Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 03 Maret 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan industri semen dalam negeri semakin ketat dan bermunculan perusahaan-perusahaan semen baru di Tanah Air. Di saat yang sama, seiring dengan bertambahnya jumlah produsen semen, Indonesia saat ini menghadapi situasi overcapacity atau kelebihan pasokan semen. .
Menghadapi situasi tersebut, produsen utama semen dalam negeri, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG, berniat fokus pada kerja sama dan inovasi. Lebih lanjut, Donny Arsal, Presiden Direktur SIG, mengatakan dalam rangka merayakan hari jadinya yang kesembilan, tujuannya adalah agar perusahaan dapat tumbuh bersama menjawab tantangan yang dihadapi industri semen saat ini.
“Kesatuan menjadi kekuatan kita dalam menghadapi tantangan industri semen ke depan yang semakin kompetitif dengan bermunculannya pemain-pemain baru. “Selanjutnya, tingkat persaingan pasar semakin meningkat karena kelebihan pasokan,” ujarnya. Donny dalam keterangannya, Selasa (1/9/2022), Donny Arsal juga menyampaikan bahwa tahun ini SIG meluncurkan inisiatif bisnis strategis utama melalui proyek, salah satunya adalah peningkatan keunggulan operasional dan optimalisasi rantai pasokan.
Semen Indonesia diusulkan menjadi BUMN global. Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan SIG, salah satu BUMN semen terbesar di Asia Tenggara, akan didorong menjadi BUMN global. "Melalui inovasi, daya saing global meningkat tidak hanya melalui produk dan layanan, tetapi juga melalui teknologi dan inovasi digital." Dikatakan Sekadar informasi, SIG memiliki lima merek di pasar Indonesia, antara lain Semen Gresik, Semen Padang, Semen Tonasa, Dynamix, dan Semen Andalas, serta satu merek di Vietnam, Thang Long Cement. Saat ini SIG banyak mengemas produk semen. dan produk semen digunakan tidak hanya untuk aplikasi spesifik yang lebih ekonomis, namun juga untuk berbagai macam semen yang sesuai dengan karakteristik setiap jenis proyek.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 03 Maret 2025
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mengakselerasi dan membangkitkan industri keramik nasional. Salah satu langkah yang dilakukan, yakni melalui business matching antara produsen keramik dengan asosiasi sektor pengguna.
Upaya itu juga sekaligus mendorong penerapan program Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN). “Kita semua patut bersyukur,Indonesia memiliki industri keramik yang saat ini menduduki peringkat delapan dunia dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 538 juta meter persegi (m2) per tahun dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 150 ribu orang,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (17/6).
Lewat business matching, kata dia, diharapkan pelaku usaha sektor industri maupun sektor terkait lain seperti properti, pengembang, dan infrastruktur terus bersinergi, bergerak menciptakan peluang pasar baru, saling mengisi menjamin kepastian rantai pasok, serta kerja sama erat dalam menciptakan kemandirian ekonomi bidang industri keramik nasional. “Dengan langkah ini juga diharapkan produk industri keramik nasional dapat memiliki peran penting di pasar regional dan global,” tuturnya.
Business matching antara produsen keramik dengan asosiasi sektor pengguna, ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) dengan Real Estate Indonesia (REI) dan Perjanjian Kerja Sama Antara Perusahaan Industri Keramik Nasional Dengan Penyedia Jasa Properti atau Real Estate Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Swasta Nasional. Agus mengatakan, meningkatnya pembangunan di sektor infrastruktur dan properti, seperti real estate, perumahan, apartmen, dan bangunan lainnya, membuat permintaan pasar dalam negeri semakin bertambah.
“Dalam jangka panjang, Industri keramik nasional akan sangat prospektif. Mengingat konsumsi keramik nasional per kapita sekitar 1,4 m2 masih lebih rendah dibandingkan konsumsi ideal dunia yang telah mencapai lebih dari 3 m2,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah yang gencar dalam pembangunan infrastruktur dan meningkatnya kebutuhan perumahan atau tempat tinggal oleh pekerja usia produktif, menjadi peluang pangsa pasar bagi industri keramik nasional. Ini dapat meningkatkan konsumsi keramik nasional dan memperluas pangsa pasar dalam negeri.
“Kita harus bangga keramik produksi dalam negeri memiliki keunggulan dari segi kualitas, tipe, desain atau motif, jaminan ketersediaan dan after sales service. Sekaligus memiliki TKDN rata-rata di atas 85 persen,” tuturnya.
Menperin menuturkan, Indonesia juga harus bangga karena saat ini ubin keramik dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor berbagai negara Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. “Kemudian perlu digarisbawahi, khusus produk ubin atau porcelain slab ukuran 3,2 meter x 1,6 meter baru Indonesia yang mampu memproduksi di dunia dan telah diekspor ke China, Australia, serta Amerika Serikat,” tutur dia.
Menurut Agus, meski turut dihantam badai pandemi Covid-19, ekspor ubin keramik meningkat sebesar 17 persen pada 2020 dibandingkan 2019 year on year (yoy). “Memperhatikan demand dalam negeri dan pangsa pasar ekspor yang telah mulai meningkat, beberapa produsen keramik nasional telah melakukan ekspansi atau perluasan, dan mengundang ketertarikan beberapa investasi baru,” jelasnya.
Menperin menambahkan, melalui business matching tersebut, diharapkan terjadi link and match antara produsen dalam negeri dan asosiasi pengguna. Hal itu diharapkan turut mampu menekan impor produk keramik.
“Persoalan impor akan terselesaikan apabila dibarengi dengan upaya mengoptimalkan pasar dalam negeri oleh produk-produk industri dalam negeri sendiri. Baik itu pembelian untuk penggunaan secara individu maupun korporasi atau keproyekan,” tutur Agus.
Sumber: ekonomi.republika.co.id
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 03 Maret 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Forum Suplier Bahan Bangunan Indonesia (FOSBBI) Antonius Tan mengatakan, masuknya produk keramik impor (ubin porselen) ke pasar dalam negeri diklaim tidak mengganggu kinerja industri ubin keramik lokal. Menurut Antonius, segmen pasar produk keramik impor (ubin porselen) dengan keramik lokal justru berbeda. Bahkan, masuknya produk ubin porselen impor akan menambah pilihan produk keramik untuk masyarakat Indonesia. "Pasar impor ubin porselen sudah tercipta sejak 15 tahun lalu, mayoritas dibutuhkan untuk segmen menengah ke atas. Jadi, sesungguhnya tidak mengganggu, sasarannya juga berbeda, dan justru saling melengkapi," kata Antonius Tan dalam siaran persnya, dikutip Kompas.com, Selasa (14/9/2021).
Dijelaskan Antonius, segmen ubin keramik konvensional saat ini memang sudah jauh ditinggalkan. Hal ini seiring dengan semakin sejahtera-nya kehidupan masyarakat di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika Serikat, hinggga China. Walau demikian, dikatakan Antonius, hal ini harus diwaspadai. "Ini harus diwaspadai oleh industri ubin keramik lokal berbasis tanah lempung merah, kalau tidak akan tergilas dengan kemajuan teknologi dan tuntutan pasar," jelasnya. Menurutnya, importasi produk ubin porselen akan terhenti dengan sendirinya tanpa perlu dihambat, bila industri dalam negeri siap dengan teknologi pembuatan ubin porselen. "Apalagi saat ini, industri keramik lokal sudah ditunjang dengan penurunan harga gas dan ketersediaan kaolin dalam negeri termasuk feldspar didalamnya untuk menghasilkan produk premium dengan harga yang kompetitif," terangnya.
Disisi lain, sudah saatnya industri ubin keramik lokal melakukan transformasi agar dapat memproduksi ubin porselen yang merupakan tujuan ditetapkannya pengenaan aturan safeguard (BMTP). Baca juga: Kurangi Ketergantungan Alkes Impor, BPPT Luncurkan TFRIC-19 Berdasarkan data yang dihimpun FOSBBI, dari 37 industri keramik lokal hanya 10 industri yang mampu memproduksi ubin porselen, itupun dengan kapasitas yang terbatas, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. "Ini dapat dibuktikan beberapa suplier ubin porselen tidak dapat dipenuhi pesanannya oleh produsen dalam negeri, apalagi harga produk lokal lebih murah dibandingkan dengan produk impor," paparnya.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 03 Maret 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Forum Suplier Bahan Bangunan Indonesia (FOSBBI) berkesempatan melakukan audiensi dengan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi pada Selasa, 28 September 2021.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum FOSBBI, Antonius Tan menyampaikan bahwa mereka memiliki tujuan untuk membina kerja sama dengan pemerintah, suplier dan pihak terkait lainnya dalam pemenuhan kebutuhan bahan bangunan dan perlengkapannya di Tanah Air.
"FOSBBI juga turut mendorong industri dalam negeri untuk terus meningkatkan kemampuan teknologi serta kualitas produk sehingga mampu memproduksi ubin porselen dan berupaya menarik investor dari luar negeri untuk berinvestasi di Indonesia dan bisa berkontribusi pada perekonomian Indonesia," kata Antonius dalam siaran persnya dikutip Kompas.com, Rabu (6/10/2021).
Di hadapan Mendag, Antonius menjelaskan, terdapat perbedaan antara produk ubin porselen dengan ubin keramik.
Menurut dia, pasar ubin porselen di Indonesia sudah tercipta sejak 15 tahun lalu, di mana mayoritas dibutuhkan untuk segmen menengah ke atas.
"Jadi, sesungguhnya keberadaan ubin porselen tidak mengganggu pasar ubin keramik yang selama ini mayoritas di produksi industri dalam negeri, sasarannya juga berbeda, dan justru saling melengkapi," jelas Antonius.
"Ubin porselen banyak digunakan pada bangunan baru seperti mall maupun perkantoran karena presisi ukuran, design yang menarik dan lifestyle," sambungnya.
Berdasarkan data yang dihimpun FOSBBI, kebutuhan total market ubin porselen di Indonesia sebesar 140 juta meter persegi per tahun.
Sedangkan ubin porselen yang diproduksi oleh 10 pabrik ubin porselen di dalam negeri hanya sebesar 70 juta meter persegi per tahun yang terserap habis oleh pasar, sehingga masih ada kekurangan 70 juta meter persegi per tahun yang harus dipenuhi.
"Berkaca dari data tersebut, suplier memiliki peran penting untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut," tutur Antonius.
Antonius mengatakan, pihaknya ingin mendorong para pelaku industri keramik nasional bertransformasi dengan meningkatkan produksi dan mengembangkan teknologi untuk membuat porcelain tile yang pasarnya akan semakin bertumbuh seiring berkembangnya sektor properti dan infrastruktur.
"Perkembangan market ubin porselen diprediksi akan semakin besar, diperlukan lebih banyak lagi investasi yang masuk ke Indonesia, tentunya yang mampu memproduksi ubin porselen. Dengan pertemuan ini, kami berharap dapat membantu pemerintah untuk meningkatkan lapangan kerja maupun investasi di dalam negeri," tutup Antonius.
Sumber: money.kompas.com
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 03 Maret 2025
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik (Asaki) menyebut, realisasi Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang meningkat ke level 55,3 pada bulan Mei 2021 selaras dengan kinerja utilisasi industri keramik nasional yang juga tumbuh positif.
Di kuartal I-2021, utilisasi industri keramik nasional beradal di level 75%, kemudian kembali meningkat ke level 78% pada bulan Juni 2021. Hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan stimulus harga gas US$ 6 per MMBTU untuk industri keramik sangat efektif dan hadir di waktu yang tepat.
Meski terbantu oleh stimulus harga gas untuk sektor industri, para pelaku usaha keramik masih harus menghadapi tantangan berupa efek pandemi Covid-19 dan gangguan impor. Angka impor keramik naik hingga 24% pada periode Januari—Mei 2021 yang mana didominasi oleh produk keramik asal China yang tumbuh hampir 50%.
“Asaki mengharapkan atensi khusus dari pemerintah untuk penyelamatan industri keramik nasional dengan perpanjangan safeguard keramik bea masuk tindakan pengamanan (BMPT) di atas 30%. Akan sangat disayangkan jika stimulus harga gas terdistorsi oleh impor yang merajalela,” ungkap Ketua Umum Asaki Edy Suyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Jumat (18/6).
Selain bantuan stimulus harga gas, industri keramik yang lebih cepat pulih dan bangkit di tengah pandemi juga tak lepas dari peran aktif dan dukungan pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian.
Bentuk dukungan pemerintah terwujud pada Kamis, 17 Juni 2021, berkat terselenggaranya kegiatan business matching. Dalam hal ini, terdapat penandatanganan MoU antara Asaki dengan Real Estate Indonesia (REI) serta penandatanganan kontrak kerja sama antara anggota Asaki dengan pengembang properti yang diprakarsai oleh Kemenperin.
Hal ini merupakan salah satu terobosan luar biasa dan wujud kerja nyata dari Kemenperin untuk membantu pemulihan industri keramik dan penguatan industri keramik dalam rangka substitusi barang impor.
Kolaborasi antara Kemenperin, Asaki, serta asosiasi pengembang dan real estate Indonesia selain diharapkan menjadi titik balik kebangkitan industri keramik domestik, juga dapat membantu mengurangi defisit ekspor impor produk keramik yang mencapai US$ 1,1 miliar dalam 5 tahun terakhir.
“Asaki juga mengapresiasi Kementerian PUPR dan BUMN yang telah mendorong pemanfaatan produk bahan bangunan lokal seperti produk keramik, sanitary ware, genteng keramik dalam proyek infrastruktur dan properti,” terang Edy.
Dia melanjutkan, industri keramik merupakan industri strategis dengan produk yang memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) rata-rata di atas 85%.
Industri keramik siap memenuhi semua kebutuhan dan permintaan dalam negeri karena didukung oleh kapasitas produksi yang besar yakni 550 juta meter persegi per tahun, produk dengan desain dan teknologi mutakhir, harga yang kompetitif, dan keunggulan after sales service yang tidak dimiliki oleh produk-produk impor.
Sumber: industri.kontan.co.idf
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 28 Februari 2025
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pembangunan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang nyaris selesai. Hingga Minggu (26/4), progres pembangunan KIT Batang untuk Klaster 1 Fase 1 seluas 450 hektare (ha) sudah mencapai 95,17% alias nyaris selesai.
Targetnya akhir tahun ini, pembangunan KIT Batang yang dilakukan oleh PT PP Tbk (PTPP) akan menyelesaikan pembangunan kawasan ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan resminya mengatakan, kawasan ini nantinya akan digunakan untuk menarik investor khususnya para investor yang berkaitan dengan teknologi.
“Ini adalah kawasan industri di Batang . Total yang akan dikerjakan seluas 4.300 hektare (ha). Sekarang hampir selesai 450 hektar yang akan dipakai untuk investasi-investasi terutama yang berkaitan dengan teknologi,” ujarnya dalam keteranganya, Minggu (25/4)
Jika tak ada aral melitang, bahkan pada bulan Mei, akan dilaksanakan peletakan batu pertama atau groundbreaking untuk industri kaca. Sebut Jokowi, ini akan menjadi industri kaca terbesar di Asia Tenggara.
“Pada bulan Mei akan ada pelaksanaan groundbreaking atau peletakan batu pertama untuk industri kaca. Mungkin akan menjadi industri kaca yang terbesar di kawasan Asia Tenggara,” kata Jokowi.
Merujuk keterangan pemerintah dan juga Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada akhir tahun lalu, BKPM menyebut, ada beberapa perusahaan asing yang akan merelokasi pabriknya.
Salah satunya adalah perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) yang berencana relokasi ke wilayah yang ditawarkan pemerintah Indonesia, yaitu Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah.
Perusahaan yang akan merelokasi investasinya ini bergerak di bidang usaha industri kaca, dengan rencana investasi US$ 330 juta yang akan dilakukan dalam dua tahap. Secara keseluruhan, potensi penyerapan tenaga kerja Indonesia diperkirakan mencapai 1.100 orang.
Sementara dalam keterangan sebelumnya, Kamis (23/4) PTPP yang menjadi kontraktor atas pembangunan kawasan KIT Batang ini memastikan akan menyelesaikan pembangunan kawasan industri ini seluas 450 ha akhir tahun ini.
Direktur Utama PT PP Novel Arsyad menyebut, hingga pertengahan April 2021, progress pembangunan pekerjaan untuk Zona 1 telah mencapai 99,80%. Sementara untuk Zona 2, dan Zona 3 di klister tersebut telah mencapai, 99,71%, dan 99,12%.
“Dengan progress yang sudah berjalan tersebut, kami optimistis dapat menyelesaikan pekerjaan lapangan tersebut tepat waktu sesuai dengan yang ditargetkan,” ujarnya.
Dengan rampungnya pekerjaan pada klaster tersebut diharapkan para investor dapat segera masuk untuk memulai pembangunan pabrik. Saat ini, PP melakukan pematangan lahan, pekerjaan cut dan fill serta menyiapkan lahan siap bangun bagi para investor.
Selain melaksanakan pekerjaan pematangan lahan KIT Batang Kluster I Fase I seluas 450 hektar, PTPP juga mengerjakan Paket I.1.B Pembangunan Jalan KIT Batang. Adapun lingkup pekerjaannya seperti pembangunan Jalan Baru sepanjang 3,639 kilometer dan 1 Jembatan sepanjang 84 (delapan puluh empat) meter.
Proyek yang didanai oleh APBN ini memiliki masa pelaksanaan selama hari kalender dan masa pemeliharaan selama hari kalender. Sampai dengan pertengahan April 2021 ini, pelaksanaan Pembangunan Jalan KIT Batang telah mencapai progres sebesar 43,71%.
“Dengan segera dibukanya Grand Batang City ini, Perseroan berharap dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat di daerah Batang dan Provinsi Jawa Tengah,” jelas Novel.
Sumber: industri.kontan.co.id