Pendidikan

Pemkot Surakarta Hentikan Sementara PTM: Evaluasi Kasus COVID-19

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Pemerintah Kota Surakarta menghentikan sementara pembelajaran tatap muka (PTM) selama seminggu seiring meningkatnya kasus COVID-19 di Solo.

"Iya, kami ucapkan terima kasih .Satu minggu kita lihat perkembangannya bagaimana,” kata Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming, Senin (2 Juli 2022) di Raka Solo.

Dia mengatakan, belakangan ini jumlah kasus COVID-19 semakin meningkat. di Solo terus berkembang. Di sisi lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga memerintahkan agar tingkat SMA untuk sementara melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Beberapa warga menentang praktik tersebut, akunya. Namun ada pula yang mendukung kebijakan tersebut. “Iya, nanti akan kami evaluasi kembali,” ujarnya.

Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kota Surakarta Ahyani sebelumnya mengatakan, mulai Senin (7 Februari), PTM akan dihentikan sementara terlebih dahulu dan digantikan oleh PJJ. Sementara itu, hingga Minggu malam (2 Juni), jumlah kasus COVID-19 di Kota Solo sebanyak 438 orang.

Totalnya, ada 415 orang yang diisolasi dan 23 orang dirawat di rumah sakit. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan hari sebelumnya yang kasus aktif COVID-19 di Kota Solo berjumlah 324 orang.

Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Surakarta (DKK) Siti Wahyuningsih mengatakan, hampir sepertiga kasus aktif di Kota Solo. Solo. Kota adalah indeks kasus sekolah. Ia mencontohkan, ada 21 sekolah yang sudah memiliki indeks kasus COVID-19. “Tracing (pelacakan kontak) masih berlangsung,” ujarnya.

Sumber: republika.co.id

Selengkapnya
Pemkot Surakarta Hentikan Sementara PTM: Evaluasi Kasus COVID-19

Pendidikan

Kurikulum Prototipe 2024: Adaptasi Pendidikan untuk Menciptakan Talenta Muda yang Berdaya

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


Selain itu, dibahas dua bidang pekerjaan yang memungkinkan, yaitu kesehatan masyarakat, kelestarian lingkungan, kesehatan mental, dan karir di bidang digital. Keempat hal inilah yang menjadi landasan karir generasi muda. Informasi tersebut dilengkapi dengan survei Indikator Politik Indonesia (IPI) tahun 2021 yang menunjukkan bahwa 81 persen generasi muda lebih memilih menyelamatkan lingkungan daripada mengejar pertumbuhan ekonomi. Agaknya, ini adalah contoh bagaimana generasi muda akan memilih kariernya di masa depan.

Generasi muda masa kini tidak memandang karier hanya sebagai alat untuk bertahan hidup. Selain itu, mereka melihat bahwa karir mereka harus memberikan mereka kesempatan untuk bekerja bagi masyarakat. Kaum muda memandang kehidupan sebagai momen untuk diberdayakan, kreatif, dan bermakna sebagai pribadi seutuhnya. Dapat dikatakan bahwa pandemi ini telah memperkaya perspektif generasi muda dan membentuk pemikiran mereka mengenai karier dan masa depan. Kurikulum saat ini masih dalam bentuk prototipe. Pasalnya, pandemi telah menyebabkan banyak perubahan paradigma dalam hal karir dan masa depan, khususnya bagi generasi muda. Pandemi telah membuat generasi muda melihat perspektif dari berbagai sisi.

Saya menilai langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mentransformasikan prototipe kurikulum menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024 adalah langkah yang tepat. Sebuah prototipe kurikulum harus dikembangkan untuk memenuhi preferensi karir generasi muda saat ini. Fleksibilitas dalam pemilihan spesialisasi harus diterima dengan baik dan didukung penuh oleh seluruh pemangku kepentingan. Generasi muda adalah modal yang dibutuhkan untuk meraih masa depan yang lebih cerah bagi negara ini.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis proyek

Kaum muda memiliki harapan dan tuntutan yang tinggi terhadap pendidikan. Menurut penelitian kami, kaum muda memiliki empat keinginan. Pertama, kurikulum adaptif. Berdasarkan temuan kami, 231 generasi muda mengatakan bahwa kurikulum harus beradaptasi dengan perubahan zaman. Artinya, mereka menginginkan kurikulum yang merespons dinamika dan beradaptasi dengan tren karier dan pembelajaran yang relevan. Berdasarkan survei Inventure-Alvara tahun 2021, 57,3 persen responden menganggap kurikulum digital menjadi pertimbangan dalam memilih sekolah.

Artinya, setiap institusi pendidikan harus mengadopsi kurikulum digital agar lebih siap merespons dinamika zaman. Kedua, 226 generasi muda memandang penting peningkatan kualitas staf di lembaga pendidikan. Misalnya guru yang lebih kompeten, metode pengajaran baru atau komunikasi yang lebih baik. Hal ini masuk akal karena pandemi membuat generasi muda merasa bahwa institusi pendidikan perlu meningkatkan kualitasnya di segala aspek. Ketiga, 146 generasi muda menginginkan kelas offline kembali diadakan. Hal ini memang menjadi keinginan banyak pelajar muda. Generasi muda sudah bosan dengan pembelajaran online karena tidak bisa berinteraksi dengan teman sebayanya, sehingga usaha ini sangat wajar.

Menurut temuan Inventure-Alvara-Ivosights 2022, sebanyak 80,8 persen responden ingin belajar secara offline karena motivasi dan manfaat pembelajaran tatap muka meningkat. Keempat, 85 generasi muda mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak akses terhadap kesempatan belajar seperti buku, akses internet, webinar, dan kursus online. Setidaknya jika kelas offline tidak berfungsi, mereka mendapat cukup ruang untuk belajar. Keempat lembaga ini akan sangat membantu mereka meningkatkan kualitas di tengah pandemi yang belum jelas tanggal berakhirnya. Kelima, 80 anak muda menyatakan pekerjaan rumah (PR) dikurangi. Alasannya mungkin karena pekerjaan rumah memberatkan siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Galloway et.al (2013) yang menyatakan bahwa 56 persen siswa mengidentifikasi pekerjaan rumah sebagai sumber stres utama mereka.

Oleh karena itu, penerapan prototipe kurikulum dapat menjadi momen untuk mengubah seluruh kerangka acuan lembaga pendidikan. Institusi pendidikan harus menciptakan ekosistem dimana generasi muda dapat belajar sesuai minatnya. Apalagi minat karir generasi muda sangat mengikuti tuntutan zaman dan menjadikan keberadaan mereka bermakna bagi masyarakat sekitar. Ekosistem ini dapat berupa penerapan pembelajaran berbasis proyek, di mana lembaga pendidikan memberikan kebebasan kepada generasi muda untuk membuat proyek yang dapat mempengaruhi masyarakat.

Sumber : kompas.com

Selengkapnya
Kurikulum Prototipe 2024: Adaptasi Pendidikan untuk Menciptakan Talenta Muda yang Berdaya

Pendidikan

Sukses Belajar Online: 4 Tips Efektif bagi Mahasiswa Baru

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


Mahasiswa baru harus tetap mengikuti perkuliahan daring hingga kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia membaik. Meski tidak bisa mengunjungi universitas dan bertemu dengan sesama mahasiswa, namun mahasiswa baru tetap antusias mengikuti perkuliahan online. Akun Instagram resmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada Senin (8 September 2021) membagikan tips seru menghadapi perkuliahan daring bagi mahasiswa baru. Yuk simak ikhtisarnya berikut ini.

Tips kuliah online bagi mahasiswa baru

1. Datang tepat waktu untuk perkuliahan

Datang tepat waktu untuk perkuliahan adalah wajib bagi mahasiswa. Tentu saja hal ini lebih mudah dilakukan, apalagi di iklim perkuliahan daring seperti sekarang ini, karena tidak perlu bepergian ke ruang kelas. Hal ini juga menunjukkan rasa hormat terhadap guru. Pastikan untuk melengkapi partisipasi Anda.

2. Ciptakan suasana yang nyaman

Karena situasi pandemi saat ini, perkuliahan diadakan secara online, sehingga penting untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk belajar.

Pastikan ruang belajar rapi dan bersih sehingga suasana hati Anda baik Anda juga bisa mencari suasana baru dengan mengunjungi kedai kopi atau ruang kerja lainnya. Namun pastikan perkuliahan online tidak terganggu oleh suara.

3. Hilangkan gangguan

Kuliah online mengharuskan kita memperhatikan penjelasan dosen melalui layar gawai atau laptop. Hal ini memerlukan fokus khusus karena komunikasi online tidak bisa sama dengan komunikasi tatap muka. Jadi hilangkan gangguan yang tidak perlu seperti menelusuri timeline media sosial dan melakukan hal-hal membosankan lainnya. Anda tetap perlu fokus memperhatikan penjelasan dosen agar dapat menyerap informasi yang diberikan secara maksimal.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Sukses Belajar Online: 4 Tips Efektif bagi Mahasiswa Baru

Pendidikan

SKB Empat Menteri: Izin PTM Hingga 100% di Semester Kedua, Orang Tua Tetap Berwenang Menolak

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


KONTAN.CO.ID - Jakarta. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri terkait kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di masa pandemi Covid-19. SKB ini memberikan arahan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat melibatkan hingga 100% siswa mulai semester kedua tahun ajaran 2021/2022.

Meskipun izin PTM hingga 100% diberikan, orang tua tetap memiliki kelonggaran untuk memilih tidak mengizinkan anaknya mengikuti PTM jika masih khawatir dengan penularan Covid-19. SKB ini ditandatangani oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, serta Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada 21 Desember 2021.

Dalam SKB tersebut, diatur bahwa seluruh satuan pendidikan pada wilayah PPKM level 1, 2, dan 3 wajib melaksanakan PTM terbatas mulai Januari 2022. Pembelajaran tatap muka terbatas tetap dapat dipilih oleh orang tua hingga akhir tahun ajaran 2021/2022.

Berikut adalah aturan PTM berdasarkan tingkat vaksinasi di wilayah PPKM:

Aturan PTM untuk tiap wilayah PPKM

  1. Kondisi Capaian Vaksinasi Tinggi (80% - 100%):

  • Pendidikan tatap muka dilaksanakan setiap hari.

  • Jumlah peserta didik maksimal 100% dari kapasitas ruang kelas.

  • Lama belajar paling banyak 6 (enam) jam pelajaran per hari.

  • Kondisi Capaian Vaksinasi Menengah (50% - 80%):

 

  1. Pembelajaran tatap muka dilaksanakan setiap hari secara bergantian.

  • Jumlah peserta didik maksimal 50% dari kapasitas ruang kelas.

  • Lama belajar paling banyak 6 (enam) jam pelajaran per hari.

  • Kondisi Capaian Vaksinasi Rendah (<50%):

 

  1. Pembelajaran tatap muka dilaksanakan setiap hari secara bergantian.

  • Jumlah peserta didik maksimal 50% dari kapasitas ruang kelas.

  • Lama belajar paling banyak 4 (empat) jam pelajaran per hari.

 

Aturan PTM di Wilayah PPKM Level 3 berdasarkan SKB 4 Menteri:

  1. Kondisi Capaian Vaksinasi Menengah (40% - 100%):

  • Pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan setiap hari secara bergantian.

  • Jumlah peserta didik maksimal 50% dari kapasitas ruang kelas.

  • Lama belajar paling banyak 4 (empat) jam pelajaran per hari.

 

  1. Kondisi Capaian Vaksinasi Rendah (<40%):

  • Dilaksanakan pembelajaran jarak jauh.

 

Aturan PTM di Wilayah PPKM Level 4 berdasarkan SKB 4 Menteri:

  1. Kondisi Capaian Vaksinasi Tinggi (40% - 100%):

  • Pembelajaran tatap muka terbatas dilaksanakan setiap hari secara bergantian.

  • Jumlah peserta didik maksimal 50% dari kapasitas ruang kelas.

  • Lama belajar paling banyak 4 (empat) jam pelajaran per hari.

 

  1. Kondisi Capaian Vaksinasi Rendah (<40%):

  • Dilaksanakan pembelajaran jarak jauh.

 

Dalam aturan terbaru ini, kantin sekolah belum diperbolehkan beroperasi. Kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler di dalam dan di luar ruangan dilaksanakan sesuai pengaturan pembelajaran di ruang kelas. Adapun syarat mengikuti PTM termasuk kondisi kesehatan dan ketidakmampuan menunjukkan gejala Covid-19. Selain itu, dijelaskan pula penghentian sementara PTM apabila terjadi klaster penularan atau angka positivity rate yang tinggi. Tetap patuhi protokol kesehatan demi keselamatan bersama!

Sumber: kontan.co.id

 

Selengkapnya
SKB Empat Menteri: Izin PTM Hingga 100% di Semester Kedua, Orang Tua Tetap Berwenang Menolak

Pendidikan

Inovasi Pembelajaran: Guru SMPN 1 Rongkop Kreatif Ajarkan Matematika melalui YouTube

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 18 Februari 2025


Meski Sidang Orientasi Lingkungan Sekolah (MPLS) dilakukan secara daring, namun siswa baru dan lama tetap antusias mengikuti. Salah satu guru SMPN 1 Rongkop, Gunungkidul, Tutik Suprapti menjelaskan, pelaksanaan MPLS berjalan lancar meski dilakukan secara online. Karena Kapanewon Rongkop merupakan daerah pegunungan, sinyal internet tidak merata.

Siswa mencari sinyal

Siswa yang berada di daerah yang sulit sinyalnya, mereka akan secara mandiri berusaha mencari tempat yang ada sinyal internet. “Rongkop dekat dengan laut dan medannya bergunung-gunung. Hingga saat ini, anak-anak terpapar kondisi tersebut sehingga mereka terpacu untuk terus beraktivitas,” jelas Tutik kepada Kompas.com, Sabtu (17/06/2021). Tutik menjelaskan, pada awal pandemi, siswa sangat merindukan pembelajaran tatap muka. Alasannya, banyak siswa dan guru yang tidak siap menghadapi perubahan situasi yang tiba-tiba. Namun Dinas Pendidikan Gunungkidul dan instansi terkait banyak melakukan pelatihan dari waktu ke waktu tentang bagaimana penerapan pembelajaran daring yang baik. “Akhirnya siswa dan guru dapat menikmati proses yang ada. Banyak keberhasilan dan kemajuan yang dicapai selama ini. “Saya termasuk guru yang awalnya belum bisa membuat video e-learning,” kata Tutik.

Berikan pelatihan melalui

Youtube. Karena semangatnya, Tutik malah belajar sendiri membuat video edukasi yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tutik Suprapti Gunungkidul mengunggah video pembelajaran matematika untuk siswanya melalui saluran YouTube. Hanya dalam setahun, channel YouTube guru berusia 53 tahun ini sudah mengumpulkan 2,62 ribu subscriber. Video edukasi yang menarik ini penting, karena dalam pembelajaran matematika tatap muka tidak semua siswa langsung memahami mata pelajaran tersebut, oleh karena itu Tutik berusaha agar semua siswa memahami materi yang disampaikannya. "Saya membuat video edukasi yang mengajarkan metode praktis. Baik pemahaman maupun pemecahan masalah. Bukan sekadar materi baku. Saya mengajak siswa memahami metode praktis yang diperoleh dengan menurunkan rumus," jelas Tutik.

Menginspirasi guru lain

Kepada Tutik, di mana saja dan pada usia berapa pun, siapa pun bisa terinspirasi. Sejak Tutik membuat pembelajaran di YouTube, rekan-rekannya pun sudah bisa membuat video serupa. “Pembelajaran saya saya upload ke YouTube, karena saat menonton YouTube anak-anak merasa saya jelaskan secara langsung. Sedangkan tugas saya kirim melalui aplikasi WhatsApp. Tugas itu mengambil materi dari YouTube, LKS atau buku pelajaran,” kata Tutik. Terkait pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas, Tutik mengaku SMPN 1 Rongkop mengharapkan lebih banyak kebijakan dari pemerintah daerah.

Pada saat pelaksanaan PJJ, beberapa siswa SMPN 1 Rongkop datang ke sekolah untuk menyelesaikan tugas yang tidak terselesaikan karena kendala sinyal. “Pada saat pembelajaran luring berlangsung, SMPN 1 Rongkop telah mempersiapkan segala dukungan baik sarana prasarana maupun sosialisasi siswa untuk mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di masa pandemi Covid-19,” tambah Tutik

Sumber: kompas.com

 

 

Selengkapnya
Inovasi Pembelajaran: Guru SMPN 1 Rongkop Kreatif Ajarkan Matematika melalui YouTube

Pendidikan

Pendidikan dan lapangan kerja kaum muda Indonesia masih tertinggal di ASEAN: Survei

Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025


Indonesia telah mengalami peningkatan dalam hal kualitas pendidikan dan ketenagakerjaan kaum muda, namun masih berada di bawah rata-rata Asia Tenggara, demikian hasil survei ASEAN baru-baru ini.

Dengan jumlah penduduk usia muda yang besar dan secara signifikan kurang kompetitif dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di negara-negara tetangga, para ahli memperingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi rintangan besar jika tidak segera mengatasi masalah ini.

Peningkatan ini tercatat dalam Indeks Pembangunan Pemuda ASEAN 2022 yang diterbitkan pada akhir Juli. Laporan yang dibuat oleh Sekretariat ASEAN ini membandingkan data-data penting yang relevan bagi kaum muda di kawasan ini, yang berusia 15 hingga 35 tahun, yang bersumber dari berbagai organisasi termasuk Bank Dunia dan Organisasi Buruh Internasional (ILO).

Indonesia memperoleh skor 0,544 untuk Indeks Pembangunan Pemuda (Youth Development Index/YDI) dalam kategori pendidikan, lebih tinggi dari Kamboja (0,24) dan Laos (0,239), namun berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara anggota ASEAN, dan masih berada di bawah rata-rata kawasan sebesar 0,56.

Sementara itu, dalam kategori ketenagakerjaan kaum muda, Indonesia berada di peringkat ke-8 dengan YDI sebesar 0,437, di atas Brunei Darussalam (0,413) dan Filipina (0,341). Namun, Indonesia masih berada di bawah rata-rata regional (0,54).

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan termasuk tingkat melek huruf kaum muda, tingkat pencapaian pendidikan, dan kefasihan digital. Sementara itu, indeks untuk kategori ketenagakerjaan diukur dengan menggunakan tingkat pengangguran kaum muda, partisipasi angkatan kerja, dan persentase kaum muda yang tidak berada dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan (NEET).

Indonesia juga mendapat nilai di bawah rata-rata dalam beberapa indikator lain, termasuk kesetaraan dan inklusi untuk fasilitas dasar dan partisipasi kewarganegaraan pemuda.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih dapat mengambil manfaat dari kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan persentase NEET. Untuk mengatasi isu-isu lain, Indonesia juga dapat mengambil manfaat dari peraturan yang ditargetkan untuk penyandang disabilitas berat dan pernikahan anak.

Kebutuhan yang tidak terkait 

Para ahli dan pejabat sepakat bahwa terdapat korelasi yang kuat antara sistem pendidikan Indonesia yang buruk dan tingkat ketenagakerjaan yang rendah.

Menurut mereka, sistem pendidikan di Indonesia merupakan inti dari masalah ini. Model pendidikan yang ada saat ini dianggap tidak cukup untuk mempersiapkan generasi muda beradaptasi dengan dunia modern yang berubah dengan cepat, yang kemudian mendorong naiknya tingkat pengangguran.

Dengan hanya 6 persen dari populasi yang memiliki gelar sarjana, sebagian besar orang Indonesia memasuki dunia kerja dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas atau lebih rendah. Namun, sistem pendidikan dasar di negara ini penuh dengan masalah dan tidak cukup untuk membekali para siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat bersaing di pasar kerja.

"Ada banyak masalah, termasuk akses pendidikan yang buruk di banyak daerah di Indonesia, kompetensi guru yang di bawah standar, dan kegagalan untuk mengadaptasi sistem pendidikan ke dunia pasca-digital," ujar Feriansyah, Kepala Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Pendidikan dan Pengajar (P2G).

Sistem sekolah, lanjutnya, masih mengutamakan cara belajar lama yang berbasis pada hafalan, tes standar dan sistem peringkat. Sistem ini telah membuat sebagian besar generasi muda Indonesia tidak kompetitif dalam menghadapi dunia kerja modern yang lebih mengutamakan pemikiran kritis dan kolaborasi.

Triyono, seorang ahli tenaga kerja dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga sependapat dengan Feriansyah: "Kita hidup di masa 'revolusi industri 4.0', dan sistem sekolah tidak mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan tersebut."

Dita Indah Sari, staf ahli Kementerian Ketenagakerjaan, setuju bahwa kurangnya pendidikan dan pelatihan kejuruan yang layak telah menyebabkan Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga.

Setengah populas​​​​​​i

Kenyataannya mungkin lebih suram dari angka resmi yang ada. Tingkat pengangguran resmi saat ini kurang dari 6 persen, tetapi sebagian besar dari mereka yang bekerja terjebak dalam profesi yang tidak kompetitif, berketerampilan rendah, dan informal.

"Sektor-sektor ini sangat terbatas dalam hal kreativitas dan produktivitas, dan tidak dapat sepenuhnya meningkatkan kesejahteraan pekerjanya," kata Dita. "Pekerjaan-pekerjaan ini hanya cukup untuk bertahan hidup."

Generasi milenial, yang secara resmi mengacu pada mereka yang lahir dari awal 1980-an hingga akhir 1990-an, dan Generasi Z, atau mereka yang lahir pada akhir 1990-an dan seterusnya, terdiri dari lebih dari separuh populasi Indonesia, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Pemerintah perlu mulai berpikir untuk membuat sistem pendidikan yang lebih inklusif dan produktif, demikian Feriansyah memperingatkan P2G. "Jika kita tidak melakukan intervensi sekarang, anak-anak muda ini akan menjadi demografi yang membawa masalah bagi negara."

Disadur dari: asianews.network

Selengkapnya
Pendidikan dan lapangan kerja kaum muda Indonesia masih tertinggal di ASEAN: Survei
« First Previous page 23 of 51 Next Last »