Pendidikan

Sebelum Diinstruksikan Gubernur Banten, SMAN 1 Tangerang Sudah Terapkan Pembelajaran Online

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


TANGERANG, KOMPAS.com - Pihak Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tangerang, Kota Tangerang, sudah menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sejak minggu keempat bulan Januari 2022 hingga saat ini.

Penerapan skema itu dilakukan jauh sebelum Gubernur Banten Wahidin Halim memutuskan agar seluruh SMA di Tangerang Raya, termasuk Kota Tangerang, wajib menerapkan PJJ.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Tangerang Niniek Nurcahya berujar, hingga minggu ketiga Januari 2022, pihaknya sempat menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) berkapasitas 100 persen.

"Kita sempat PTM 100 presen, cuma dibagi menjadi dua sesi," ucapnya melalui sambungan telepon, Jumat (4/2/2022).

Akan tetapi, usai berlangsung selama sepekan, PTM 100 persen di SMAN 1 Tangerang harus dibatalkan.

Hal ini disebabkan kasus Omicron pada minggu keempat Januari 2022 mulai merebak.

Selain itu, pihak sekolah juga mendengar kabar dari murid-murid di sana bahwa banyak kerabat mereka yang positif Covid-19.

"Baru dapat satu minggu (PTM), berita Omicron itu yang tinggi. Dapet laporan dari anak-anak kalau keluarganya positif Covid-19 tapi, kalau siswanya enggak," sebut Niniek.

Kemudian, banyak siswa di SMAN 1 Tangerang yang menjalani isolasi mandiri lantaran keluarganya terpapar Covid-19.

Lantaran khawatir jika PTM diteruskan, pihak sekolah memutuskan untuk membatalkan PTM dan mulai menerapkan PJJ pada minggu keempat Januari 2022

"Sudah kita langsung tutup, (PTM) enggak bisa lanjut, komitmen seperti itu," sebut Niniek.

"Kita enggak berani (PTM), akhirnya langsung kita PJJ. Itu atas inisiatif sekolah karena ada kasus di lingkungan keluarga SMAN 1 Tangerang, walau pun enggak terjadi di anak," lanjut dia.

Niniek menambahkan, saat menerapkan PJJ, pihaknya langsung menyemprot disinfektan di lingkungan sekolah.

"Saat PJJ, sekolah disemprot. Ini berarti sudah hampir dua minggu (menerapkan) PJJ," ujarnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten menghentikan PTM jenjang SMA di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang, mulai 2 Februari 2022.

Wahidin Halim mengatakan, PTM dihentikan karena tiga wilayah tersebut kini berstatus zona oranye atau wilayah dengan risiko sedang penularan Covid-19

"Untuk Tangerang Raya, sudah disepakati tidak ada PTM," ujar Wahidin, Kamis (3/2/2022).

Sementara wilayah lain di Provinsi Banten yang tidak berstatus zona oranye masih dapat menggelar PTM.

Sumber kompas.com

Selengkapnya
Sebelum Diinstruksikan Gubernur Banten, SMAN 1 Tangerang Sudah Terapkan Pembelajaran Online

Pendidikan

Wagub DKI Akui Tantangan Pembelajaran Online, Fokus Tingkatkan Akses Internet

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, sekolah tetap ditutup selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi. 

 Riza mengakui, ada tantangan untuk melakukan pembelajaran secara online bagi siswa dan guru. Karena itu, lanjut Riza, Pemprov DKI terus berupaya memperluas akses internet bagi siswa dan meningkatkan kualitas modul pembelajaran. 

 "Memang ini bukan pekerjaan yang mudah, kami terus perbaiki sehingga tidak mengurangi kualitas pendidikan di Jakarta," kata Riza di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (21/10/2020).

"Memang tidak mudah, kami ada upaya peningkatan-peningkatan melalui pelatihan modul-modul yang dibuat, berbagai fasilitas juga kemudahan bagi anak-anak kita. Internet itu jadi perhatian kita," lanjutnya. 

Riza juga meminta peran aktif orangtua dalam  memantau kegiatan belajar anaknya selama PSBB masa transisi. 

 "Orangtua harus lebih memperhatikan anak kita bagaimana belajar komunikasi dengan guru. Kami juga di Dinas Pendidikan juga terus meningkatkan kualitas pelajaran melalui daring (dalam jaringan)," ujar Riza.

Provinsi DKI Jakarta saat ini menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) masa transisi hingga 25 Oktober 2020. Selama PSBB transisi, warga Jakarta diimbau tetap beraktivitas di rumah, membatasi kegiatan yang mengundang kerumunan, dan menerapkan protokol kesehatan di antaranya mencuci tangan.

Hingga Selasa kemarin, jumlah akumulatif pasien positif Covid-19 di Ibu Kota yang tercatat sejak Maret sebanyak 96.217 orang. Dari jumlah itu, 81.107 orang telah dinyatakan pulih, dengan tingkat kesembuhan mencapai 84,3 persen. Persentase kesembuhan itu merupakan angka tertinggi selama pandemi Covid-19. 

 Untuk kasus aktif Covid-19 di Jakarta hingga kemarin tercatat 13.024 orang, bertambah 96 orang dibanding Senin lalu. Pasien Covid-19 tanpa gejala akan dirawat di Flat Isolasi Mandiri Kemayoran, hotel, dan wisma yang disediakan Pemprov DKI. 

 Sementara itu, 2.086 pasien Covid-19 di Jakarta dilaporkan meninggal dunia. Jumlah kematian ini setara 2,2 persen dari total kasus di Jakarta.

Sumber: kompas.com

 

 

Selengkapnya
Wagub DKI Akui Tantangan Pembelajaran Online, Fokus Tingkatkan Akses Internet

Pendidikan

Perjalanan Sejarah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi: Dari Masa Kolonial hingga Era Orde Baru

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikbudristek) adalah kementerian pemerintah Indonesia yang membidangi pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi; organisasi budaya; Riset; studi; dan perkembangan teknologi. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berada di bawah dan berada di bawah kekuasaan Presiden Indonesia dan dipimpin oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mendikbudristek).

Tujuan pendidikan pra kemerdekaan bukan untuk mendidik masyarakat pribumi, melainkan untuk mengabdi pada kepentingan kolonial penjajah. Pada bagian ini semangat Indonesia sangat kuat sebagai bagian dari membangun jati diri sebagai negara merdeka. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika instruksi menteri saat itu merujuk pada upaya memompa semangat juang, mewajibkan sekolah setiap hari berkibar merah putih di halaman sekolah, menyanyikan lagu Indonesia Raya, bahkan mencopotnya. . Lagu Jepang Kimigayo.

Dapat dikatakan bahwa stabilitas politik jarang terjadi saat ini, seperti halnya program-program yang dijadikan tonggak sejarah tidak dapat dijelaskan dengan baik. Selama masa demokrasi liberal, dalam kurun waktu kurang lebih sembilan tahun, terjadi tujuh kali pergantian pemerintahan. Kabinet Nazir yang dibentuk pada 6 September 1950 mengangkat Dr. Bahder Johan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PP dan K). Sejak April 1951, kabinet Natsiri digantikan oleh kabinet Sukiman yang mengangkat Tuan Wongsonegoro sebagai Menteri PP dan K. Kemudian Dr. Bahder Johan kembali menjadi Menteri PP dan K yang digantikan oleh Tuan. Mohammad Yamin, RM. Soewandi, Ki Sarino Mangunpranoto dan Prof. Dr. Prion

Keputusan Presiden tanggal 5 Juli 1959 mengakhiri era demokrasi parlementer yang digantikan oleh era demokrasi terkelola. Di era demokrasi terpimpin, bangsa Indonesia menghadapi banyak cobaan. Konfrontasi dengan Belanda terkait masalah Irlandia Barat hingga peristiwa G30S/PKI menjadi ujian berat bagi bangsa Indonesia.

Ketika pemberontakan G30S/PKI berhasil ditumpas, terjadilah transisi dari demokrasi terkelola ke demokrasi Pancasila. Era tersebut dikenal dengan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Kebijakan pendidikan pada era Orde Baru cukup variatif dan beragam, mengingat orde ini memegang kekuasaan cukup lama yaitu 32 tahun. Praktek-praktek tersebut antara lain pemutakhiran P4 wajib bagi mahasiswa, normalisasi kehidupan kampus, pembinaan mahasiswa melalui OSIS, ejaan bahasa Indonesia tingkat lanjut atau EYD, kuliah kerja nyata (KKN) bagi mahasiswa, rintisan sekolah pengembangan dan lain-lain. Saat itu, tepatnya tahun 1978, tahun ajaran baru diusulkan ke bulan Juni. Pada periode ini, perkembangan infrastruktur pendidikan juga berkembang pesat.

Sumber: id.wikipedia.org

 

Selengkapnya
Perjalanan Sejarah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi: Dari Masa Kolonial hingga Era Orde Baru

Pendidikan

Strategi Efektif Guru: Mengatasi Kejenuhan dan Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Online

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


KOMPAS.com - Berdasarkan hasil survei Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) pada Mei 2020, 54 persen siswa SMA bosan dengan pembelajaran online. Akibat pandemi Covid-19 juga, pembelajaran daring yang sudah lama dilakukan dikhawatirkan akan menimbulkan learning loss. Peneliti dari Pusat Penelitian, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Universitas Bogor (IPB) di Adi Firmansyah mengatakan, hasil penelitian yang diterbitkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, berdasarkan penelitian tersebut. KPAI) pada bulan Februari. Pada tahun 2021 ditemukan bahwa 78 persen siswa merasa kewalahan dengan pengalaman pembelajaran online ini. “Kebosanan dan rasa terbebani tersebut, misalnya dapat disebabkan oleh adanya metode atau cara penyampaian materi pendidikan yang kurang menarik dalam pembelajaran daring,”; ujar Adi Firmansyah pada Selasa (31/08/2021) dari website IPB.

1. Tips e-learning yang tidak membosankan

Penggiat literasi digital dari IPB Creative 97 ini berbagi tips untuk para guru bagaimana cara menyampaikan e-learning yang tidak membosankan dan menarik untuk disimak. Mahasiswa PhD IPB University bidang komunikasi pembangunan berbagi tips dengan dosen.

2. Peta materi yang akan disampaikan

Sebaiknya guru memetakan materi yang akan disampaikan misalnya dengan mind map agar materi pembelajaran daring lebih efektif dan menarik. “Selain itu, guru juga bisa membuat bahan ajar yang menarik, misalnya dengan menggunakan PowerPoint yang dilengkapi dengan audio visual. Ada banyak template PowerPoint yang menarik dan gratis di Internet,” kata Adi. Adi melanjutkan studinya di awal. guru dapat membuat beberapa kuis dari materi yang dapat dijawab secara real time. Misalnya menebak gambar atau lagu, Anda juga bisa menggunakan kuis online yang banyak tersedia seperti kahoot.it atau qiuzizz.

3. Melaksanakan pembelajaran berbasis proyek

Adi menambahkan, untuk meningkatkan interaksi guru-siswa, guru dapat melakukan sesi tanya jawab dan mencoba pembelajaran berbasis proyek.

4. Menilai

Selain itu, guru mengetahui cara menilai siswa dan menilai hasil belajar secara rutin. Pada saat yang sama, siswa yang mengikuti pembelajaran daring menanamkan motivasi yang kuat bahwa pembelajaran itu perlu. “Usahakan cari tempat atau lokasi yang sinyal internetnya bagus serta ruang belajar yang nyaman dan aman,” tegas Adi.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Strategi Efektif Guru: Mengatasi Kejenuhan dan Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Online

Pendidikan

Pembelajaran Adaptif: Solusi Terobosan dalam Mengatasi Kesenjangan Pendidikan di Masa Pandemi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


KOMPAS.com - Kahlil Muchtar, Kepala Pusat Riset Telematika Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh merekomendasikan sistem pembelajaran adaptif sebagai solusi pembelajaran daring di masa pandemi.

“Pembelajaran adaptif menjadi metode yang sangat direkomendasikan untuk kegiatan belajar, terutama di masa pandemi," ungkap Kahlil melalui rilis resmi (4/8/2021).

Metode ini, jelas Kahlil, dirancang khusus untuk memberikan pengalaman belajar personal, sehingga setiap siswa berkesempatan mengejar ketertinggalan ataupun mengulang pelajaran agar mampu menguasai materi secara utuh, sebelum melanjutkan ke level lebih sulit.

"Tidak hanya di sekolah dan lembaga pendidikan, pendekatan pembelajaran adaptif cocok bagi siapapun, terlepas dari latar belakang, profesi, umur, dan perbedaan level pengetahuan,” ungkap Kahlil.

Ia menyampaikan, tantangan utama terjadi selama PJJ adalah guru dan staf pengajar yang kesulitan memantau performa murid satu per satu secara mendalam.

Tidak seperti di ruang kelas, komunikasi terjadi di platform virtual sangat terbatas dan mayoritas berjalan satu arah, sehingga guru memiliki keterbatasan untuk memberikan materi pelajaran yang berbeda-beda sesuai kemampuan para siswa.

Hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan pendidikan (learning gap) di Indonesia semakin tinggi. Prediksi World Bank pada Agustus 2020, sebanyak 91.000 siswa di Indonesia memiliki kemungkinan untuk putus sekolah akibat tantangan ekonomi selama pandemi.

World Bank juga memprediksi bahwa skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia akan semakin memburuk. Padahal pada tahun 2018, Indonesia sudah berada di ranking ke-72 dari 78 negara untuk bidang matematika.

Untuk mengatasi masalah ini, tenaga ahli di bidang pendidikan percaya bahwa sistem pembelajaran adaptif (adaptive learning) akan berperan penting untuk mengatasi kesenjangan pendidikan atau learning gap di Indonesia.

Metode berbasis teknologi digital ini memungkinkan materi pelajaran dipersonalisasi atau dirancang khusus sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, sehingga mereka bisa belajar sesuai dengan tingkatan pemahaman dan pengetahuan mereka masing-masing.

Menurut Kahlil, potensi penerapan sistem pembelajaran adaptif di Indonesia masih terbuka luas, karena masih banyak cabang-cabang ilmu turunan dalam kecerdasan buatan (AI) yang dapat dieksplorasi lebih jauh.

“Penggunaan teknologi AI di platform edukasi teknologi sudah selayaknya menjadi hal yang imperatif, di mana setiap pengguna berhak mendapatkan pengalaman belajar yang dapat dipersonalisasi bukan lagi dipaksakan untuk memiliki pemahaman yang seragam," jelas Kahlil.

Ke depannya, potensi pemanfaatan teknologi AI bukan hanya bisa dinikmati oleh siswa, tapi juga oleh pengajar dan para guru.

"Platform edukasi teknologi yang memanfaatkan model pendekatan berbasis adaptive learning memungkinkan guru mendapatkan insight mengenai sejauh apa pemahaman para pengguna/siswanya untuk merancang kurikulum yang lebih efektif dan tepat guna,” jelas Kahlil.

Dalam kesempatan sama Sabda PS, Founder dan Chief Education Officer Zenius menyampaikan, Zenius menjadi edtech pertama di sektor K12 yang mengadopsi metode pembelajaran adaptif sejak awal Juli lalu melalui fitur terbarunya, ZenCore.

ZenCore, jelas Sabda menyediakan materi dan pelatihan adaptif untuk mengembangkan keterampilan fundamental pengguna.

Di dalamnya terdapat dua fitur utama, yakni CorePractice, tempat latihan dengan ratusan ribu pertanyaan latihan dari 3 cabang konsentrasi utama, yaitu logika verbal, matematika, dan Bahasa Inggris.

Sementara CoreInsight menyediakan berbagai pengetahuan yang insightful seperti filsafat, sciences, dan big history, yang dapat digunakan untuk mendukung dan memperluas wawasan dan sudut pandang pengguna.

“Sejalan dengan misi utama Zenius, yakni menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kegiatan belajar, kehadiran fitur ZenCore diharapkan dapat membuat proses belajar menjadi lebih mudah dan menyenangkan," ungkap Sabda.

"Kami optimis bahwa penggunaan teknik baru ini dapat semakin memajukan sistem pendidikan Indonesia dan menjadi solusi untuk mengatasi learning gap yang semakin terasa di tengah pandemi. Dengan fitur ini, semua orang bisa belajar dengan kecepatannya sendiri-sendiri, tanpa takut tertinggal dengan orang lain,” jelas Sabda.

Selain Zencore, Sabda menyampaikan saat ini Zenius sudah menerapkan beberapa cabang ilmu AI ke dalam platform mereka, salah satunya adalah teknologi computer vision melalui ZenBot.

ZenBot memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto soal, lalu sistem akan memberikan jawaban dan penjelasan dari soal tersebut secara otomatis.

Selain itu, Sabda menyampaikan, ke depannya tidak tertutup kemungkinan Zenius bisa menerapkan teknologi Natural Language Processing (NLP), yang memungkinkan teknologi AI memanfaatkan data berupa tulisan.

Untuk membuka akses belajar seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia, fitur ZenCore dapat dimanfaatkan secara gratis oleh siapa saja. Peluncuran fitur baru ini mendapatkan sambutan positif, tercatat lebih dari 65 ribu pengguna telah mencoba ZenCore dalam waktu kurang dari sebulan.

Pengguna yang ingin mengasah keterampilan fundamental mereka dapat mencoba untuk menyelesaikan 100 level yang ada pada ZenCore, dengan lebih dari 200 ribu varian soal yang tersedia.

Hingga saat ini, Zenius menjadi salah satu platform edukasi terdepan di Indonesia, yang memiliki lebih dari 20 juta pengguna di website dan aplikasi.

Ke depannya, Zenius akan mempersiapkan lebih dari 200.000 variasi soal tambahan untuk ZenCore, agar pengguna tetap merasa tertantang dan termotivasi.

Sumber: kompas.com

 

 

Selengkapnya
Pembelajaran Adaptif: Solusi Terobosan dalam Mengatasi Kesenjangan Pendidikan di Masa Pandemi

Pendidikan

Learning Loss di Masa Pandemi: Tantangan dan Solusi dalam Pembelajaran Daring

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 14 Februari 2025


KOMPAS.com - "Sulit Pak, selama daring saya tidak memahami kompetensi siswa," gumam seorang kawan yang sama-sama berprofesi guru kepada saya tempo hari.

Ini hanyalah gambaran singkat bagaimana perasaan seorang guru saat ini. Banyak guru yang merasa skeptis tentang pembelajaran daring. Banyak guru yang beranggapan pembelajaran daring memiliki risiko "learning loss" yang besar pada generasi.

Di sisi lain, selama pandemi berlangsung, banyak orang tua yang akhirnya tidak mendaftarkan anaknya untuk sekolah, terutama anak-anak yang ada pada masa usia dini.

Padahal pada usia dini, tumbuh kembang anak perlu sangat diperhatikan. Hal ini juga bisa menjadi pemicu awal terjadinya learning loss pada generasi.

Risiko learning loss memang sudah diprediksi akan terjadi dari mulai awal terjadinya penutupan sekolah di seluruh dunia karena pandemi Covid-19.

Berdasarkan laporan tentang framework pembukaan kembali sekolah yang dikeluarkan bersama oleh UNESCO, UNICEF, World Bank, dan WFP pada bulan April 2020, dikatakan penutupan sekolah secara global sebagai tanggapan terhadap pandemi menghadirkan risiko merusak pendidikan, perlindungan, dan kesejahteraan anak-anak (UNESCO et al, 2020).

Selain itu, Michelle Kaffenberger, akademisi dari Blavatnik School of Government, University of Oxford, memprediksi anak-anak bisa kehilangan pembelajaran selama lebih dari satu tahun menyusul penutupan sekolah selama tiga bulan karena tertinggal pelajaran ketika sekolah kembali dibuka (Kaffenberger, 2020).

Pada studi yang lain diperkirakan bahwa antara 7 dan 9,7 juta anak akan putus sekolah sekolah karena dampak ekonomi dari pandemi (Wagner dan Warren, 2020).

Dari sisi sejarah, problematika learning loss ini sebenarnya sudah terbukti ada dari pengalaman yang terjadi di masa lalu.

Berdasarkan penelitian berbasis pada pandemi polio tahun 1916 telah ditemukan bahwa penutupan sekolah dapat memiliki dampak negatif jangka panjang pada hasil pendidikan anak-anak, seperti berkurangnya pencapaian sekolah dan keterampilan kognitif atas mereka, selama seumur hidupnya (Meyers dan Thomasson, 2017).

Berdasarkan penelitian-penelitian yang ada itu, kita memahami bahwa learning loss adalah sebuah keniscayaan.

Siswa yang lebih rentan mengalami learning loss adalah siswa yang tidak memiliki akses yang maksimal untuk melakukan pembelajaran daring. Misalnya, siswa yang berada di pedesaan atau daerah pedalaman dimana akses internet sulit didapatkan.

Jika pun ada akses internet, keterbatasan infrastruktur tetap menjadi kendala bagi siswa mengikuti pembelajaran. Misalnya keterbatasan kuota internet, atau tidak adanya perangkat elektronik untuk mengakses internet.

Faktor orangtua juga memiliki dampak yang signifikan pada terjadinya learning loss.

Bagi orangtua yang memiliki tingkat pendidikan rendah atau orangtua yang tidak memahami pembelajaran daring, ada anggapan bahwa pembelajaran daring itu sebenarnya tidak ada atau mengada-ada.

Bagi mereka, tanpa adanya tatap muka, peran sekolah bisa dikatakan tidak ada dalam pembelajaran. Kini, seolah-olah sekolah memasuki masa libur berkepanjangan. Dengan pemikiran orangtua seperti ini yang paling rentan terkena dampaknya adalah siswa putri.

Ada orangtua yang akhirnya memutuskan untuk menikahkan dini putrinya dalam rangka mengurangi beban keluarga.

Selain itu, orangtua yang memiliki kendala ekonomi terkadang juga menjadi problematika.

Alih-alih mendukung anaknya untuk belajar daring, mereka justru terpaksa memanfaatkan anaknya untuk bekerja membantu keuangan orangtua untuk memenuhi kebutuhan keluarga di tengah krisis pandemi.

Berdasarkan laporan penelitian-penelitian tersebut risiko learning loss memang sangat besar terjadi di masa pandemi. Namun, hal ini tidak seharusnya membuat kita berpangku tangan dan berdiam diri. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal ini, apalagi dengan kemajuan era teknologi digital saat ini.

Bagi yang tinggal di perkotaan atau di daerah yang relatif lebih mapan, learning loss bisa saja diminimalisir dengan membuat program pembelajaran dalam jaringan (daring) yang lebih maksimal, efisien dan efektif.

Penggunaan berbagai macam platform pendidikan online bisa menjadi alternatif jalan yang sangat membantu pembelajaran siswa di masa pandemi sehingga siswa tidak terlalu tertinggal dalam belajar.

Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting. Hal ini bisa kita jelaskan dengan analogi guru sebagai seorang koki.

Seorang koki harus bisa meramu resep masakan sehingga bisa menghasilkan masakan yang lezat rasanya. Jika rasanya lezat, orang yang memakannya pasti akan ketagihan, ingin makan lagi setelah mencicipinya.

Koki pun akan merasa senang dan semangat untuk membuat resep-resep lain yang berbeda.

Begitu halnya guru, jika guru mampu meramu pembelajaran daring dengan baik, guru akan merasa senang dan tak sabar untuk memulai pembelajaran.

Sementara siswa akan menantikan pembelajaran dengan rasa penuh penasaran. Penasaran akan hal baru apa yang akan dilakukan gurunya di pembelajaran.

Jika tidak seperti ini, pembelajaran daring bisa menjadi sangat membosankan, apalagi tanpa adanya kreativitas dari guru dalam menyampaikan pembelajarannya.

Sejatinya guru harus mampu menuangkan ide-ide kreatif dan inovatifnya menjadi sebuah proses pembelajaran yang baik sehingga siswa tertarik dan akan tetap semangat mengikuti pembelajaran daring.

Selain guru, kurikulum juga harus dibuat lebih fleksibel dengan menentukan standar minimum pencapaian. Standar pencapaian ketuntasan kurikulum sebelum masa pandemi harus ditinjau ulang.

Materi pelajaran yang tidak begitu perlu bisa dihapuskan, yang terlalu panjangan harus dimodifikasi menjadi lebih singkat, dan yang terlalu dalam harus lebih disederhanakan.

Meskipun hal ini terlihat tidak maksimal, setidaknya hal ini bisa meminimalisir terjadinya learning loss pada siswa.

Sebenarnya, learning loss tidak melulu berkutat tentang persoalan akademik, ada dimensi pendidikan karakter juga di dalamnya.

Dalam pemaparan panduan penyelenggaraan pembelajaran pada semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021 di masa pandemi Covid-19 pada tanggal 20 November 2020, Mendikbud Nadiem Anwar Makarim menegaskan hilangnya pembelajaran secara berkepanjangan berisiko terhadap pembelajaran jangka panjang, baik kognitif maupun perkembangan karakter.

Jika mau jujur, pembahasan hilangnya pembelajaran karakter semestinya lebih bisa dikedepankan. Sebenarnya, degradasi moral dan penurunan akhlak sudah terjadi jauh sebelum pandemi ini ada.

Sejak dunia memasuki era millenial dan revolusi industri 4.0, kemajuan teknologi, selain memiliki dampak positif, ada juga dampak negatif yang yang sangat signifikan pada pendidikan karakter di sekolah.

Hal ini yang menyebabkan para ahli pendidikan merasa perlu mengedepankan pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter yang mengedepankan nilai-nilai inti yang bersifat universal.

Sebenarnya, andai saja penguatan pendidikan karakter bisa berjalan dengan baik sebelum datangnya pandemi, potensi loss learning, baik di pedesaan atau di perkotaan, otomatis bisa diminimalisir.

Siswa yang berkarakter akan memiliki motivasi belajar yang tinggi pada kondisi apapun. Ada atau tidak ada krisis, siswa yang berkarakter akan bisa tetap bisa belajar dengan caranya sendiri.

Sejatinya, banyak cara belajar yang bisa dilakukan tanpa harus tergantung dengan formalitas pendidikan di sekolah. Hal ini membutuhkan motivasi yang tinggi bagi siswa untuk mengeksplor semua potensi belajar dari lingkungan yang ada di sekitarnya.

Penguatan pendidikan karakter inilah yang telah terlupakan selama ini karena kita terlalu fokus memikirkan kompetensi kognitif siswa.

Bahkan di masa krisis pandemi seperti saat ini, kita masih saja terjebak ke dalam pola pikir yang sama. Akhirnya, kita sendiri yang kerepotan menghadapi ancaman learning loss yang bisa sangat merugikan dampaknya bagi kemanusiaan.

Alhasil, setelah hampir satu tahun pembelajaran daring dilakukan pastinya banyak sudah learning loss yang kita rasakan, baik secara kognitif maupun pengembangan karakter.

Mengedepankan pendidikan karakter yang bisa membuat siswa memiliki motivasi belajar dari dalam dirinya sendiri menjadi hal yang perlu kita lakukan sebagai sebuah alternatif solusi agar learning loss tidak terlalu berdampak buruk.

Meskipun guru tak bisa maksimal memberikan pelajaran, peran orang tua menanamkan pendidikan karakter sejak usia dini menjadi kunci penting pemecahan learning loss yang mungkin terjadi pada siswa di masa krisis seperti sekarang ini.

Sumber: kompas.com

 

 

Selengkapnya
Learning Loss di Masa Pandemi: Tantangan dan Solusi dalam Pembelajaran Daring
« First Previous page 28 of 46 Next Last »