Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Februari 2025
Kecelakaan ini merupakan kecelakaan paling mematikan sepanjang sejarah Merpati Nusantara Airlines. Penyelidik menyimpulkan, pilot pesawat tersebut secara tidak sengaja terbang di ketinggian. Kerusakan tersebut menyebabkan pesawat mendarat di perairan internasional dekat Bandara Jefman.
Kecelakaan
Pada tanggal 1 Juli 1993, sebuah pesawat Fokker F28 Fellowship mendekati Bandara Jefman di area kecil. Korban selamat mengatakan jarak antara tanah dan pesawat kurang dari 1 meter. Tiba-tiba pesawat terangkat dan roda pendarat kiri mencapai puncak sebuah bukit kecil. Korban selamat mengaku mendengar ledakan keras saat kejadian.
Banyak penumpang yang terlempar dari tempat duduknya di pesawat. Sebagian sayapnya patah dan pesawat mulai berputar. Pesawat meninggalkan bandara, jatuh ke laut dan pecah menjadi tiga bagian besar. Korban sebagian besar ditemukan masih terikat di kursi, dan ada pula jenazah yang mengambang di atas. Tim pencarian dan penyelamatan dikerahkan segera setelah kejadian tersebut.
Nelayan setempat adalah orang pertama yang tiba di lokasi kecelakaan dan membantu seorang anak laki-laki dan seorang pria di lokasi kejadian. Banyak orang selamat dari kecelakaan itu, namun banyak juga yang meninggal karena luka-luka mereka. Orang lain selamat dari kecelakaan itu dan menyelamatkan anak laki-laki yang tidak sadarkan diri itu dari air. Saat menyerahkan bocah tersebut kepada nelayan setempat, tiba-tiba ia pingsan dan meninggal dunia.
Berita kejadian tersebut bermula antara pukul 15.00 hingga 16.00 WIB. Keluarga korban diberitahu mengenai kecelakaan tersebut dan dibawa ke lokasi kejadian. Mereka tiba keesokan harinya. Evakuasi berlangsung cepat karena akses ke lokasi jatuhnya pesawat mudah.
Pesawat
Pesawat yang terlibat kecelakaan adalah Fokker F28 Fellowship 3000 registrasi PK-GFU dengan nomor seri 11131. Pesawat lepas landas terlebih dahulu. April 1978. Pesawat dikirim pada tahun yang sama dan digunakan pada penerbangan Garuda Indonesia sebelum dijual ke Merpati Nusantara Airlines pada tahun 1989.
Penyelidikan
Dilaporkan bahwa kondisi cuaca buruk pada saat itu. kecelakaan Saksi melaporkan hujan lebat disertai angin kencang. Juru Bicara Merpati menambahkan, cuaca di sekitar Sorong, termasuk kawasan Bandara Jefman, “sangat buruk”. Awan hitam tebal terlihat pada saat kejadian. Operator maskapai penerbangan dilaporkan memperingatkan awak Penerbangan 724 bahwa mereka telah membatalkan pendaratan dan mengalihkan ke Bandara Biak. Namun, pilot Penerbangan 724 bersikeras untuk mendarat di Bandara Jeffman.
Saat pilot mulai mendarat, pesawat mengarah ke laut, bukan ke landasan pacu. Pilot tampak bingung dengan cuaca buruk tersebut. Beberapa detik kemudian, para kru menyadari kesalahan mereka dan mencoba kembali, namun gagal. Bagian depan pesawat berhasil menghindari bukit, namun bagian belakang pesawat tertabrak. Pesawat pecah menjadi tiga bagian dan jatuh ke laut.
Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Februari 2025
Insiden pesawat yang hilang masih menjadi isu keamanan yang menghantui industri penerbangan di seluruh dunia. Salah satu contoh insiden tersebut adalah hilangnya Malaysia Airlines MH370, yang penyebabnya masih menjadi misteri hingga saat ini. Pada tahun 2019, Otoritas Penerbangan Irlandia memperkenalkan sistem satelit radar baru yang diklaim dapat memberikan lokasi yang akurat dari pesawat di seluruh dunia dalam kasus kecelakaan atau insiden lainnya. Inovasi ini diharapkan dapat mengatasi fenomena hilangnya pesawat dari radar yang dapat menghambat upaya penyelamatan.
Beberapa contoh pesawat yang telah menghilang dan masih menyisakan berbagai misteri, seperti yang dilaporkan oleh The Irish Times, antara lain:
Malaysia Airlines MH370: Pesawat ini menghilang saat dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing pada Maret 2014. Meskipun upaya pencarian telah dilakukan selama berbulan-bulan, pesawat dan penumpangnya hingga kini belum ditemukan.
Air France 447: Pada tahun 2009, Air France Penerbangan 447 jatuh ke Samudra Atlantik dengan kehilangan 216 penumpang dan 12 awak. Penyebab kecelakaan ini awalnya menjadi misteri, tetapi setelah dua tahun pencarian, data penerbangan kotak hitam dan perekam suara berhasil ditemukan.
Pesawat Amelia Earhart: Pada tahun 1937, Amelia Earhart dan navigator Fred Noonan menghilang di atas Pasifik saat melakukan penerbangan keliling dunia dengan pesawat Lockheed Electra 10E. Hingga kini, pesawat dan awaknya tidak pernah ditemukan.
Pesawat Pengebom Porpedo 19: Lima pesawat pembom torpedo Angkatan Laut Amerika Serikat menghilang di atas Segitiga Bermuda selama penerbangan pelatihan rutin pada puncak Perang Dunia II. Keempat belas awak pesawat tidak pernah ditemukan.
Flying Tiger 739: Pada tahun 1962, Flying Tiger Flight 739 milik Angkatan Darat Amerika Serikat menghilang di Palung Mariana di Samudra Pasifik saat dalam perjalanan dari Guam ke Filipina. Meskipun upaya pencarian melibatkan ribuan orang dan berbagai sarana, pesawat ini tidak pernah ditemukan.
Penerbangan Angkatan Udara Uruguay 571: Pesawat angkatan udara Uruguay menghilang saat melintasi Pegunungan Andes pada tahun 1972. Setelah 72 hari, 16 orang yang selamat ditemukan. Mereka harus bertahan hidup dengan memakan jasad penumpang yang sudah meninggal.
Tabrakan Star Dust pada 1947: Pesawat British South American Airways Star Dust menghilang pada tahun 1947 saat terbang dari Buenos Aires ke Santiago. Lebih dari 50 tahun kemudian, potongan-potongan puing pesawat dan bagian tubuh penumpang ditemukan di Pegunungan Andes.
Kecelakaan pesawat Angkatan Udara India: Pada tahun 2016, pesawat angkut Antonov An-32 milik Angkatan Udara India menghilang dengan 29 orang di atas Teluk Benggala. Meskipun pencarian dilakukan dengan melibatkan kapal selam, kapal permukaan, dan pesawat, pesawat ini tidak pernah ditemukan.
Lady Be Good: Sebuah pesawat B-24D Korps Udara Angkatan Darat AS bernama Lady Be Good hilang saat misi pengeboman di Italia pada tahun 1943. Pesawat ini ditemukan di gurun Libya pada tahun 1958, dan delapan awaknya ditemukan selamat.
Vancouver Douglas DC-4: Pada tahun 1951, pesawat Douglas DC-4 yang berangkat dari Vancouver menuju Anchorage menghilang di tengah perjalanan. Tidak ada jejak pesawat atau penumpang yang ditemukan.
Sumber: kompas.com
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Februari 2025
Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 6517 (MZ6517/MNA6517) adalah penerbangan domestik dari Bajawa ke Kupang, Nusa Temnggara Timur. Pada 10 Juni 2013, pesawat Xian MA60 bermesin ganda yang beroperasi pada rute ini mengalami kecelakaan pendaratan di Bandara El Tari Kupang dan melukai 25 penumpang, lima di antaranya luka berat. Pesawat mengalami kerusakan parah akibat kecelakaan tersebut dan akhirnya dinyatakan tidak layak pakai.
Investigasi dilakukan oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dengan dukungan Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok. Ia menyimpulkan manajemen mesin awak pesawat lalai. Kontrol selalu kehilangan daya dorong dan daya angkat. Sebelum mendarat, terjadi pendaratan keras yang melebihi batas struktural pesawat.
Kecelakaan
Penerbangan 6517 lepas landas dari Bandara Turulello Soa di Bajawa pada pukul 09.00. Ada 46 penumpang dan 4 awak kapal dan tiba pada pukul 09.40. Penerbangan lancar sampai mendarat. Pesawat tersebut dikemudikan oleh First Officer Au Young Vunpin dan dikemudikan oleh Kapten Aditya Pri Joewono. Pada pukul 09.22, awak pesawat pertama kali menghubungi operator Menara El Tari dan melaporkan lokasinya dengan menjaga ketinggian 11.500 kaki.
Pilot mendapat informasi bahwa runway yang digunakan adalah 07 dan informasi cuaca. Penerbangan 6517 turun hingga izin diberikan untuk menurunkan ketinggiannya hingga 5.000 kaki. Pada pukul 09.38 waktu setempat, awak pesawat melaporkan bahwa pesawat telah mencapai ketinggian 10.500 kaki dan penerbangan dalam kondisi visual meteorology (VMC).
Bandara El Tari mengkonfirmasi kontak video dengan Penerbangan 6517 dan mengeluarkan izin pendaratan. Pada pukul 09:51, pilot mengatakan mereka telah mencapai perhentian terakhir dan Menara El Tari kembali mengeluarkan izin pendaratan. Penerbangan 6517 memperpanjang roda pendaratannya.
Pada pukul 10.15, Penerbangan 6517 mendarat dengan tiga benturan dan menabrak landasan. Pesawat terbelah menjadi dua bagian. Sayap kiri dan kanan maju ke depan (seluruh struktur sayap terlepas dari kendaraan, roboh karena beratnya) dan kedua baling-baling patah. Saksi ingat bahwa ledakan besar terjadi selama kecelakaan itu. Kemudian pesawat meluncur beberapa meter. Setelah pesawat berhenti, kru menilai situasi dan memutuskan untuk mengevakuasi penumpang melalui pintu utama belakang.
Lima belas orang terluka dalam kecelakaan tersebut. Seorang pilot dan empat penumpang di baris 3, 7 dan 8 mengalami luka berat. Beberapa penumpang yang terluka terkejut.
Disadur dari: id.wikipedia.com
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Februari 2025
Sriwijaya Airlines Penerbangan 062 (SJ062/SJY062) merupakan penerbangan berjadwal Sriwijaya Airlines Indonesia dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta menuju Bandara Sultan Taha Jambi. Pada tanggal 27 Agustus 2008, sebuah pesawat Boeing 737 Seri 200 dengan registrasi PK-CJG melewati landasan pacu dan menabrak sebuah bangunan saat mencoba mendarat di Jambi. 26 orang terluka dalam kejadian ini, termasuk 3 orang di darat. Salah satu dari mereka kemudian meninggal karena luka-lukanya. Seluruh penumpang pesawat selamat dari kecelakaan itu. Ini merupakan kecelakaan fatal pertama sepanjang sejarah operasional Sriwijaya Airlines dan satu-satunya kecelakaan fatal hingga jatuhnya Sriwijaya Airlines Penerbangan 182 pada tahun 2021.
Investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan kerusakan hidrolik. Penyebab utama kecelakaan itu Ditentukan bahwa inilah penyebabnya. 062. Menurut KNKT, kegagalan sistem hidrolik A menyebabkan beberapa sistem pesawat tidak dapat dioperasikan. KNKT tidak dapat menentukan penyebab kegagalan hidrolik tersebut. KNKT juga mencatat adanya kekurangan dalam manajemen sumber daya kru (CRM).
Pesawat dan awak
Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan tersebut adalah Boeing 737-200 dengan registrasi Indonesia. PK-CJG. Pesawat ini dibuat pada tahun 1985 dengan nomor seri 23320. Maskapai ini dioperasikan oleh Malaysia Airlines dari tahun 1985 hingga 1993. Kemudian dijual ke Bouraq Airlines, Tuninter, WFBN, Star Air dan Sriwijaya Air. Pesawat ini telah menyelesaikan lebih dari 54.700 siklus dan pemeriksaan besar terakhir dilakukan pada bulan November 2007.
Kaptennya adalah Mohammad Basuki, 36 tahun. Menurut juru bicara Sriwijaya Air, Basuki merupakan pilot berpengalaman dengan total waktu terbang 7.794 jam, termasuk 6.238 jam pada Boeing 737. Co-pilotnya adalah Eri Radianto, 34, sudah dewasa. Menurut Sriwijaya Air, Eri juga merupakan pilot berpengalaman dengan 5.000 jam waktu penerbangan, termasuk 4.100 jam pada pesawat jenis ini.
Penerbangan
Penerbangan 062 merupakan jenis Boeing 737 yang terdaftar sebagai PK-CJG. Dikelola oleh 200 . Ada 124 penumpang, 4 pramugari, 6 awak pesawat, dan 2 pilot di pesawat ini. Penerbangan ini merupakan penerbangan satu jam dan berangkat dengan jangkauan bahan bakar empat jam. Karena mesin utama tidak tersedia, unit daya tambahan (APU) harus digunakan. Pilotnya adalah Kapten Basuki.
Pada pukul 16.18 waktu setempat, Penerbangan 062 menghubungi Taha Tower dan mengumumkan niatnya untuk mendarat di Bandara Sultan Taha. Sebelum bersentuhan, pesawat telah diizinkan turun hingga 12.500 kaki dari Menara Palembang. Kopilot menanyakan informasi cuaca bandara. Cuacanya sejuk dan hujan di jalan. Para kru menyiapkan pesawat untuk mendarat dengan menggunakan roda pendaratan dan bantalan.
Tiga belas detik setelah mendarat, kru melihat sistem hidrolik. Lampu peringatan tekanan rendah dan dijelaskan dengan sistem hidrolik. Indikator ukuran akan menunjukkan nol. Kapten Basuki meminta co-pilot Eri memastikan konfigurasi pendaratan. Setelah pemeriksaan, kru memutuskan untuk melanjutkan upaya docking. Kapten Basuki kemudian memutuskan untuk menerbangkan pesawat sedikit menuruni jalur turun.
Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Februari 2025
KLM (Royal Dutch Airlines) Penerbangan 844 merupakan penerbangan internasional tujuan Bandar Udara Manila, Filipina, dari Bandar Udara Biak-Mokmer, Guinea (sekarang Indonesia), Belanda, pada tanggal 16 Juli 1957, jatuh di Teluk Senderawasi, 1,2 km dari lokasi Bandara. kiri . Akibatnya, 58 dari 68 orang di dalam pesawat tersebut tewas, termasuk 9 awaknya. Penerbangan ini merupakan layanan tahap pertama dan tujuan akhir adalah Amsterdam, Belanda.
Pesawat Lockheed 1049E Super Constellation terdaftar dengan nomor registrasi PH-LKT dan diberi nama Neutron. Pesawat dengan nomor produksi 4504 ini terbang pertama kali pada tahun 1953 dan telah mengumpulkan 11.867 jam. Setelah penerbangan 844, penerbangan Neutron dibatalkan.
Penerbangan
Setelah lepas landas dari landasan 10 Bandara Biak-Mokmer pada pukul 03:32 tanggal 16 Juli 1957, kapten KLM Penerbangan 844 terus menerangi jalan Hidupkan Ada izin untuk melewati jalan kecil, kedua permintaan diperbolehkan. Konstelasi Super mulai berputar 180 derajat, kehilangan ketinggian selama putaran hingga mencapai laut pada pukul 03:36, pecah dan tenggelam di perairan sedalam 250 meter.
\ nKemungkinan penyebab
Saat kecelakaan terjadi. kesalahan percontohan. dan/atau kesalahan teknis tanpa bukti yang memadai karena alasan tersebut. Karena kecelakaan terjadi pada malam hari, pilot mungkin salah menilai ketinggian relatifnya terhadap laut.
Ringkasan laporan dewan kecelakaan menunjukkan bahwa ada masalah, meskipun tidak ada indikasi kesalahan pilot atau kegagalan teknis. . Jumlah penerbangan dan pendaratan tidak dijamin. Meningkat dengan memanfaatkan layanan penumpang reguler dan kecepatan rendah.
Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com
Perhubungan
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 08 Februari 2025
Lion Air Penerbangan 538 (JT538/LNI538) adalah penerbangan terjadwal dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Jakarta ke Bandara Internasional Juanda di Surabaya, terhubung ke Bandara Adi Sumarmo di Surakarta, Indonesia. Pada tanggal 30 November 2004, sebuah pesawat McDonnell Douglas MD-82 jatuh di kuburan saat mendarat di landasan Bandara Adi Sumarmo. Dalam kejadian tersebut, 25 orang tewas di dalam pesawat, termasuk kaptennya. Pada saat itu, kecelakaan tersebut merupakan satu-satunya korban jiwa dalam penerbangan Lion Air hingga tahun 2018. Investigasi yang dilakukan oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia menyimpulkan bahwa kecelakaan tersebut disebabkan oleh pemanas air yang terlalu bertenaga, bukan karena gunting angin.
Pesawat
\ nPesawat tersebut adalah McDonnell Douglas MD-82, nomor seri 1173 dan pabrikan. Nomor seri 49189) Penerbangan pertamanya dilakukan pada 13 November 1984, dikirimkan pada 20 Desember 1984 dan dioperasikan dengan registrasi oleh maskapai penerbangan Meksiko Aeroméxico. XA-AMP diberi nama Aguascalientes dan didaftarkan PK-LMN sebelum diakuisisi oleh Lion Air pada tahun 2002. Lion Air menjual pesawat tersebut ke maskapai penerbangan lain untuk dikirim pada bulan Januari 2005.
Kecelakaan
Penerbangan 538 lepas landas dari Jakarta pukul 17: 00:00 dengan total 146 penumpang dan 7 awak kapal. Penumpangnya sebagian besar merupakan warga Nahdlatul Ulama yang datang menghadiri musyawarah nasional pasca Indonesia menang pemilu presiden 2004. Penerbangan berjalan lancar hingga mendarat.
Penerbangan 538 tiba di bandara pada sore hari pukul 18.00, dengan hujan deras. . jatuh Dilaporkan terjadi badai petir saat mendarat.
Penerbangan 538 memiliki konfigurasi pendaratan yang baik, mendarat dengan "lembut" menurut sebagian besar penumpang, dan berbalik arah. Namun, pesawat tidak mampu melambat, melampaui landasan pacu dan menabrak tanggul. Dampaknya menyebabkan dek depan pesawat ambruk hingga menewaskan banyak penumpang. Pesawat pecah menjadi dua bagian, berhenti di ujung landasan dan mulai kehilangan bahan bakar. Penumpang kesulitan menemukan pintu keluar darurat di tengah cahaya redup. Beberapa penumpang dapat mengisolasi diri karena adanya ruang di dalam kendaraan.
Dampak langsung
Bandara ditutup dan layanan darurat diberitahu. Penumpang yang terluka dibawa ke beberapa rumah sakit di Solo menggunakan kendaraan polisi dan ambulans. Empat belas korban dibawa ke Rumah Sakit Pavelan. Enam orang dilarikan ke RS Panti Waluyo, dua orang meninggal dunia dan empat orang luka-luka. Lainnya dibawa ke rumah di Oen Kandangsapi, Brayat Minulya, Kasih Ibu, Oen Solo Baru, PKU Muhammadiyah serta Boyolali dan Karanganyar. Korban luka ringan dirawat di terminal VIP bandara.
25 orang tewas dan 59 luka-luka.
Penumpang dan awak
Sebagian besar penumpang adalah warga negara Indonesia, menurut petugas bandara. orang rakyat. Di antara korban luka adalah warga Singapura. Pilot yang terbang adalah Kapten Dwi Mawastoro dan Co-Pilot Stephen Lesdek. Kapten Dwi tewas dalam kecelakaan itu, co-pilot Lesdek selamat dengan luka serius.
Investigasi
Presiden baru India, Susilo Bambang Yudhoyono, memerintahkan penyelidikan segera terhadap penyebab jatuhnya Penerbangan 538 dan menyatakan adanya penelitian Katanya: Setelah terjadi kecelakaan, sebaiknya diumumkan ke publik agar kabar buruk tidak menyebar. Menteri Perhubungan Hatta Rajasa mengatakan kementerian akan meninjau tindakan maskapai Indonesia tersebut dalam menanggapi jatuhnya Penerbangan 538 dan dua insiden lainnya yang terjadi pada hari yang sama.
\ Kotak hitam tersebut kemudian ditemukan pada 1 Desember. Pada tahun 2004, ia dipindahkan ke Instalasi Gawat Darurat Adi Sumarmo. Seorang saksi kecelakaan mengatakan pesawat disambar petir saat mendarat. Menurutnya, lampu pendaratan dan lampu interior padam setelah terjadi sambaran petir.
Disadur dari Artikel : id.wikipedia.com