Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
BATULICIN, KOMPAS.com - PT Jhonlin Grup akan membangun smelter nikel di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel). Rencana pembangunan smelter nikel diutarakan langsung oleh pemilik PT Jhonlin Grup, Andi Syamsuddin Arsyad atau yang akrab disapa Haji Isam. Menurut Haji Isam, Jhonlin Grup akan menginvestasikan dananya sebesar 440 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,3 trilliun.
"Rencana pembangunan mulai April tahun depan atau 2022 dengan nilai investasi 440 dollar AS," sebut Haji Isam dalam keterangan resminya yang diterima, Minggu (19/12/2021). Smelter nikel tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 2.000 hektar. Isam menyebut, smelter nikel ini merupakan yang pertama di Pulau Kalimantan.
Menurut dia, smelter nikel ini diharapkan bisa menyerap 10.000 tenaga kerja dengan diutamakan putra daerah Kabupaten Tanah Bumbu.
"Pabrik smelter nikel itu akan berdiri di dekat pabrik biodiesel yang sudah terbangun," jelasnya.
Haji Isam menambahkan, selain pabrik smelter nikel, PT Jhonlin Grup juga berencana membangun dua pabrik lainnya.
Agar seluruh rencana pembangunan pabrik tersebut berjalan mulus, PT Jhonlin Grup telah menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Kabupaten Tanah Bumbu.
Di kawasan itu nantinya akan berdiri empat pabrik yang saling menopang, yaitu pabrik biodiesel yang sudah beroperasi setelah diresmikan Jokowi beberapa waktu lalu. Selain itu, terdapat pula pabrik smelter nikel, pabrik plywood dan pabrik pengolahan plastik.
"Kawasan ekonomi khusus ini diharapkan akan menopang perekonomian secara nasional dan juga lokal dan tentu akan menyerap banyak tenaga kerja," kata dia.
Sebagai informasi, sesuai regulasi pemerintah setiap perusahaan tambang diwajibkan membuat smelter. Hal ini agar setiap hasil tambang tak lagi diekspor dalam bentuk mentah.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
KOMPAS.com - Dekarbonisasi atau pembatasan emisi karbon dioksida adalah proses yang rumit karena harus merancang ulang jalannya kegiatan perekonomian. Saat ini, sistem energi netral iklim membutuhkan sejumlah besar bahan baku penting untuk menginstalasi dan menyimpan energi terbarukan.
Kian ambisiusnya target penanggulangan perubahan iklim dan naiknya harga bahan baku telah membuat investasi energi terbarukan menjadi lebih mahal dan lebih rentan terhadap ketegangan geopolitik. Masalah pandemi, investasi, rantai pasokan, dan logistik juga ikut memperburuk situasi.
Baru-baru ini dilaporkan bahwa harga panel surya yang sebagian besar diproduksi di China lebih mahal dan sulit ditemukan di pasaran. Para ahli pun memprediksi masalah ini akan tetap ada dalam beberapa tahun mendatang
Harga komoditas terus bergejolak
"Harga sejumlah bahan baku meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tentu saja harga minyak dan gas alam juga meningkat secara signifikan," Direktur Pusat Inovasi dan Teknologi IRENA, Dolf Gielen, mengatakan kepada DW. IRENA adalah Badan Energi Terbarukan Internasional.
Pakar perencanaan energi ini juga menambahkan bahwa permintaan bahan baku yang lebih tinggi didorong oleh besarnya permintaan bahan baku terkait produksi mobil elektrik "karena banyak pabrik baterai baru sedang dibangun.
" Ia menambahkan bahwa ketidakpastian tetap ada, antara lain dapat berupa bentuk dan material dasar pembuatan generasi baterai masa depan. "Seperti apa baterainya, tepatnya, masih menjadi tanda tanya," kata Gielen.
"Beberapa tahun yang lalu, semua orang berbicara tentang kobalt, tetapi sekarang sepertinya jumlah kobalt yang dibutuhkan jauh lebih rendah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Masa depan campuran bahan katoda masih belum pasti.
" Setidaknya butuh beberapa tahun dan perencanaan keamanan jangka panjang untuk mewujudkan proyek-proyek pertambangan skala besar, terutama mengingat volatilitas harga yang tinggi. Tahun 2017 harga litium anjlok, tetapi dalam beberapa bulan terakhir harganya melonjak ke level rekor baru. Menurut Gielen, kita harus terbiasa dengan fluktuasi seperti itu.
Perburuan sumber litium dan nikel
"Mengenai litium, kita butuh lima kali lebih banyak dalam penambangan pada dekade ini, tetapi ada banyak kapasitas baru yang dikembangkan," ujar Gielen.
Litium adalah material yang paling banyak dibutuhkan terutama untuk produksi baterai. Material ini tersedia di beberapa daerah. Penambangan litium itu sendiri bukanlah faktor strategis yang besar, tetapi lebih kepada pemrosesannya, tambah Gielen. "China punya posisi dominan dalam pemrosesan litium menjadi baterai, dan perusahaan China membeli banyak pasokan litium baru.
" Dalam jangka menengah, ketegangan geopolitik terkait litium kemungkinan besar dapat diatasi melalui fasilitas penambangan dan pemrosesan baru di Uni Eropa (UE). Peluang pasokan ada di Republik Ceko, Portugal, Spanyol, dan Jerman serta di negara-negara Eropa lain termasuk Inggris dan Serbia. Namun proyek pertambangan baru sulit diterima oleh warga lokal.
Nikel adalah mineral mentah utama lainnya untuk baterai. "Indonesia akan menjadi produsen utama nikel, menggantikan Filipina di posisi teratas," kata Gielen. "China kembali memproses sebagian besar sumber dayanya. Indonesia memberlakukan kebijakan lama dan mengharuskan nikel diproses langsung di dalam negeri. Jadi, China dan Indonesia akan mendominasi pasar nikel.”
Secara keseluruhan, permintaan nikel diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun ke depan. UE memiliki simpanan nikelnya sendiri, termasuk di Finlandia dan di Kaledonia Baru.
Material tanah jarang, ada di mana? Tanah jarang atau rare earth, juga diperlukan untuk membuat magnet. Mineral ini jadi bagian ketiga dalam teka-teki transisi energi ini. China berada di depan Eropa dan Amerika, kata Beata Javorcik, Kepala Ekonom di European Bank for Reconstruction and Development.
"Pada 2010 China telah menguasai lebih dari 90% penambangan tanah jarang," kata Javorcik kepada DW. "Negara ini mengejutkan dunia dengan memberlakukan pembatasan ekspor. AS dan UE menentang keputusan itu dan menang, tetapi masih ada beberapa kekhawatiran bahwa pembatasan ekspor mungkin akan kembali berlaku."
China bukan satu-satunya negara yang memberlakukan pembatasan ekspor. "Meskipun pembatasan ekspor adalah ilegal menurut aturan WTO, itu tetap terjadi," kata Javorcik. Ekonom yang berbasis di London ini menjelaskan bahwa ikatan internasional yang kuat adalah kunci agar pasar bahan baku yang minim ini bisa tetap berfungsi dengan baik.
Selain hubungan rumit antara AS dan China, ketegangan juga mungkin muncul sebagai konsekuensi dari upaya UE untuk menghindari kebocoran karbon. Ini memicu perilaku perusahaan untuk memindahkan produksi mereka yang intensif karbon ke luar negeri tempat mereka mungkin menemukan standar yang lebih longgar.
Opsi dan alternatif bagi UE
Sejumlah institusi di UE juga tengah mengerjakan beberapa program untuk mendukung penciptaan rantai pasokan lokal yang digerakkan oleh pasar untuk produksi baterai.
Awal bulan ini, perusahaan Neo Performance Materials asal Kanada mengumumkan rencana investasi pada tanah jarang di Estonia. Pemasok bahan canggih ini juga berencana memproduksi magnet permanen pada 2024.
Terlepas dari investasi baru-baru ini, UE masih bergantung pada impor logam tanah jarang, dan baterai. Namun blok ini kuat di sektor energi angin.
"Sekitar 99 persen turbin angin yang dipasang di Eropa diproduksi di benua ini. Karena perusahaan-perusahaan Eropa memimpin di bidang ini, kita dapat menetapkan standar teknologi internasional," kata Alexander Vandenberghe, manajer penelitian dan inovasi di Association Wind Europe. Ia menambahkan bahwa turbin angin tidak akan berubah drastis dalam beberapa tahun ke depan.
Karena itu, kebutuhan industri angin untuk bahan baku kritis dapat direncanakan sebelumnya, dan ini menciptakan kepastian di sektor pertambangan. Namun di sisi lain, industri angin UE sangat bergantung pada impor tanah jarang. Kenaikan harga yang drastis dapat memperlambat ekspansi sektor ini.
Selama lima tahun ke depan, sektor angin Eropa kemungkinan akan menderita meskipun ada produksi dalam negeri. "Harga bahan baku yang tinggi saat ini mempersulit perusahaan energi angin di Eropa," Manajer Komunikasi Wind Europe, Christoph Zipf.
Sumber: www.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang dinilai lebih baik ketimbang Singapura, dan Amerika Serikat, dinilai merupakan kesempatan yang bagus bagi para investor untuk melakukan ekspansi bisnis.
Salah satunya adalah New Yi-Ho Holding Group yang mengumumkan sejumlah rencana strategis untuk mengembangkan bisnisnya di Tanah Air.
Perusahaan internasional yang berbasis di Beijing, China, ini akan mengembangkan pertambangan nikel di tiga lokasi di Pulau Sulawesi.
CEO Yiho Jakarta Real Estate Development Richard Oh memastikan hal itu saat menjawab pertanyaan Kompas.com, Selasa (13/12/2021).
Menurut Richard, saat ini perusahaan mengincar tiga izin usaha pertambahan (IUP) untuk mendukung rencana ekspansi.
"Kami mengalokasikan dana 50 juta dollar AS (setara Rp 710 miliar) untuk satu IUP. Ke depan, ada tiga IUP sedang kami incar untuk diakuisisi," ungkap Richard.
Dia menjelaskan, pertambahan atau mining memang merupakan salah satu dari lima pilar bisnis perusahaan, selain properti/real estat, pariwisata, pendidikan, dan investasi keuangan.
Di sektor properti/real estat Yiho Jakarta Real Estate Development tengah mengembangkan Sentosa Park.
Di atas lahan 10 hektar, Yiho Jakarta Real Estate Development akan membangun sebanyak 1.053 unit dalam beberapa tahap. Siloso District yang merupakan tahap 1, mencakup 212 unit.
Harga perdana rumah yang ditawarkan mulai dari Rp 878 juta (sudah termasuk PPN), untuk tipe 4 dengan luas tanah 4x11 dan luas bangunan 80 meter persegi.
Selain itu, juga tersedia tipe 5 dengan ukuran luas tanah 5x11 dan luas bangunan 92 meter persegi, yang dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 1,078 miliar (sudah termasuk PPN).
Sentosa Park berada dalam Kawasan Tangerang New City seluas 2.600 hektar dengan infrastruktur yang lengkap dan terintegrasi.
Di kawasan tersebut, akan dibangun mal, area komersial, rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan Central Park.
Pengembangan akses, infrastuktur, dan fasilitas kawasan tentunya akan semakin meningkatkan nilai kawasan Tangerang New City sebagai kawasan hunian, investasi, bisnis, dan komersial.
Sales and Marketing Director Hammy Sugiharto menambahkan, untuk seluruh 1.053 unit rumah akan dibangun dalam lima tahun ke depan.
"Target penjualannya sekitar Rp 1,1 triliun," cetus Hammy.
Adapun groundbreaking Siloso District telah dimulai pada 5 Oktober 2021, dan akan diserahterimakan pada akhir 2022 mendatang.
Selain pertambangan dan Sentosa Park, Yiho Jakarta Real Estate Development juga tengah dalam proses finalisasi pembelian lahan di Kota Jakarta yang akan dikembangkan menjadi mixed use development.
Sumber: www.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan laporan keuangan interim akhir tahun 2020, PT PAM Mineral Tbk (NICL) membukukan penjualan senilai Rp 195,44 miliar dan laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp 28,45 miliar.
Sementara laba usaha perseroan tercatat sebesar Rp 33,57 miliar, dibandingkan rugi usaha sebesar Rp 16,5 miliar pada bulan Desember 2019.
Direktur Utama PAM Mineral Ruddy Tjanaka menilai, kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja perseroan di tahun 2019, yang mana saat itu perseroan masih mencatatkan kerugian komprehensif sebesar Rp 14,07 miliar di tahun 2019.
"Kenaikan laba usaha yang cukup signifikan tersebut disebabkan kenaikan pendapatan penjualan dari anak perusahaan, IBM yang cukup signifikan. Perseroan optimis penjualan nikel maupun laba usaha konsolidasi akan meningkat tajam pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya," jelas Ruddy dalam keterangan tertulis, Jumat (30/7/2021).
Sedangkan pada tahun ini, PAM Mineral menargetkan meraup laba bersih sebesar Rp 103 miliar atau meroket sebesar 263,46 persen dari laba bersih konsolidasi tahun 2020 yang diprediksikan sebesar Rp 28,45 miliar.
Dari sisi penjualan, volume penjualan diproyeksikan mencapai 1,8 juta metric ton (MT) pada tahun ini, naik 87,04 persen dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metric ton.
Ruddy optimistis bisnis nikel yang bersumber dari anak usaha NICL yakni PT Indrabakti Mustika (IBM) ke depan cukup menjanjikan. Ini seiring dengan tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik serta kecenderungan harga nikel yang semakin meningkat.
Terlebih, pemerintah sedang mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia yang bekerja sama dengan produsen mobil listrik dunia, LG Chem (Korea) dan CATL (China).
Pabrik baterai tersebut ditargetkan untuk mulai beroperasi pada 2023.
Oleh karena itu, nikel berkadar rendah akan banyak dibutuhkan untuk campuran dengan jenis logam cobalt sebagai bahan baku baterai.
Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus meningkat, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter.
Dengan eksplorasi yang terus menerus dilakukan, NICL berkeyakinan dapat memiliki sumber daya 28 juta ton lebih bijih nikel.
Dari 28 juta bijih nikel tersebut, lanjut Ruddy, tidak semua memiliki kadar tinggi namun juga terdapat bijih nikel dengan kadar rendah.
Selain bijih nikel kadar tinggi, Perseroan saat ini juga telah melakukan penjualan bijih nikel kadar rendah ke smelter yang ada.
Untuk rencana jangka pendek, perseroan berupaya memenuhi target sebanyak 1,8 juta metric ton bijih nikel sesuai Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB).
Untuk jangka menengah dan panjang, perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan cara mengakuisisi ataupun mencari tambang baru. Dengan demikian, pertumbuhan kinerja perseroan bisa lebih tinggi lagi.
Baru-baru ini, PAM Mineral melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas sebanyak 2 miliar saham kepada publik.
Besaran saham itu setara dengan 20,7 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Dengan harga IPO sebesar Rp 100 per saham, perseroan menerima dana segar Rp 200 miliar.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
Selain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah, Proyek Strategis Nasional (PSN) juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu, Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 dan Permenko Nomor 7 Tahun 2021 menetapkan 22 Smelter dalam Program Pembangunan Smelter untuk mendorong hilirisasi tambang.
Salah satu Program Pembangunan Smelter dilakukan oleh PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Kawasan Industri Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. VDNI membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian komoditas nikel.
Adapun pekerjaan pembangunan smelter dan PLTU PT VDNI telah selesai pada Desember 2019 dan Desember 2020. Fasilitas pengolahan dan pemurnian PT VDNI bersama dengan PT Obsidian Stainless Steel yang menghasilkan end product berupa Nickel Pig Iron (10%-12% Ni).
Koordinator PMO KPPIP Sektor Energi, Yudi Adhi Purnama, menjelaskan, pembangunan Kawasan Industri di Morosi bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan sosial ekonomi. Apabila telah beroperasi secara penuh, Kawasan Industri di Morosi potensial menyerap tenaga kerja sebesar 60.000 orang di Kabupaten Konawe.
“Penyerapan tenaga kerja tersebut diyakini akan meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah sekitarnya sehingga diharapkan dapat memicu pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di wilayah tersebut,” kata Yudi usai kunjungan kerja ke Program Pembangunan Smelter PT Virtue Dragon Nickel Industry yang berada di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara pada 16 November 2021.
Hingga 1 November 2021, tercatat jumlah tenaga kerja PT VDNI mencapai 6824 orang dengan proporsi 93% laki-laki dan 7% perempuan. Penyerapan tenaga kerja PT VDNI menyumbang 11,37% dari target serapan tenaga kerja di Kawasan Industri Morosi. Tenaga kerja yang bekerja di VDNI saat ini didominasi 42% dari Kabupaten Konawe, 16% dari luar Kabupaten Konawe tetapi masih dari Sulawesi Utara, dan 41% dari luar Provinsi Sulawesi Utara.
“Hal ini menunjukkan bahwa sejumlah 58% pekerja di VDNI memaksimalkan sumber daya manusia dari daerah setempat. Diharapkan hal ini dapat menumbuhkan perekonomian daerah,” ujar Yudi.
Sebagai informasi, Indonesia menghasilkan Nikel berjenis laterit yang sebagian besar terdapat di Pulau Sulawesi dan Maluku Utara. Nikel laterit terbagi ke dalam dua jenis, yakni kadar rendah yang disebut limonit dan kadar tinggi yang disebut saprolit.
Merujuk data di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), nikel saprolit yang didefinisikan sebagai bijih nikel berkadar di atas 1.7% Ni, jumlah cadangan terbuktinya sebesar 772 juta ton. Bijih nikel tipe saprolit ini umumnya diolah dengan teknologi pirometalurgi atau peleburan. Sebagian besar produk akhirnya berupa Ferronickel (Feni) dan Nickel Pig Iron (NPI) yang merupakan nikel kelas dua.
Pada tahun 2020, PT VDNI mengolah bijih (ore) nikel sebanyak 7.28 juta ton. Saat ini kapasitas produksi mencapai 1 juta ton, sedangkan produksi baru mencapai 674 ribu ton Feronikel (FeNi).
Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, PT VDNI juga membangun PLTU dengan kapasitas total sebesar 530 MW. Kapasitas power plant meliputi 2x30MW, 4x60MW, dan 2x125MW. Perlu diketahui, PT VDNI menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace yang terdepan dan ramah lingkungan.
Teknologi smelter saat ini juga sudah berkembang, sehingga dapat mengolah bijih nikel dengan kadar yang lebih rendah.
“Kegiatan eksplorasi dan menambah cadangan baru perlu dipertimbangkan mengingat jumlah cadangan nikel saprolit yang tersisa untuk delapan hingga sepuluh tahun ke depan. Selain itu, pengolahan bijih limonit yang menghasilkan nikel kelas satu juga sangat dibutuhkan. Terutama untuk pengembangan industri hilir berskala vital dan strategis, salah satunya industri baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV),” kata Yudi.
Adapun proses pengolahan nikel dari awal sampai menghasilkan produk akhir Nickel Pig Iron (NPI) memerlukan beberapa langkah sebagai berikut:
Berdasarkan penjelasan dari PT Virtue Dragon Nickel Indonesia (VDNI) dan Kementerian ESDM, bijih nikel disimpan pada stockpile kemudian dipindahkan dengan menggunakan conveyor ke rotary dryer. Selanjutnya, produk dari rotary dryer masuk ke dalam proses kalsinasi dengan menggunakan rotary kiln pada suhu sekitar 800-900 derajat Celcius.
Rotary kiln merupakan suatu reaktor berbentuk silinder panjang, berputar, dipasang dengan sudut kemiringan tertentu yang berfungsi untuk meningkatkan temperatur nikel sampai suhu yang tinggi. Proses kalsinasi bertujuan untuk eliminasi air bebas yang tersisa dan eliminasi air kristal, pemanasan awal bijih dan reduksi sebagian besar unsur nikel dan pengontrolan terhadap reduksi besi. Hasil pengolahan dan proses kalsinasi kemudian dilebur di dalam electric furnace pada temperatur sekitar 1500-1600 derajat Celcius untuk menghasilkan feronikel.
Hasil proses electric furnace smelting kemudian didinginkan dan dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan berupa feronikel. Feronikel adalah logam paduan antara besi dan nikel, di mana kandungan nikel bervariasi dari 25-45 persen. Feronikel digunakan sebagai bahan pemadu dalam pembuatan baja.
Nikel dan logam kromium merupakan unsur logam pemadu yang terdapat di dalam baja tahan karat. Juga terdapat limbah nikel (slag) yang merupakan sejenis batuan hasil pembuangan dari pembakaran feronikel, berwarna kelabu perak dan memiliki sifat-sifat menyerupai batu dan unsur silikat serta kapur yang terkandung didalamnya cukup tinggi.
Sumber: kppip.go.id
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 25 Februari 2025
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Freeport Indonesia tengah melakukan pembangunan pabrik peleburan dan pengolahan tembaga. Pabrik yang terletak di Kabupaten Gresik, Jawa Timur ini bakal menjadi yang terbesar di dunia. Hal tersebut diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peletakan batu pertama atau groundbreaking smelter Freeport pada Selasa (12/10/2021).
"Smelter yang akan dibangun ini dengan desain single line, terbesar di dunia karena mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun," ungkapnya. Ia menjelaskan, dari kemampuan pengolahan 1,7 juta ton tersebut, smelter ini juga akan menghasilkan 480.000 ton logam tembaga. Jokowi menilai, ini potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan Indonesia.
“Bisa bayangkan 1,7 juta ton, itu kalau dinaikkan truk yang kecil itu, yang bisa mengangkut 3-4 ton berarti berapa truk yang akan berjejer di sini. Itu berarti akan ada 600.000 truk berjejer, bayangkan. Ini gede sekali,” katanya.
Jokowi pun berharap, dengan kehadiran smelter Freeport di dalam negeri, maka akan semakin memperkuat hilirisasi industri tembaga. Oleh sebab itu, ia ingin langkah pembangunan smelter ini diikuti oleh seluruh perusahaan tambang. Dengan demikian, ke depannya Indonesia tak lagi mengekspor hasil tambang berbentuk barang mentah atau raw material, melainkan yang sudah bernilai tambah karena lebih dahulu diolah di dalam negeri.
“Ini akan memberikan nilai tambah bagi negara, artinya memberikan income (pemasukan) yang lebih tinggi pada negara.
Kemudian juga menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan," ungkap dia. Terkait serapan tenaga kerja, Jokowi mengatakan, setidaknya dalam masa konstruksi pembangunan smelter Freeport akan melibatkan 40.000 pekerja.
"Artinya lapangan pekerjaan akan terbuka banyak sekali di Kabupaten Gresik dan di Provinsi Jawa Timur. Belum lagi nanti, kalau sudah beroperasi,” ujarnya. (Yohana Artha Uly)
Sumber: www.tribunnews.com