan melainkan juga di dalam ruangan.

Kualitas udara yang buruk di dalam ruangan bahkan jauh lebih berbahaya dibandingkan di luar ruangan. Orang yang tinggal di sebuah hunian dengan kualitas udara yang buruk, panas dan lembab sangat rentan terkena penyakit.

"Jadi suhu yang panas, lembab, dan sirkulasi udara yang tidak baik, apalagi di negara tropis itu menjadi sarang penyakit dan membahayakan penghuninya," ujar Tiyok. Sebaliknya, kualitas udara yang baik, paparan pencahayaan alami yang cukup dalam sebuah hunian dapat memberikan dampak positif. 

Sumber artikel: Kompas.com

Selengkapnya
Pentingnya Punya Hunian dengan Kualitas Udara Baik di Perkotaan

Perumahan dan Permukiman

Selesai Dibangun, Kementerian PUPR Lakukan Serah Terima Rumah Khusus KRI Nanggala 402 di Sidoarjo

Dipublikasikan oleh Admin pada 24 April 2022


Sidoarjo - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan Rumah Khusus (Rusus) bagi keluarga prajurit KRI Nanggala 402 yang gugur saat latihan di Laut Bali, 21 April lalu. Serah terima kunci secara simbolis dilakukan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto didampingi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono dan Direktur Rumah Khusus, Ditjen Perumahan Kementerian PUPR Yusniewati, kepada perwakilan dari 53 ahli waris prajurit di Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (20/4/2022). 

Direktur Rumah Khusus, Ditjen Perumahan Kementerian PUPR Yusniewati mengatakan Rusus KRI Nanggala dibangun sebanyak 53 unit   yang terdiri dari empat tipe rumah, yakni 1 unit rumah tipe 90 dengan luas 320 m2 untuk perwira tinggi, sebanyak 7 unit tipe 72 luas lahan 280 m2 bagi perwira menengah, 10 unit rumah tipe 54 luas lahan 280 m2 bagi perwira pertama, dan sebanyak 35 unit rumah tipe 45 luas lahan 230 m2 bagi prajurit bintara, tamtama, dan PNS.

"Selain bangunan rumah juga dilengkapi fasilitas-fasilitas untuk menambah kenyamanan dan keamanan bagi penghuni,  di antaranya pos keamanan, jalan lingkungan, penerangan jalan umum, dan gedung serba guna. Semoga memberikan manfaat bagi seluruh ahli waris prajurit yang gugur," kata Yusniewati. 

Pembangunan Rusus KRI Manggala di bawah tanggung jawab Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa IV (Jawa Timur-Bali), Ditjen Perumahan, Kementerian PUPR dengan biaya APBN senilai Rp14,2 miliar. Masa pelaksanaan pekerjaan sejak Agustus 2021 dan telah selesai Januari 2022.

Menhan Prabowo Subianto menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung penyelesaian pembangunan Rusus KRI Nanggala 402 di Sidoarjo. Pembangunan perumahan Nanggala 402 merupakan bentuk penghormatan negara terhadap dedikasi, loyalitas, dan semangat para prajurit. 

"Saya berpesan agar dijaga dan dirawat dengan baik. Ini adalah upaya kita semua dalam mengenang dan menghormati jasa dan pengorbanan pahlawan bangsa dalam menjaga perairan Indonesia," kata Menhan Prabowo Subianto. 

Turut hadirhadir dalam acara Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali dan Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (P2P) Jawa IV  Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Sultan Sidik Nasution. 

Sumber: pu.go.id

 

Selengkapnya
Selesai Dibangun, Kementerian PUPR Lakukan Serah Terima Rumah Khusus KRI Nanggala 402 di Sidoarjo
page 1 of 1