Dalam dunia konstruksi modern yang semakin kompetitif, adopsi teknologi digital bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan kebutuhan. Salah satu teknologi yang menonjol dalam dekade terakhir adalah Building Information Modelling (BIM), terutama BIM 5D yang mengintegrasikan model tiga dimensi dengan elemen waktu dan biaya. Artikel karya Destiar Ultimaswari A.K, Buan Anshari, dan Suryawan Murtiadi ini menjadi penting karena mengevaluasi peran konkret BIM 5D dalam proyek besar: Pembangunan Dermaga Cruise dan Peti Kemas Terminal Gili Mas Lembar di Lombok Barat.
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Dengan meningkatnya skala dan kompleksitas proyek infrastruktur, akurasi dalam estimasi biaya dan efisiensi pelaksanaan menjadi kunci keberhasilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas penggunaan BIM 5D serta perannya dalam mendukung perencanaan, desain, hingga implementasi konstruksi Dermaga Gilimas, yang dikerjakan antara 2018–2020 oleh PT PP (Persero) Tbk sebagai kontraktor utama dan PT Virama Karya sebagai konsultan pengawas.
Apa Itu BIM 5D dan Mengapa Relevan?
BIM adalah representasi digital dari karakteristik fisik dan fungsional suatu bangunan. Dalam bentuk 5D, BIM tidak hanya menyajikan model tiga dimensi (3D) dari struktur proyek, tetapi juga menyisipkan informasi terkait waktu (4D) dan biaya (5D), memungkinkan simulasi, perencanaan jadwal, serta estimasi biaya yang terintegrasi dan real-time. Keunggulan utama BIM 5D adalah kemampuannya dalam meminimalkan konflik desain, mengefisienkan penggunaan material, dan mengoptimalkan waktu pelaksanaan proyek.
Studi Kasus: Pembangunan Dermaga Gilimas
Dermaga Gilimas dibangun untuk melayani kapal cruise dan peti kemas, memperkuat peran pelabuhan Lembar sebagai simpul logistik dan pariwisata di kawasan timur Indonesia. Penelitian ini mengumpulkan data dari 20 responden melalui kuisioner dan wawancara, lalu dianalisis menggunakan statistik deskriptif, termasuk perhitungan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi, untuk menilai seberapa efektif BIM digunakan dalam proyek ini.
Dari aspek efektivitas pada tahap proyek, tiga indikator teratas adalah:
- Fabrikasi
- Dokumen konstruksi
- Desain akhir
Sedangkan dari sisi aktivitas proyek, BIM paling efektif dalam:
- Perhitungan volume pekerjaan
- Proses gambar kerja
- Visualisasi desain
Dari sisi efisiensi kerja, tiga manfaat utama BIM adalah:
- Koordinasi proyek yang lebih baik
- Pengurangan konflik
- Percepatan dalam menangani perubahan pekerjaan
Dan dari aspek keberhasilan proyek, manfaat terbesar BIM adalah:
- Meningkatkan kepuasan pelanggan
- Menjamin kesesuaian biaya
- Memastikan ketepatan waktu
Pemanfaatan Software dalam Proyek
Proyek ini menjadi menarik karena penggunaan BIM tidak hanya sebatas konsep, tetapi benar-benar diterapkan melalui beragam perangkat lunak pendukung:
- Tekla Structures untuk modeling struktur, perhitungan volume, clash detection, dan shop drawing
- Navisworks untuk simulasi metode kerja berdasarkan jadwal proyek (4D)
- Trimble Connect sebagai platform kolaborasi dan quality checking
- SketchUp dan Lumion untuk membuat animasi urutan kerja dan visualisasi metode
- AutoDesk Civil 3D untuk analisis timbunan dan pemetaan kontur
- SAP2000 dan Infraworks untuk perhitungan struktur dan visualisasi site plan
- Drone DJI dan software seperti Agisoft serta Pix4D digunakan untuk pengamatan progres dari udara dan pemetaan lokasi proyek
Implementasi software tersebut memungkinkan tim proyek membuat Bill of Quantity (BOQ) secara otomatis, menghasilkan visualisasi pekerjaan yang lebih mudah dipahami, dan mendeteksi potensi konflik desain lebih awal.
Analisis Statistik dan Temuan Kuantitatif
Peneliti menggunakan nilai rata-rata dan standar deviasi untuk mengukur stabilitas persepsi responden terhadap manfaat BIM. Salah satu hasilnya menunjukkan bahwa BIM pada indikator studi kelayakan menghasilkan mean sebesar 3,70 dan standar deviasi 1,22, menandakan bahwa persepsi responden cukup konsisten. Indikator dengan standar deviasi di bawah 1 dianggap sebagai yang paling stabil, dan dengan demikian paling representatif sebagai kekuatan BIM dalam proyek ini.
Kelebihan dan Kekurangan BIM
Berdasarkan hasil kuantitatif, kelebihan BIM dalam proyek ini antara lain:
- Mendukung visualisasi rumit secara efektif
- Meningkatkan koordinasi antara tim teknis dan pelaksana
- Mengurangi biaya perubahan desain dan pekerjaan ulang
- Meningkatkan akurasi estimasi biaya dan kuantitas material
Namun, terdapat pula kekurangan yang diidentifikasi:
- Biaya pengadaan perangkat keras (komputer berkapasitas tinggi)
- Biaya lisensi software BIM
- Kebutuhan untuk merekrut dan melatih operator khusus
Hal ini menjadi catatan penting, terutama bagi perusahaan konstruksi menengah atau kecil yang ingin mengadopsi teknologi ini.
Implikasi Praktis dan Relevansi
Studi ini menunjukkan bahwa penerapan BIM 5D secara penuh tidak hanya berdampak pada efisiensi teknis, tetapi juga meningkatkan kualitas komunikasi antara pemilik proyek, kontraktor, dan konsultan. Dalam konteks Indonesia yang sedang gencar membangun infrastruktur, termasuk pelabuhan dan kawasan industri maritim, pendekatan seperti ini sangat relevan.
BIM berperan penting dalam menjawab kebutuhan akan proyek yang rampung tepat waktu, dalam anggaran, dan sesuai kualitas. Tak heran jika pemerintah Indonesia mulai mendorong penerapan BIM pada proyek-proyek strategis nasional. Namun, kesiapan SDM, dukungan perangkat teknologi, serta harmonisasi antar stakeholder masih menjadi tantangan yang perlu diatasi secara bertahap.
Opini dan Rekomendasi
Artikel ini sangat bermanfaat, tidak hanya untuk praktisi dan akademisi, tetapi juga untuk pembuat kebijakan. Salah satu kekuatan utamanya adalah pemanfaatan data nyata dan studi kasus yang relevan, bukan sekadar teori. Meski pendekatan statistiknya sederhana, namun cukup efektif untuk menggambarkan persepsi pengguna BIM di lapangan.
Ke depan, disarankan untuk melakukan studi lanjutan dengan cakupan proyek yang lebih luas serta menggunakan metode statistik inferensial untuk menguji hubungan antar variabel. Pemerintah daerah dan asosiasi konstruksi juga perlu memberikan insentif bagi perusahaan yang ingin beralih ke sistem digital.
Selain itu, integrasi BIM dengan teknologi lain seperti Internet of Things (IoT), artificial intelligence (AI), dan cloud-based project management akan menjadi arah berikutnya dalam transformasi digital konstruksi.
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa penerapan BIM 5D pada proyek Dermaga Cruise dan Peti Kemas Terminal Gilimas memberikan dampak signifikan dalam berbagai aspek pelaksanaan proyek, mulai dari efisiensi waktu dan biaya hingga peningkatan kualitas desain dan koordinasi tim.
Meski investasi awal untuk perangkat keras dan lisensi cukup tinggi, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar. Oleh karena itu, penerapan BIM seharusnya tidak lagi menjadi pertimbangan, tetapi keharusan bagi industri konstruksi yang ingin bersaing secara global.
Sumber asli artikel:
Destiar Ultimaswari A.K, Buan Anshari, dan Suryawan Murtiadi. Kajian Peranan Building Information Modelling (BIM) 5D pada Perusahaan Jasa Konstruksi (Studi Kasus: Pembangunan Dermaga Cruise dan Peti Kemas Terminal Gili Mas Lembar). Jurnal Mitra Teknik Sipil (MBI), Vol.16 No.4, November 2021.