Teknik Mesin

Motor Bakar Pembakaran Dalam

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Mesin pembakaran dalam adalah sebuah mesin yang sumber tenaganya berasal dari pengembangan gas-gas panas bertekanan tinggi hasil pembakaran campuran bahan bakar dan udara, yang berlangsung di dalam ruang tertutup dalam mesin, yang disebut ruang bakar (combustion chamber).

"Mesin pembakaran dalam" sendiri biasanya merujuk kepada mesin yang parannya dilakukan secara berselang-seling. Yang termasuk dalam mesin pembakaran dalam adalah mesin empat tak dan mesin dua tak, dan beberapa tipe mesin lainnya, misalnya mesin enam tak dan juga mesin wankel. Selain itu, mesin jet dan beberapa mesin roket termasuk dalam mesin pembakaran dalam.

Mesin pembakaran dalam agak berbeda dengan mesin pembakaran luar (contohnya mesin uap dan mesin Stirling), karena pada mesin pembakaran luar, energinya tidak disalurkan ke fluida kerja yang tidak bercampur dengan hasil pembakaran. Fluida kerja ini dapat berupa udara, air panas, air bertekanan, atau cairan natrium yang dipanaskan di semacam boiler.

Sebuah mesin piston bekerja dengan membakar bahan bakar hidrokarbon atau hidrogen untuk menekan sebuah piston, sedangkan sebuah mesin jet bekerja dengan panas pembakaran yang mendorong bagian dalam nozzle dan ruang pembakaran, sehingga mendorong mesin ke depan.

Secara kontras, sebuah mesin pembakaran luar seperti mesin uap, bekerja ketika proses pembakaran memanaskan fluida yang bekerja terpisah, seperti air atau uap, yang kemudian melakukan kerja.

Mesin jet, kebanyakan roket dan banyak turbin gas termasuk dalam mesin pembakaran dalam, tetapi istilah "mesin pembakaran dalam" sering kali menuju ke "mesin piston", yang merupakan tipe paling umum mesin pembakaran dalam.

Mesin pembakaran dalam ditemukan di Cina, dengan penemuan kembang api pada Dinasti Song. Mesin pembakaran dalam resiprokat (mesin piston) ditemukan oleh Samuel Morey yang menerima paten pada 1 April.

Tipe-tipe mesin pembakaran dalam

Mesin dapat diklasifikasikan dalam banyak macam: siklus mesin yang digunakan, layout yang dipakai, sumber energi, penggunaan mesin, atau dari sistem pendinginnya.

Konfigurasi mesin

Mesin pembakaran dalam dapat dikelompokkan berdasarkan konfigurasinya.

Layout mesin yang umum adalah:

Mesin piston:

Mesin rotari:

Pembakaran terus-menerus:

Cara kerja

Siklus empat-tak (atau siklus Otto)
1. Masukan
2. Kompresi
3. Pembakaran
4. Pembuangan

Seperti namanya, mesin pembakaran dalam 4 tak mempunyai 4 tahap dasar yang terus diulangi setiap 2 putaran mesin:

(1) Siklus masukan (2) Siklus kompresi (3) Siklus pembakaran (4) Sillus pembuangan

1. Siklus masukan: Siklus yang pertama dari mesin pembakaran dalam disebut dengan siklus masukan karena pada saat ini, posisi piston berpindah ke bawah silinder. Membukanya klep menyebabkan perubahan posisi piston, dan campuran bahan bakar yang sudah diuapkan memasuki ruang bakar. Di akhir siklus ini, klep masukan tertutup.

2. Siklus kompresi: Di siklus ini, kedua klep tertutup dan pistonnya kembali bergerak ke atas ke volume minimum, sehingga menekan campuran bahan bakar. Selagi proses penekanan, tekanan, suhu, dan kepadatan campuran bahan bakar meningkat.

3. Siklus pembakaran: Ketika pistonnya mencapai volume minimum, lalu busi akan memantikkan api lalu campuran bahan bakar pun terbakar. Terbakarnya bahan bakar ini memberikan tenaga pada piston sehingga piston kembali bergerak ke bawah dan menggerakkan crankshaft.

4. Siklus pembuangan: Di akhir siklus pembakaran, maka klep buang pun membuka. Selama siklus ini, pistonnya kembali bergerak ke atas menuju volume silinder minimum. Ketika klep buangan membuka, maka gas sisa pembakaran keluar dari silinder. Di akhir siklus ini, klep buangan menutup, klep masukan kembali membuka, dan siklus ini dimulai dari awal lagi.

Pembakaran

Semua mesin pembakaran dalam bergantung pada pembakaran dari bahan bakar kimia, yang biasanya dibakar dengan campuran oksigen dari udara (memungkinkan juga untuk menginjeksikan nitrogen oksida, yang gunanya untuk mendapatkan tenaga tambahan). Proses pembakaran ini menghasilkan panas dalam jumlah besar, ditambah dengan bahan kimia lain misalnya karbon dioksida.

Bahan bakar yang paling umum digunakan saat ini tersusun dari hidrokarbon yang berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil mencakup bahan bakar dieselbensinLPG, dan juga propana. Mesin yang bahan bakarnya menggunakan bensin, mereka juga dapat menggunakan bahan bakar natural gas atau LPG tanpa perlu banyak perubahan.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Motor Bakar Pembakaran Dalam

Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025


Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI) adalah salah satu fakultas termuda di Universitas Indonesia yang mempelajari tentang Ilmu Farmasi. Fakultas Farmasi adalah bagian dari Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia.

Sejarah

Fakultas Farmasi merupakan fakultas terbaru di UI yang didirikan berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor 2408A/SK/R/2011 tanggal 29 November 2011. Fakultas ini sebelumnya merupakan bagian dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dalam wujud Departemen Farmasi.

Jurusan Farmasi FMIPA UI didirikan dan mulai menerima mahasiswa angkatan pertama pada bulan September 1965. Jurusan yang semula berlokasi di Jl. Diponegoro Jakarta Pusat ini, tergabung dalam satu fakultas yang awalnya bernama Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) yang kemudian berdasarkan Kepres No. 44 tahun 1982 berubah menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 1971-1977 Jurusan Farmasi berlokasi di belakang Fakultas Ekonomi UI Jl. Salemba Raya 4 Jakarta Pusat, dan tahun 1977-1987 menempati gedung di belakang gedung Rektorat UI Jl. Salemba Raya 4 Jakarta Pusat.

Pada tahun 1987, Jurusan Farmasi menempati gedung D FMIPA UI bersama Jurusan Matematika di Kampus Baru Universitas Indonesia Depok. Sejak tahun 2000, disamping menempati gedung D, kegiatan administrasi Departemen Farmasi dipusatkan di Gedung C.

Pada saat kepindahan ke Depok (tahun 1987), Jurusan Farmasi baru mengelola Program S1 dan Program Apoteker dengan jumlah mahasiswa l.k. 200 orang dan jumlah dosen 30 orang.

Dewasa ini Jurusan Farmasi mengelola 4 program studi, yaitu:

  • Program pendidikan sarjana farmasi
  • Program pendidikan apoteker/farmasis
  • Program pendidikan magister ilmu kefarmasian
  • Program pendidikan magister ilmu herbal
  • Program pendidikan doktor ilmu kefarmasian

Berdasarkan Keputusan Majelis Wali Amanah Universitas Indonesia Nomor 01/SK/MWA-UI/2003 tanggal 18 Januari 2003 tentang Anggaran Rumah Tangga UI, maka Jurusan Farmasi FMIPA UI telah disesuaikan namanya menjadi Departemen Farmasi FMIPA UI.

Selanjutnya guna menunjang pendirian Rumpun Ilmu Kesehatan yang terintegrasi di dalam lingkungan UI, maka berdasarkan Keputusan Rektor Nomor 2408A/SK/R/2011 tanggal 29 November 2011 tentang Pembukaan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, maka Departemen Farmasi FMIPA UI berubah menjadi Fakultas Farmasi UI.

Program studi

Pada jenjang S1 program studi farmasi terdapat program Sarjana Reguler, kelas paralel dan Kelas Ekstensi.Untuk Jenjang Profesi terdapat program profesi Apoteker. Pada Jenjang S2 terdapat Pascasarjana Ilmu Kefarmasian yang terdiri dari peminatan teknologi farmasi, peminatan kimia farmasi/kimia medisinal, peminatan biologi farmasi dan peminatan farmasi klinik.

Berikut ini program studi FF menurut acuan matriks KKNI:

Keterangan:

  Setara dengan KKNI Level 6

  Setara dengan KKNI Level 7

  dan   Setara dengan KKNI Level 8

  Setara dengan KKNI Level 9

Sarjana
Farmasi
(S.Farm.)Profesi
Apoteker
(Apt.)Magister
Ilmu Kefarmasian
(M.Farm.)Magister
Herbal
(M.Si.)Doktor
Ilmu Kefarmasian
(Dr.)

Guru Besar

Guru besar atau sebutan lain professor (Prof.) merupakan jabatan akademik tertinggi yang bisa dicapai oleh seorang dosen di perguruan tinggi dan mencerminkan kepakaran seorang dosen di dalam bidang ilmunya. Persyaratan untuk menjadi guru besar harus memenuhi kriteria Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat). Seorang calon guru besar diusulkan dari Universitas Indonesia kepada kementerian yang mengurusi pendidikan tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendiikan Tinggi Indonesia apabila telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Dalam PP 66 Tahun 2013 tentang Statuta UI, Dewan Guru Besar UI bertugas yang menjalankan fungsi pengembangan keilmuan, penegakan etika, dan pengembangan budaya akademik. Berikut ini adalah daftar guru besar Fakultas Farmasi UI:

NoNama Guru BesarKepakaranTahun Dilantik1Prof. Dr. Endang Hanani, M.S., Apt.Fitokimia dan Farmakognosi20072Prof. Dr. Effionora Anwar, M.S. Apt.Teknologi Farmasi20083Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.S., Apt.Ilmu Farmasi20094Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si., Apt.Kimia Farmasi20105Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Apt.Mikrobiologi dan Bioteknologi20126Prof. Dr. Harmita, Apt.Kimia Farmasi20147Prof. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt.Fitokimia dan Farmakognosi20148Prof. Dr. Amarila Malik, M.Si., Apt.Mikrobiologi dan Bioteknologi20149Prof. Dr. Arry Yanuar, M.Si., Apt. Kimia Farmasi201910Prof. Dr. Abdul Mun'im, M.Si., Apt.Fitokimia dan Farmakognosi201911Prof. Dr. Retnosari Andrajati, M.S., Apt.Farmasi Klinis202012Prof. Dr. Hayun, M.Si., Apt.Kimia Farmasi2020

 

Sumber: Wikipedia

Selengkapnya
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Antropologi

Pemburu dan Peramu

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Masyarakat pemburu dan peramu (atau pemburu-peramu) adalah suatu masyarakat yang metode bertahan hidup utamanya ialah memburu atau meramu secara langsung binatang dan tumbuh-tumbuhan liar yang dapat dimakan, tanpa usaha-usaha yang nyata untuk membudidayakannya (domestikasi) terlebih dahulu. Umumnya masyarakat pemburu dan peramu memperoleh sebagian besar makanan dan keperluan lainnya dari hasil meramu dibandingkan dengan berburu. Sekitar 80% makanan yang diperoleh merupakan hasil meramu. Garis batas antara masyarakat pemburu-peramu dengan jenis masyarakat lainnya yang lebih mengandalkan makanannya pada kegiatan domestikasi (pertanian dan peternakan) kadang-kadang tidak terlalu jelas mengingat masih terdapat bentuk-bentuk masyarakat yang menggunakan gabungan kedua cara tersebut untuk mendapatkan bahan makanan yang diperlukan dalam usaha mereka untuk mempertahankan hidupnya.

Karakteristik umum

Struktur sosial

Masyarakat pemburu-peramu secara tradisional hidup dengan cara berpindah-pindah tempat, dan cenderung memiliki prinsip egaliter dari setiap anggota kelompoknya. Umumnya meraka hidup di suatu wilayah dengan tingkat kepadatan populasi yang rendah dalam kelompok-kelompok kecil atau yang disebut sebagai kawanan (band). Jumlah anggota yang cukup sedikit dalam setiap kelompok tersebut membantu mereka saling mengenal setiap orang dengan baik, tidak ada kepemimpinan politik formal ataupun spesialisasi ekonomi yang membatasi mereka. Anggota-anggota di setiap kawanan tidak memperlihatkan perbedaan besar dalam hal kepemilikan harta, tetapi mereka memiliki perbedaan secara individual dalam hal kemampuan dan kepribadian. Contoh masyarakat dalam bentuk kawanan ialah !Kung dari Gurun Kalahari Afrika, Indian Ache dan Sirionó di Amerika Selatan, penduduk Kepulauan Andaman di Teluk Benggala, kelompok Pigmi di hutan-hutan khatulistiwa Afrika, dan Indian Machiguengan dari Peru.

Kehidupan

Banyak dari para kelompok pemburu-peramu melakukan perdagangan berbagai jenis bahan mentah kepada masyarakat yang telah menetap di dekat wilayah mereka untuk mendapatkan bahan-bahan yang berbeda dan sebagai strategi untuk bertahan hidup. Para pemburu-peramu menawarkan, daging, madu, resin dan hasil hutan lainnya yang mereka buru dan kumpulkan kepada para petani di desa-desa dekat mereka untuk ditukar dengan bahan pangan yang dibudi daya oleh penduduk desa. Contoh-contoh interaksi ini diantaranya dilakukan oleh para pemburu bison di padang rumput dengan para petani Pueblo di Amerika Serikat Barat Daya, para pemburu Semang dan petani Melayu di Semenanjung Malaysia, Suku Pigmi di Afrika dengan petani Bantu, orang-orang Agta dan kelompok petani di Filipina.

Bagi sebagian kelompok kecil pemburu-peramu dalam mengatasi kekurangan makanan musiman salah satunya ialah dengan mengumpulkan makanan dalam jumlah besar. Metode ini dilakukan oleh beberapa kelompok pemburu-peramu seperti Suku Ainu di Jepang, Suku Indian di pesisir barat laut pasifik, Shoshoni di Great Basin, dan sejumlah masyarakat Arktika. Di masa musim paceklik tersebut, terkadang mereka berkumpul dengan anggota kelompok lain dan menjadikanya sebagai sarana untuk mengadakan pesta atau ritual tahunan, pernikahan, maupun peristiwa lain dalam kehidupan sosial berkelompok.

Beberapa masyarakat tradisional yang merupakan pemburu peramu maupun petani dengan skala kecil yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya adalah:

  • Papua dan pulau-pulau sekitarnya; Dani, fayu, Daribi, Enga, Fore, Tsembaga Maring, Hinihon, Kepulauan Mailu, Kepulauan Trobriand, dan Kaulong.
  • Australia; Ngarinyin, Yolngu, Sandbeach, Yuwaaliyaay, Kunai, Pitjantjatjara, Wiil dan Minong.
  • Eurasia; Agta, Ainu, Kepulauan Andaman, Kirghiz, Nganasan,
  • Afrika; Hadza, !Kung, Nuer, Pigmi Afrika (Mbuti, Aka), Turkana.
  • Amerika Utara; Calusa, Chumash daratan, Chumash pulau, Iñupiat, Inuit North Slope Alaska, Shoshone Great Basin, dan Indian Pantai Barat Laut.
  • Amerika Selatan; Ache, Machiguenga, Piraha, Siriono, dan Yanomamo.

Penyakit

Berbagai kategori penyakit bagi masyarakat tradisional seperti kelompok pemburu peramu sangat bervariasi, bergantung pada gaya hidup, lokasi geografi, serta usia. Gaya hidup masyarakat tradisional yang jauh lebih mengutamakan ketangguhan fisik menjadikan masyarakat tradisional lebih rentan terhadap penyakit-penyakit degeneratif pada usia berapa pun. Penyakit-penyakit yang langka atau tidak pernah terjadi pada masyarakat tradisional adalah penyakit-penyakit yang saat ini sering menyerang masyarakat modern dan menyebabkan kematian seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, strok, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kanker.

Penyakit-penyakit khas masyarakat tradisional seperti pada masyarakat pemburu-peramu biasanya adalah malaria, demam yang disebabkan oleh sengatan hewan artropoda, disentri dan penyakit-penyakit pada pencernaan, penyakit-penyakit yang menggangu pernafasan, serta infeksi kulit.

Selang penjelajahan yang dilakukan oleh para penjelajah barat ke wilayah pedalaman masyarakat tradisional, mulai menimbulkan penyakit baru yang menyerang masyarakat tradisional yaitu penyakit menular seperti; difteri, campak, flu, gondongan, batuk rejan, rubela atau campak jerman, herpes zoster (cacar api), dan tifoid. Penyakit-penyakit menular tersebut merupakan epidemi akut, banyak orang di satu wilayah jatuh sakit dalam waktu yang singkat dan dengan cepat pulih atau mati, kemudian penyakit tersebut menghilang di daerah tersebut selama setahun atau lebih.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Pemburu dan Peramu

Ekonomi dan Bisnis

Rekayasa Ulang Proses Bisnis (BPR): Mengubah Efisiensi dan Efektivitas

Dipublikasikan oleh Afridha Nu’ma Khoiriyah pada 18 Februari 2025


Rekayasa ulang proses bisnis (BPR) adalah pendekatan manajemen strategis yang bertujuan untuk mendesain ulang dan meningkatkan proses bisnis inti organisasi secara radikal. Ini adalah metodologi yang berfokus pada pencapaian peningkatan yang signifikan dalam hal efisiensi, produktivitas, kualitas, dan kepuasan pelanggan. Dalam blog ini, kami akan membahas konsep dan prinsip utama BPR dan bagaimana BPR berkontribusi terhadap transformasi perusahaan.

Memahami rekayasa ulang proses bisnis (BPR)
BPR bukan hanya tentang membuat perubahan tambahan atau mengoptimalkan proses yang sudah ada; BPR adalah tentang menata ulang cara kerja dan menerapkan transformasi radikal. Prinsip-prinsip dasar BPR meliputi:

  • Pendekatan yang berpusat pada proses: BPR berpusat pada pemahaman, analisis, dan desain ulang proses yang penting bagi operasi organisasi. Proses-proses ini dapat menjangkau berbagai departemen dan fungsi.
  • Desain ulang radikal: BPR mendorong organisasi untuk memulai dengan catatan yang bersih dan mempertanyakan setiap aspek dari proses mereka. Hal ini sering kali melibatkan penghilangan langkah-langkah yang tidak bernilai tambah, mengotomatisasi tugas-tugas, dan menyederhanakan alur kerja.
  • Fokus pada pelanggan: BPR sangat menekankan pada pemenuhan dan melampaui harapan pelanggan. BPR berusaha menyelaraskan proses dengan kebutuhan dan preferensi nasabah.
  • Efisiensi dan efektivitas: Tujuan utama BPR adalah meningkatkan efisiensi dengan mengurangi pemborosan dan ketidakefisienan serta meningkatkan efektivitas dengan memberikan hasil yang lebih baik.
  • Pemberdayaan teknologi: BPR sering memanfaatkan teknologi untuk menyederhanakan proses, mengotomatisasi tugas-tugas yang berulang, dan memfasilitasi pengambilan keputusan berbasis data.
  • Tim lintas fungsional: Proyek BPR biasanya melibatkan tim lintas fungsi yang berkolaborasi untuk mendesain ulang dan mengimplementasikan proses.

Elemen-elemen utama rekayasa ulang proses bisnis

Inisiatif BPR yang sukses biasanya menggabungkan beberapa elemen kunci:

  • Identifikasi proses: Mengidentifikasi proses yang perlu direkayasa ulang adalah langkah pertama. Perusahaan harus memprioritaskan proses yang memiliki dampak paling signifikan terhadap tujuan mereka.
  • Analisis proses: Analisis mendalam terhadap proses yang ada dilakukan untuk mengidentifikasi kemacetan, inefisiensi, dan area yang perlu ditingkatkan.
  • Desain ulang: Mendesain ulang proses melibatkan pembuatan proses baru yang lebih baik yang menggabungkan praktik terbaik, otomatisasi, dan peningkatan efisiensi.
  • Integrasi teknologi: Mengintegrasikan solusi teknologi, seperti perangkat lunak dan alat otomatisasi, untuk mendukung proses yang didesain ulang merupakan langkah penting.
  • Manajemen perubahan: Mengelola aspek manusia dalam perubahan sangatlah penting. Karyawan harus dilibatkan, dilatih, dan dimotivasi untuk menerima proses yang baru.
  • Pengukuran kinerja: Menetapkan metrik kinerja dan indikator kinerja utama (KPI) untuk menilai efektivitas proses yang dirancang ulang.
  • Perbaikan berkesinambungan: BPR bukanlah upaya sekali jadi, melainkan sebuah komitmen yang berkelanjutan untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan.

Manfaat rekayasa ulang proses bisnis

Menerapkan BPR dapat menghasilkan berbagai manfaat bagi perusahaan, termasuk:

  • Pengurangan biaya: BPR dapat menghasilkan penghematan biaya yang signifikan dengan menghilangkan pemborosan dan meningkatkan alokasi sumber daya.
  • Peningkatan efisiensi: Proses yang disederhanakan dan otomatisasi menghasilkan alur kerja yang lebih cepat dan efisien.
  • Peningkatan kualitas: Proses yang disempurnakan sering kali menghasilkan produk dan layanan yang lebih berkualitas.
  • Peningkatan kepuasan pelanggan: Menyelaraskan proses dengan kebutuhan pelanggan menghasilkan pengalaman dan kepuasan pelanggan yang lebih baik.
  • Keunggulan kompetitif: Organisasi yang menjalani BPR yang sukses mendapatkan keunggulan kompetitif dengan memberikan produk atau layanan yang lebih baik secara lebih efisien.
  • Inovasi: BPR mendorong budaya inovasi dan pemecahan masalah secara kreatif.
  • Penyelarasan strategis: BPR memastikan bahwa proses-prosesnya selaras dengan tujuan strategis perusahaan.

Tantangan rekayasa ulang proses bisnis

Meskipun BPR menawarkan manfaat yang besar, BPR juga memiliki beberapa tantangan, antara lain:

  • Resistensi terhadap perubahan: Karyawan mungkin menolak perubahan radikal terhadap proses yang sudah ada.
  • Sumber daya yang Intensif: BPR dapat membutuhkan investasi yang signifikan dalam hal waktu, uang, dan keahlian.
  • Risiko kegagalan: Proyek BPR dapat gagal jika tidak dijalankan dengan benar, yang menyebabkan pemborosan sumber daya dan terganggunya operasional.
  • Terlalu menekankan pada teknologi: Terlalu fokus pada teknologi dapat menyebabkan pengabaian aspek manusia dan budaya BPR.

Kesimpulan

Rekayasa ulang proses bisnis adalah metodologi yang ampuh yang dapat mengubah organisasi dengan merevolusi cara kerja. Dengan mengambil pendekatan yang berpusat pada proses, merangkul teknologi, dan menyelaraskan dengan kebutuhan pelanggan, perusahaan dapat mencapai peningkatan substansial dalam efisiensi, efektivitas, dan daya saing. BPR mewakili komitmen terhadap inovasi yang berkelanjutan dan kemauan untuk menantang status quo untuk mencapai keunggulan.

Disadur dari: mbahub.in

Selengkapnya
Rekayasa Ulang Proses Bisnis (BPR): Mengubah Efisiensi dan Efektivitas

Perindustrian

Industrialisasi di Indonesia

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan di mana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.

Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia di mana manusia mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi). Menurut para peniliti ada faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan pengembangan perusahaan. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya.

Negara pertama yang melakukan industrialisasi adalah Inggris ketika terjadi revolusi industri pada abad ke 18.

Pada akhir abad ke 20, Negara di Asia Timur telah menjadi bagian dunia yang paling banyak melakukan industrialisasi.

Deskripsi Industrialisasi

Menurut klasifikasi Jean Fourastie, sebuah ekonomi terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi sumber daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan bagian ketiga sebagai industri layanan. Proses Industrialisasi didasarkan pada perluasan bagian kedua yang kegiatan ekonominya didominasi oleh kegiatan bagian pertama.

Revolusi Industri pertama terjadi pada pertengahan abad ke 18 sampai awal abad ke 19 di daerah Eropa Barat, Amerika Utara, dimulai pertama kali di Inggris. Revolusi Industri kedua terjadi pada pertengahan abad ke 19 setelah penemuan mesin uap, listrik, mesin pembakaran dalam (tenaga fosil) dan pembangunan kanal kanal, rel kereta api sampai ke tiang listrik.

Dampak Sosial dan Lingkungan

  1. Urbanisasi

Terpusatnya tenaga kerja pada pabrik – pabrik di suatu daerah, sehingga daerah tersebut berkembang menjadi kota besar.

  1. Eksploitasi tenaga kerja

Pekerja harus meninggalkan keluarga agar bisa bekerja di mana industri itu berada.

  1. Perubahan pada struktur keluarga

Perubahan struktur sosial berdasarkan pada pola pra industrialisasi di mana suatu keluarga besar cenderung menetap di suatu daerah. Setelah industrialisasi keluarga biasanya berpindah pindah tempat dan hanya terdiri dari keluarga inti (orang tua dan anak – anak). Keluarga dan anak – anak yang memasuki kedewasaan akan semakin aktif berpindah pindah sesuai tempat di mana pekerjaan itu berada.

  1. Lingkungan hidup

Industrialisasi menimbulkan banyak masalah penyakit. Mulai polusi udara, air, dan suara, masalah kemiskinan, alat alat berbahaya, kekurangan gizi. Masalah kesehatan di Negara industri disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial politik, budaya dan juga patogen (mikroorganisme penyebab penyakit)

Industrialisasi di Indonesia

Industrialisasi di Indonesia semakin menurun semenjak krisis ekonomi tahun 1998. Kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak memiliki modal untuk melakukan investasi pada industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil produksi industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia dikuasai oleh produk produk asing.

Faktor-faktor pembangkit Industri Indonesia

Adapun faktor-faktor pembangkit industri di Indonesia, antara lain:

  1. Struktur organisasi

Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukan impor. Sebagai pihak yang membawa,mengubah, mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.

  1. Ideologi

Perlu sikap dalam menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganut tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.

  1. Kepemimpinan

Pemimpin dan elit politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Faktor penghambat Industri Indonesia

Faktor-faktor yang menjadi penghambat industri di Indonesia meliputi:

  1. Keterbatasan teknologi

Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektivitas dan kemampuan produksi.

  1. Kualitas sumber daya manusia

Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.

  1. Keterbatasan dana pemerintah

Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi

Dampak Industrialisasi di Indonesia

Teknologi memungkinkan negara tropis seperti Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan hutan untuk meningkatkan devisa negara dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan di Indonesia berarti hilang juga tanaman - tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat dan juga fauna langka yang hidup di ekosistem hutan tersebut.

Dibalik kesuksesan Indonesia dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam cadangan sumber daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan. Pada kota kota yang sedang berkembang seperti Gresik, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, Lhoksumawe, bahkan hampir seluruh kota kota di pulau Jawa sudah mengalami peningkatan suhu udara, Walaupun daerah tersebut tidak pesat perkembangan industrinya.

Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya. mengelompokkan pecemaran atas dasar:

  1. Bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik, dan budaya.
  2. Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah, makanan, dan sosial.
  3. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk primer dan sekunder.

 

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Industrialisasi di Indonesia

Farmasi

Program Studi Sarjana Sains dan Teknologi Farmasi

Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025


Program studi Sains dan Teknologi Farmasi adalah bagian dari Sekolah Farmasi ITB yang lebih berorientasi pada pengembangan produk kefarmasian. Prodi ini mengkaji berbagai aspek yang berhubungan dengan ”sediaan farmasi” mulai dari pencarian atau penciptaan, pengembangan bahan baku sampai menjadi sediaan farmasi yang siap digunakan, seperti obat-obatan, jamu atau produk kosmetika.

Ilmu yang akan teman-teman pelajari dalam prodi ini terkait sangat erat dengan dunia industri farmasi. Tentunya karena tingkat kecanggihan alat-alat yang digunakan pada industri farmasi ini, pelaksanaan dan pengembangannya harus berdasarkan penelitian yang canggih. Sehingga, prodi ini pun akan sangat cocok bagi teman-teman yang suka meneliti. Di bidang teknologi, teman-teman bisa meneliti tentang obat dan penyembuhan penyakit berbasis DNA. Di bidang kimia medisinal, teman-teman bisa meneliti senyawa obat baru. Di bidang fitokimia, teman-teman bisa meneliti pengaruh senyawa dari tanaman terhadap gangguan fisiologi pada tubuh dan banyak lagi lainnya. Di bidang farmakologi, teman-teman bisa meneliti tentang mekanisme kerja obat terhadap tubuh. Bahkan bagi yang suka komputer, teman-teman dapat melakukan riset permodelan suatu senyawa obat baru melalui program komputer.

Prospek Kerja

Seorang lulusan prodi Sains dan Teknologi Farmasi diharapkan menguasai dan mampu menerapkan serta mengembangkan sains dan teknologi farmasi untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan di produksi, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan produk-produk farmasi. Prospek kerja lulusan STF sangat luas diantaranya :

  • Bidang Industri Obat-obatan dan Produk Biologi
    Bidang pekerjaan yang dilakukan sangat bervariasi variatif, dari jajaran marketing, produksi, pengembangan produk, pengawasan dan penjaminan mutu, pergudangan, hingga kehumasan. Contoh : Sanbe Farma, Kalbe Farma, Bio Farma, Kimia Farma, Bayer, dsb.
  • Bidang Industri Makanan
    Berbekal pengetahuan tentang pembuatan obat yang baik, sarjana farmasi dapat menguasai pekerjaan di bidang industri makanan, sebab syarat pembuatan produk makanan relatif lebih sederhana dibandingkan produk obat. Contoh: Nestle, Wingsfood, Indofood, Ultra, dsb.
  • Bidang Industri Kosmetik. Contoh : Sari Ayu, Mustika Ratu.
  • Industri perbekalan rumah tangga dan kesehatan seperti : Unilever, dan P&G
  • Industri jamu dan obat tradisional seperti : Air mancur, Borobudur, Sido muncul
  • Bidang Riset dan Pendidikan, seperti Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
  • Bidang Perdagangan
    Sektor perdagangan obat dan alat kesehatan juga membutuhkan sarjana farmasi karena produk obat-obatan dan alat kesehatan harus memenuhi standar keamanan, efikasi, dan kualitas.

sumber: itb.ac.id

Selengkapnya
Program Studi Sarjana Sains dan Teknologi Farmasi
« First Previous page 697 of 1.069 Next Last »