Ilmu Pendidikan
Dipublikasikan oleh Anisa pada 28 Februari 2025
Dalam lanskap pendidikan, pelatihan vokasional berdiri sebagai penanda praktis, mempersiapkan individu dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berkembang dalam berbagai industri. Dengan sejarah yang kaya yang berakar pada pembinaan pengrajin, pekerja kerajinan, dan teknisi, pendidikan vokasional telah mengalami kebangkitan, merangkul kebaruan sambil tetap setia pada prinsip-prinsip dasarnya.
Secara tradisional, pendidikan vokasional dibatasi pada ruang kelas atau pengaturan magang, di mana siswa menyerap baik landasan teoritis maupun keterampilan praktis dari perdagangan yang mereka pilih. Namun, zaman digital telah membawa era baru, mendemokratisasikan akses ke pembelajaran vokasional melalui platform online. Sekarang, individu dari berbagai latar belakang hidup dapat berinteraksi dengan instruktur terakreditasi dan para profesional industri, meruntuhkan hambatan geografis dan waktu.
Kembalinya pendidikan vokasional bersamaan dengan pergeseran global dalam perspektif terhadap hubungan antara pendidikan dan pekerjaan. Pemerintah di seluruh dunia semakin mengakui peran penting pelatihan vokasional dalam mengatasi pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Perubahan paradigma ini, sering disebut sebagai "vokasionalisme baru," menempatkan kebutuhan industri di garis depan pembicaraan pendidikan, menganjurkan kurikulum yang menyatukan ketatnya akademis dengan aplikasi praktis.
Pusat dari evolusi ini adalah konsep Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Vokasional (TVET), pendekatan holistik yang menyatukan pengetahuan teoritis dengan pengalaman langsung. Program TVET bukanlah sekadar saluran untuk memperoleh keterampilan, tetapi dirancang untuk membudayakan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan adaptabilitas - ciri-ciri dari tenaga kerja yang tangguh.
Dalam pengejaran untuk menyelaraskan pendidikan dengan tuntutan industri, kolaborasi muncul sebagai kunci utama. Pihak-pihak terkait industri memainkan peran aktif dalam membentuk kurikulum vokasional, memastikan relevansi dan responsif terhadap dinamika pasar yang terus berubah. Hubungan simbiosis ini memfasilitasi transisi yang mulus dari ruang kelas ke karier, membekali lulusan dengan ketangkasan untuk menavigasi lanskap kerja yang selalu berubah.
Namun, di tengah kegembiraan untuk pendidikan vokasional, perdebatan filosofis bergelut di bawah permukaan. Idealisme yang diusung oleh Wilhelm von Humboldt, yang menekankan pada pembudayaan individu yang berwawasan luas mampu melampaui batasan vokasional, bertentangan dengan gagasan kontemporer tentang pendidikan semata sebagai sarana untuk persiapan tenaga kerja. Kritik Julian Nida-Rümelin menyoroti perlunya pendekatan seimbang - yang menghormati nilai intrinsik pendidikan sambil mengakui perannya sebagai alat mobilitas sosioekonomi.
Saat kita menggambar garis masa untuk masa depan pendidikan vokasional, inklusivitas muncul sebagai prinsip panduan. Mengakui bakat dan aspirasi yang beragam dari para pelajar, program vokasional harus merangkul fleksibilitas dan penyesuaian. Baik melalui magang tradisional, sekolah teknis, atau platform online, individu harus memiliki akses ke jalur yang sesuai dengan kekuatan dan ambisi mereka yang unik.
Selain itu, demokratisasi pendidikan vokasional menuntut komitmen terhadap keadilan dan aksesibilitas. Komunitas yang terpinggirkan, seringkali dilayani oleh sistem pendidikan tradisional, berpotensi mendapat manfaat besar dari program vokasional yang disesuaikan yang memberdayakan mereka untuk berkembang dalam pasar kerja. Dengan membongkar hambatan masuk dan memberikan dukungan yang ditargetkan, kita dapat membuka potensi yang belum tersentuh dari setiap individu, menciptakan pasar kerja yang lebih inklusif dan dinamis.
Sebagai kesimpulan, pendidikan vokasional berdiri siap di persimpangan tradisi dan inovasi, menjembatani kesenjangan antara akademisi dan industri dengan relevansi yang tak tergoyahkan. Saat kita merangkul kebangkitan pelatihan vokasional, mari kita tetap teguh dalam komitmen kita untuk membudayakan tidak hanya profesional yang terampil tetapi juga individu yang tangguh, adaptif, yang siap menavigasi kompleksitas dunia modern. Melalui kolaborasi, inklusivitas, dan dedikasi yang teguh terhadap keunggulan, kita dapat memberdayakan tenaga kerja masa depan untuk mewujudkan potensi mereka sepenuhnya dan membentuk masa depan kemakmuran bagi semua.
Sumber:
Bina Konstruksi
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Februari 2025
Serang – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memulai persiapan pembangunan Jalan Tol Serang – Panimbang Seksi 3 Ruas Cileles - Panimbang sepanjang 33 Km, ditandai dengan Penandatangan Kontrak Paket Pekerjaan Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 3 senilai Rp. 4.5 Triliun antara Kementerian PUPR dengan kontraktor Sino Road and Bridge Group Co. Ltd, di Kantor Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Banten yang disaksikan oleh Plt Inspektur Jenderal Widiarto, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit, Direktur Utama PT. Wijaya Karya (Tbk) Agung Budi Waskito dan Direktur Utama PT. Adhi Karya (Tbk) Entus Asnawi M.
Setelah penandatanganan kontrak, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meminta kontraktor pelaksana untuk dapat mempercepat pembangunan konstruksi Ruas Cileles – Panimbang. Pemerintah tidak memiliki agenda khusus untuk melakukan groundbreaking tanda dimulainya pembangunan jalan tol tersebut.
“Kita harus memakai langgam (ritme kerja) Kementerian PUPR yang cepat. Pembebasan lahan sudah siap sekitar 78% untuk 33 Km, sehingga tidak ada alasan untuk menunda pembangunan. Tidak perlu ada seremoni groundbreaking, yang penting pembangunan bisa segera kita mulai dan selesaikan” kata Menteri Basuki.
Seksi 3 ruas Cileles – Panimbang merupakan bagian terakhir dari paket pekerjaan Tol Serang-Panimbang sepanjang 83,67 Km. Tol ini secara keseluruhan terbagi menjadi 3 Seksi, yakni Seksi 1 Ruas Serang – Rangkasbitung (26,50 Km), Seksi 2 Ruas Rangkasbitung - Cileles (24,17 Km), dan Seksi 3 Ruas Cileles - Panimbang (33 Km). Untuk seksi 3, porsi BUJT terbagi menjadi 55% milik Sino Road & Bridge Co. Ltd, masing-masing 22.5% milik PT. Wijaya Karya (Tbk) dan PT. Adhi Karya ( Tbk).
Pembangunan ruas tol ini dikerjakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan nilai investasi sebesar Rp 5,33 triliun terdiri dari Seksi 1 - 2, porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) oleh PT Wijaya Karya Serang Panimbang, sementara Seksi 3 menjadi porsi Pemerintah dengan target seluruhnya beroperasi pada 2023. Saat ini progres pembangunan pada ruas Serang – Rangkasbitung hingga November 2020 mencapai 84,18%.
“Kita perlu bekerja lebih keras, lebih cepat, dan lebih fokus, supaya bisa selesaikan dengan sebaik-baiknya. Kita ingin turut menggerakkan ekonomi nasional yang mempunyai tantangan lebih berat ke depan,” ujar Menteri Basuki.
Dengan terhubungnya jalan tol yang melintasi tiga kabupaten yakni Kabupaten Serang, Lebak dan Pandeglang ini, bukan hanya sebagai penghubung menuju kawasan pariwisata di sekitar wilayah Banten seperti KSPN Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon, tapi juga akan semakin meningkatkan konektivitas dan sektor produktif, seperti sektor industri, barang, dan jasa yang tersambung dengan Tol Jakarta - Merak.
Turut mendampingi Menteri Basuki, Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Triono Junoasmono, Direktur Jalan Bebas Hambatan Budi Harimawan, Sesditjen Sumber Daya Air Akdian Charisal Manu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai C3 Saroni, Kepala Balai Besar Wilayah Ciliwung Cisadane Bambang Hery, Kepala BPJN Banten Wida Nurfaida, Kepala Biro Komunikasi Publik Endra Atmawidjaja, dan jajaran PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (Tri)
Sumber: pu.go.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Februari 2025
Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) akan memulai pembangunan Jalan Tol Gedebage - Tasikmalaya - Cilacap (Getaci) pada tahun ini. Saat ini progresnya sudah penetapan lokasi (penlok) tahap pertama oleh Gubernur Jawa Barat, sekarang sedang mengurus penlok dari Pemda Jawa Tengah. Setelah penlok, ada proses pengadaan tanah seperti sosialisasi lalu musyawarah.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan Tol Getaci yang dimulai pada 2022 ini diharapkan dapat rampung pada 2024 untuk pembangunan tahap pertama. “Dalam pelaksanaan pembangunan Tol Getaci saya ingin mengingatkan cepat is a must but not sufficient. Saya berharap untuk tetap menjaga kaidah-kaidah lingkungan hidup agar tidak merusak bukit-bukit yg ada. Selain itu juga agar menghindari memotong pohon yang tidak perlu. Ini merupakan perintah bapak Presiden Jokowi pesannya adalah dalam membangun jangan merusak lingkungan," kata Menteri Basuki.
Menteri Basuki menambahkan, selama proses konstruksi juga harus tetap memperhatikan kualitas pembangunan. Sehingga hasilnya bukan hanya tersambung tapi juga agar lebih nyaman yang merupakan tuntutan untuk digunakan masyarakat.
"Jalan Tol Getaci khususnya di wilayah Gedebage ini struktur geologinya cukup rumit dengan banyak batuan gunung yang rawan longsoran, sehingga perlu penanganan khusus selama proses konstruksi," tambah Menteri Basuki.
Direktur Jenderal Bina Marga Hedy Rahadian mengatakan, pembangunan Tol Getaci untuk memperlancar konektivitas dan meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di selatan Jawa Barat.
“Konektivitas ke daerah selatan (Jawa Barat) makin lama makin menurun karena kepadatan lalu lintas, seperti sekarang dari Tasik ke Bandung yang jaraknya hanya 100 km bisa mencapai 3 jam. Maka, kebutuhan akan jalan bebas hambatan ini merupakan suatu keniscayaan karena di wilayah selatan itu banyak sekali pusat-pusat pertumbuhan, namun konektivitasnya masih kurang bagus,” ujar Hedy.
Tol Getaci melintasi dua provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat sepanjang 171,40 km dan Provinsi Jawa Tengah sepanjang 35,25 km dengan total panjang 206,65 km, yang menjadikan jalan tol ini sebagai ruas jalan tol terpanjang di Indonesia. Tol ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 109 tahun 2020 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Tol Getaci terdiri dari 4 seksi yakni Seksi 1 Junction Gedebage – Garut Utara (45,20 km), seksi 2 Garut Utara - Tasikmalaya (50,32 km), seksi 3 Tasikmalaya – Patimuan (76,78 km), dan seksi 4 Patimuan – Cilacap (34,35 km). Pembangunan jalan Tol dengan nilai investasi Rp56 triliun ini akan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama Gedebage – Tasikmalaya rencananya akan mulai dibangun pada tahun 2022 dan selesai di tahun 2024. Sementara untuk tahap kedua yakni Tasikmalaya – Cilacap konstruksinya dimulai pada 2027 dan selesai di 2029.
Tol ini akan memiliki 9 buah simpang susun dan 1 buah junction, yaitu junction Gedebage yang akan terkoneksi dengan jalan tol Padalarang – Cileunyi (Padaleunyi). Jalan tol ini akan memiliki 2x2 lajur dengan lebar lajur 3,6 meter, serta akan dibangun dengan desain struktur at grade sepanjang 175,27 km, struktur elevated sepanjang 22,26 km, dan pile slab sepanjang 9,12 km.
Sebelumnya, telah dilaksanakan Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT), Perjanjian Penjaminan dan Perjanjian Regres Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Jalan Tol Getaci di Auditorium Kementerian PUPR, Senin (31/1/2022). Penandatanganan dilakukan oleh Menteri Basuki, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian PUPR Danang Parikesit, Direktur Utama PT PII M. Wahid Sutopo serta Direktur Utama PT Jasamarga Gedebage Cilacap Johannes Mancelly. (Mes)
Sumber: pu.go.id
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Dipublikasikan oleh Anjas Mifta Huda pada 28 Februari 2025
Palu - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memulai pembangunan kembali/rekonstruksi Jembatan Palu IV Ponulele atau dikenal Jembatan Kuning di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang rusak akibat gempa dan tsunami pada 28 September 2018 silam.
Rekonstruksi ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bersama Chief Representative Japan International Cooperation Agency (JICA) Takehiro Yasui, Gubernur Sulawesi Tengah H. Rusdy Mastura, Wali Kota Palu Hadianto Rasyid, dan Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng Arie Setiadi Moerwanto pada Rabu (20/7/2022).
Direktur Jenderal (Dirjen) Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna saat menyampaikan sambutan Menteri PUPR mengatakan, program rekonstruksi Jembatan Palu IV diinisiasi sebagai upaya untuk memulihkan aksesibilitas dan mobilitas Kota Palu yang terdampak gempa bumi dan tsunami pada 2018 lalu .
"Dengan dibangunnya kembali jembatan ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi dan pembangunan wilayah Kota Palu, serta menjadi ikon Kota Palu sehingga dapat menarik wisatawan baik dari Sulawesi Tengah maupun dari luar," kata Herry.
Program rekonstruksi Jembatan Palu IV mendapatkan bantuan dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Coorporation Agency (JICA) yakni berupa dana hibah senilai 2,5 miliar Yen atau sekitar Rp325 miliar. Konstruksinya dilaksanakan oleh kontraktor Jepang Tokyu Construction dengan menggandeng PT Waskita Karya.
"Penandatanganan hibah tersebut sudah dilaksanakan pada 21 Juni 2019 lalu antara Dirjen Bina Marga dan JICA. Kegiatan rekonstruksi semula direncanakan dimulai pembangunannya pada tahun 2020, namun akibat adanya Pandemi dan penyelesaian pembebasan lahan yang membutuhkan waktu lebih lama, pelaksanaan rekonstruksi Jembatan Palu IV baru dimulai Juli 2022 dan direncanakan selesai pada Juni 2024," kata Herry.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng Arie Setiadi Moerwanto mengatakan, Jembatan Palu IV yang baru akan terkoneksi dengan jalan elevated yang merupakan bagian dari sistem mitigasi bencana tsunami, sehingga diharapkan akan terwujud kawasan Silebeta yang tangguh bencana.
"Pondasi dan ketinggian Jembatan Palu IV didesain dengan mempertimbangkan nilai seismik gempa dan tsunami berdasarkan peta risiko gempa dengan bentang total 250 meter. Desain Jembatan Palu IV telah mendapatkan persetujuan rekomendasi dari Menteri PUPR pada 5 Maret 2020, setelah mendapatkan rekomendasi dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) pada 3 Maret 2020," kata Arie.
Wali Kota Palu Hadianto Rasyid mengatakan, rekonstruksi jembatan ini sudah lama dinanti masyarakat Palu, karena jembatan ini merupakan ikon Kota Palu dan sangat berperan dalam konektivitas yang menghubungkan kecamatan Palu Timur dan Palu Barat. "Hari ini adalah jawaban dari penantian masyarakat. Untuk Kementerian PUPR dan JICA kami mengucapkan terima kasih atas dukungan bantuan pembangunan kembali Jembatan Palu IV, karena jembatan ini bagi masyarakat Palu memiliki cerita dan kenangan tersendiri,"ujarnya.
Turut hadir dalam acara tersebut, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Keterpaduan Pembangunan Achmad Gani Ghazaly Akman, Direktur Pembangunan Jembatan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Yudha Handita Pandjiriawan, Direktur Preservasi Jalan dan Jembatan Wilayah II Thomas Setiabudi Aden, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Provinsi Sulawesi Tengah Arief Syarif Hidayat, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Tengah Sahabuddin, Kepala Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (P2P) Sulawesi II Bakhtiar, dan Kepala Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi (BP2JK) Sulteng Ronny Adriandri. (Jay)
Sumber: pu.go.id
Probabilistic Reliability Assessment
Dipublikasikan oleh Admin pada 27 Februari 2025
Pendahuluan
Penelitian ini membahas pentingnya pendekatan probabilistik dalam mengestimasi penghematan energi pada bangunan residensial. Studi ini dilakukan oleh Piljae Im, Roderick Jackson, Yeonjin Bae, Jin Dong, dan Borui Cui dari Oak Ridge National Laboratory serta National Renewable Energy Laboratory. Fokus utama penelitian ini adalah mengidentifikasi parameter kunci yang berkontribusi terhadap ketidakpastian dalam estimasi penghematan energi serta melakukan kuantifikasi ketidakpastian untuk berbagai skenario retrofit bangunan residensial.
Latar Belakang dan Signifikansi Penelitian
Bangunan residensial cenderung mengalami degradasi sistem seiring waktu, perubahan pola penggunaan, serta kendala teknis lainnya. Oleh karena itu, upaya retrofit untuk meningkatkan efisiensi energi sangat diperlukan. Namun, salah satu tantangan utama dalam proyek retrofit adalah kesalahan dalam estimasi penghematan energi akibat asumsi deterministik yang tidak mempertimbangkan ketidakpastian.
Ketidakpastian dalam simulasi energi umumnya berasal dari dua sumber utama:
Tanpa mempertimbangkan ketidakpastian ini, investor cenderung meragukan potensi penghematan energi, yang pada akhirnya dapat menghambat adopsi teknologi efisiensi energi secara luas.
Metodologi Penelitian
Untuk mengatasi permasalahan ini, penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis probabilistik dalam model simulasi energi EnergyPlus. Simulasi dilakukan pada dua rumah penelitian di Knoxville, Tennessee, yaitu rumah sebelum retrofit (CC1) dan rumah setelah retrofit (CC2).
Penelitian ini mengevaluasi beberapa parameter kunci yang berkontribusi terhadap ketidakpastian dalam estimasi penghematan energi, di antaranya:
Beberapa teknik yang digunakan dalam analisis meliputi:
Selain itu, penelitian ini membandingkan empat skenario audit energi, masing-masing dengan tingkat ketidakpastian yang berbeda:
Hasil Penelitian dan Studi Kasus
Estimasi Konsumsi dan Penghematan Energi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah CC1 mengonsumsi energi lebih besar dibandingkan CC2 setelah retrofit. Pada skenario pertama yang hanya menggunakan informasi dasar, konsumsi energi tahunan rumah CC1 diperkirakan sekitar 26.900 kWh, sementara rumah CC2 mengonsumsi 17.500 kWh, dengan tingkat penghematan energi sekitar 34,5%. Namun, karena skenario ini memiliki ketidakpastian tinggi, rentang penghematan yang dihasilkan cukup lebar, yaitu antara 18% hingga 51%.
Setelah dilakukan pengukuran kebocoran udara melalui tes blower door (Skenario 2), hasil simulasi menunjukkan bahwa konsumsi energi rumah CC1 menurun sekitar 12%, sementara rumah CC2 tetap stabil. Penghematan energi rata-rata dalam skenario ini adalah 32%, dengan rentang penghematan yang lebih sempit, yaitu 24% hingga 41%.
Dalam Skenario 3, di mana selain tes blower door juga dilakukan tes kebocoran saluran udara, tingkat ketidakpastian semakin berkurang. Konsumsi energi rumah CC1 dan CC2 tetap hampir sama dengan skenario sebelumnya, tetapi rentang estimasi penghematan semakin menyempit menjadi 26% hingga 40%.
Skenario terakhir, yaitu audit komprehensif (Skenario 4), memberikan hasil estimasi penghematan yang hampir sama dengan skenario 3, yaitu sekitar 33% dengan ketidakpastian hanya 3,5%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah titik tertentu, pengurangan ketidakpastian dari audit tambahan tidak lagi memberikan dampak signifikan terhadap estimasi penghematan energi.
Menariknya, hasil pengukuran langsung menunjukkan bahwa rumah CC2 setelah retrofit benar-benar menghemat sekitar 28% energi dibandingkan CC1, yang berada dalam rentang estimasi dari model probabilistik yang digunakan.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa tingkat infiltrasi udara adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap ketidakpastian penghematan energi, diikuti oleh efisiensi sistem pemanas dan pendingin (COP).
Pada skenario pertama, ketidakpastian dalam tingkat infiltrasi udara menyumbang hampir 70% dari keseluruhan ketidakpastian dalam estimasi penghematan energi. Namun, setelah dilakukan tes blower door, kontribusi faktor ini terhadap ketidakpastian berkurang drastis, yang berarti bahwa pengukuran kebocoran udara sangat efektif dalam meningkatkan akurasi estimasi penghematan energi.
Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sistem HVAC yang lebih efisien (dengan COP lebih tinggi) juga berperan besar dalam menentukan penghematan energi. Dalam retrofit rumah CC2, sistem HVAC yang lebih efisien berhasil menurunkan konsumsi energi lebih dari 10% dibandingkan dengan kondisi awal di rumah CC1.
Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki beberapa implikasi penting bagi industri bangunan dan investasi energi:
Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa pendekatan probabilistik dapat meningkatkan keakuratan prediksi penghematan energi dalam proyek retrofit bangunan residensial. Dengan menerapkan metode kuantifikasi ketidakpastian, penelitian ini membantu menginformasikan keputusan investasi energi berbasis risiko.
Beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan di masa depan meliputi:
Sumber Asli
Im, P., Jackson, R., Bae, Y., Dong, J., & Cui, B. (2019). Probabilistic Reliability Assessment and Case Studies for Predicted Energy Savings in Residential Buildings. Elsevier. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378778819304190
Pertanian
Dipublikasikan oleh Sirattul Istid'raj pada 27 Februari 2025
Peternakan adalah cabang pertanian yang berkaitan dengan hewan yang dibesarkan untuk diambil dagingnya, seratnya, susunya, atau produk lainnya. Hal ini mencakup perawatan sehari-hari, manajemen, produksi, nutrisi, pembiakan selektif, dan pemeliharaan ternak. Peternakan memiliki sejarah yang panjang, dimulai dengan Revolusi Neolitikum ketika hewan pertama kali dijinakkan, dari sekitar 13.000 SM dan seterusnya, mendahului pertanian tanaman pertama. Pada masa peradaban awal seperti Mesir kuno, sapi, domba, kambing, dan babi dipelihara di peternakan.
Perubahan besar terjadi pada pertukaran Kolumbus, ketika ternak Dunia Lama dibawa ke Dunia Baru, dan kemudian pada Revolusi Pertanian Inggris pada abad ke-18, ketika ras ternak seperti sapi Dishley Longhorn dan domba Lincoln Longwool dengan cepat ditingkatkan oleh para ahli pertanian, seperti Robert Bakewell, untuk menghasilkan lebih banyak daging, susu, dan wol. Berbagai spesies lain, seperti kuda, kerbau, llama, kelinci, dan marmut, digunakan sebagai hewan ternak di beberapa bagian dunia. Peternakan serangga, serta akuakultur ikan, moluska, dan krustasea, tersebar luas.
Peternakan modern bergantung pada sistem produksi yang disesuaikan dengan jenis lahan yang tersedia. Peternakan subsisten digantikan oleh peternakan intensif di belahan dunia yang lebih maju, di mana, misalnya, sapi potong dipelihara di tempat penggemukan dengan kepadatan tinggi, dan ribuan ayam dapat dibesarkan di kandang ayam pedaging atau baterai. Di tanah yang lebih miskin, seperti di dataran tinggi, hewan sering kali dipelihara secara ekstensif dan dibiarkan berkeliaran secara luas, mencari makan sendiri. Peternakan hewan dalam skala modern mendorong perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Sebagian besar hewan ternak adalah herbivora, kecuali babi dan ayam yang merupakan omnivora. Ternak ruminansia seperti sapi dan domba beradaptasi untuk memakan rumput; mereka dapat mencari makan di luar ruangan atau dapat diberi makan seluruhnya atau sebagian dari ransum yang lebih kaya energi dan protein, seperti sereal pelet. Babi dan unggas tidak dapat mencerna selulosa dalam hijauan dan membutuhkan makanan berprotein tinggi lainnya.
Kata kerja to husband, yang berarti "mengelola dengan hati-hati", berasal dari makna suami yang lebih tua, yang pada abad ke-14 mengacu pada kepemilikan dan perawatan rumah tangga atau pertanian, tetapi saat ini berarti "kontrol atau penggunaan sumber daya secara bijaksana", dan dalam pertanian, budidaya tanaman atau hewan. Petani dan peternak yang memelihara ternak dianggap mempraktikkan peternakan.
Kelahiran Peternakan

Domestikasi hewan ruminansia, seperti domba ekor gemuk di Afghanistan ini, menyediakan sumber makanan yang dapat diandalkan bagi para pengembara di Timur Tengah dan Asia Tengah.
Domestikasi ternak didorong oleh kebutuhan untuk memiliki makanan saat berburu tidak produktif. Karakteristik yang diinginkan dari hewan peliharaan adalah hewan tersebut harus berguna bagi pemeliharanya, dapat berkembang biak dengan baik, dapat berkembang biak dengan bebas, dan mudah dirawat. Domestikasi bukanlah sebuah peristiwa tunggal, melainkan sebuah proses yang diulang-ulang di berbagai periode di tempat yang berbeda. Domba dan kambing adalah hewan yang menemani para pengembara di Timur Tengah, sementara sapi dan babi diasosiasikan dengan komunitas yang lebih menetap. Hewan liar pertama yang dijinakkan adalah anjing. Anjing yang setengah liar, mungkin dimulai dari individu yang masih muda, mungkin telah ditoleransi sebagai pemulung dan pembunuh hama, dan secara alamiah merupakan pemburu kawanan, cenderung menjadi bagian dari kawanan manusia dan ikut berburu.
Hewan-hewan mangsa, domba, kambing, babi, dan sapi, secara progresif didomestikasi pada awal sejarah pertanian. Babi didomestikasi di Timur Dekat antara 8.500 dan 8000 SM, domba dan kambing di atau dekat Bulan Sabit Subur sekitar 8.500 SM, dan sapi dari aurora liar di daerah Turki dan Pakistan modern sekitar 8.500 SM. Seekor sapi merupakan keuntungan besar bagi penduduk desa karena ia menghasilkan lebih banyak susu daripada yang dibutuhkan anaknya, dan tenaganya dapat digunakan sebagai hewan pekerja, menarik bajak untuk meningkatkan produksi tanaman, dan menarik kereta luncur, dan kemudian kereta dorong, untuk membawa hasil panen dari ladang. Hewan penarik pertama kali digunakan sekitar 4.000 SM di Timur Tengah, dan meningkatkan produksi pertanian secara signifikan.
Di Asia selatan, gajah telah didomestikasi pada tahun 6.000 SM. Fosil tulang ayam yang berasal dari tahun 5040 SM telah ditemukan di timur laut Tiongkok, jauh dari tempat nenek moyang mereka yang masih hidup di hutan tropis Asia, tetapi para arkeolog percaya bahwa tujuan awal domestikasi adalah untuk olahraga sabung ayam. Sementara itu, di Amerika Selatan, llama dan alpaka telah didomestikasi, mungkin sebelum tahun 3.000 SM, sebagai hewan pembawa beban dan diambil bulunya. Keduanya tidak cukup kuat untuk menarik bajak sehingga membatasi perkembangan pertanian di Dunia Baru.
Kuda muncul secara alami di padang rumput Asia Tengah dan domestikasi mereka dimulai sekitar 3.000 SM di wilayah Laut Hitam dan Laut Kaspia. Meskipun kuda pada awalnya dipandang sebagai sumber daging, penggunaannya sebagai hewan tunggangan dan untuk berkuda kemudian menyusul. Sekitar waktu yang sama, keledai liar dijinakkan di Mesir. Unta dijinakkan segera setelah itu, dengan unta Baktria di Mongolia dan unta Arab menjadi hewan pengangkut barang. Pada tahun 1000 SM, kafilah-kafilah unta Arab menghubungkan India dengan Mesopotamia dan Mediterania.
Peradaban Kuno

Memerah susu sapi di Mesir kuno.
Di Mesir kuno, sapi adalah ternak yang paling penting, dan domba, kambing, dan babi juga dipelihara; unggas termasuk bebek, angsa, dan merpati ditangkap dengan jaring dan dikembangbiakkan di peternakan, di mana mereka diberi makan paksa dengan adonan untuk menggemukkan mereka. Sungai Nil menyediakan sumber ikan yang berlimpah. Lebah madu telah didomestikasi setidaknya sejak Kerajaan Lama, menyediakan madu dan lilin. Di Roma kuno, semua ternak yang dikenal di Mesir kuno tersedia. Selain itu, kelinci telah dijinakkan untuk dimakan pada abad pertama sebelum masehi. Untuk membantu mengeluarkan mereka dari liang mereka, polecat dijinakkan sebagai musang, yang penggunaannya dijelaskan oleh Pliny the Elder.
Peternakan Abad Pertengahan

Penggembala dengan domba di kandang rintangan anyaman. Prancis Abad Pertengahan. Abad ke-15, Perpustakaan Bodleian, MS Douce 195.
Di Eropa utara, pertanian termasuk peternakan mengalami kemunduran ketika kekaisaran Romawi runtuh. Beberapa aspek seperti penggembalaan hewan terus berlanjut selama periode tersebut. Pada abad ke-11, ekonomi telah pulih dan pedesaan kembali produktif. Buku Domesday mencatat setiap bidang tanah dan setiap hewan di Inggris: "tidak ada satu kulit pun, atau satu halaman tanah, bahkan seekor lembu, sapi, atau babi pun tidak ada yang tersisa, yang tidak tercantum dalam surat perintah (raja)."Sebagai contoh, rumah kerajaan Earley di Berkshire, salah satu dari ribuan desa yang tercatat dalam buku tersebut, pada tahun 1086 memiliki "2 perikanan yang bernilai (membayar pajak) 7s dan 6d [setiap tahun] dan 20 hektar padang rumput (untuk ternak). Hutan untuk (memberi makan) 70 ekor babi."
Perbaikan peternakan pada periode abad pertengahan di Eropa berjalan seiring dengan perkembangan lainnya. Perbaikan pada bajak memungkinkan tanah untuk digarap lebih dalam. Kuda mengambil alih peran sapi sebagai penyedia daya tarik utama, ide-ide baru tentang rotasi tanaman dikembangkan, dan penanaman tanaman untuk pakan ternak musim dingin mulai berkembang. Kacang polong, kacang-kacangan, dan vetsin menjadi hal yang umum; tanaman-tanaman tersebut meningkatkan kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen, sehingga lebih banyak hewan ternak yang dapat dipelihara.
Pertukaran Kolumbus
Eksplorasi dan kolonisasi Amerika Utara dan Selatan menghasilkan pengenalan tanaman seperti jagung, kentang, ubi jalar, dan ubi kayu ke Eropa, sementara ternak utama Dunia Lama - sapi, kuda, domba, dan kambing - diperkenalkan ke Dunia Baru untuk pertama kalinya bersama dengan gandum, jelai, beras, dan lobak.
Revolusi Pertanian

Trah Lincoln Longwool diperbaiki oleh Robert Bakewell pada abad ke-18.
Pemuliaan selektif untuk sifat-sifat yang diinginkan ditetapkan sebagai praktik ilmiah oleh Robert Bakewell selama Revolusi Pertanian Inggris pada abad ke-18. Salah satu program pemuliaan terpentingnya adalah dengan domba. Dengan menggunakan ternak asli, ia dapat dengan cepat memilih domba yang besar, bertulang halus, dan memiliki bulu yang panjang dan berkilau.
Lincoln Longwool diperbaiki oleh Bakewell dan pada gilirannya Lincoln digunakan untuk mengembangkan jenis berikutnya, yang dinamai New (atau Dishley) Leicester. Domba ini tidak bertanduk dan memiliki tubuh yang persegi dan gemuk dengan garis atas yang lurus. Domba-domba ini diekspor secara luas dan telah berkontribusi pada berbagai jenis domba modern. Di bawah pengaruhnya, para peternak Inggris mulai mengembangbiakkan sapi untuk digunakan sebagai daging sapi. Sapi dara bertanduk panjang disilangkan dengan sapi jantan Westmoreland untuk menciptakan sapi Dishley Longhorn.
Padang rumput semi-alami dan tidak subur yang dibentuk oleh metode pertanian tradisional di Eropa dikelola dengan merumput dan memotong. Karena dampak ekologis dari strategi pengelolaan lahan ini mirip dengan dampak gangguan alam seperti kebakaran hutan, sistem pertanian ini memiliki banyak karakteristik yang menguntungkan dengan habitat alami, termasuk mempromosikan keanekaragaman hayati. Strategi ini menurun di Eropa saat ini karena intensifikasi pertanian. Metode mekanis dan kimiawi yang digunakan menyebabkan keanekaragaman hayati menurun.
Diasdur dari: en.wikipedia.org