Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Gaya Hindia Baru (bahasa Belanda: Nieuwe Indische Bouwstijl) adalah sebuah gaya arsitektur modern yang digunakan di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) antara akhir abad ke-19 hingga sebelum Perang Dunia II abad ke-20. Gaya Hindia Baru pada dasarnya adalah arsitektur modern awal (barat) (misalnya Rasionalisme dan Art Deco), yang menerapkan elemen arsitektur lokal seperti atap yang lebar atau atap yang menonjol sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan iklim tropis Indonesia.
Meskipun Gaya Hindia Baru secara khusus merujuk pada gerakan Rasionalisme Belanda yang muncul di Indonesia pada tahun 1910-an, untuk tujuan mencakup banyak gaya arsitektur yang muncul selama periode modern awal yang singkat, istilah ini digunakan sebagai istilah umum untuk semua gaya arsitektur yang muncul antara akhir abad ke-19 hingga abad ke-20 sebelum Perang Dunia II.
Sejarah
Upaya untuk mensintesiskan arsitektur Belanda dengan arsitektur lokal Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-18. Pemeliharaan yang berat terhadap bangunan-bangunan bergaya Belanda abad ke-17 di daerah tropis telah memaksa Belanda untuk mengikuti contoh dari arsitektur asli Indonesia. Upaya ini pertama kali muncul di rumah-rumah pedesaan Hindia Belanda pada abad ke-18 dan ke-19, sebuah gaya yang secara akademis dikenal sebagai Gaya Indo-Eropa (Indo-Europian) atau Gaya Hindia (Indisch Stijl), juga Gaya Hindia Lama (Oud Indische Stijl) untuk membedakannya dengan gaya yang lebih baru.
Kelahiran Gaya Hindia Baru terkait dengan pengenalan bahan bangunan baru, kebangkitan Modernisme dan pengenalan Undang-Undang Agraria 1870 di Jawa. Undang-undang baru ini membuka Jawa untuk orang asing, memungkinkan mereka untuk mendirikan perusahaan swasta di Hindia Belanda. Jenis bangunan, pengembangan, dan standar baru harus diterapkan di Hindia Belanda. Pemerintah kolonial, di bawah Departement voor Burgerlijke Openbare Werken (Departemen Pekerjaan Umum), mengembangkan standar baru untuk konstruksi bangunan seperti rumah sakit, sekolah, balai kota, kantor pos, dan utilitas publik lainnya, untuk mempertimbangkan iklim lokal (tropis) sebagai sarana untuk mengurangi biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan bangunan. Salah satu contoh paling awal adalah Kantor Syahbandar di Semarang yang dibangun pada awal abad ke-19.
Yang juga mempengaruhi Gaya Hindia Baru adalah generasi baru arsitek Belanda, yang dilatih di Belanda, yang pergi ke Hindia Belanda untuk memperkenalkan Modernisme. Pada tahun 1910-an, arsitek Belanda mulai bereksperimen dengan bahan baru pada bentuk tradisional Belanda sambil mengembangkan arsitektur yang ramah tropis, menjembatani evolusi arsitektur antara Tradisionalis dan Modernis di Hindia Belanda.
Tahun 1920-an dan 1930-an merupakan masa kemunculan Modernisme di Hindia Belanda. Ciri khasnya adalah atap datar dan bentuk kubus, dengan sedikit pertimbangan terhadap daerah tropis. Ornamen Art Deco terkadang dimasukkan ke dalam desain. Albert Frederik Aalbers adalah salah satu perwakilan dari gerakan Modern di Indonesia sebelum Perang Dunia Kedua. Karyanya dicirikan oleh elevasi yang bersih, fungsionalis, yang sering menampilkan garis lengkung, dan tidak adanya ornamen eksternal dan perangkat dekoratif murni lainnya.
Pada periode yang sama, Nasionalisme diwujudkan dalam pencarian gaya arsitektur baru - yang mencerminkan identitas budaya wilayah tersebut. Beberapa arsitek mulai meredam etos Modernis dengan memasukkan elemen arsitektur asli, sehingga menciptakan gaya arsitektur modern yang khas Indonesia. Maclaine Pont dan Thomas Karsten adalah eksponen terkemuka di sini.
Arsitektur
Istilah Gaya Hindia Baru merujuk secara khusus pada jenis arsitektur yang muncul pada tahun 1910-an di Hindia Belanda. Selama masa transisi singkat di awal abad ke-20, gaya ini hidup berdampingan dengan varian arsitektur Modern lainnya di Hindia Belanda: Art Deco, arsitektur Ekspresionis, Nieuwe Zakelijkheid, dll. Gaya-gaya ini mewakili kemajuan teknologi selama periode singkat sebelum Perang Dunia II.
Gaya Hindia Baru
Di Indonesia, istilah Gaya Hindia Baru adalah istilah yang diterima secara akademis untuk Rasionalisme Belanda. Sama halnya dengan Rasionalisme Belanda, gaya ini merupakan hasil dari upaya untuk mengembangkan solusi baru untuk mengintegrasikan preseden tradisional (klasisisme) dengan kemungkinan teknologi baru. Gaya ini dapat digambarkan sebagai gaya transisi antara Tradisionalis (gaya Kerajaan Hindia Belanda) dan Modernis. Di Belanda, gaya ini sangat dipengaruhi oleh desain Berlage; hal ini juga tercermin di Indonesia.
Secara karakteristik, Gaya Hindia Baru mirip dengan Rasionalisme Belanda dengan penggunaan lengkungan yang terinspirasi dari gaya Romawi dengan tetap menjaga keteraturan bentuk Klasikis tradisional. Bentuknya mulai menunjukkan pendekatan fungsional; dekorasi dikurangi. Perbedaannya dengan versi Barat adalah bahwa di Hindia Belanda, bangunan-bangunannya dicat putih, kontras dengan bata yang dominan seperti di Belanda. Perbedaan lainnya adalah atap atap yang berlebihan yang membentuk overhang yang signifikan yang melindungi bukaan apapun, sebuah gaya yang tidak muncul pada versi Belanda.
Gaya Hindia Baru menggunakan konsep 'fasad ganda' yang diwujudkan dalam galeri tertutup. Galeri tertutup tidak hanya diterapkan di lantai dasar tetapi juga di lantai dua. Fasad ganda melindungi fasad dari curah hujan yang tinggi dan sinar matahari yang kuat, sebuah fitur penting dari desain tropis. Bukaan yang luas dalam bentuk beberapa pintu atau jendela yang tinggi dilakukan untuk memungkinkan ventilasi silang untuk mendinginkan interior.
Art Deco dan Nieuwe Bouwen
Art Deco di Hindia Belanda juga dipengaruhi oleh Art Deco di Belanda. Art Deco berevolusi dari Rasionalisme tipe Berlage sebelumnya. Ciri khasnya adalah warna yang kaya, bentuk geometris yang berani dan ornamen. Bentuknya simetris dan memancarkan kemajuan teknologi dan kemewahan. Salah satu contoh awal Art Deco muncul pada desain Stasiun Semarang Poncol (1914). Contoh bangunan dengan gaya ini adalah bekas kantor pusat KPM karya Ghijsels (1917) dan Jaarbeurs karya Schoemaker (1920). Gedung Sate karya Gerber menunjukkan pertimbangan arsitek lokal dalam bentuk atapnya.
Variasi lain pada periode ini adalah Amsterdam School, bagian dari gerakan internasional Ekspresionisme yang muncul sekitar tahun 1920-an. Popularitas gaya ini tidak seluas di Belanda, namun mempengaruhi detail bangunan di Hindia Belanda. Salah satu bentuk Amsterdam School tampak pada Balai Kota Cirebon (1926) karya J.J. Jiskoot dengan bentuk-bentuk distorsi yang ekspresif yang menjadi ciri khas gaya Amsterdam School.4 Pengaruh Amsterdam School juga tampak pada bangunan-bangunan yang didesain oleh Schoemaker yang sering berkolaborasi dengan para pemahat: Relief ekspresif Grand Preanger Hotel (1929) dan patung-patung di Bandung Jaarbeurs (1920).
Kemudian antara tahun 1920 dan 1940, Art Deco berevolusi menjadi gaya baru yang dikenal di Belanda sebagai Nieuwe Bouwen (Modernisme) atau Fungsionalisme. Gerakan arsitektur baru ini sebagian besar dipengaruhi oleh Bauhaus dari Jerman dan Le Corbusier dari Prancis. Alih-alih menciptakan gaya pada fasad, arsitek menciptakan gaya dalam pengaturan ruang yang jelas dan logis. Preferensi yang digunakan adalah menggunakan bentuk universal seperti kubus atau silinder atau garis horizontal melengkung dan motif bahari yang dikenal sebagai Streamline Moderne di dunia Anglophone.
Industrialisasi dan standarisasi material juga berperan. Albert Aalbers adalah ekspresi paling representatif dari Nieuwe Bouwen di Indonesia, terlihat dari rancangannya untuk Savoy Homann Hotel (1939), Denis Bank (1936), dan "Driekleur" (1937) di Bandung. Di Indonesia, gaya ini dicirikan oleh keterbukaannya, garis-garis fasad yang ramping, dan efek spasial yang kuat pada eksterior dan dinding tirai. Banyak bangunan yang menggunakan variasi Art Deco ini masih ada di Bandung, salah satu koleksi bangunan Streamline Moderne - Art Deco terbesar yang masih ada di dunia.
Contoh lain dari Nieuwe Bouwen di Indonesia adalah karya-karya Cosma Citroen, K. Bos, W. Lemei, Liem Bwan Tjie dan beberapa bangunan dari AIA Bureau of Schoemaker, yaitu Bandung Jaarbeurs, yang ia rancang tidak lama setelah perjalanan studinya ke Amerika, yang jelas-jelas terinspirasi oleh Frank Lloyd Wright. Villa Isola juga menunjukkan pengaruh kuat Nieuwe Bouwen dalam konstruksi rangka baja, jendela baja, dan beton bertulang.
Pada akhir tahun 1920-an, Nieuwe Zakelijkheid ("Objektivitas Baru") menjadi populer di Hindia Belanda. Bentuknya bahkan lebih sederhana dan lebih sederhana dari pendahulunya, menggunakan bentuk dan desain bersudut yang pada dasarnya bebas dari dekorasi. Gaya ini menunjukkan transisi awal ke Gaya Internasional. Contoh paling awal dari hal ini adalah Museum Bank Mandiri (1929), yang dibangun di bawah perencanaan tata ruang yang terencana dengan baik di sekitar alun-alun Stasiun Kota, sebuah contoh perencanaan kota sebelum Perang Dunia II yang benar-benar belum pernah ada di Asia Tenggara dan masih baru. Contoh penting lainnya adalah Balai Kota Palembang (Snuyf, 1928-1931, dijuluki Gedung Ledeng, "gedung tegak lurus") dan Gedung Kantor Pos Kota (Baumgartner, 1929).
Bentuk neo vernakular
Di Belanda, Nieuwe Bouwen yang modernis dan fungsionalis menghadirkan kontras yang mencolok dengan Delft School yang tradisionalis. Delft School di Belanda diekspresikan sebagai arsitektur modern dengan tampilan sederhana yang terinspirasi dari rumah-rumah tua di pedesaan Belanda. Delft School tidak muncul di Indonesia, namun dapat didefinisikan sebagai gaya arsitektur abad ke-20 yang sesuai dengan pertimbangan tropis tradisional - arsitektur Hindia Belanda (Indische architectuur).
Terlepas dari perbedaan yang sangat kontras antara Nieuwe Bouwen dan Indische architectuur, kedua gaya ini sama-sama memiliki semangat untuk mengatasi gaya arsitektur kerajaan dan sisa-sisa simbolis dari penguasa feodal abad ke-19.
Aliran pemikiran dan desain baru ini dengan kuat menerapkan unsur-unsur tradisional dengan menggunakan teknologi abad ke-20 dan prinsip-prinsip arsitektur Modernis dari Eropa muncul terutama pada tahun 1920-an dan 1930-an. Atap-atap pribumi menjadi perhatian khusus dan terdapat banyak perpaduan yang menarik antara bentuk-bentuk lokal dan Eropa serta teknik konstruksi. Ketertarikan kaum Modernis terhadap interaksi dinamis elemen geometris segera dimasukkan ke dalam gaya baru dan mengarah pada eksperimen yang berani yang menggabungkan bentuk-bentuk struktural ini dengan ornamen vernakular tradisional. Thomas Karsten dan Henri Maclaine Pont termasuk di antara para arsitek yang aktif dalam mengembangkan gerakan ini.
Salah satu contohnya adalah bekas kantor perusahaan kereta uap Belanda, Joana Stoomtram Maatschappij, di Semarang karya Thomas Karsten (1930). Denah dasar bangunan satu lantai ini identik dengan Joglo tradisional Jawa: tiang-tiang tinggi menopang atap berpinggul dan bertingkat dua, yang memfasilitasi ventilasi silang pada rongga atap.
Contoh penting dari gerakan ini muncul dalam desain Maclaine Pont untuk aula seremonial Technische Hoogeschool te Bandung (yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung). Bangunan ini menampilkan perpaduan eklektik dari berbagai bentuk lokal Indonesia, termasuk arsitektur Danau Toba, kepulauan Mentawai, dan Sunda. Bangunan ini merupakan contoh yang mencolok dari arsitektur tropis yang inovatif. Dengan elevasi yang memanjang dan sejajar dengan sumbu timur-barat, bangunan ini dilengkapi dengan ventilasi alami yang efektif. Orientasi ini juga meminimalkan efek radiasi matahari karena matahari pagi dan sore hanya menyinari fasad ujung bangunan yang sempit. Galeri eksternal bangunan menciptakan fasad ganda yang melindungi interior dari sinar matahari langsung, sementara menara pendingin di kedua ujungnya memastikan ventilasi yang baik.
Contoh lainnya adalah wisma Bataafsche Petroleum Maatschappij di Brastagi (1939) karya Herman van den Houvel dari biro arsitektur Langereis & Co.
Arsitek-arsitek pribumi pada masa kolonial
Pada masa kolonial, sudah ada arsitek-arsitek pribumi Indonesia. Lulus dari Technische Hoogeschool di Bandung, para arsitek pribumi ini bekerja untuk arsitek Belanda, atau mendirikan praktik desain sendiri. Di antaranya adalah Anwari dan Sukarno (yang kemudian menjadi presiden pertama Republik Indonesia) yang belajar arsitektur di Technische Hoogeschool Bandung pada tahun 1920. Insinyur sipil Roosseno, yang berkolaborasi sebentar dengan Sukarno pada tahun 1931, menjalankan perusahaan konstruksinya sendiri dari tahun 1932.
Salah satu desain pertama yang berasal dari arsitek asli Indonesia adalah rumah Dr. Han Tiauw Tjong di Semarang (1932), yang dirancang oleh arsitek Liem Bwan Tjie. Liem Bwan Tjie berasal dari keluarga Tionghoa Peranakan di Semarang. Selain mendesain rumah pribadi, rumah dinas dan kantor, Liem Bwan Tjie juga membuat desain untuk fasilitas umum seperti bioskop, kolam renang, rumah sakit dan tugu makam. Salah satu tugas terbesarnya adalah kompleks rumah sakit di Karang Panjang, Kota Ambon (1963-1964).
Arsitek Indonesia lainnya yang aktif pada masa itu adalah Sudarsono, Soehamir dan Friedrich Silaban. Silaban bekerja sebagai Kepala Jawatan di Pontianak, Kalimantan Barat dari tahun 1937, kemudian diangkat sebagai Direktur Pekerjaan Kota Bogor pada tahun 1942 pada awal Perang Dunia. Beliau menyelesaikan jabatan ini hingga tahun 1965, diselingi pada tahun 1951 untuk belajar arsitektur selama satu tahun di Academie van Bouwkunst di Amsterdam. Dia akan menjadi salah satu arsitek paling terkenal di Indonesia ketika rancangannya untuk masjid terbesar di Asia Tenggara terpilih.
Periode pasca-kolonial
Setelah tahun 1949, hanya sedikit arsitek dan perencana kota yang berasal dari Eropa atau yang dilatih di Eropa yang masih tinggal di Republik Indonesia yang baru saja merdeka. Beberapa arsitek yang tersisa, seperti Blankenberg, Kreisler, Liem dan Lüning, merancang kota dan bangunan baru bersama rekan-rekan mereka dari Indonesia. Setelah masalah Irian Barat, semua orang Belanda yang tidak memilih kewarganegaraan Indonesia dipulangkan pada tahun 1957. Beberapa firma arsitektur Belanda ditutup atau dinasionalisasi sebagai akibat dari kebijakan ini. Salah satu dari beberapa arsitek yang tersisa yang memilih kewarganegaraan Indonesia adalah Han Groenewegen, yang membantu Silaban dalam mendesain Bank Indonesia di Jalan Thamrin, Jakarta.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Manajemen Strategis
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 20 Februari 2025
Manajemen Risiko Menurut Standar ISO 31000
SO 31000 adalah suatu standar implementasi manajemen risiko yang diterbitkan oleh International Organization for Standardization pada tanggal 13 November 2009. Standar ini ditujukan untuk dapat diterapkan dan disesuaikan untuk semua jenis organisasi dengan memberikan struktur dan pedoman yang berlaku generik terhadap semua operasi yang terkait dengan manajemen risiko.
1. Manajemen Risiko Menciptakan Nilai Tambah (creates value)
Manajemen risiko berfungsi terhadap pencapaian nyata secara objektif dan peningkatan, kesehatan dan keselamatan manusia, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, penerimaan publik, perlindungan lingkungan, kinerja keuangan, kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan reputasi perusahaan.
2. Manajemen Risiko merupakan bagian internal proses dalam organisasi (an integral part of organizational process)
Manajemen risiko merupakan sebuah pengambolan keputusan dengan informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu memprioritaskan tindakan dan memberikan pilihan alternatif.
3. Manajemen Risiko merupakan bagian dari pengambilan keputusan (part of decision making)
Manajemen risiko juga merupakan faktor pembantu untuk mengambil keputusan dengan informasi yang cukup. manajemen risiko dapat membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu penanganan risiko telah memadai dan efektif.
4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly addresses uncertainty)
Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam pengambilan keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana menanganinya.
5. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)
Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal organisasi serta profil risikonya.
6. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive)
Manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Manajemen risiko membantu memperhitungkan dalam menentukan kriteria risiko.
Sumber : isoindonesiacenter
Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Gaya Kekaisaran Hindia Belanda (bahasa Belanda: Indisch Rijksstijl) adalah sebuah gaya arsitektur yang berkembang di masa kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia) antara pertengahan abad ke-18 dan akhir abad ke-19. Gaya ini merupakan tiruan dari Gaya Kekaisaran neoklasik yang populer di Prancis pada pertengahan abad ke-19. Sesuai dengan lingkungan tropis Indonesia, gaya ini kemudian dikenal di Hindia Belanda sebagai gaya Kekaisaran Hindia.
Sejarah
Perkembangan gaya Indies Empire sangat terkait dengan budaya Indies, masyarakat keturunan campuran yang berkembang di Hindia Belanda. Masyarakat Hindia mengasosiasikan diri mereka dengan status tinggi dan mengekspresikannya dengan membangun rumah-rumah pedesaan yang mewah yang biasanya diasosiasikan dengan bangsawan Eropa. Banyak dari rumah-rumah pedesaan ini muncul di pinggiran Batavia sekitar pertengahan abad ke-17, yang gaya arsitekturnya mencapai puncaknya ketika menyatu dengan arsitektur lokal Jawa, sebuah gaya baru yang dikenal sebagai gaya Hindia Lama.
Dengan kedatangan Herman Willem Daendels pada awal abad ke-19, perkembangan gaya arsitektur rumah-rumah pedesaan ini mengambil arah yang berbeda. Daendels adalah mantan kolonel jenderal Louis Bonaparte dari Perancis. Pada saat itu, gerakan arsitektur neoklasik yang dinamai Empire Style sedang populer di Prancis. Ketika Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, ia membuat Gaya Kekaisaran menjadi populer di Hindia Belanda. Sesuai dengan arsitektur tropis Indonesia, gaya ini kemudian dikenal sebagai Gaya Kekaisaran Hindia.
Pada akhir abad ke-19, clubhouse dan gedung pertunjukan dibangun di kota-kota besar di Hindia Belanda seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya; sebagian besar dibangun mengikuti tren gaya Indies Empire. Perkembangan kota pada akhir abad ke-19 juga mempengaruhi bentuk gaya Indies Empire. Kurangnya ruang yang tersedia di pusat kota mengharuskan modifikasi rumah-rumah bergaya Indies Empire. Kolom-kolom batu diganti dengan kolom kayu atau besi sempit yang biasanya diimpor dari Belanda. Yang juga berubah adalah penambahan corak baja bergelombang yang ditopang oleh konsol besi tuang untuk melindungi jendela dan teras depan dari air hujan dan sinar matahari. Contoh rumah bergaya Indies Empire dari periode ini adalah Museum Tekstil Jakarta dan beberapa rumah di Jalan Bubutan, Surabaya.
Pada abad ke-19, gaya Indies Empire dianggap sebagai perwakilan dari "pusat kota" Batavia, daerah di sebelah selatan "pusat kota" Kota Tua. Gaya Indies Empire digambarkan sebagai tren di mana rumah-rumah dibangun dengan "...satu lantai dengan taman yang luas, dengan galeri depan dan belakang serta aula yang tinggi dan lebar; rumah-rumah dengan atap menggantung di mana keteduhan, udara, dan kesejukan menjadi keistimewaan yang dominan ...", dibandingkan dengan rumah-rumah bergaya Belanda sebelumnya di Kota Tua, yang digambarkan sebagai rumah-rumah dengan "...kamar-kamar gelap yang tinggi dengan langit-langit yang berseri-seri, dinding yang dicat putih, dan lantai keramik merah."
Kemunduran
Gaya Indies Empire berkembang hingga awal abad ke-20, ketika gaya ini mendapat kritik. Gaya Indies Empire di Indonesia bukanlah hasil karya arsitek profesional, melainkan hasil rancangan pengawas bangunan (opzichter). Para akademisi modern seperti arsitek Berlage dan Moojen menganggap bangunan bergaya Indies Empire memiliki kualitas yang rendah; yang kemudian memunculkan kebangkitan kembali gaya arsitektur yang mencari identitas baru yang unik dan secara khusus dikaitkan dengan budaya Hindia Belanda. Kemudian muncul gaya baru, yang dikenal sebagai Gaya Hindia Baru, sebuah gerakan modern dan cabang dari Rasionalisme Belanda yang pada akhirnya menggantikan gaya Kekaisaran Hindia.
Karakteristik
Gaya Indies Empire pada dasarnya adalah Gaya Kekaisaran yang disesuaikan dengan lingkungan tropis Hindia Belanda. Mirip dengan Gaya Kekaisaran, Gaya Kekaisaran Hindia membuat penggunaan eklektik motif antik - biasanya Yunani-Romawi - untuk meniru dinasti kolonial kekaisaran. Beberapa bangunan di Hindia Belanda mengacu pada gaya Gotik, misalnya kediaman Raden Saleh. Tata letaknya simetris, dengan langit-langit yang tinggi, dinding yang tebal, dan lantai marmer. Bangunan-bangunan tersebut biasanya memiliki serambi depan (voorgalerij) dan serambi belakang (achtergalerij) yang diapit oleh tiang-tiang Yunani. Serambi depan dan belakang ini sangat luas dibandingkan dengan gaya Eropa aslinya untuk meningkatkan ventilasi silang ke dalam interior serta melindunginya dari panas dan hujan tropis yang hebat - sebuah upaya Eropa untuk meniru pringgitan lokal, beranda Jawa dengan bangku bambu di mana orang dapat tidur di siang hari yang terik. Perabotan dapat ditempatkan di serambi. Pesta dansa sore hari atau permainan kartu biasanya diadakan di serambi, sebuah tradisi yang lebih meniru tradisi Prancis daripada tradisi Belanda atau Jawa.
Sebuah bangunan bergaya Indies Empire memiliki tata letak dan komposisi yang simetris. Terdiri dari sebuah bangunan utama, terkadang dengan paviliun tambahan yang terletak di kedua sisi bangunan utama. Bangunan utama berisi aula tengah yang menghubungkan serambi depan dan belakang serta berbagai ruangan di dalamnya. Sebuah galeri menghubungkan bangunan utama dengan bangunan servis yang berisi kamar-kamar untuk para budak, gudang, dapur, dan fasilitas servis lainnya. Keseluruhan kompleks ini terletak di lahan yang luas dengan taman-taman yang luas di bagian depan, belakang, dan samping bangunan utama. Pohon-pohon palem tropis biasanya menghiasi lansekap ini.
Contoh
Bangunan bergaya Indies Empire masih dapat ditemukan di kota-kota kolonial besar di Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya. Di bawah ini adalah contoh-contoh bangunan bergaya Indies Empire yang terkenal di Indonesia.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/
Design and Manufacturing Engineering
Dipublikasikan oleh Muhammad Reynaldo Saputra pada 20 Februari 2025
Lean Manufacturing
Setiap perusahaan mempunyai cara masing-masing untuk membuat persaingan antar perusahaan semakin lebih baik. Semua perusahaan ingin menjadi yang terdepan dan menjadi pilihan utama bagi konsumennya. Keberhasilan strategi tidak hanya dilihat dari posisi produk terhadap pesaing dipasaran, tidak hanya tentang berapa jumlah produk yang berhasil dijual. Namun juga tentang bagaimana keadaan internal perusahaan yaitu bagaimana proses pembuatan produk tersebut, berapa sumber daya yang digunakan, berapa biaya dan waktu yang digunakan untuk pembuatan produk tersebut.
Lean Manufacturing merupakan praktek produksi untuk memberikan sebuah pertimbangan segala pengeluaran sumber daya untuk mendapatkan sebuah nilai ekonomis terhadap pelanggan tanpa adanya pemborosan. Dikarenakan pemborosan akan menyebabkan sebuah target untuk dikurangi.
Lean Manufacturing juga memberikan sebuah metode dan strategi manajemen untuk meningkatkan efisiensi di dalam bidang manufaktur atau produksi yang diciptakan untuk pelanggan. Tujuan utama Lean adalah untuk menghilangkan pemborosan (Waste ) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang atau jasa) agar memberikan nilai kepada pelanggan (customer).
Implementasi Lean Manufacturing dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan perbaikan pada proses dan inovasi di perusahaan, sehingga perusahaan tersebut melakukan perbaikan berkelanjutan untuk mencapai operational excellence dan customer intimacy.
Sumber : Leanindonesia
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Teknologi Industri Pertanian (ITI) merupakan salah satu cabang ilmu yang semakin relevan karena berkaitan dengan urgensi isu perubahan iklim. Jadi, dapat dikatakan bahwa prospek kerja di bidang Teknologi Industri Pertanian semakin cerah dari tahun ke tahun. Namun, skill apa saja yang perlu Anda miliki agar bisa bersaing di pasar? Simak detailnya di sini!
Prospek kerja teknik Industri Pertanian (TIP)
Prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian (TIP) sangat luas, jadi banyak sekali berbagai jenis profesi yang bisa Anda coba, antara lain:
Sebagai seorang konsultan bisnis, Anda akan terlibat dalam kegiatan arahan dan penyuluhan langsung kepada para petani untuk memaksimalkan produksi pangan. Selain aksinya yang bermanfaat, profesi ini terbilang menjanjikan karena gajinya berkisar antara Rp 5-10 juta.
Lulusan TIP juga bisa menjadi manajer produksi pertanian yang bertugas merencanakan jadwal untuk setiap tahap produksi pangan. Bergantung dari level dan skala perusahaan, Anda bisa menerima gaji mulai dari Rp3 juta sampai belasan juta.
Jika nantinya Anda terjun di bidang ini, kelak Anda akan berkesempatan untuk merancang teknologi baru yang dapat meningkatkan mutu pangan dan efisiensi kerja para petani. Menariknya, gaji di posisi ini bisa melebihi Rp7 juta per bulannya.
Jika Anda sudah menyukai bidang penelitian dan observasi sejak lama, maka profesi peneliti mungkin cocok untuk Anda. Melalui profesi ini, Anda dapat berkontribusi dalam terus menciptakan inovasi-inovasi baru di bidang pertanian.
Selain dosen di perguruan tinggi, Anda juga bisa menjadi instruktur program pelatihan untuk petani maupun masyarakat umum dengan ilmu yang dimiliki.
Prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian juga berkaitan dengan keberlanjutan lingkungan. Melalui profesi ini, Anda akan terlibat dalam pengelolaan limbah, sumber daya air, hingga penerapan teknologi go green.
Skill yang harus dimiliki mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (TIP)
Karena prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian cukup luas, tentunya ada banyak skill yang harus Anda miliki sebagai calon mahasiswa di jurusan ini, seperti:
Selama menempuh pendidikan sekolah menengah, mungkin Anda tidak mendapatkan ilmu pertanian secara spesifik. Oleh sebab itu, Anda wajib mempunyai tekad untuk belajar pertanian sehingga masa studi Anda berjalan dengan mulus.
Lulusan teknologi industri pertanian pertanian nantinya akan bertugas membimbing proyek bersama para petani. Jadi, Anda perlu skill manajemen yang baik untuk melancarkan jalannya proyek dan koordinasi tim.
Baik untuk mahasiswa TIP atau bukan, keterampilan komunikasi adalah komponen utama saat terjun ke dunia kerja. Sebab, dengan skill komunikasi yang baik, Anda dapat lebih mudah beradaptasi di lingkungan kerja baru.
Selain manajemen proyek, Anda juga wajib mengembangkan keterampilan manajemen bisnis. Sebab, baik Anda bekerja di perusahaan atau membangun usaha sendiri, Anda harus mampu untuk menganalisis pasar dan mengatur manajerial sistem industri pertanian.
Dalam dunia pertanian ada juga hukum dan ketentuan yang berlaku untuk melindungi hak petani dan masyarakat umum. Jika Anda nantinya terjun langsung ke dunia pertanian, Anda perlu menguasai peraturan yang relevan untuk mengantisipasi masalah hukum.
Pengaruh sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia sangatlah besar. Nah, untuk turut berkontribusi pada aspek tersebut, seorang mahasiswa wajib memahami akarnya, yakni salah satunya skill kewirausahaan.
Relevansi jurusan teknologi industri pertanian di masa sekarang
Seberapa tinggi kebutuhan ilmu teknologi industri pertanian sekarang? Yuk, pelajari selengkapnya di bagian ini:
Lulusan jurusan TIP bisa memberikan solusi yang mengutamakan kesehatan masyarakat dan kualitas pangan untuk dikonsumsi, salah satunya dari segi penggunaan pupuk tanaman.
Melalui case di atas, bisa dilihat bahwa tantangan dunia pertanian cukup beragam. Oleh sebab itu, inovasi dan kreativitas lulusan TIP sangat dibutuhkan di masyarakat.
Inovasi untuk produksi pertanian harus mampu mencapai standar efisiensi tanpa mengorbankan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Di sinilah keunggulan dari ilmu alumni jurusan TIP.
Saat ini, tantangan ketahanan pangan global sudah mulai mendesak karena peningkatan populasi dunia. Oleh sebab itu, lulusan TIP bisa ikut merancang sistem pertanian untuk mengatasi masalah tersebut.
Dengan berbagai macam prospek kerja di bidang teknologi industri pertanian, Anda tidak perlu khawatir soal karier ke depannya. Kalau ingin memulai perjalanan di industri yang menjanjikan ini, Anda bisa mengambil langkah pertama dengan bergabung langsung di Program Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) ITI. Selain itu, jika masih ada hal yang membingungkan, Anda juga bisa bertanya kepada contact person PMB ITI. Yuk, jadi bagian dari ITI!
Sumber: https://iti.ac.id/
Pertanian
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna berukuran besar dengan daun memanjang dan besar yang tumbuh langsung dari bagian tangkai. Batang pisang bersifat lunak karena terbentuk dari lapisan pelepah yang lunak dan panjang. Batang yang agak keras berada di bagian permukaan tanah. Pisang memiliki daun bertangkai yang berpencar dengan bagian batang yang meruncing. Ukuran daun pada tiap spesies pisang juga berbeda-beda. Tangkai pisang menghasilkan bunga dalam jumlah yang banyak. Bagian bunga pada pisang akan membentuk buah yang disebut sisir. Buah pisang berkelompok dalam satu bunga majemuk dengan ukuran yang makin ke bawah makin mengecil.
Dalam taksonomi, pisang termasuk dalam genus Musa dan famili Musaceae. Beragam spesies pisang tersebar di kawasan Malesia. Spesies pisang yang paling banyak dibudidayakan di dunia adalah pisang hutan. Jenis pisang hutan dapat tumbuh di hutan, bukit maupun di dataran rendah. Selain itu, pisang juga dapat ditanam bersama dengan tanaman lain seperti jagung dan ketela pohon.
Pisang dapat dipanen kapan saja, karena pertumbuhannya yang sesuai dengan segala jenis musim. Kematian pohon pisang hanya terjadi ketika berbuah hanya sekali semasa hidupnya. Buah pisang dapat langsung dimakan atau dimasak terlebih dahulu. Nutrisi di dalam pisang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia dan dapat pula dibuat sebagai obat tradisional.
Pada awalnya, pisang merupakan tumbuhan asli yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian menyebar ke seluruh wilayah dunia. Dari arah barat, pisang menyebar mulai dari Samudra Atlantik menuju ke Pulau Madagaskar lalu ke Benua Afrika dan menuju ke Amerika Latin dan Amerika Tengah. Sementara itu, pisang yang menyebar dari arah timur melalui Samudra Pasifik menuju ke Hawaii.
Di berbagai daerah dan mancanegara, pisang memiliki nama-nama khas tersendiri, beberapa diantaranya: gadang atau gedhang (Jawa), biyu (Bali), puntiq (Sasak), cau atau cawu (Sunda), punti (Lampung), unti (Makassar), koyo (Ternate), kula (Banda), uri (Ambon), tema (Seram), dan ounche (Madagaskar).
Taksonomi
Nama spesies dari pisang adalah Musa sp yang berasal dari genus Musa. Pisang termasuk dalam famili Musaceae dalam kelas tumbuhan berkeping biji tunggal. Sementara itu, pisang masuk dalam subdivisi tumbuhan berbunga dan divisi tumbuhan berbiji. Spesies pisang masih berkerabat dengan Orchidaceae.
Penyebaran
Pisang dapat tumbuh subur di wilayah dengan musim kemarau yang berlangsung hingga 4,5 bulan. Curah hujan yang diperlukan oleh pisang untuk tumbuh dengan subur adalah 650 hingga 5.000 mililiter per tahun. Sementara itu, suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang berkisar antara 21oC hingga 29,5 oC.
Pisang awalnya merupakan tanaman lokal di kawasan Asia Tenggara yang sebagian besar berpusat di wilayah Indonesia. Sejak 500 tahun sebelum Masehi, pisang telah menyebar hingga ke Pulau Madagaskar. Sedangkan, wilayah Afrika lainnya telah mengenal dan membudidayakan pisang sejak seribu tahun sebelum Masehi. Pada masa yang sama, Hawaii telah mengenal dan membudidayakan pisang melalui pengiriman dari Kepulauan Canaria.
Keragaman
Pusat keragaman utama pisang terletak di daerah Malesia (Asia Tenggara, Papua, dan Australia tropika). Pusat keragaman minor juga terdapat di Afrika tropis. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis dan lembap, terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia, Kepulauan Pasifik, negara-negara Amerika Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara utama pengekspor pisang. Pada tahun 2018, India menjadi negara dengan konsumsi pisang paling tinggi, di atas Tiongkok dan Indonesia.
Pisang yang dibudidayakan pada masa sekarang dianggap merupakan keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan tumbuh liar. Genom yang disumbangkan diberi simbol A. Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan menyebabkan bervariasinya jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B terutama terlihat pada kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter ke arah buah meja, sementara genom B ke arah buah pisang olah atau pisang masak. Hibrida M. acuminata dengan M. balbisiana ini dikenal sebagai M. ×paradisiaca. Khusus untuk Kelompok AAB, nama Musa sapientum pernah digunakan.
Mengikuti anjuran Simmonds dan Shepherd yang karyanya diterbitkan pada tahun 1955, klasifikasi pisang budi daya sekarang menggunakan nama-nama kombinasi genom ini sebagai nama kelompok budi daya. Sebagai contoh, untuk pisang cavendish. Di bawah kelompok masih dimungkinkan pembagian dalam anak-kelompok.
Pengelompokkan
Pisang dapat dikelompokkan berdasarkan kode berikut:
Morfologi
Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Istilah "pisang" juga dipakai untuk sejumlah jenis yang tidak menghasilkan buah konsumsi, seperti pisang abaka, pisang hias, dan pisang kipas.
Budi daya
Ketika manusia hidup berpindah-pindah dengan mengumpulkan makanan, budi daya pisang belum dilakukan dan masih berupa tanaman liar. Pisang mulai dibudidayakan setelah manusia mengenal pertanian yang bersifat menetap. Masyarakat di kawasan Asia Tenggara telah memanfaatkan pisang sejak lama sebagai sayur, khususnya pada bagian pelepah dan tunas. Bagian-bagian pisang yang lainnya juga telah dimanfaatkan.
Bukti pembudidayaan pisang oleh manusia dapat diketahui melalui relief dan naskah kuno. Pemeliharaan pisang pertama diketahui dalam literatur Pali, khususnya Kanon Pāli. Dalam naskah ini disampaikan bahwa pisang telah dipelihara di India sejak abad ke-6 hingga ke-5 sebelum Masehi. Dalam naskah ini, pisang digambarkan sebagai buah bertaring yang menjadi makanan bagi kera dan gajah. Kebudayaan lain yang telah membudidayakan pisang ditemukan di Sungai Panjang dan Sungai Kuning di Tiongkok. Dari prasasti kuno di Yunani, diketahui bahwa Yunani mengenal budi daya pisang dari India sejak abad ke-3 sebelum Masehi. Sementara itu, di wilayah Portugal telah diadakan budi daya pisang yang dipelajari dari Teluk Guinea dari Afrika sebelum ditemukannya jalur perhubungan antara Benua Asia dan Benua Eropa.
Pisang secara tradisional tidak dibudidayakan secara intensif. Hanya sedikit yang dibudidayakan secara intensif dan besar- besaran dalam perkebunan monokultur, seperti 'Gros Michel' dan 'Cavendish'. Jenis-jenis lain biasanya ditanam berkelompok di pekarangan, tepi-tepi lahan tanaman lain, serta tepi sungai.
Hama
Perbanyakan secara vegetatif membuat pisang amat mudah terkena serangan hama, karena sempitnya keragaman genetik. Suatu perkebunan yang terkena penyakit tumbuhan dapat menularkan dengan singkat ke perkebunan tetangganya. Spesies kumbang bernama Cosmopolites sordidus merupakan hama penyebab bercak hitam pada buah pisang.
Penyakit
Wabah panama merupakan penyakit pisang yang paling umum terjadi di berbagai wilayah budi daya pisang di dunia. Ciri pisang yang sedang terkena wabah panama adalah layu tiba-tiba dan mati sebelum menghasilkan buah. Spesies jamur bernama Fusarium oxysporum merupakan patogen utama yang menyebabkan wabah panama. Penularan penyakit dilakukan melalui akar tanaman yang berada di dalam tanah. Fusarium oxysporum dapat bertahan di dalam tanah meskipun tidak memiliki inang. Ketahanannya sangat lama hingga mencapai waktu selama 5 tahun.
Penyakit sigatoka juga merupakan penyakit pisang yang paling umum terjadi di berbagai wilayah budi daya pisang di dunia. Dampak yang ditimbulkannya adalah kematian pada pohon pisang. Pada pisang, penyakit ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sigatoka kuning dan sigatoka hitam. Pembagian ini didasari oleh gejala yang timbul ketika patogen penyakit sigatoka sedang merusak pisang. Pada sigatoka kuning, daun pisang yang akan mati memiliki bercak berwarna kuning, sementara pada sigatoka hitam bercaknya berwarna hitam. Sigatoka kuning disebabkan oleh patogen bernama Mycosphaerella musicola, sedangkan sigatoka hitam disebabkan oleh Mycosphaerella fijiensis.
Penyakit sigatoka awalnya muncul di perkebunan pisang di kawasan Asia pada tahun 1964. Penyakit ini menyebar ke Amerika Serikat pada tahun 1968 melalui Hawaii. Sementara itu, penyakit sigatoka juga terjadi pada perkebunan pisang di kawasan Afrika dan Amerika Tengah sejak tahun 1972. Di Asia, negara pertama yang perkebunan pisangnya mengalami penyakit sigatoka adalah Taiwan. Penyakit ini kemudian menyebar ke negara Asia lainnya yaitu Tiongkok, Filipina, Sumatra (Indonesia), Thailand, dan Malaysia. Setelah itu, penyakit sigatoka menyebar dari kawasan Malesia ke Benua Australia. Sedangkan penyakit sigatoka di Afrika awalnya dialami di negara Zambia. Dari Zambia, penyakit ini menyebar ke wilayah negara Afrika lainnya yaitu Gabon (1979), Burundi dan Rwanda (1986), serta 16 negara Afrika lainnya. Sementara itu, penyakit sigatoka di kawasan Amerika Tengah pertama kali terjadi di Honduras yang kemudian meluas menjadi wabah. Penyakit sigatoka kemudian menyebar ke Jamaika, Kuba dan Republik Dominika. Penyebaran penyakit ini mencapai Florida pada tahun 1998.
Pembusukan cerutu merupakan penyakit pisang yang hanya terjadi di kawasan Amerika Selatan. Patogen penyakit ini adalah spesies jamur bernama Stachylidium theobromae. Gejala awal dari penyakit ini adalah pembusukan pada bunga pisang yang kemudian meluas hingga ke ujung buah. Kondisi fisik buah yang mengalami pembusukan cerutu adalah berkulit gelap dan berserat pada daging buah.
Penyakit darah pada pisang disebabkan oleh patogen berupa bakteri, yaitu Ralstonia solanacearum. Penyakit ini juga dikenal dengan nama penyakit Moko. Gejala yang ditimbulkan berupa layunya daun hingga mengering. Penyakit darah umumnya menyerang tumbuhan yang masih berusia muda. Gejala pada tanaman pisang yang lebih tua ialah daun menguning pada bagian sekitar tangkai. Gejala infeksi yang timbul adalah berhentinya pertumbuhan buah. Pisang yang telah membentuk sisir akan mengalami kerusakan kulit di bagian ujungnya, warnanya menjadi hitam, dan kulitnya mengerut. Pada pisang yang berusia sangat tua, gejala pada sisir tidak tampak, tetapi daging buah rusak dan membusuk.
Nutrisi
Pisang mentah (tidak termasuk kulitnya) mengandung 75% air, 23% karbohidrat, 1% protein, dan mengandung sedikit lemak yang dapat diabaikan. 100 gram pisang mengandung 89 kalori, 31% dari Nilai Asupan Harian AS yang direkomendasikan, vitamin B6, dan vitamin C dalam jumlah sedang, mangan dan serat pangan, tanpa nutrien lain berukuran mikro dalam kandungan yang signifikan (lihat tabel).
Meskipun pisang umumnya dianggap mengandung kandungan kalium yang luar biasa. Kandungan kalium di dalam pisang sebenarnya tidak tinggi per porsi makanan biasa, hanya memiliki 8% dari Nilai Asupan Harian AS yang direkomendasikan untuk kalium (dianggap sebagai tingkat asupan harian rendah, lihat tabel nutrisi), dan peringkat kandungan kaliumnya di antara buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan banyak makanan lainnya relatif sedang. Sayuran dengan kandungan kalium lebih tinggi daripada pisang pencuci mulut mentah (358 mg per 100 g) misalnya bayam mentah (558 mg per 100 g), kentang panggang tanpa kulit (391 mg per 100 g), kedelai matang (539 mg per 100 g), jamur portabella panggang (437 mg per 100 g), dan saus tomat olahan (413–439 mg per 100 g). Pisang raja mentah mengandung 499 mg kalium per 100 g. Pisang pencuci mulut kering atau bubuk pisang mengandung 1491 mg kalium per 100 gramnya.
Orang dengan alergi lateks mungkin mengalami reaksi alergi terhadap pisang.
Budaya
Makanan dan masakan
Berdasarkan cara mengonsumsi buahnya, pisang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu pisang meja dan pisang olah. Pisang meja dikonsumsi dalam keadaan segar tanpa melalui proses pengolahan, seperti pisang ambon, pisang susu, pisang raja, pisang seribu, dan pisang cavendish. Pisang olahan dikonsumsi setelah melalui proses pengolahan makanan, seperti digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak. Pisang yang termasuk dalam golongan pisang olahan adalah pisang kepok, pisang siam, pisang kapas, pisang tanduk, dan pisang uli.
Buah pisang dapat diolah menjadi berbagai produk makanan ringan, seperti kue, dan arak. Olahan pisang yang cukup populer antara lain keripik pisang (Lampung), pisang epe (Makassar), sale pisang (Bandung), pisang molen (Bogor), dan arak (Amerika Latin).
Pisang mempunyai kandungan gizi lebih tinggi dibandingkan apel. Buah pisang mengandung mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu Vitamin C, Vitamin B kompleks, Vitamin B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran fungsi otak.
Jantung pisang digunakan sebagai sayuran pada masakan Asia Selatan dan Asia Tenggara, baik mentah atau dikukus dengan saus atau dimasak dalam sup, kari, dan makanan goreng. Rasanya menyerupai articok, baik bagian daging dari daun pelindung maupun jantung dapat dimakan. Selain itu, jantung pisang juga digunakan pada sebagian daerah di Indonesia sebagai obat luar.
Bonggol pisang merupakan sumber serat bagi tubuh. Bonggol pisang dapat diolah menjadi makanan ringan seperti keripik. Serta, dapat diolah menjadi pupuk cair untuk berbagai tanaman seperti bawang merah.
Nilai ekonomi
Nilai ekonomi dari budi daya pisang ditinjau dari masa berbuah, masa pertumbuhan, kesuburan tanah, dan pemeliharaan. Pisang mulai dapat berbuah setelah mencapai usia setahun sehingga pengembalian modal untuk budi daya menjadi lebih cepat. Sementara itu, pisang menghasilkan buah dengan jumlah yang berlipat setelah mulai berbuah. Pisang dapat menghasilkan buah sebanyak tiga atau empat kali lipat dari masa berbuah pertamanya. Sementara itu, kesuburan tanah di sekeliling pisang sangat cepat memburuk. Pisang harus selalu memperoleh pemeliharaan rutin. Buah pisang juga hanya dapat bertahan selama 15 hari setelah panen dan setelahnya akan mengalami pembusukan.
Disadur dari: https://en.wikipedia.org/