Farmasi

Mengenal Ilmu Farmakologi

Dipublikasikan oleh Anisa pada 26 Februari 2025


Farmakologi, sebuah cabang ilmu yang menggali ke dalam dunia senyawa kimia dan perannya yang magis dalam memengaruhi tubuh manusia. Inilah perjalanan menarik melalui ilmu yang mendalam, membuka kotak rahasia dan keunikan farmakologi, serta mengungkap teori-teori yang menjadi dasar ilmu ini.

Farmakologi, seiring perkembangannya, berkembang menjadi dua divisi utama yang tak kalah menarik, yaitu farmakodinamika dan farmakokinetika. Di panggung farmakodinamika, senyawa-senyawa kimia ini berinteraksi dengan reseptor biologis, membuka tirai efeknya pada sistem tubuh manusia. Ini adalah pertunjukan ajaib di mana senyawa-senyawa ini menjadi bintang, merubah dinamika biologis dengan sentuhan magisnya. Sementara itu, farmakokinetika menjadi kisah perjalanan senyawa-senyawa ini dalam tubuh, melibatkan fase penyerapan, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Seolah-olah sebuah petualangan di dalam tubuh manusia, mereka menemukan jalannya, menuju tempat yang tepat untuk menciptakan dampaknya.

Beberapa teori farmakologi yang menghidupkan keajaiban ini semakin menarik. Pertama, Teori Reseptor dan Efek, menjelaskan bahwa efek obat sangat tergantung pada ketersediaan reseptor biologis yang sesuai. Teori Dosis-Respon, pada gilirannya, membahas hubungan antara dosis obat dan respons biologis yang dihasilkan. Sementara Teori Selektivitas Obat memberikan wawasan tentang kemampuan obat untuk bekerja secara selektif pada organ atau jaringan tertentu.

Farmakologi, pada intinya, adalah keajaiban yang membawa dampak pada kesehatan manusia. Setiap dosis obat adalah bagian dari kisah besar kesembuhan dan transformasi. Dengan memahami keunikan divisi dan teori farmakologi, kita terbenam dalam dunia di mana senyawa kimia dan tubuh manusia saling berkolaborasi, menciptakan narasi ilmiah yang mendalam dan menakjubkan.

Dalam dunia yang semakin kompleks, farmakologi bukan hanya ilmu pengetahuan, tetapi juga seni penyembuhan. Sebuah perjalanan penuh dengan rahasia dan keindahan yang mengubah pandangan kita terhadap senyawa kimia dan bagaimana mereka menjadi penyelamat dalam dunia kesehatan manusia.

Teori farmakologi

Sistem biologis yang dipengaruhi oleh suatu bahan kimia harus dipahami dengan baik untuk dapat mengkajinya. Disiplin farmakologi telah mengalami perkembangan yang signifikan seiring dengan berkembangnya pemahaman kita tentang biologi sel dan biokimia. Dengan secara langsung mengubah lokasi pada reseptor permukaan sel (yang memodifikasi dan memediasi jalur sinyal seluler yang mengatur fungsi seluler), sekarang dimungkinkan untuk mengembangkan senyawa yang bekerja pada sinyal seluler atau jalur metabolik tertentu melalui studi molekuler pada reseptor.

Bahan kimia mungkin memiliki karakteristik dan efek yang berkaitan dengan farmakologi. Farmakodinamik membahas dampak bahan kimia terhadap tubuh (beracun atau diinginkan), sedangkan farmakokinetik menjelaskan tindakan tubuh terhadap bahan kimia (misalnya, waktu paruh dan volume distribusi).

Pembagian divisi

Farmakologi juga dapat berkonsentrasi pada sistem tubuh tertentu. Efek obat-obatan pada berbagai sistem biologis diselidiki oleh divisi yang khusus menangani sistem tersebut. Diantaranya adalah imunofarmakologi pada sistem imun dan neurofarmakologi pada sistem saraf pusat dan perifer. Farmakologi ginjal, endokrin, dan kardiovaskular adalah divisi lebih lanjut. Studi tentang penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi jiwa, pikiran, dan perilaku—seperti antidepresan—untuk mengobati penyakit mental—seperti depresi—dikenal sebagai psikofarmakologi. Hal ini berkaitan dengan proses perilaku dan neurobiologis dari tindakan zat psikoaktif dan mengintegrasikan metode dan konsep dari ilmu saraf perilaku, perilaku hewan, dan neurofarmakologi.[Referensi diperlukan] Topik terkait neuropsikofarmakologi berkaitan dengan bagaimana obat mempengaruhi area di mana sistem saraf dan pikiran menyatu.

Ada penerapan farmakologi dalam ilmu klinis. Studi tentang pengobatan pada orang yang menggunakan konsep dan metodologi farmakologi dikenal sebagai farmakologi klinis. Posologi, atau studi tentang dosis obat, adalah salah satu contohnya.

Toksikologi dan farmakologi adalah bidang yang berhubungan erat. Bidang keilmuan toksikologi dan farmakologi sama-sama berkaitan dengan pemahaman karakteristik dan fungsi zat. Toksikologi, di sisi lain, mempelajari efek negatif bahan kimia dan mengevaluasi risikonya, sedangkan farmakologi berfokus pada efek obat dari bahan kimia, seringkali obat atau molekul yang berpotensi menjadi obat.

Disadur dari:

https://en.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengenal Ilmu Farmakologi

Farmasi

Jenis dan Meteode Toksikologi

Dipublikasikan oleh Anisa pada 25 Februari 2025


Toksikologi adalah bidang ilmu yang mempelajari bagaimana bahan kimia atau zat dapat membahayakan manusia, hewan, dan lingkungan. Ini adalah bidang multidisiplin yang menggabungkan informasi dari bidang seperti biologi, kimia, farmakologi, dan kedokteran untuk memahami bagaimana zat kimia dapat membahayakan organisme hidup. Studi ini menyelidiki hubungan dosis-respons, komponen yang memengaruhi toksisitas bahan kimia, teknik untuk mengidentifikasi dan menganalisis zat racun dan toksik, dan rencana untuk menghindari atau menangani paparan bahan kimia ini.

Agen toksik juga dapat digolongkan berdasarkan organ tubuh sasaran, kegunaannya, efeknya, sifat fisik, jenis kimia, dan tingkat toksisitasnya.

  • Sifat fisik: gas, debu, logam
  • Kimia: turunan-turunan anilin, hidrokarbon dihalogenasi
  • Daya racun: sangat toksik, sedikit toksik

Mekanisme kerja biokimia zat toksik, seperti inhibitor sulfhidril dan penghasil met Hb, dapat menentukan penggolongan zat toksik. Oleh karena itu, tidak ada satu sistem yang dapat digunakan untuk semua berbagai agen toksik.

Uji toksisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti in vivo, in vitro, atau in silico. In vivo menggunakan seluruh hewan untuk menguji efeknya, sedangkan in vitro menggunakan sel atau jaringan terisolasi. Percobaan in silico, di sisi lain, menggunakan simulasi komputer untuk memprediksi toksisitas.

Pengujian in vitro melibatkan pengujian toksisitas suatu zat dengan menggunakan sel, jaringan, atau organ yang diisolasi. Metode ini menyediakan lingkungan yang terkendali, yang memungkinkan pemeriksaan mekanisme dan jalur spesifik yang berkontribusi pada toksisitas tanpa mempertimbangkan kompleksitas organisme secara keseluruhan.

Contoh pengujian in vitro adalah uji Ames, uji ini menilai potensi mutagenik suatu zat, dan uji MTT, yang mengukur kelangsungan hidup sel. Pengujian in vitro sering digunakan bersama dengan teknik lain, seperti pengujian in vivo dan simulasi komputer, untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang efek toksikologi suatu zat.

Disadur dari: https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Jenis dan Meteode Toksikologi

Farmasi

Apa itu Farmakodinamik?

Dipublikasikan oleh Anisa pada 24 Februari 2025


Farmakokinetika

Farmakokinetika adalah bidang ilmu farmakologi yang mempelajari bagaimana obat bergerak melalui tubuh manusia dari saat diminum hingga keluar melalui organ ekskresi. Secara umum, fase farmakokinetik dibagi menjadi Adsoprsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekstensi. Terkadang, fase deliberasi juga dimasukkan ke dalam studi farmakokinetika. Tetapi tampaknya lebih tepat untuk memasukkan fase deliberasi ke dalam fase farmasetik.

Proses farmakokinetika

Farmakokinetika mempelajari berbagai faktor yang mempengaruhi efektivitas obat. Prosesnya dimulai dengan penyerapan (absorpsi), tersebar ke seluruh tubuh melalui darah (distribusi), dimetabolisi dalam organ tertentu, terutama hati (biotransformasi), dan kemudian sisa atau produk metabolisme ini dikeluarkan dari tubuh melalui ekskresi (eliminasi) dan selanjutnya disingkat menjadi ADME.

Sebenarnya, ada fase liberasi, yaitu peleburan zat aktif obat ketika masuk ke dalam tubuh. Beberapa sumber mengatakan bahwa liberasi tergabung dengan absorpsi, sedangkan sumber lain mengatakan bahwa distribusi, metabolisme, dan ekskresi adalah satu fase yang disebut disposisi. Selain itu, beberapa orang berpendapat bahwa ada fase tambahan yang menyertakan unsur-unsur toksis, yang disebut ADME-Tox atau ADMET.

Interaksi psiko-kimia antara obat dan organ tubuh mempengaruhi fase penyaluran zat aktif obat-obatan ini. Fase ini dapat digambarkan secara matematis. Oleh karena itu, studi farmakokinetika menggunakan perhitungan matematika untuk memprediksi bagaimana obat bekerja saat diserap tubuh.

Farmakodinamik

Farmakodinamik (PD) adalah penelitian tentang bagaimana obat berdampak biokimia dan fisiologis. Dampaknya dapat mencakup hewan (seperti manusia), mikroorganisme, atau kombinasi organisme (seperti infeksi).

Cabang utama farmakologi adalah farmakodinamik dan farmakokinetik, yang merupakan topik biologi yang mempelajari bagaimana zat kimia endogen dan eksogen berinteraksi dengan organisme hidup.

Secara khusus, farmakokinetik adalah bidang yang menyelidiki bagaimana suatu obat mempengaruhi tubuh, sedangkan farmakodinamik adalah bidang yang menyelidiki bagaimana tubuh mempengaruhi obat. Kedua berpengaruh pada dosis, manfaat, dan efek samping. Farmakodinamik kadang-kadang disebut PD, dan farmakokinetik kadang-kadang disebut PK. Ini terutama berlaku ketika digunakan dalam konteks gabungan, seperti ketika berbicara tentang model PK/PD.

Hubungan dosis-respons, atau hubungan antara konsentrasi dan efek obat, adalah fokus farmakodinamik. Interaksi obat-reseptor, yang dimodelkan oleh

{\displaystyle {\ce {L + R <=> LR}}}

di mana L, R, dan LR masing-masing mewakili konsentrasi kompleks ligan (obat), reseptor, dan ligan-reseptor. Persamaan ini mewakili model dinamika reaksi yang disederhanakan yang dapat dipelajari secara matematis melalui alat seperti peta energi bebas.

Disadur dari:

https://id.wikipedia.org/wiki/Farmakokinetika

https://en.wikipedia.org/wiki/Pharmacodynamics

Selengkapnya
Apa itu Farmakodinamik?

Farmasi

Sejarah Ilmu Biokimia

Dipublikasikan oleh Anisa pada 21 Februari 2025


Biokimia, juga dikenal sebagai kimia biologis, adalah bidang yang mempelajari proses kimia di dalam tubuh dan bagaimana mereka berkaitan dengan makhluk hidup. Biokimia adalah subdisiplin dari biologi dan kimia dan terdiri dari tiga subdisiplin: biologi struktural, enzim, dan metabolisme. Selama beberapa dekade terakhir abad ke-20, biokimia telah berhasil menjelaskan hampir semua bidang ilmu hayat melalui metode dan penelitian biokimia. Biokimia berkonsentrasi pada pemahaman dasar kimiawi yang memungkinkan molekul biologis menunjukkan proses yang terjadi di dalam sel hidup dan di antara sel. Pemahaman ini terkait dengan pemahaman tentang jaringan dan organ, serta struktur dan fungsi organisme.Biokimia berhubungan dengan biologi molekuler, yang mempelajari cara fenomena biologi terjadi melalui molekul.

Sebagian besar biokimia berkaitan dengan struktur, fungsi, dan interaksi protein, asam nukleat, karbohidrat, dan lipid. Molekul-molekul ini membangun struktur sel dan melakukan banyak tugas penting lainnya untuk kehidupan. Reaksi molekul dan ion kecil juga menentukan sifat kimiawi sel. Mereka dapat berupa senyawa organik (seperti asam amino yang digunakan untuk menghasilkan protein) atau anorganik (seperti ion logam dan air). Metabolisme adalah cara sel mengambil energi dari lingkungannya melalui reaksi kimia. Hasil biokimia banyak digunakan dalam bidang medis, nutrisi, dan pertanian.

Dalam definisi paling komprehensif, biokimia adalah studi tentang bagian dan komposisi makhluk hidup dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain untuk membentuk bentuk kehidupan. Dengan cara ini, biokimia mungkin telah ada sejak zaman Yunani kuno.Namun, bergantung pada aspek biokimia mana yang difokuskan, biokimia sebagai disiplin ilmu yang spesifik dimulai sekitar abad ke-19 atau lebih awal. Beberapa orang berpendapat bahwa penemuan molekul enzim pertama, diastase (sekarang disebut amilase) oleh Anselme Payen pada tahun 1833, mungkin merupakan awal biokimia. Namun, orang lain berpendapat bahwa penemuan proses biokimia kompleks pertama, fermentasi alkohol pada ekstrak yang bebas-sel oleh Eduard Buchner pada tahun 1897, merupakan tanda kelahiran biokimia.

Istilah "biokimia" berasal dari kombinasi kata "bio" dan "kimia". Pada tahun 1877, Felix Hoppe-Seyler membuat kata pengantar untuk edisi pertama Zeitschrift für Physiologische Chemie (Jurnal Kimia Fisiologis) dengan menggunakan istilah "biochemie" (dalam bahasa Jerman) sebagai sinonim untuk kimia fisiologis. Dia juga menyarankan untuk mendirikan lembaga khusus untuk bidang studi ini. Banyak orang mengatakan bahwa ahli kimia Jerman Carl Neuberg menciptakan kata tersebut pada tahun 1903, tetapi beberapa orang mengatakan bahwa Franz Hofmeister adalah penciptanya.

Pada mulanya, masyarakat secara umum menerima bahwa kehidupan dan materi di dalamnya mempunyai beberapa sifat penting (sering disebut sebagai “prinsip dasar”) yang berbeda dengan materi yang terdapat pada makhluk hidup dan menyiratkan bahwa kehidupan hanya terbatas pada makhluk hidup yang dapat menghasilkan makhluk hidup (organik). masuk akal). Pada tahun 1828, Friedrich Wöhler menerbitkan sebuah risalah tentang sintesis urea, yang menunjukkan bahwa bahan organik dapat dibuat secara buatan. Sejak itu, biokimia mengalami kemajuan, terutama sejak pergantian abad ke-20 dengan berkembangnya teknik-teknik baru termasuk kromatografi, pencitraan sinar-X, interferometri polarisasi ganda, spektroskopi NMR, pelabelan radioisotop, mikroskop elektron, dan simulasi dinamika molekul.

Teknik-teknik ini memungkinkan pemeriksaan dan analisis yang lebih mendalam terhadap berbagai molekul dan metabolisme sekunder, seperti gliolosis dan siklus Krebs (jalur metabolisme utama tikus), dan juga meningkatkan pemahaman biokimia pada tingkat molekuler. Perkembangan baru dalam ilmu pengetahuan, seperti bioinformatika, juga sangat membantu dalam analisis dan pemodelan struktur molekul raksasa.

Aspek penting lainnya dari biokimia adalah penyuntingan gen dan perannya dalam transportasi informasi intraseluler. Pada tahun 1950-an, Maurice Wilkins, James D. Watson, Rosalind Franklin, dan Francis Crick memberikan kontribusi yang signifikan terhadap studi struktur DNA dan hubungannya dengan transmisi informasi genetik.

Pada tahun 1958, George Beadle dan Edward Tatum dianugerahi Hadiah Nobel atas penelitian mereka mengenai mekanisme yang menunjukkan bahwa satu gen dapat menghasilkan satu enzim. Pada tahun 1988, Colin Pitchfork adalah orang pertama yang berhasil melakukan penelitian menggunakan DNA sebagai alat biologis, yang membantu kemajuan ilmu forensik. Sebelumnya, Andrew Z. Fire dan Craig C. Mello dianugerahi Hadiah Nobel 2006 karena menemukan peran interferensi RNA (RNAi) dalam regulasi ekspresi gen.

Disadur dari:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Sejarah Ilmu Biokimia

Farmasi

Farmasi Industri

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Farmasi industri adalah teknologi obat-obatan dalam bidang industri. Ini bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan obat-obatan atau obat-obatan farmasi untuk digunakan sebagai obat yang akan diberikan (atau dikelola sendiri) kepada pasien dari dokter, dengan tujuan untuk menyembuhkan mereka, memvaksinasi mereka, atau mengurangi gejala. Perusahaan farmasi dapat menangani obat generik atau merek dan alat kesehatan. Mereka tunduk pada berbagai hukum dan peraturan yang mengatur paten, pengujian, keamanan, kemanjuran dan pemasaran obat-obatan

Sejarah

Pertengahan 1800-an - 1945: Dari tumbuhan ke obat sintetis pertama

Industri farmasi modern dimulai dengan apotek lokal yang berkembang dari peran tradisional mereka mendistribusikan obat-obatan botani seperti morfin dan kina ke pembuatan grosir pada pertengahan tahun 1800, dan dari penemuan yang dihasilkan dari penelitian terapan. Penemuan obat yang disengaja dari tanaman dimulai dengan isolasi antara 1803 dan 1805 morfin - agen analgesik dan penginduksi tidur - dari opium oleh asisten apoteker Jerman Friedrich Sertürner, yang menamai senyawa tersebut dengan dewa mimpi Yunani, Morpheus.  Pada akhir 1880-an, produsen pewarna Jerman telah menyempurnakan pemurnian senyawa organik individu dari tar dan sumber mineral lainnya dan juga telah menetapkan metode yang belum sempurna dalam sintesis kimia organik .  Pengembangan metode kimia sintetis memungkinkan para ilmuwan untuk secara sistematis memvariasikan struktur zat kimia, dan pertumbuhan dalam ilmu farmakologi yang muncul memperluas kemampuan mereka untuk mengevaluasi efek biologis dari perubahan struktural ini.

Epinefrin, norepinefrin, dan amfetamin

Pada tahun 1890-an, efek mendalam dari ekstrak adrenal pada banyak jenis jaringan yang berbeda telah ditemukan, memulai pencarian baik untuk mekanisme kimia dan upaya untuk mengeksploitasi pengamatan untuk pengembangan obat baru. Peningkatan tekanan darah dan efek vasokonstriksi dari ekstrak adrenal sangat menarik bagi ahli bedah sebagai agen hemostatik dan sebagai pengobatan untuk syok, dan sejumlah perusahaan mengembangkan produk berdasarkan ekstrak adrenal yang mengandung berbagai kemurnian zat aktif. Pada tahun 1897, John Abel dari Universitas Johns Hopkins mengidentifikasi prinsip aktif sebagai epinefrin, yang di isolasi dalam keadaan tidak murni sebagai garam sulfat. Kimiawan industri Jōkichi Takamine kemudian mengembangkan metode untuk mendapatkan epinefrin dalam keadaan murni, dan melisensikan teknologinya kepada Parke-Davis . Parke-Davis memasarkan epinefrin dengan nama dagang Adrenalin. Epinefrin yang disuntikkan terbukti sangat manjur untuk perawatan akut serangan asma, dan untuk versi inhalasinya dijual di Amerika Serikat hingga 2011. Pada 1929, epinefrin telah diformulasikan menjadi inhaler untuk digunakan dalam pengobatan hidung tersumbat. Meskipun sangat efektif, persyaratan untuk injeksi membatasi penggunaan epinefrin dan derivatif aktif secara oral dicari. Senyawa yang secara struktural mirip, efedrin , (sebenarnya lebih mirip dengan norepinefrin ) diidentifikasi oleh ahli kimia Jepang di pabrik Ma Huang dan dipasarkan oleh Eli Lilly sebagai pengobatan oral untuk asma. Setelah karya Henry Dale dan George Barger di Burroughs-Wellcome, ahli kimia akademik Gordon Alles mensintesis amfetamin dan mengujinya pada pasien asma pada tahun 1929. Obat ini terbukti hanya memiliki efek anti-asma yang sederhana, tetapi menghasilkan sensasi kegembiraan dan palpitasi. Amphetamine dikembangkan oleh Smith, Kline dan Paris sebagai dekongestan hidung dengan nama dagang Benzedrine Inhaler. Amphetamine akhirnya dikembangkan untuk pengobatan narkolepsi, parkinsonisme pasca-ensefalitis, dan peningkatan suasana hati dalam depresi dan indikasi kejiwaan lainnya. Ini menerima persetujuan sebagai Obat Baru dan Tidak Resmi dari American Medical Association untuk penggunaan ini pada tahun 1937 dan tetap umum digunakan untuk depresi sampai pengembangan antidepresan trisiklik pada 1960-an.

Penemuan dan pengembangan barbiturat

Pada tahun 1903, Hermann Emil Fischer dan Joseph von Mering mengungkapkan penemuan mereka bahwa asam dietilbarbiturat, terbentuk dari reaksi asam dietilmalonat, fosfor oksiklorida dan urea, menginduksi tidur pada anjing. Penemuan ini dipatenkan dan dilisensikan ke obat-obatan Bayer , yang memasarkan senyawa dengan nama dagang Veronal sebagai bantuan tidur yang dimulai pada tahun 1904. Investigasi sistematis tentang pengaruh perubahan struktural pada potensi dan durasi aksi mengarah pada penemuan fenobarbital di Bayer tahun 1911 dan penemuan aktivitas anti-epilepsi yang manjur pada tahun 1912. Fenobarbital adalah salah satu obat yang paling banyak digunakan untuk pengobatan epilepsi. Sampai tahun 1970-an, hingga 2014, tetap ada dalam daftar obat esensial Organisasi Kesehatan Dunia. Tahun 1950-an dan 1960-an pemerintah melihat peningkatan kesadaran akan sifat adiktif dan potensi penyalahgunaan barbiturat dan amfetamin yang menyebabkan meningkatnya pembatasan penggunaannya dan meningkatnya pengawasan pemerintah terhadap resep. Saat ini, amfetamin sebagian besar telah terbatas untuk digunakan dalam pengobatan gangguan perhatian defisit dan fenobarbital dalam pengobatan epilepsi.

Insulin

Serangkaian percobaan yang dilakukan dari akhir 1800-an hingga awal 1900-an mengungkapkan bahwa diabetes disebabkan oleh tidak adanya zat yang biasanya diproduksi oleh pankreas. Pada tahun 1869, Oskar Minkowski dan Joseph von Mering menemukan bahwa diabetes dapat diinduksi pada anjing dengan operasi pengangkatan pankreas. Pada tahun 1921, profesor Kanada Frederick Banting dan muridnya Charles Best mengulangi penelitian ini, dan menemukan bahwa suntikan ekstrak pankreas membalikkan gejala yang dihasilkan oleh pengangkatan pankreas. Ekstrak tersebut terbukti bekerja pada orang, tetapi pengembangan terapi insulin sebagai prosedur medis rutin tertunda karena kesulitan dalam memproduksi bahan dalam jumlah yang cukup dan dengan kemurnian yang dapat direproduksi. Para peneliti mencari bantuan dari kolaborator industri di Eli Lilly and Co. berdasarkan pengalaman perusahaan dengan pemurnian besar-besaran bahan biologis. Ahli Kimia George B. WaldenEli Lilly and Company menemukan bahwa penyesuaian pH ekstrak secara hati-hati memungkinkan kadar insulin yang relatif murni untuk diproduksi.

Penelitian anti-infeksi awal: Salvarsan, Prontosil, Penisilin dan vaksin

Pengembangan obat untuk pengobatan penyakit menular adalah fokus utama dari penelitian awal dan upaya pengembangan; pada tahun 1900 pneumonia, TBC, dan diare adalah tiga penyebab utama kematian di Amerika Serikat dan kematian pada tahun pertama kehidupan melebihi 10%. Pada tahun 1911 arsphenamine , obat anti-infeksi sintetis pertama, dikembangkan oleh Paul Ehrlich dan ahli kimia Alfred Bertheim dari Institute of Experimental Therapy di Berlin. Obat itu diberi nama komersial Salvarsan.  Ehrlich, mencatat toksisitas umum arsenik dan penyerapan selektif dari pewarna tertentu oleh bakteri, berhipotesis bahwa pewarna yang mengandung arsenik dengan sifat penyerapan selektif yang sama dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Arsphenamine disiapkan sebagai bagian dari kampanye untuk mensintesis serangkaian senyawa seperti itu, dan ditemukan menunjukkan toksisitas selektif parsial. Arsphenamine terbukti menjadi pengobatan efektif pertama untuk sifilis, suatu penyakit yang pada saat itu tidak dapat disembuhkan dan menyebabkan ulserasi kulit yang parah, kerusakan neurologis, dan kematian.

Pendekatan Ehrlich secara sistematis memvariasikan struktur kimia dari senyawa sintetik dan mengukur efek dari perubahan ini pada aktivitas biologis dilakukan secara luas oleh para ilmuwan industri, termasuk ilmuwan Bayer Josef Klarer, Fritz Mietzsch, dan Gerhard Domagk. Pekerjaan ini, juga didasarkan pada pengujian senyawa yang tersedia dari industri pewarna Jerman, menyebabkan pengembangan Prontosil. perwakilan pertama dari kelas antibiotik sulfonamide. Dibandingkan dengan arsphenamine, sulfonamid memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas dan jauh lebih toksik, yang berfungsi untuk infeksi yang disebabkan oleh patogen seperti streptokokus. Pada tahun 1939, Domagk menerima Hadiah Nobel dalam Kedokteran untuk penemuan ini.  Meskipun demikian, penurunan dramatis dalam kematian akibat penyakit menular yang terjadi sebelum Perang Dunia II terutama merupakan hasil dari tindakan kesehatan masyarakat yang ditingkatkan seperti air bersih dan perumahan yang kurang ramai, dan dampak dari obat anti-infeksi dan Vaksin signifikan terutama setelah Perang Dunia II.

Pada tahun 1885 Louis Pasteur dan Pierre Paul Émile Roux menciptakan vaksin rabies pertama . Vaksin difteri pertama diproduksi pada tahun 1914 dari campuran toksin difteri dan antitoksin (diproduksi dari serum hewan yang diinokulasi), tetapi keamanan inokulasi bersifat marjinal dan tidak banyak digunakan. Amerika Serikat mencatat 206.000 kasus difteri pada tahun 1921 yang menghasilkan 15.520 kematian. Pada tahun 1923 oleh Gaston Ramon di Institut Pasteur dan Alexander Glenny di Laboratorium Penelitian mengarah pada penemuan bahwa vaksin yang lebih aman dapat diproduksi dengan memperlakukan toksin difteri dengan formaldehida. Pada tahun 1944, Maurice Hilleman dari Squibb Pharmaceuticals mengembangkan vaksin pertama melawan ensefelitis Jepang .  Hilleman kemudian akan pindah ke Merck di mana ia akan memainkan peran kunci dalam pengembangan vaksin terhadap campak , gondong , cacar air , rubella ,hepatitis A , hepatitis B , dan meningitis .

Obat-obatan yang tidak aman dan peraturan industri awal

Sebelum abad ke-20, obat-obatan pada umumnya diproduksi oleh produsen skala kecil dengan sedikit kendali regulasi atas pembuatan atau klaim keselamatan dan kemanjuran. Sejauh undang-undang tersebut memang ada, penegakan hukum masih lemah. Di Amerika Serikat, peningkatan regulasi vaksin dan obat biologis lain didorong oleh wabah tetanus dan kematian yang disebabkan oleh distribusi vaksin cacar yang terkontaminasi dengan antitoksin difteri. Suatu obat dianggap salah merek jika mengandung alkohol, morfin, opium, kokain, atau salah satu dari beberapa obat lain yang berpotensi berbahaya atau kecanduan, dan jika labelnya gagal menunjukkan jumlah atau proporsi obat tersebut. Upaya pemerintah untuk menggunakan undang-undang tersebut untuk menuntut para produsen karena membuat klaim kemanjuran yang tidak didukung dilemahkan oleh putusan Mahkamah Agung yang membatasi kekuatan penegakan pemerintah federal untuk kasus-kasus spesifikasi bahan obat yang salah. Pada tahun 1937 lebih dari 100 orang meninggal setelah menelan " Elixir Sulfanilamide " yang diproduksi oleh SE Massengill Company of Tennessee. Produk ini diformulasikan dalam sediaan dietilen glikol , pelarut yang sangat beracun yang sekarang banyak digunakan sebagai antibeku.  Di bawah undang-undang yang ada pada saat itu, penuntutan produsen hanya mungkin berdasarkan teknis bahwa produk tersebut telah disebut "elixir", yang secara harfiah menyiratkan solusi dalam etanol.

Penelitian dan pengembangan

Penemuan obat adalah proses di mana obat potensial ditemukan atau dirancang. Di masa lalu sebagian besar obat telah ditemukan baik dengan mengisolasi bahan aktif dari obat tradisional atau dengan penemuan kebetulan . Bioteknologi modern sering berfokus pada pemahaman jalur metabolisme yang terkait dengan keadaan penyakit atau patogen , dan memanipulasi jalur ini menggunakan biologi molekuler atau biokimia . Banyak penemuan obat tahap awal secara tradisional telah dilakukan oleh universitas dan lembaga penelitian.

Pengembangan obat sering perusahaan multinasional besar menunjukkan integrasi vertikal , berpartisipasi dalam berbagai penemuan dan pengembangan obat, pembuatan dan kontrol kualitas, pemasaran, penjualan, dan distribusi. Organisasi yang lebih kecil, di sisi lain, sering fokus pada aspek tertentu seperti menemukan kandidat obat atau mengembangkan formulasi. Seringkali, perjanjian kolaboratif antara organisasi penelitian dan perusahaan farmasi besar dibentuk untuk mengeksplorasi potensi zat obat baru.

Obat-obat anak yatim

Ada aturan khusus untuk penyakit langka tertentu ("penyakit anak yatim") di beberapa wilayah peraturan obat utama. Misalnya, penyakit yang melibatkan kurang dari 200.000 pasien di Amerika Serikat, atau populasi yang lebih besar dalam keadaan tertentu tunduk pada Orphan Drug Act.  Karena penelitian medis dan pengembangan obat-obatan untuk mengobati penyakit semacam itu secara finansial tidak menguntungkan, perusahaan yang melakukan itu akan diberi pengurangan pajak, keringanan biaya, dan eksklusivitas pasar atas obat itu untuk waktu yang terbatas (tujuh tahun), terlepas dari apakah obat dilindungi oleh paten.

Paten dan generik

Bergantung pada sejumlah pertimbangan, sebuah perusahaan dapat mengajukan dan diberikan paten untuk obat tersebut, atau proses pembuatan obat, memberikan hak eksklusivitas biasanya selama sekitar 20 tahun.  Namun, hanya setelah studi dan pengujian yang ketat, yang membutuhkan rata-rata 10 hingga 15 tahun, otoritas pemerintah akan memberikan izin bagi perusahaan untuk memasarkan dan menjual obat.  Perlindungan paten memungkinkan pemilik paten untuk memulihkan biaya penelitian dan pengembangan melalui margin keuntungan tinggi untuk obat bermerek . Ketika perlindungan paten untuk obat berakhir, obat generikbiasanya dikembangkan dan dijual oleh perusahaan pesaing. Pengembangan dan persetujuan obat generik lebih murah, memungkinkan mereka dijual dengan harga lebih murah. Seringkali pemilik obat bermerek akan memperkenalkan versi generik sebelum paten berakhir untuk mendapatkan awal di pasar generik.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Farmasi Industri

Farmasi

Keajaiban Biologi Melalui Genetika

Dipublikasikan oleh Anisa pada 18 Februari 2025


Genetika, cabang menakjubkan dalam dunia biologi, menggali rahasia pewarisan sifat di tingkat organisme dan suborganisme. Kata "genetika" yang kita kenal hari ini diperkenalkan oleh William Bateson pada 1906, membuka pintu sejarah riset ilmiah yang kaya dalam ilmu genetika.

Dalam eksplorasi genetika, DNA, sebagai instruksi mendasar kehidupan, menjadi pemeran utama. DNA mengontrol sifat-sifat makhluk hidup, terutama dalam bentuk polipeptida, namun juga memiliki peran sebagai RNA dengan reaksi katalitik tertentu, seperti SNRPs, tidak selalu bermuara pada protein.

Francis Crick merinci aliran informasi yang terbungkus dalam DNA melalui konsep The Central Dogma. Ini menyatakan bahwa informasi dari DNA dapat mereplikasi diri ke sel dan individu lain melalui replikasi, bisa diekspresikan sebagai RNA yang menjadi sinyal perantara, dan akhirnya diterjemahkan menjadi polipeptida, membangun fenotipe suatu organisme.

Genetika, dengan ruang lingkupnya yang mencakup dari tingkat molekuler hingga populasi, membahas pembawa informasi genetik, ekspresi genetik, dan pewarisan genetik. Melibatkan percobaan sistematik, fondasi ilmiah genetika ditanamkan oleh Gregor Johann Mendel pada akhir abad ke-19 melalui eksperimennya dengan tanaman kapri.

Mendel, seorang biarawan, diakui sebagai "pendiri genetika" setelah karyanya tentang persilangan tanaman membuka mata dunia terhadap hukum-hukum pewarisan sederhana. Konsep gen dan alel diperkenalkan, menyoroti bahwa gen adalah pembawa sifat, sementara alel mengekspresikan variasi dalam sifat. Dengan genotipe dan fenotipe sebagai istilah kunci, genetika mengajarkan kita tentang kompleksitas dan keunikan pewarisan sifat dalam keragaman kehidupan.

Dengan memahami genetika, kita membuka pintu ke dunia misteri pewarisan sifat, dari instruksi genetik dasar hingga ke keajaiban kompleksitas kehidupan. Melalui perjalanan ilmiah ini, kita menyaksikan peran sentral DNA sebagai petunjuk utama, membimbing laju kehidupan di setiap organisme.

The Central Dogma, yang dirumuskan oleh Francis Crick, menguraikan koreografi tari molekuler yang menyampaikan informasi genetik. Dari konsep ini, kita menyaksikan bagaimana informasi pada DNA mereplikasi diri, menyusun diri dalam bentuk RNA sebagai perantara, dan akhirnya mewujud dalam polipeptida yang membentuk fenotipe yang memukau.

Karya monumental Gregor Johann Mendel, biarawan yang menjadi "pendiri genetika," memperkenalkan konsep gen, alel, genotipe, dan fenotipe. Dengan kedalaman ini, genetika merayakan keanekaragaman dan keunikan dalam pewarisan sifat di setiap organisme.

Jadi, melalui mata genetika, kita bukan hanya menjadi saksi keajaiban biologi, tetapi juga menjadi pemaham dan penjaga warisan tak terhingga yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam memahami genetika, kita menggali kebenaran tersembunyi yang memberi bentuk pada mosaik kehidupan.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Keajaiban Biologi Melalui Genetika
« First Previous page 9 of 13 Next Last »