Building Information Modeling
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Dengan transformasi digital yang mengubah lanskap industri konstruksi global, Indonesia tidak bisa tinggal diam. Teknologi Building Information Modeling (BIM) tidak hanya menawarkan visualisasi tiga dimensi, tetapi juga integrasi menyeluruh dari aspek desain (3D), penjadwalan (4D), estimasi biaya (5D), hingga pengelolaan aset (6D). Namun, keberhasilan implementasi BIM di lapangan sangat ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia (SDM).
Sayangnya, keterampilan BIM di kalangan lulusan teknik sipil dan konstruksi di Indonesia masih langka. Oleh karena itu, pengintegrasian BIM dalam kurikulum pendidikan vokasi, seperti di Politeknik Manufaktur Astra, menjadi langkah strategis yang sangat relevan.
Latar Belakang: Kebutuhan vs Kenyataan di Industri Konstruksi
Studi Telaga mencatat bahwa pada tahun 2019, adopsi BIM di Indonesia telah mencapai 60%, meningkat signifikan dari 38% pada 2016. Namun, kesenjangan masih lebar antara adopsi teknologi dan ketersediaan tenaga kerja terampil. Banyak perusahaan konstruksi—terutama skala kecil dan menengah—masih menggunakan gambar 2D, padahal proses proyek membutuhkan model BIM untuk kuantifikasi dan efisiensi biaya.
Sebagai contoh, sebuah proyek gedung 20 lantai di Indonesia menunjukkan bahwa penggunaan BIM mampu:
Namun, manfaat ini sulit dicapai tanpa tenaga kerja yang paham BIM. Oleh karena itu, pendidikan vokasi perlu menjembatani kesenjangan ini.
Studi Kasus: Pengembangan Kurikulum BIM di Politeknik Manufaktur Astra
Metodologi Kurikulum: Pendekatan Tyler
Penelitian ini mengadopsi model pengembangan kurikulum Tyler, yang menekankan pada:
Alih-alih menggunakan model DACUM yang menuntut analisis pekerjaan secara mendalam oleh pakar, pendekatan Tyler dinilai lebih cocok karena keterbatasan SDM ahli BIM di Indonesia pada saat perencanaan.
Rangkaian Implementasi: 2019–2021
Tahun Pertama: Membangun Dasar BIM (2019/2020)
Tahun Kedua: Optimalisasi dan Penyesuaian Kurikulum (2020/2021)
Setelah belajar dari tantangan tahun sebelumnya:
Hasilnya:
Untuk semester lanjutan:
Strategi Pembelajaran: Sinkron dengan Dunia Industri
Pengembangan kurikulum dilakukan berdasarkan diskusi dengan praktisi BIM di industri konstruksi Indonesia. Hasil diskusi menunjukkan:
Oleh karena itu, pembelajaran difokuskan pada kemampuan praktis dengan pendekatan laboratorium, bukan hanya teori.
Tantangan Implementasi BIM di Pendidikan Vokasi
Beberapa hambatan utama dalam pengajaran BIM di politeknik:
Namun, pendekatan modular dan berbasis proyek membuat tantangan ini lebih mudah diatasi.
Nilai Tambah: Kolaborasi, Visualisasi, dan Simulasi
Studi ini juga menekankan pentingnya:
Kesimpulan: Pendidikan BIM Adalah Investasi SDM Digital
Artikel ini membuktikan bahwa pengembangan kurikulum BIM di pendidikan vokasi sangat mungkin dan berdampak nyata. Melalui pengamatan selama dua tahun, hasil belajar mahasiswa menunjukkan kemajuan signifikan, meskipun dihadapkan pada tantangan pandemi.
Hal ini menunjukkan bahwa:
Rekomendasi:
Referensi Asli : Jurnal Pendidikan Vokasi, Volume 12, Nomor 2, Tahun 2022, halaman 130–140.
Building Information Modeling
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Building Information Modeling (BIM) telah menjadi pusat perhatian dalam dunia arsitektur, teknik, dan konstruksi (AEC) karena kemampuannya menghadirkan platform digital kolaboratif yang mengintegrasikan seluruh tahapan proyek—dari desain hingga pengelolaan aset. Namun, artikel ini mengungkapkan bahwa meskipun implementasi BIM telah berkembang pesat, kontribusi dari bidang Sistem Informasi (IS) dalam memandu transformasi ini masih sangat terbatas.
Dengan meninjau 264 artikel jurnal dari berbagai disiplin (terutama teknik sipil dan rekayasa), penelitian ini membuka wawasan bahwa pengembangan dan adopsi BIM bukan hanya tantangan teknis, tetapi juga tantangan sosial, organisasi, dan manajerial—wilayah yang menjadi kekuatan riset IS.
Temuan Utama: Bagaimana Tren Riset BIM Berkembang?
Ledakan Minat Akademik terhadap BIM
Sejak 1996 hingga 2010, jumlah publikasi terkait BIM meningkat hampir eksponensial. Puncaknya terjadi antara 2007–2010, menunjukkan lonjakan minat terhadap BIM sebagai teknologi disruptif dalam konstruksi. Dari total 264 artikel yang dianalisis:
Core Themes: Akar Teknis BIM yang Menunggu Perspektif Baru
1. Infrastruktur Bersama: Tantangan Hukum dan Teknologi
Implementasi BIM membutuhkan jaringan teknologi, legal, dan sosial yang dapat diakses secara lintas organisasi. Studi menunjukkan bahwa banyak organisasi menghadapi:
Beberapa studi menyarankan bahwa organisasi perlu merancang ulang sistem manajemen informasi dan kontrak legal mereka untuk mendukung pertukaran data lintas entitas.
2. Komunikasi dan Koordinasi: Integrasi ERP hingga Cloud
BIM tidak berdiri sendiri; nilai utamanya terletak pada integrasi dengan sistem lain seperti:
Namun, masih sedikit studi yang menilai efektivitas integrasi ini secara holistik. Bahkan, potensi cloud-BIM untuk UMKM masih dalam tahap konseptual.
3. Pemrosesan Data: Jantung Inovasi BIM
Kategori ini mencakup lebih dari 40% riset, menunjukkan bahwa pengembangan algoritma pemodelan, simulasi (misal: FEM, HVAC), serta interoperabilitas format file seperti IFC dan XML menjadi fokus dominan. Penelitian juga menunjukkan adanya kebutuhan besar untuk mengembangkan:
Sayangnya, hanya sedikit riset yang meneliti bagaimana teknologi ini menyimpan dan mendistribusikan tacit knowledge—pengetahuan praktikal yang biasanya hilang saat staf ahli pensiun atau pindah kerja.
Support Themes: Celah Riset IS untuk Mengubah Lanskap BIM
Adopsi dan Implementasi: Antara Potensi dan Realita
Meskipun BIM menjanjikan efisiensi biaya dan waktu, banyak perusahaan konstruksi (terutama skala menengah dan kecil) masih ragu untuk mengadopsinya. Alasan utamanya:
Framework yang dikembangkan Succar (2009) menawarkan model tingkat kematangan organisasi dalam adopsi BIM. Namun, riset seputar peran budaya organisasi, konflik antar-disiplin, dan adopsi lintas organisasi masih sangat minim.
Dampak BIM: Menuju Evaluasi yang Lebih Strategis
Penelitian terdahulu sudah mengukur first-order effects seperti:
Namun, belum banyak studi yang membahas business value jangka panjang, seperti:
Studi awal di perusahaan besar seperti Hochtief AG dan Turner Construction menunjukkan bahwa 4D dan 5D BIM membawa dampak signifikan pada presisi estimasi waktu dan biaya, tetapi belum dikaji dalam pendekatan Balanced Scorecard atau Value Chain Analysis.
Peluang Kolaborasi: Mengapa BIM Butuh Riset Sistem Informasi?
1. BIM sebagai Boundary Object dan Ruang Kolaboratif
Dalam proyek konstruksi, model BIM menjadi ruang bersama tempat semua pihak (arsitek, insinyur struktur, MEP, manajer proyek) berinteraksi. Namun, belum ada studi IS yang mendalami bagaimana BIM memfasilitasi negosiasi makna dan koordinasi antar tim—isu yang menjadi fokus dalam literatur Computer-Supported Cooperative Work (CSCW).
2. Agensi Manusia vs Affordance Teknologi
Sebagian besar riset BIM masih bertumpu pada potensi teknologinya, bukan pada apa yang benar-benar bisa dilakukan pengguna dengan BIM. Di sinilah pendekatan IS seperti imbrication theory (hubungan antara affordance teknologi dan agensi manusia) bisa memperkaya pemahaman.
3. BIM sebagai Transformasi Strategis
Alih-alih sekadar alat otomatisasi, BIM dapat mengubah cara perusahaan mendesain, berkolaborasi, dan membangun. Namun, saat ini masih banyak riset yang memandang BIM sebagai tool-based innovation, bukan strategic digital transformation. IS research dapat menjawab pertanyaan ini dengan pendekatan seperti IT-enabled business transformation, organizational agility, atau digital capability maturity.
Kesimpulan: BIM Bukan Lagi Pertanyaan "Apakah", Tapi "Bagaimana"
Studi ini menyimpulkan bahwa BIM sudah menjadi arus utama dalam riset konstruksi, tetapi masih sangat sedikit dijelajahi dari perspektif Sistem Informasi. Oleh karena itu, para peneliti IS memiliki kesempatan besar untuk:
Dengan dukungan literatur IS yang mapan serta kebutuhan nyata industri, BIM adalah ladang subur untuk kontribusi akademik lintas disiplin.
Referensi Asli : Communications of the Association for Information Systems (CAIS), Volume 31, Artikel 10, Desember 2012
Building Information Modeling
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Industri konstruksi menghadapi tiga tantangan besar: ketidakefisienan proses, pemborosan sumber daya, dan tekanan untuk menjadi lebih ramah lingkungan. Ketiga tantangan ini dapat diatasi melalui kombinasi kekuatan dari tiga pendekatan utama:
Namun, penelitian menunjukkan bahwa ketiganya selama ini cenderung diterapkan secara terpisah atau hanya dalam kombinasi ganda. Studi ini hadir sebagai jawaban atas kekosongan kerangka kerja terpadu yang mampu menyatukan ketiganya dalam satu sistem manajemen proyek yang kohesif.
Studi Literatur: 215 Publikasi dan Celah Penelitian
Penulis menelaah 215 jurnal dari periode 2000–2018 dan menemukan bahwa:
Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan besar dalam literatur ilmiah yang seharusnya menjadi peluang riset sekaligus pedoman transformasi industri.
Studi Kasus: Implementasi Nyata dan Efektivitas BLS
Beberapa contoh dari studi yang dianalisis memperlihatkan bagaimana integrasi sebagian antara BIM dan lean, atau BIM dan keberlanjutan, menghasilkan manfaat nyata:
Studi-studi ini menjadi bukti awal bahwa integrasi sebagian sudah membawa hasil positif, namun efektivitas penuh hanya bisa diraih melalui integrasi sistematis.
Kerangka Konseptual BLS: Komponen Utama dan Tujuan
1. Driver (Pendorong Integrasi)
Pendorong internal dan eksternal mendorong organisasi mengadopsi BLS:
Salah satu contoh nyata adalah laporan bahwa perusahaan pengguna BIM cenderung menilai penghematan biaya dari pengurangan rework sebagai motivasi utama, sementara non-pengguna justru lebih terdorong oleh tekanan eksternal.
2. Hambatan dan Tantangan
Integrasi BLS bukan tanpa tantangan. Hambatan utama mencakup:
Hambatan ini mengisyaratkan perlunya pendekatan lintas sektor dan pelatihan yang menyeluruh.
Dampak Terukur: Bagaimana BLS Meningkatkan Kinerja Proyek?
Penelitian ini mengidentifikasi dampak dari integrasi BLS terhadap berbagai KPI (Key Performance Indicators):
Faktor Keberhasilan Kritis (CSFs): Kunci Implementasi BLS
Berbagai CSFs yang diidentifikasi mencerminkan fokus besar pada aspek manusia dan manajerial, termasuk:
Menurut Shub & Stonebraker (2009), faktor-faktor manusia ini memberikan keunggulan kompetitif yang lebih tahan lama dibanding keunggulan teknis semata.
Integrated Project Delivery (IPD): Metode Kolaborasi Ideal
Framework BLS selaras dengan filosofi Integrated Project Delivery (IPD)—model kerja berbasis kolaborasi dengan insentif berbagi risiko dan penghargaan. IPD mendukung keterlibatan awal seluruh tim, penetapan tujuan bersama, dan peran yang jelas sejak awal.
Dengan demikian, keberhasilan implementasi BLS sangat tergantung pada keberadaan sistem kontraktual dan struktur kerja yang mendukung kolaborasi lintas fungsi.
Riset Sebelumnya vs Kerangka BLS
Dari total 16 kerangka atau model yang ada, sebagian besar hanya menggabungkan dua dari tiga elemen (misalnya BIM + lean, atau lean + sustainability). Tidak ada yang benar-benar menyatukan semua dalam satu sistem terintegrasi.
Kerangka BLS yang ditawarkan penulis menutup celah ini dengan menyatukan:
…dalam satu sistem performa berorientasi pada hasil proyek.
Rekomendasi Implementasi: Fokus pada UKM dan Validasi Nyata
Penelitian ini menyarankan agar validasi kerangka dilakukan pada perusahaan kecil dan menengah (UKM), karena:
Di samping itu, validasi lapangan akan memastikan kerangka ini benar-benar aplikatif dan bukan sekadar konsep teoritis.
Kesimpulan: Masa Depan Konstruksi adalah Terpadu, Digital, dan Berkelanjutan
Artikel ini berhasil menyatukan tiga kekuatan besar yang selama ini berjalan sendiri-sendiri dalam industri konstruksi. Integrasi BIM, lean, dan keberlanjutan dalam satu kerangka kerja bukan hanya memungkinkan—namun mutlak diperlukan—untuk menjawab tantangan zaman: efisiensi, produktivitas, dan tanggung jawab lingkungan.
Jika diimplementasikan dengan benar, kerangka BLS bukan hanya meningkatkan kinerja proyek, tetapi juga mengubah cara berpikir industri tentang nilai, kolaborasi, dan inovasi.
Referensi Asli : Sustainable Cities and Society, 2020, Elsevier. DOI: 10.1016/j.scs.2020.102355
Building Information Modeling
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Building Information Modeling (BIM) telah berkembang pesat dari sekadar alat desain digital menjadi pilar utama transformasi digital sektor konstruksi. Di tengah pertumbuhan populasi urban, kekurangan tenaga kerja konstruksi, dan kebutuhan akan efisiensi energi bangunan, BIM hadir sebagai solusi komprehensif.
Lebih dari sekadar alat visualisasi 3D, BIM kini terintegrasi dengan sistem smart city, kecerdasan buatan (AI), hingga metaverse. Di sinilah letak kekuatan artikel Ishizawa: ia tidak hanya menyoroti fungsi teknis BIM, tetapi juga potensi strategisnya dalam menciptakan lingkungan proyek yang kolaboratif dan berorientasi data.
Tren dan Statistik Adopsi BIM di Jepang
Salah satu kekuatan artikel ini adalah data kuantitatif tentang adopsi BIM di Jepang. Dalam survei Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata Jepang (MLIT, 2021), dari 813 organisasi:
Statistik ini menunjukkan bahwa, meskipun adopsi BIM cukup tinggi di perusahaan besar, perusahaan kecil dan menengah masih menghadapi hambatan dalam adopsi—baik dari segi biaya, SDM, maupun budaya kerja.
Studi Kasus 1: Kantor Pusat Perusahaan Logistik di Tokyo (2019)
Studi kasus pertama menggambarkan bagaimana BIM dimanfaatkan untuk mengoptimalkan performa lingkungan di sebuah gedung perkantoran berstandar tinggi di Tokyo.
Tantangan:
Solusi BIM:
Dampak:
Studi Kasus 2: CapitaGreen, Singapura (2014)
CapitaGreen, gedung perkantoran setinggi 245 meter di Central Business District Singapura, adalah proyek desain-bangun berbasis BIM penuh dan memenangkan BIM Awards 2015.
Implementasi BIM:
Kelemahan:
Pelajaran:
BIM dan Ruang Virtual: Menuju Proyek Berbasis Metaverse
Artikel ini menyoroti perkembangan menarik: penggunaan metaverse dan VR sebagai ruang kerja proyek.
Realita Saat Ini:
Visi Masa Depan:
Potensi:
BIM dan Smart Cities: Siapa yang Sebenarnya Membutuhkan Data?
BIM secara tradisional dikembangkan oleh arsitek, konsultan, dan kontraktor. Namun, yang paling berkepentingan dalam jangka panjang justru adalah pemilik bangunan, operator fasilitas, dan pengguna.
Masalah:
Tantangan Data:
Strategi Masa Depan: Fokus pada Talenta Interdisipliner dan Keanekaragaman Intra-Personal
Salah satu poin paling unik dalam artikel ini adalah penekanan pada pentingnya “talenta kolaborator”—yaitu orang-orang yang bukan modeler utama BIM, tapi menjadi penghubung komunikasi antardisiplin proyek.
Temuan:
Rekomendasi:
Rekomendasi Praktis: Membangun Ekosistem BIM yang Inklusif dan Berkelanjutan
Penulis menyimpulkan bahwa strategi implementasi BIM harus lebih dari sekadar teknologi:
Tiga Langkah Kunci:
Kesimpulan: BIM sebagai Infrastruktur Informasi Masa Depan Konstruksi
BIM bukan sekadar alat desain, melainkan infrastruktur untuk digitalisasi industri konstruksi. Lewat studi kasus nyata dan refleksi kritis, artikel ini mengajak kita untuk:
Referensi Asli :
Penulis: Tsukasa Ishizawa
Penerbit: Asian Development Bank Institute (ADBI)
Tahun Terbit: 2024, Policy Brief No. 2024-15, Agustus
DOI: 10.56506/LIQO8841
Building Information Modeling
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Building Information Modeling (BIM) bukan sekadar perangkat lunak, melainkan perubahan paradigma dalam dunia arsitektur, teknik, dan konstruksi (AEC). Dengan model digital yang akurat dan dapat dimanipulasi, BIM memungkinkan visualisasi, simulasi, serta manajemen proyek yang lebih kolaboratif dan prediktif. Artikel ini membuktikan bahwa penerapan BIM tidak hanya mempercepat proses dan meningkatkan produktivitas, tapi juga membawa efisiensi biaya yang signifikan jika diimplementasikan secara tepat.
Aplikasi Utama BIM: Dari Visualisasi hingga Manajemen Fasilitas
Menurut Azhar, BIM digunakan di berbagai fase proyek:
Manfaat Nyata: Data dari 32 Proyek
Pusat Riset Stanford melaporkan bahwa penggunaan BIM dapat menghasilkan:
Angka-angka ini bukan hanya teori, tetapi dibuktikan oleh data dari proyek-proyek besar yang dianalisis dalam artikel.
Studi Kasus: Bukti Nyata dari Penerapan BIM
1. Aquarium Hilton Garden Inn, Atlanta
BIM digunakan sejak fase pengembangan desain hingga konstruksi. Dengan visualisasi dan koordinasi model arsitektur, struktur, serta MEP, proyek ini menghindari potensi modifikasi lapangan yang mahal dan memakan waktu.
2. Savannah State University
Tiga opsi desain divisualisasikan dalam BIM dan dipresentasikan kepada pemilik untuk pengambilan keputusan. Hasilnya, pemilik bisa memilih opsi terbaik dalam 2 minggu—menghemat waktu, biaya, dan potensi kesalahan desain.
3. The Mansion on Peachtree
BIM membantu menyiapkan gambar kerja, visualisasi finishing (brick vs precast), serta model 4D untuk menyusun urutan kerja. Walaupun nilai manfaatnya tidak sebesar studi kasus lain, proyek ini menunjukkan pentingnya BIM dalam proyek cepat (fast-track).
4. Gedung Psikologi Emory University
Studi ini menunjukkan bahwa BIM bukan hanya alat desain, tapi juga alat simulasi lingkungan yang mendukung sertifikasi LEED dan efisiensi energi sejak awal.
Analisis ROI: BIM Bukan Beban, Tapi Investasi
Dari 10 proyek yang diteliti:
Contoh ekstrem:
Meski terdapat variasi, keseluruhan data menunjukkan bahwa bahkan pada proyek dengan skala menengah, BIM mampu menghasilkan pengembalian investasi yang sangat signifikan.
Risiko dan Tantangan: BIM Bukan Solusi Instan
Azhar mengklasifikasikan risiko BIM dalam dua kategori:
1. Risiko Hukum dan Kepemilikan Data
Tanpa kontrak yang jelas, sengketa bisa muncul terkait hak cipta, lisensi desain vendor, hingga tanggung jawab kesalahan dalam model digital.
2. Risiko Teknis
Tantangan Masa Depan: Menjembatani Teknologi dan Manajemen
Meski teknologi BIM sudah tersedia dan terus berkembang, adopsinya belum secepat yang diharapkan. Dua hal menjadi penyebab utama:
Selain itu, resistensi budaya kerja dan perbedaan ekspektasi antar stakeholder masih menghambat integrasi BIM secara menyeluruh.
Kesimpulan: BIM adalah Masa Depan yang Sudah Tiba—Tapi Butuh Persiapan
Artikel ini dengan tegas menunjukkan bahwa BIM memiliki manfaat luar biasa dari segi efisiensi waktu, biaya, kolaborasi, dan keberlanjutan. Namun, implementasinya bukan tanpa risiko. Untuk mendapatkan manfaat maksimal, proyek perlu mengantisipasi:
Jika dikelola dengan benar, BIM dapat menjadi pengungkit utama menuju industri konstruksi yang lebih efisien, berkelanjutan, dan kolaboratif.
Referensi Asli : Salman Azhar, Leadership and Management in Engineering, ASCE, Volume 11, Nomor 3, Juli 2011, halaman 241–252
Building Information Modeling
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Mei 2025
Industri konstruksi Sri Lanka seperti banyak negara berkembang lainnya mengalami stagnasi produktivitas karena fragmentasi proyek, rendahnya efisiensi, dan tingginya sengketa antar pemangku kepentingan. Metode pengadaan konvensional seperti design-bid-build dan design and build masih dominan, tetapi sering menghasilkan:
Latar belakang inilah yang memicu pengembangan pendekatan baru berbasis Integrated Project Delivery (IPD)—yang kemudian ditingkatkan lagi dengan prinsip-prinsip Lean Construction, menghasilkan sistem yang disebut Lean Integrated Project Delivery (LIPD).
Apa Itu LIPD? Sintesis Lean + IPD
LIPD adalah kombinasi dari dua pendekatan:
LIPD menjanjikan hasil proyek yang:
Namun, meskipun secara teori sangat menjanjikan, penerapan LIPD di Sri Lanka masih dalam tahap embrionik.
Studi Kasus: Perspektif 15 Ahli Konstruksi Sri Lanka
Penelitian ini menggunakan wawancara semi-terstruktur dengan 15 profesional industri konstruksi Sri Lanka, termasuk dosen, kontraktor, konsultan, dan manajer proyek. Mayoritas responden memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dan memahami konsep lean dan IPD.
Hasil Temuan:
Manfaat LIPD: Temuan Data dan Studi Nyata
Penelitian ini menemukan sejumlah manfaat nyata LIPD, antara lain:
Hambatan Implementasi LIPD: Perspektif Teoritis dan Praktik
Hambatan Organisasi:
Hambatan Eksternal:
Strategi Implementasi LIPD: Solusi Nyata dari Praktisi
Penulis menawarkan serangkaian strategi praktis berdasarkan wawancara dan studi pustaka:
Strategi ini tidak hanya mengatasi hambatan internal, tapi juga mendorong transformasi industri ke arah yang lebih adaptif dan inovatif.
Framework LIPD: Panduan Terstruktur untuk Implementasi
Penelitian ini menghasilkan framework implementasi LIPD yang mencakup lima tahap utama:
Setiap tahap disesuaikan dengan strategi mitigasi hambatan yang spesifik dan relevan dengan kondisi lokal di Sri Lanka.
Kesimpulan: Relevansi Global dari Studi Kontekstual Sri Lanka
Artikel ini menyumbangkan kontribusi besar dalam kajian pengadaan proyek konstruksi dengan:
Dalam era pasca-pandemi dan disrupsi digital, penerapan LIPD bukan lagi sekadar pilihan inovatif, tapi sebuah kebutuhan mendesak untuk kelangsungan dan keberhasilan industri konstruksi.
Referensi Artikel Asli (tanpa hyperlink):
Judul: Lean Integrated Project Delivery for Construction Procurement: The Case of Sri Lanka
Penulis: Nadeesha Hettiaarachchige, Akila Rathnasinghe, KATO Ranadewa, Niraj Thurairajah
Jurnal: Buildings, Volume 12, 2022
DOI: 10.3390/buildings12050524