Pendidikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025
Indonesia telah mengalami peningkatan dalam hal kualitas pendidikan dan ketenagakerjaan kaum muda, namun masih berada di bawah rata-rata Asia Tenggara, demikian hasil survei ASEAN baru-baru ini.
Dengan jumlah penduduk usia muda yang besar dan secara signifikan kurang kompetitif dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di negara-negara tetangga, para ahli memperingatkan bahwa Indonesia akan menghadapi rintangan besar jika tidak segera mengatasi masalah ini.
Peningkatan ini tercatat dalam Indeks Pembangunan Pemuda ASEAN 2022 yang diterbitkan pada akhir Juli. Laporan yang dibuat oleh Sekretariat ASEAN ini membandingkan data-data penting yang relevan bagi kaum muda di kawasan ini, yang berusia 15 hingga 35 tahun, yang bersumber dari berbagai organisasi termasuk Bank Dunia dan Organisasi Buruh Internasional (ILO).
Indonesia memperoleh skor 0,544 untuk Indeks Pembangunan Pemuda (Youth Development Index/YDI) dalam kategori pendidikan, lebih tinggi dari Kamboja (0,24) dan Laos (0,239), namun berada di peringkat ke-7 di antara 10 negara anggota ASEAN, dan masih berada di bawah rata-rata kawasan sebesar 0,56.
Sementara itu, dalam kategori ketenagakerjaan kaum muda, Indonesia berada di peringkat ke-8 dengan YDI sebesar 0,437, di atas Brunei Darussalam (0,413) dan Filipina (0,341). Namun, Indonesia masih berada di bawah rata-rata regional (0,54).
Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan termasuk tingkat melek huruf kaum muda, tingkat pencapaian pendidikan, dan kefasihan digital. Sementara itu, indeks untuk kategori ketenagakerjaan diukur dengan menggunakan tingkat pengangguran kaum muda, partisipasi angkatan kerja, dan persentase kaum muda yang tidak berada dalam pendidikan, pekerjaan, atau pelatihan (NEET).
Indonesia juga mendapat nilai di bawah rata-rata dalam beberapa indikator lain, termasuk kesetaraan dan inklusi untuk fasilitas dasar dan partisipasi kewarganegaraan pemuda.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih dapat mengambil manfaat dari kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan persentase NEET. Untuk mengatasi isu-isu lain, Indonesia juga dapat mengambil manfaat dari peraturan yang ditargetkan untuk penyandang disabilitas berat dan pernikahan anak.
Kebutuhan yang tidak terkait
Para ahli dan pejabat sepakat bahwa terdapat korelasi yang kuat antara sistem pendidikan Indonesia yang buruk dan tingkat ketenagakerjaan yang rendah.
Menurut mereka, sistem pendidikan di Indonesia merupakan inti dari masalah ini. Model pendidikan yang ada saat ini dianggap tidak cukup untuk mempersiapkan generasi muda beradaptasi dengan dunia modern yang berubah dengan cepat, yang kemudian mendorong naiknya tingkat pengangguran.
Dengan hanya 6 persen dari populasi yang memiliki gelar sarjana, sebagian besar orang Indonesia memasuki dunia kerja dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas atau lebih rendah. Namun, sistem pendidikan dasar di negara ini penuh dengan masalah dan tidak cukup untuk membekali para siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat bersaing di pasar kerja.
"Ada banyak masalah, termasuk akses pendidikan yang buruk di banyak daerah di Indonesia, kompetensi guru yang di bawah standar, dan kegagalan untuk mengadaptasi sistem pendidikan ke dunia pasca-digital," ujar Feriansyah, Kepala Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Pendidikan dan Pengajar (P2G).
Sistem sekolah, lanjutnya, masih mengutamakan cara belajar lama yang berbasis pada hafalan, tes standar dan sistem peringkat. Sistem ini telah membuat sebagian besar generasi muda Indonesia tidak kompetitif dalam menghadapi dunia kerja modern yang lebih mengutamakan pemikiran kritis dan kolaborasi.
Triyono, seorang ahli tenaga kerja dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga sependapat dengan Feriansyah: "Kita hidup di masa 'revolusi industri 4.0', dan sistem sekolah tidak mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan tersebut."
Dita Indah Sari, staf ahli Kementerian Ketenagakerjaan, setuju bahwa kurangnya pendidikan dan pelatihan kejuruan yang layak telah menyebabkan Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga.
Setengah populasi
Kenyataannya mungkin lebih suram dari angka resmi yang ada. Tingkat pengangguran resmi saat ini kurang dari 6 persen, tetapi sebagian besar dari mereka yang bekerja terjebak dalam profesi yang tidak kompetitif, berketerampilan rendah, dan informal.
"Sektor-sektor ini sangat terbatas dalam hal kreativitas dan produktivitas, dan tidak dapat sepenuhnya meningkatkan kesejahteraan pekerjanya," kata Dita. "Pekerjaan-pekerjaan ini hanya cukup untuk bertahan hidup."
Generasi milenial, yang secara resmi mengacu pada mereka yang lahir dari awal 1980-an hingga akhir 1990-an, dan Generasi Z, atau mereka yang lahir pada akhir 1990-an dan seterusnya, terdiri dari lebih dari separuh populasi Indonesia, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Pemerintah perlu mulai berpikir untuk membuat sistem pendidikan yang lebih inklusif dan produktif, demikian Feriansyah memperingatkan P2G. "Jika kita tidak melakukan intervensi sekarang, anak-anak muda ini akan menjadi demografi yang membawa masalah bagi negara."
Disadur dari: asianews.network
Ekonomi dan Bisnis
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 18 Februari 2025
Perilaku organisasi (OB)
Mengacu pada studi tentang dinamika individu dan kelompok dalam lingkungan perusahaan. Meskipun setiap perusahaan berbeda dan bervariasi di berbagai sektor, aspirasi umum di antara mereka adalah untuk menumbuhkan budaya organisasi yang menyelaraskan produktivitas dengan kepuasan karyawan.
Para eksekutif sering menggunakan wawasan dari OB untuk menguraikan fungsi tim serta kontribusi dan perilaku individu di dalam ruang kantor. Wacana ini menggali esensi dari perilaku organisasi, mengkaji kekuatan dan kelemahannya, mengilustrasikan contoh-contohnya, dan mengungkapkan elemen-elemen yang mempengaruhi OB.
Perilaku organisasi (OB) adalah bidang interdisipliner yang mempelajari interaksi dan proses karyawan dalam sebuah organisasi untuk membangun lingkungan kerja yang harmonis dan efektif. OB menyoroti perilaku individu dalam perusahaan, kolaborasi tim, dan efek yang saling berhubungan dari elemen-elemen ini. Hal ini mencakup studi tentang hubungan perilaku antara staf dan kelompok dalam konteks bisnis. Secara khusus, OB mempertimbangkan dimensi budaya, termasuk gender, etnis, dan dinamika sosial di tempat kerja.
Menerapkan prinsip-prinsip OB dapat membantu para pekerja dalam menentukan tujuan mereka sendiri dan memahami pengaruh mereka terhadap tujuan tersebut. Perilaku organisasi dapat dieksplorasi baik dalam praktik maupun teori, yang diambil dari disiplin ilmu seperti psikologi, antropologi, dan ilmu manajemen.
Perspektif akademis ini memungkinkan organisasi untuk merancang strategi dan kerangka kerja untuk berinovasi dan meningkatkan suasana kerja. Studi OB biasanya mencakup topik-topik seperti negosiasi, stereotip, dan pengambilan keputusan, yang secara kolektif memberikan wawasan tentang etos organisasi dan memprediksi perilaku karyawan.
Konsep perilaku organisasi
Perilaku Organisasi didasarkan pada beberapa prinsip dasar yang berhubungan dengan sifat manusia dan organisasi. Prinsip-prinsip dasar OB meliputi:
Sifat perilaku organisasi
Peran perilaku organisasi
Peran perilaku organisasi memiliki banyak aspek dan penting bagi keberhasilan organisasi mana pun. Berikut adalah beberapa poin penting yang menyoroti pentingnya hal tersebut:
Sumber: geeksforgeeks.org
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025
Pendidikan merupakan tempat belajar yang dapat dilakukan dimana saja. Setiap manusia pasti mengalami atau menjalankan pendidikan. Peran pendidikan sangat penting bagi manusia saat ini. Pendidikan juga berguna untuk membangun karakter manusia sejak dini. Untuk menyelesaikan pendidikan dasar di Indonesia membutuhkan waktu 12 tahun.
Manusia membutuhkan pendidikan untuk kehidupannya agar manusia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui proses kegiatan belajar. Dimana ada pendidikan disitu pasti ada pembelajaran. Belajar sendiri dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dilakukan oleh siapa saja. Proses belajar tidak hanya bisa dilakukan di sekolah atau di universitas atau perguruan tinggi. Belajar juga dapat dilakukan di rumah, yang dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anaknya.
Pendidikan adalah proses transfer. Transfer di sini berarti guru menyandikan ilmu kepada murid. Selain itu, kita sebagai murid saling berbagi ilmu satu sama lain untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang semakin hari semakin berkembang. Pendidikan juga merupakan proses pembentukan warga negara yang baik. Dengan pendidikan, kita sebagai mahasiswa dapat membentuk moral bangsa yang bermartabat, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kreatif, inovatif, mandiri, dan cakap sehingga menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan juga merupakan penentuan nasib sendiri atau yang sering disebut dengan character building. Pendidikan merupakan dasar untuk membentuk perilaku yang baik dalam diri manusia. Semakin tinggi pendidikan yang ia tempuh, semakin banyak pengetahuan yang ia dapat maka ia dapat berpikir lebih sistematis seperti dalam contoh pendidikan karakter. Orang yang lebih berpendidikan dapat dengan mudah memahami karakter yang baik yang harus ia terapkan sebagai kepribadian, perilaku dan moral yang baik, serta cara-cara menghargai orang lain dengan cara memanusiakan manusia.
Namun berbeda dengan orang yang berpendidikan rendah, dimana mereka lebih sulit untuk menganalisa sebuah situasi karena kurangnya pengetahuan tentang karakter. Akan menganggap semua hal harus diperlakukan sama tanpa terlebih dahulu mengetahui situasi dan kondisi yang tepat seperti berbicara kasar, tidak dapat menghargai orang lain dengan menganggap semua orang sama tanpa melihat dari segi bahasa yang ia ucapkan dan kepada siapa ia berbicara, apakah lebih muda atau lebih tua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan selain untuk menambah pengetahuan, pengetahuan juga dapat dijadikan untuk terus memperbaiki individu dan melatih kemampuan diri menuju kehidupan yang lebih baik.
Tentunya, pasti ada beberapa masalah dalam dunia pendidikan. Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah kurikulum pendidikan yang sering berubah-ubah. Hal ini membuat implementasinya selalu membutuhkan pelatihan dan training. Hingga saat ini, Kurikulum 2013 masih membutuhkan banyak pelatihan. Artinya, dalam 7 tahun penerapannya, penguasaan kurikulum ini belum final. Sehingga kurikulum ini sangat rumit untuk diimplementasikan di sekolah-sekolah.
Perubahan kurikulum yang berulang-ulang ini karena setiap kali menteri pendidikan diganti, selalu berganti pula kurikulumnya. Siswa yang menjadi korban, mereka sering dibuat bingung. Tidak hanya siswa, guru pun juga akan merasa bingung, hal ini terlihat dari gaya dan cara mengajar guru yang sama seperti cara mengajar dengan kurikulum sebelumnya. Mengapa guru juga merasa bingung? Karena jika kurikulum sering berganti, guru akan membuat ulang model-model perangkat pembelajaran, pengembangan silabus, dll.
Selain masalah kurikulum, masalah pendidikan di Indonesia adalah lamanya waktu belajar setiap harinya. Siswa diwajibkan untuk belajar setidaknya selama 12 tahun. Setiap harinya, siswa menghabiskan waktu 7-9 jam di sekolah. Siswa juga dibebani dengan tugas-tugas sekolah dan pekerjaan rumah.
Seringkali, tugas-tugas tersebut terlihat tidak masuk akal karena jumlahnya yang sangat banyak. Siswa harus bisa menguasai banyak mata pelajaran. Akhirnya siswa menerima lebih dari sepuluh mata pelajaran. Hal ini membuat pemahaman menjadi tidak fokus. Siswa mengetahui banyak hal namun dangkal. Berbeda jika mata pelajaran dipangkas menjadi sedikit mata pelajaran saja. Maka siswa akan mengetahui sedikit hal namun pengetahuannya mendalam dan terfokus.
Masalah lain dari pendidikan di Indonesia adalah infrastruktur yang buruk, program yang kurang berkembang, kualitas guru yang rendah. Beberapa kali kita dikejutkan dengan peristiwa runtuhnya gedung sekolah. Sayangnya, kejadian tersebut merenggut nyawa siswa dan guru. Ada juga seorang guru yang mengajar dengan mengenakan helm di kepalanya. Ia khawatir tertimpa benda-benda yang jatuh dari atap yang sudah rapuh. Perhatian terhadap infrastruktur perlu ditingkatkan.
Masalah lainnya adalah kualitas guru yang masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya peningkatan kapasitas guru dan pelatihan yang dapat meningkatkan pemahaman guru tentang proses belajar mengajar. Masih ada juga guru yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Misalnya, guru Matematika dipaksa mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris.
Disadur dari: beritalima.com
Ekonomi dan Bisnis
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 18 Februari 2025
Perilaku organisasi (OB) adalah disiplin ilmu penting yang memberikan wawasan berharga tentang dinamika kompleks di tempat kerja. Hal ini mencakup studi tentang perilaku individu, interaksi kelompok, dan struktur organisasi, yang menawarkan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana orang berfungsi dalam lingkungan profesional. OB memainkan peran penting dalam meningkatkan kinerja, menumbuhkan kepuasan karyawan, dan mempromosikan kepemimpinan yang efektif.
OB juga berperan penting dalam mengelola perubahan, menyelesaikan konflik, dan membentuk budaya organisasi yang positif. Dengan menerapkan prinsip-prinsip OB, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, kolaborasi, dan praktik-praktik etis, yang pada akhirnya mengarah pada kesuksesan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. OB bukan hanya tentang mengamati dan memahami perilaku; OB adalah tentang menerapkan pengetahuan ini untuk meningkatkan tempat kerja bagi semua orang yang terlibat.
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ):
Q1. Apa yang dimaksud dengan perilaku organisasi?
Jawaban:
Perilaku organisasi adalah studi tentang bagaimana individu dan kelompok berinteraksi dalam sebuah organisasi dan bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi kinerja organisasi dalam mencapai tujuannya. Ilmu ini mengkaji dampak dari berbagai faktor terhadap perilaku dalam suatu organisasi.
Q2. Mengapa studi tentang perilaku organisasi itu penting?
Jawaban:
Memahami perilaku organisasi sangat penting untuk meningkatkan kepuasan kerja, meningkatkan kinerja, dan mendorong kepemimpinan. Hal ini membantu para manajer menghasilkan hasil yang lebih baik dengan memahami dan memanfaatkan faktor-faktor manusia yang berkontribusi terhadap produktivitas perusahaan.
Q3. Apa saja elemen-elemen kunci dari perilaku organisasi?
Jawaban:
Elemen-elemen kunci meliputi studi tentang individu, kelompok orang yang bekerja sama dalam tim, dan faktor-faktor situasional yang mempengaruhi perilaku dalam organisasi.
Q4. Apa perbedaan antara budaya organisasi dengan perilaku organisasi?
Jawaban:
Budaya organisasi mengacu pada kualitas tempat kerja itu sendiri yang mempengaruhi karyawannya, sedangkan perilaku organisasi mengacu pada perilaku orang-orang di dalamnya berdasarkan budaya yang ada.
Q5. Dapatkah Anda memberikan contoh perilaku organisasi di tempat kerja?
Jawaban:
Contoh perilaku organisasi di tempat kerja antara lain bagaimana persepsi karyawan mempengaruhi motivasi dan produktivitas mereka, dampak gaya kepemimpinan terhadap dinamika tim, dan peran komunikasi dalam menumbuhkan lingkungan kerja yang kolaboratif.
Sumber: geeksforgeeks.org
Pendidikan
Dipublikasikan oleh Muhammad Armando Mahendra pada 18 Februari 2025
Sepertiga dari populasi Indonesia adalah anak-anak - sekitar 85 juta jiwa, terbesar keempat di antara negara-negara lain di dunia. Pendidikan memberikan informasi, pengetahuan, keterampilan dan etika kepada manusia untuk mengetahui, memahami, dan menghargai kewajiban kita terhadap masyarakat, keluarga, dan bangsa, serta membantu kita untuk lebih maju.
Pendidikan adalah cara hidup di mana seseorang dapat belajar dan berbagi pengetahuan dengan orang lain. "Pendidikan adalah mesin yang hebat untuk pengembangan pribadi. Melalui pendidikan, anak perempuan seorang petani dapat menjadi dokter, anak laki-laki seorang pekerja tambang dapat menjadi kepala tambang, dan anak seorang buruh tani dapat menjadi presiden sebuah negara yang besar," kata mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.
Di Indonesia, seperti halnya di sebagian besar negara lain di dunia, anak-anak harus menempuh pendidikan wajib belajar 12 tahun, yang terdiri dari sekolah dasar (kelas 1-6), sekolah menengah pertama (kelas 7-9), sekolah menengah atas (kelas 10-12), dan pendidikan tinggi.
Anak-anak muda dapat memilih antara sekolah negeri nonsektarian yang dikelola oleh pemerintah dan diawasi oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) atau sekolah swasta atau semi-swasta yang dikelola dan dibiayai oleh Kementerian Agama.
Lebih dari dua tahun setelah pandemi COVID-19, para siswa dan pendidik di Indonesia dan di seluruh dunia masih bergulat dengan krisis pembelajaran yang masif. Sebuah laporan pada bulan Juni 2022 dari UNICEF, UNESCO, Bank Dunia, dan lainnya mengungkapkan bahwa sekitar 70 persen anak usia 10 tahun di seluruh dunia tidak dapat memahami teks tertulis sederhana, naik dari 57 persen sebelum pandemi.
Sumber: brokenchalk.org
Akibat Covid-19
Pembelajaran di Indonesia sudah berada di bawah ekspektasi kurikulum sebelum terjadinya COVID-19, dengan kesenjangan yang lebar berdasarkan gender, wilayah, disabilitas, dan dimensi marjinalisasi lainnya. Sebagian besar siswa yang diuji memiliki nilai dua tingkat di bawah nilai mereka saat ini. Sebagai contoh, siswa kelas 5 SD rata-rata membaca di tingkat kelas 3 SD.
Menurut penelitian dan survei yang dilakukan di lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, yang menyebabkan siswa dan pendidik tidak mengetahui 'tujuan' apa yang akan dihasilkan sehingga tidak memiliki gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Di beberapa daerah di negara ini, terdapat bukti adanya peningkatan persentase siswa kelas awal yang tidak dapat membaca.
Banyaknya penutupan sekolah dan hilangnya pekerjaan akibat COVID-19 telah memperburuk situasi. Kinerja di bawah standar lebih parah terjadi pada anak-anak yang berada dalam situasi rentan, termasuk anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan disabilitas, dan anak-anak yang tinggal di daerah tertinggal di negara ini, yang paling berisiko dikeluarkan dari sekolah.
Bahkan sebelum pandemi, pernikahan anak merupakan masalah di beberapa daerah miskin. Bukti menunjukkan bahwa pernikahan anak telah melonjak selama pandemi karena keluarga berpenghasilan rendah ingin mengurangi beban ekonomi mereka.
Pekerja anak sekarang lebih mungkin terjadi di rumah atau mendukung mata pencaharian rumah tangga (misalnya, bertani dan menangkap ikan) karena tindakan karantina wilayah membatasi kesempatan kerja.
Anak-anak penyandang disabilitas di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup besar. Penelitian menunjukkan bahwa disabilitas yang dialami anak-anak dan orang tua mempengaruhi pembelajaran mereka dan kemungkinan mereka untuk kembali ke sekolah.
Fasilitas pendidikan dan ifrastruktur yang buruk
Tujuh puluh lima persen sekolah di Indonesia berada di daerah berisiko bencana; negara seluas hampir 800.000 mil persegi ini rentan terhadap gempa bumi, tsunami, angin kencang, gunung berapi, tanah longsor, dan banjir.
Akses yang tidak merata ke internet, serta perbedaan dalam kualifikasi guru dan kualitas pendidikan, muncul sebagai tantangan terbesar dalam mengimplementasikan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh untuk anak-anak dan keragaman tingkat akses digital di Indonesia menyebabkan kesenjangan yang lebih jauh bagi anak-anak yang terpinggirkan.
Kualitas guru yang rendah
Salah satu penyebab utama rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas guru yang disebabkan oleh proses rekrutmen guru yang tidak berfokus pada pemilihan tenaga kependidikan yang profesional, tetapi lebih pada pemenuhan kebutuhan pegawai negeri sipil.
Sebagian besar guru tidak memiliki profesionalisme yang memadai untuk melaksanakan tugasnya sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 UU No. 20 Tahun 2003, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai bagian dari proses rekrutmen pegawai negeri sipil, proses rekrutmen guru pada umumnya tidak memperhatikan kemampuan kerja yang dibutuhkan oleh seorang guru yang profesional.
Dalam sebuah survei baru-baru ini, guru-guru dalam sistem pendidikan yang mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG), yang mengukur kompetensi dalam pembelajaran dan pemahaman mata pelajaran yang diajarkan, bahkan tidak memenuhi skor minimum.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa guru yang berpendidikan di bawah standar yang ditetapkan pemerintah cukup tinggi, yaitu 64,09% untuk sekolah menengah pertama, 61,5% untuk sekolah menengah atas, dan 10,14% untuk sekolah menengah kejuruan.
Profesi guru membutuhkan keterampilan kerja yang kompleks. Guru harus mampu mengajar secara efektif dan memiliki komitmen serta motivasi yang tinggi untuk mencerdaskan anak didiknya.
Sementara itu, rekrutmen guru dalam sistem rekrutmen pegawai negeri sipil umumnya lebih mengutamakan nasionalisme dan pengetahuan umum dan bukan kompetensi mengajar.
Calon guru dengan nilai tertinggi pada seleksi kompetensi dasar akan mengikuti tes tertulis yang menguji kemampuan manajemen pembelajaran dan pengetahuan tentang mata pelajaran yang mereka ajarkan. Tidak ada cara untuk mengetahui kompetensi seorang guru profesional melalui tes pengetahuan umum tertulis.
Secara umum, perekrutan guru dalam proses pegawai negeri sipil tidak dapat memilih calon guru terbaik - sistem ini lebih mengutamakan nasionalisme dan pengetahuan umum, bukan pengajaran.
Disadur dari: brokenchalk.org
Ekonomi dan Bisnis
Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 18 Februari 2025
Perilaku organisasi (OB) adalah studi tentang perilaku manusia dalam pengaturan organisasi, antarmuka antara perilaku manusia, organisasi, dan organisasi itu sendiri. Para peneliti perilaku organisasi mempelajari perilaku individu terutama dalam peran organisasi mereka. Salah satu tujuan utama dari perilaku organisasi adalah merevitalisasi teori organisasi dan mengembangkan konseptualisasi yang lebih baik dari kehidupan organisasi. Sebagai bidang multidisiplin, perilaku organisasi telah dipengaruhi oleh perkembangan sejumlah disiplin ilmu terkait, termasuk sosiologi, psikologi, ekonomi, dan teknik, serta pengalaman para praktisi.
Sejarah dan evolusi studi perilaku organisasi
Asal mula perilaku organisasi dapat ditelusuri kembali ke Max Weber dan studi organisasi sebelumnya. Revolusi Industri adalah periode sekitar tahun 1760 ketika teknologi baru menghasilkan adopsi teknik manufaktur baru, termasuk peningkatan mekanisasi. Revolusi industri menyebabkan perubahan sosial dan budaya yang signifikan, termasuk bentuk-bentuk organisasi baru.
Menganalisis bentuk-bentuk organisasi baru ini, sosiolog Max Weber menggambarkan birokrasi sebagai tipe organisasi ideal yang bertumpu pada prinsip-prinsip hukum rasional dan memaksimalkan efisiensi teknis. Pada tahun 1890-an, dengan datangnya manajemen ilmiah dan Taylorisme, Studi perilaku organisasi membentuknya sebagai sebuah disiplin akademis.
Kegagalan manajemen ilmiah melahirkan gerakan hubungan manusia yang ditandai dengan penekanan besar pada kerja sama dan moral karyawan. Gerakan hubungan manusia dari tahun 1930-an hingga 1950-an berkontribusi dalam membentuk studi perilaku organisasi.
Karya-karya para sarjana seperti Elton Mayo, Chester Barnard, Henri Fayol, Mary Parker Follett, Frederick Herzberg, Abraham Maslow, David Mc Cellan, dan Victor Vroom berkontribusi pada pertumbuhan Perilaku Organisasi sebagai sebuah disiplin ilmu. Karya-karya para ahli seperti Elton Mayo, Chester Barnard, Henri Fayol, Mary Parker Follett, Frederick Herzberg, Abraham Maslow, David Mc Cellan, dan Victor Vroom berkontribusi pada pertumbuhan Perilaku Organisasi sebagai sebuah disiplin ilmu.
Perilaku administratif Herbert Simon memperkenalkan sejumlah konsep penting dalam studi perilaku organisasi, terutama pengambilan keputusan. Simon dan Chester Barnard berpendapat bahwa orang mengambil keputusan secara berbeda di dalam organisasi dibandingkan di luar organisasi. Simon dianugerahi Hadiah Nobel Ekonomi untuk karyanya dalam pengambilan keputusan organisasi.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, bidang ini menjadi lebih kuantitatif dan menghasilkan ide-ide seperti organisasi informal dan ketergantungan sumber daya. Teori kontingensi, teori institusional, dan ekologi organisasi juga menjadi populer. Mulai tahun 1980-an, penjelasan budaya organisasi dan perubahan organisasi menjadi bidang studi. Didasari oleh antropologi, psikologi, dan sosiologi, penelitian kualitatif menjadi lebih dapat diterima dalam OB.
Apa itu Perilaku Organisasi?
Perilaku organisasi secara langsung berkaitan dengan pemahaman, prediksi, dan pengendalian perilaku manusia dalam organisasi. Perilaku organisasi adalah studi tentang kinerja dan aktivitas kelompok dan individu dalam suatu organisasi. Bidang studi ini meneliti perilaku manusia dalam lingkungan kerja dan menentukan dampaknya terhadap struktur pekerjaan, kinerja, komunikasi, motivasi, kepemimpinan, dll.
Ini adalah studi sistematis dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana individu dan kelompok bertindak dalam organisasi kerja mereka. OB menarik dari disiplin ilmu lain untuk menciptakan bidang yang unik. Sebagai contoh, ketika kita meninjau topik seperti kepribadian dan motivasi, kita akan kembali meninjau studi dari bidang psikologi. Topik proses tim sangat bergantung pada bidang sosiologi.
Ketika kita mempelajari kekuasaan dan pengaruh dalam organisasi, kita banyak meminjam dari ilmu politik. Bahkan ilmu kedokteran pun berkontribusi pada bidang perilaku organisasi, khususnya dalam mempelajari stres dan dampaknya terhadap individu. Ada kesepakatan yang semakin meningkat mengenai komponen atau topik yang merupakan bidang studi OB.
Meskipun masih ada perdebatan mengenai pentingnya perubahan, tampaknya ada kesepakatan umum bahwa OB mencakup topik-topik inti dari motivasi, perilaku pemimpin dan kekuasaan, komunikasi interpersonal, struktur dan proses kelompok, pembelajaran, pengembangan sikap, dan persepsi, proses perubahan, konflik, desain kerja, dan stres kerja.
Fitur-fitur perilaku organisasi
Perilaku organisasi adalah studi dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang, individu, dan kelompok bertindak dalam organisasi. Hal ini dilakukan dengan mengambil pendekatan sistem. Ini menafsirkan hubungan orang-organisasi dalam hal seluruh orang, seluruh kelompok, seluruh organisasi, dan seluruh sistem sosial. Tujuannya adalah untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan mencapai tujuan manusia, organisasi, dan sosial.
Perilaku organisasi adalah:
Tujuan perilaku organisasi
Organisasi tempat orang bekerja memiliki pengaruh terhadap pikiran, perasaan, dan tindakan mereka. Pikiran, perasaan, dan tindakan ini, pada gilirannya, mempengaruhi organisasi itu sendiri. Perilaku organisasi mempelajari mekanisme yang mengatur interaksi ini, berusaha untuk mengidentifikasi dan menumbuhkan perilaku yang kondusif bagi kelangsungan hidup dan efektivitas organisasi.
Delapan tujuan perilaku organisasi ini menunjukkan bahwa OB berkaitan dengan orang-orang di dalam organisasi, bagaimana mereka berinteraksi, bagaimana tingkat kepuasan mereka, tingkat motivasi, dan menemukan cara untuk meningkatkannya dengan cara yang menghasilkan produktivitas tertinggi.
Disadur dari: iedunote.com