Industri Beresiko

Meningkatkan Keselamatan Pekerja dalam Ruang Terbatas dan Operasi Hot Work

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Industri berisiko tinggi seperti minyak dan gas, manufaktur, serta konstruksi menghadapi tantangan besar dalam keselamatan pekerja, terutama dalam pekerjaan di ruang terbatas dan operasi hot work.

Ruang terbatas sering kali memiliki ventilasi yang buruk dan berisiko tinggi terhadap akumulasi gas beracun seperti hidrogen sulfida (H₂S) dan karbon monoksida (CO). Selain itu, risiko kekurangan oksigen dapat menyebabkan sesak napas mendadak bagi pekerja. Studi yang dikutip dalam paper ini mencatat bahwa 60% kematian dalam ruang terbatas terjadi pada pekerja penyelamat yang kurang persiapan.

Hot work, seperti pengelasan dan pemotongan logam, menimbulkan risiko kebakaran dan ledakan, terutama di area dengan bahan mudah terbakar. Menurut penelitian ini, kecelakaan akibat hot work menyumbang 25% dari semua insiden kebakaran industri di sektor minyak dan gas. Salah satu studi kasus yang dianalisis adalah ledakan di kilang minyak Texas City yang menewaskan 15 pekerja dan melukai lebih dari 170 orang. Penyebab utama insiden ini adalah kegagalan dalam menerapkan standar keselamatan hot work, termasuk kurangnya ventilasi dan pengawasan terhadap gas yang mudah terbakar.

Di pabrik kimia DuPont, empat pekerja meninggal akibat terpapar metil merkaptan dalam ruang terbatas. Investigasi mengungkapkan bahwa kegagalan dalam mendeteksi gas beracun dan kurangnya sistem evakuasi darurat menjadi faktor utama dalam kecelakaan tersebut.

Berbagai regulasi keselamatan yang relevan, termasuk:

  • OSHA 29 CFR 1910.146 (Standar ruang terbatas di industri)
  • OSHA 29 CFR 1910.252 (Standar keselamatan hot work)
  • ISO 45001:2018 (Standar manajemen keselamatan kerja internasional)

Sebelum pekerja memasuki ruang terbatas atau melakukan hot work, perusahaan harus menerapkan sistem penilaian risiko yang mencakup:

  • Pengukuran atmosfer untuk mendeteksi gas beracun dan kadar oksigen.
  • Evaluasi kemungkinan kebakaran atau ledakan.
  • Penggunaan izin kerja untuk memastikan langkah-langkah keselamatan sudah diterapkan.

Pentingnya pelatihan berkala dan sertifikasi bagi pekerja. Pelatihan harus mencakup penggunaan alat pelindung diri (APD), teknik penyelamatan darurat, serta simulasi situasi berbahaya. Adopsi teknologi seperti detektor gas otomatis, sistem pemantauan jarak jauh, dan drone inspeksi dapat meningkatkan keselamatan kerja. Paper ini mencatat bahwa implementasi teknologi ini dapat mengurangi kecelakaan hingga 40% dalam tiga tahun.

Prosedur darurat harus mencakup:

  • Tim penyelamat yang terlatih khusus untuk ruang terbatas.
  • Peralatan penyelamatan seperti tali pengaman dan alat bantu pernapasan.
  • Komunikasi darurat untuk memastikan respons cepat jika terjadi kecelakaan.

Pencegahan kecelakaan di ruang terbatas dan hot work membutuhkan kombinasi regulasi yang ketat, pelatihan pekerja, serta pemanfaatan teknologi keselamatan. Dengan menerapkan praktik terbaik yang dijelaskan, industri dapat secara signifikan mengurangi angka kecelakaan kerja dan melindungi nyawa pekerja.

Sumber Artikel: Oluwaseyi Ayotunde Akano, Enobong Hanson, Chukwuebuka Nwakile, Andrew Emuobosa Esiri. Improving Worker Safety in Confined Space Entry and Hot Work Operations: Best Practices for High-Risk Industries. Global Journal of Advanced Research and Reviews, 2024, 02(02), 031–039.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selengkapnya
Meningkatkan Keselamatan Pekerja dalam Ruang Terbatas dan Operasi Hot Work

Keselamatan Kerja

Hazards Arising from Working in Confined Spaces

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Bekerja di ruang terbatas (confined spaces) membawa risiko tinggi yang sering kali berujung pada kecelakaan kerja serius, bahkan fatal. Ruang terbatas didefinisikan sebagai area yang:

  • Cukup besar untuk dimasuki pekerja.
  • Memiliki akses masuk dan keluar yang terbatas.
  • Tidak dirancang untuk hunian permanen.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa 56% pekerja tidak memahami konsep ruang terbatas, yang mencerminkan rendahnya kesadaran terhadap risiko yang ada. Kurangnya Kesadaran dan Pelatihan Keselamatan

  • 81% pekerja tidak pernah menjalani pelatihan sebelum masuk ruang terbatas.
  • Faktor penyebab utama adalah kurangnya kesadaran perusahaan terhadap pentingnya pelatihan dan rendahnya anggaran untuk program keselamatan.

Minimnya Identifikasi Bahaya dan Pemantauan Atmosfer

  • 82% pekerja memasuki ruang terbatas tanpa identifikasi bahaya terlebih dahulu.
  • 0% pemantauan atmosfer dilakukan sebelum atau selama masuk ke dalam ruang terbatas.
  • Lebih dari 80% ruang terbatas memiliki potensi bahaya atmosfer, termasuk defisiensi oksigen dan gas beracun seperti hidrogen sulfida dan metana.

Prosedur Keselamatan yang Tidak Memadai

  • Hanya 56,3% pekerja yang mendapatkan izin tertulis untuk memasuki ruang terbatas.
  • 37,5% pekerja mengalami kesulitan saat memasuki ruang terbatas akibat kurangnya alat pelindung diri (APD), penerangan yang buruk, dan komunikasi yang tidak efektif.
  • 43% pekerja mengalami kecelakaan, baik luka ringan hingga kehilangan kesadaran.

Studi Kasus: Insiden di Kawasan Industri Khartoum Utara

Seorang pekerja yang memasuki tangki penyimpanan tanpa ventilasi yang memadai mengalami pingsan akibat kadar oksigen yang rendah. Tidak adanya prosedur penyelamatan menyebabkan keterlambatan dalam pertolongan pertama, yang hampir berakibat fatal. Dalam sebuah pabrik kimia, pekerja yang melakukan perawatan pada pipa mengalami paparan gas hidrogen sulfida. Karena tidak ada pemantauan atmosfer, pekerja mengalami sesak napas dan harus dievakuasi dalam kondisi kritis.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan

  1. Meningkatkan Pelatihan dan Kesadaran Pekerja
    • Pelatihan wajib sebelum masuk ke ruang terbatas.
    • Simulasi keadaan darurat secara berkala.
  2. Implementasi Pemantauan Atmosfer
    • Penggunaan sensor gas otomatis sebelum dan selama pekerjaan berlangsung.
    • Ventilasi mekanis untuk mengurangi risiko atmosfer beracun.
  3. Penerapan Sistem Izin Kerja (Permit-to-Work System)
    • Setiap pekerja harus memiliki izin tertulis sebelum memasuki ruang terbatas.
    • Supervisi ketat untuk memastikan semua prosedur dipatuhi.
  4. Prosedur Darurat yang Efektif
    • Tim penyelamat harus siap dan memiliki akses ke peralatan keselamatan.
    • Waktu respon harus kurang dari 3 menit setelah kehilangan kontak dengan pekerja di dalam ruang terbatas.

Pentingnya implementasi prosedur keselamatan kerja di ruang terbatas. Minimnya pelatihan, pemantauan atmosfer, dan prosedur darurat yang tidak efektif menjadi penyebab utama kecelakaan kerja di kawasan industri Khartoum Utara. Dengan menerapkan standar keselamatan yang lebih ketat, perusahaan dapat mengurangi risiko kecelakaan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Sumber Asli Artikel

Sarah M. Abdalwhab, Kamal Eldin E. Yassin, Hazards Arising from Working in Confined Spaces: Case Study Khartoum North Industrial Area, Sudan, University of Khartoum Engineering Journal, Vol. 5 Issue 1, February 2015.

Selengkapnya
Hazards Arising from Working in Confined Spaces

Keselamatan Kerja

Tinjauan Terkini tentang Standar Terkait Penilaian Risiko untuk Ruang Terbatas

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Ruang terbatas (confined spaces) merupakan area kerja dengan tingkat risiko tinggi yang membutuhkan standar keselamatan ketat. ISO 31000 memberikan panduan umum tentang prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko. Standar ini membantu organisasi dalam mengembangkan sistem manajemen risiko yang lebih komprehensif. Namun, ISO 31000 tidak secara spesifik membahas penilaian risiko dalam ruang terbatas, sehingga membutuhkan referensi tambahan agar lebih aplikatif. ISO 31010 melengkapi ISO 31000 dengan teknik spesifik untuk menilai risiko. Standar ini mencakup metode seperti Fishbone Diagram dan Cause and Effect Analysis yang dapat diterapkan untuk menilai bahaya dalam ruang terbatas. Teknik-teknik ini memungkinkan organisasi untuk memilih pendekatan penilaian yang paling sesuai dengan kondisi kerja mereka.

Keselamatan Mesin dan Pengurangan Risiko

ISO 12100 berfokus pada strategi perancangan untuk mengurangi risiko dalam penggunaan mesin. Pendekatan tiga langkahnya—desain aman, perlindungan tambahan, dan informasi penggunaan—dapat diadaptasi untuk meningkatkan keamanan dalam ruang terbatas. Misalnya, strategi ini dapat digunakan dalam penyusunan prosedur kerja dan pemilihan alat pelindung diri (APD).

ISO 14120:2002 – Desain dan Konstruksi Pelindung Mesin

Standar ini menetapkan prinsip dasar dalam merancang pelindung tetap dan bergerak untuk mesin. Meskipun lebih relevan untuk perlindungan mekanis, beberapa elemen seperti pemilihan bahan dan ketahanan terhadap getaran dapat diterapkan dalam pengelolaan risiko di ruang terbatas, terutama terkait pemakaian alat berat dan peralatan listrik.

Standar Keselamatan Ruang Terbatas

AS 2865 secara khusus membahas keselamatan dalam ruang terbatas. Standar ini mencakup identifikasi bahaya, metode penilaian risiko, kontrol atmosfer, prosedur darurat, serta pelatihan pekerja. Dibandingkan dengan standar lainnya, AS 2865 paling relevan untuk pekerjaan di ruang terbatas karena memberikan panduan operasional yang lebih rinci.

Dalam penelitian ini, beberapa studi kasus digunakan untuk menunjukkan bagaimana standar ini dapat diterapkan dalam industri. Sebagai contoh, sebuah studi oleh Peg Wilson dan Qingsheng Wang (2013) mengusulkan protokol untuk menentukan kapasitas ruang terbatas berdasarkan ukuran pintu keluar, jarak akses, dan potensi bahaya. Selain itu, penelitian oleh Vienney dkk. (2015) menunjukkan bahwa kombinasi ISO 31010 dan AS 2865 dapat meningkatkan efektivitas sistem izin masuk (entry permit system).

Berdasarkan perbandingan standar, AS 2865 merupakan referensi terbaik untuk pengelolaan keselamatan di ruang terbatas, sementara ISO 31010 sangat berguna dalam pemilihan teknik penilaian risiko. Untuk meningkatkan keselamatan di industri, organisasi dapat mengadopsi kombinasi dari beberapa standar, misalnya:

  • Menggunakan ISO 31000 sebagai kerangka kerja manajemen risiko.
  • Menerapkan teknik dari ISO 31010 untuk penilaian risiko yang lebih akurat.
  • Mengadaptasi strategi dari ISO 12100 dan ISO 14120 untuk meningkatkan keselamatan peralatan.
  • Mengadopsi AS 2865 sebagai panduan utama untuk keselamatan di ruang terbatas.

Dengan pendekatan ini, risiko di ruang terbatas dapat diminimalkan, sehingga menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan sesuai dengan regulasi internasional.

Sumber Artikel: Zamree Amin, Roslina Mohammad, Norazli Othman, Astuty Amrin, Saárdin Abdul Aziz, dan Nurazean Maarop. Recent Review on Standards Related to Risk Assessment for Confined Spaces. International Journal of Mechanical Engineering and Technology 9(1), 2018, pp. 950–969.

Selengkapnya
Tinjauan Terkini tentang Standar Terkait Penilaian Risiko untuk Ruang Terbatas

Keselamatan Kerja

Analisis Risiko Pekerjaan Hot Working dalam Ruang Terbatas pada Perbaikan Kapal LPG Tanker

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Pekerjaan dalam ruang terbatas (confined space) di industri perkapalan, khususnya dalam proses perbaikan kapal, menghadirkan berbagai risiko yang dapat membahayakan keselamatan pekerja. Karakteristik ruang terbatas dalam perbaikan kapal dan mengklasifikasikan risiko ke dalam tujuh kategori bahaya. Dengan menggunakan metode Confined Space Risk Analysis (CRSA) dan Bowtie Analysis, penelitian ini menguraikan penyebab, dampak, serta strategi mitigasi untuk mengurangi potensi kecelakaan yang dapat terjadi dalam pekerjaan hot working.

Bahaya dalam pekerjaan hot working ke dalam tujuh kategori risiko utama:

  1. Atmosfer berbahaya – Kekurangan oksigen, gas beracun, asap pengelasan.
  2. Bahan kimia – Residu bahan bakar, uap kimia berbahaya.
  3. Biologi – Risiko paparan bakteri atau mikroorganisme dalam tangki penyimpanan.
  4. Ergonomi – Ruang gerak terbatas yang meningkatkan risiko cedera.
  5. Jatuh dan tergelincir – Akses masuk yang sulit dan penerangan yang kurang memadai.
  6. Bahaya fisik – Suhu tinggi dan radiasi panas dari proses hot working.
  7. Bahaya mekanis – Peralatan berat seperti tabung gas dan mesin pemotong.

Risiko utama dalam pekerjaan hot working di ruang terbatas meliputi:

  • Akumulasi gas beracun (CO, H₂S) yang dapat menyebabkan sesak napas hingga kematian.
  • Potensi kebakaran dan ledakan akibat penggunaan gas dan percikan api dari proses pengelasan.
  • Cedera akibat jatuh dan tergelincir, terutama saat masuk atau keluar dari tangki kapal.

Salah satu insiden yang dianalisis dalam studi ini melibatkan kecelakaan di tangki penyimpanan LPG, di mana seorang pekerja mengalami keracunan gas akibat kegagalan sistem ventilasi. Penyebab utama kecelakaan ini adalah:

  • Kurangnya deteksi atmosfer sebelum memasuki ruang terbatas.
  • Tidak adanya sistem ventilasi yang memadai selama pekerjaan berlangsung.
  • Penggunaan APD yang tidak sesuai standar.

Sebelum tindakan pengendalian diterapkan, penelitian ini menemukan bahwa:

  • 32 risiko berada dalam kategori ekstrem.
  • 31 risiko tergolong tinggi.
  • 13 risiko masuk dalam kategori menengah.

Setelah implementasi langkah mitigasi, terjadi penurunan risiko yang signifikan:

  • Risiko ekstrem berkurang dari 32 menjadi 15.
  • Risiko tinggi berkurang dari 31 menjadi 33 risiko menengah.
  • 28 risiko dikategorikan sebagai risiko rendah setelah pengendalian diterapkan.

Kelebihan

Menggunakan pendekatan berbasis data dengan metode CRSA dan Bowtie Analysis untuk mengevaluasi risiko. Menyajikan studi kasus nyata yang memperjelas dampak dari kurangnya mitigasi risiko. Menawarkan rekomendasi konkret untuk meningkatkan keselamatan kerja di ruang terbatas.

Kekurangan

Tidak membahas perbandingan efektivitas metode mitigasi dengan standar internasional lainnya. Tidak ada analisis dampak ekonomi dari kecelakaan dalam ruang terbatas. Kurangnya eksplorasi terkait teknologi baru seperti sensor IoT dalam pengawasan atmosfer ruang terbatas.

Beberapa langkah perbaikan yang direkomendasikan adalah:

  1. Meningkatkan Deteksi Atmosfer dan Ventilasi, Menggunakan sensor gas otomatis untuk mendeteksi kadar oksigen dan gas beracun. Meningkatkan sistem ventilasi aktif untuk memastikan sirkulasi udara yang baik.
  2. Optimalisasi Pelatihan dan Kesadaran Keselamatan, Mengadakan simulasi keadaan darurat setiap tiga bulan untuk meningkatkan kesiapsiagaan pekerja. Mewajibkan sertifikasi keselamatan ruang terbatas bagi semua pekerja yang bertugas.
  3. Pemanfaatan Teknologi untuk Pengawasan, Memasang CCTV di area ruang terbatas untuk memantau kondisi pekerja secara real-time. Mengembangkan sistem peringatan dini berbasis AI untuk mendeteksi potensi bahaya sebelum insiden terjadi.
  4. Pengetatan Regulasi dan Audit Keselamatan, Melakukan audit keselamatan rutin untuk memastikan kepatuhan terhadap standar internasional. Mengembangkan database insiden nasional untuk meningkatkan pembelajaran dari kecelakaan sebelumnya.

Mengenai risiko dalam pekerjaan hot working di ruang terbatas pada perbaikan kapal LPG tanker. Dengan menggunakan metode Confined Space Risk Analysis dan Bowtie Analysis, penelitian ini berhasil mengidentifikasi 50 potensi bahaya dengan total 76 tingkat risiko sebelum pengendalian diterapkan. Penerapan strategi mitigasi yang lebih efektif, peningkatan pelatihan keselamatan, serta pemanfaatan teknologi pengawasan dapat secara signifikan mengurangi angka kecelakaan kerja dalam ruang terbatas. Implementasi langkah-langkah ini sangat penting bagi industri perkapalan untuk meningkatkan standar keselamatan dan kesehatan kerja.

Sumber Artikel

Dhanistha, W. L., Silvianita, & Roshi, M. (2023). Risk Analysis of Hot Working in Confined Space Using Confined Space Risk Analysis (CRSA) and Bowtie Analysis Method on LPG Tanker Repair Process. Maritime Technology and Society, 2(1), 22-27.

Selengkapnya
Analisis Risiko Pekerjaan Hot Working dalam Ruang Terbatas pada Perbaikan Kapal LPG Tanker

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Faktor Risiko Psikososial dalam Pekerjaan di Ruang Terbatas

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam ruang terbatas (confined space) telah lama menjadi perhatian utama dalam berbagai industri, seperti manufaktur, minyak dan gas, serta konstruksi. Selain risiko fisik seperti kekurangan oksigen dan paparan gas beracun, pekerja di ruang terbatas juga menghadapi tantangan psikososial yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan produktivitas mereka. Bertujuan untuk mendeskripsikan faktor risiko psikososial yang dirasakan oleh pekerja dalam ruang terbatas serta implikasinya terhadap penilaian dan manajemen psikososial. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif berbasis wawancara terhadap 50 pekerja, penelitian ini mengidentifikasi lima dimensi utama risiko psikososial yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut dalam kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.

Metode wawancara terhadap 50 pekerja yang bekerja di ruang terbatas dalam sebuah perusahaan di Brasil. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan perangkat lunak IRAMUTEQ (Interface de R pour les Analyses Multidimensionnelles de Textes et de Questionnaires) dengan metode klasifikasi hierarkis menurun (descending hierarchical classification – DHC).

Hasil analisis data mengelompokkan faktor risiko psikososial ke dalam lima dimensi utama:

  1. Hubungan interpersonal di tempat kerja (29,58%)
  2. Perencanaan tugas (23,50%)
  3. Peran dalam organisasi (17,83%)
  4. Hubungan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (15,10%)
  5. Beban dan ritme kerja (13,97%)

Hubungan interpersonal menjadi faktor utama dalam kesehatan mental pekerja di ruang terbatas. Konflik dengan rekan kerja dan atasan, kurangnya komunikasi, serta minimnya dukungan sosial dapat meningkatkan stres dan memperburuk keselamatan kerja. Dalam studi ini, 29,58% dari total risiko psikososial terkait dengan hubungan interpersonal, yang mencakup:

  • Kesulitan berkomunikasi dalam situasi darurat.
  • Minimnya dukungan dari supervisor dalam situasi sulit.
  • Persaingan tidak sehat yang menyebabkan tekanan psikologis.

Sebanyak 23,50% dari faktor risiko psikososial berkaitan dengan perencanaan tugas. Pekerjaan dalam ruang terbatas sering kali memerlukan perencanaan yang ketat, dan kurangnya perencanaan yang baik dapat menyebabkan stres berlebih, antara lain:

  • Ketidakjelasan mengenai tugas yang harus dilakukan.
  • Keterbatasan waktu yang menyebabkan tekanan kerja tinggi.
  • Kurangnya persiapan dalam menangani kondisi darurat.

Sebanyak 17,83% dari risiko psikososial terkait dengan peran pekerja dalam organisasi. Faktor ini meliputi ketidakjelasan peran, kurangnya otonomi dalam pengambilan keputusan, serta ekspektasi yang tidak realistis dari manajemen. Selain itu, 13,97% risiko lainnya terkait dengan beban dan ritme kerja, di mana tekanan untuk bekerja lebih cepat dalam kondisi berbahaya meningkatkan kemungkinan kecelakaan kerja. Sebanyak 15,10% dari risiko psikososial berasal dari kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Pekerjaan di ruang terbatas sering kali mengharuskan pekerja berada dalam kondisi fisik dan mental yang prima, tetapi tekanan dari masalah pribadi, seperti keuangan dan hubungan keluarga, dapat memengaruhi kinerja mereka di tempat kerja.

Dampak Faktor Psikososial terhadap Keselamatan Kerja

Beberapa kasus kecelakaan kerja dianalisis untuk memahami bagaimana faktor psikososial berkontribusi terhadap insiden di ruang terbatas. Salah satu contoh mencakup seorang pekerja yang mengalami serangan panik saat bekerja dalam tangki tertutup, yang disebabkan oleh kombinasi kecemasan pribadi dan tekanan kerja yang tinggi. Insiden lain melibatkan seorang pekerja yang melakukan kesalahan operasional akibat kurangnya komunikasi dengan timnya, menunjukkan bahwa faktor psikososial seperti hubungan kerja yang buruk dapat berdampak langsung pada keselamatan kerja.

Kelebihan

Menggunakan metode kualitatif berbasis wawancara yang memberikan wawasan mendalam tentang pengalaman pekerja. Menggunakan perangkat lunak analisis teks yang memastikan keakuratan klasifikasi data. Menyediakan rekomendasi konkret untuk perbaikan kebijakan keselamatan kerja terkait faktor psikososial.

Kekurangan 

Tidak membandingkan dengan industri lain yang memiliki kondisi ruang terbatas serupa. Tidak ada data kuantitatif terkait tingkat kecelakaan akibat faktor psikososial. Kurangnya pembahasan tentang bagaimana teknologi dapat membantu mitigasi risiko psikososial.

Rekomendasi untuk Implementasi 

  1. Peningkatan Dukungan Psikososial bagi Pekerja, Menerapkan program konseling dan dukungan psikologis bagi pekerja yang mengalami tekanan kerja tinggi. Meningkatkan pelatihan komunikasi dan kepemimpinan untuk mengurangi konflik interpersonal.
  2. Optimasi Perencanaan Tugas dan Manajemen Beban Kerja, Menggunakan teknologi penjadwalan berbasis AI untuk mengatur beban kerja lebih adil. Mengadakan evaluasi rutin mengenai efisiensi perencanaan tugas.
  3. Pemanfaatan Teknologi untuk Mengurangi Tekanan Psikososial, Menggunakan sensor biometrik untuk mendeteksi stres pekerja secara real-time. Implementasi virtual reality (VR) training untuk simulasi kondisi kerja sebelum pekerja memasuki ruang terbatas.
  4. Kebijakan Fleksibilitas Kerja, Menyediakan opsi jam kerja fleksibel bagi pekerja dengan tekanan psikososial tinggi. Menawarkan cuti kesehatan mental bagi pekerja yang mengalami stres berlebih.

Faktor risiko psikososial memengaruhi keselamatan kerja dalam ruang terbatas. Dengan memahami lima dimensi utama risiko psikososial—hubungan interpersonal, perencanaan tugas, peran dalam organisasi, keseimbangan pekerjaan-kehidupan, serta beban dan ritme kerja—perusahaan dapat mengembangkan kebijakan yang lebih baik untuk mendukung kesejahteraan mental pekerja dan meningkatkan keselamatan kerja. Implementasi rekomendasi yang telah disarankan dapat membantu mengurangi angka kecelakaan kerja akibat stres dan faktor psikososial lainnya, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

Sumber Artikel

Mombelli, M. A., Reis, R. A., Zilly, A., Marziale, M. H. P., Braga, W. O. A., & Santos, C. B. (2022). Risk Factors for Working in Confined Spaces: Contributions for Psychosocial Assessment. Paidéia, 32, e3212.

Selengkapnya
Faktor Risiko Psikososial dalam Pekerjaan di Ruang Terbatas

Keselamatan Kerja

Analisis Prosedur Keselamatan Kerja dalam Ruang Terbatas pada Perbaikan Tangki CPO di PT. Tunggal Perkasa Plantations

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 05 Maret 2025


Keselamatan kerja dalam ruang terbatas (confined spaces) merupakan tantangan besar di berbagai industri, terutama dalam sektor perkebunan dan manufaktur. Penelitian ini menyoroti bagaimana kurangnya penerapan sistem K3 yang optimal dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja, serta perlunya pengawasan yang lebih ketat untuk memastikan keselamatan pekerja di ruang terbatas.

Prosedur keselamatan kerja di ruang terbatas masih jauh dari optimal. Beberapa temuan utama meliputi:

  • Tidak adanya sertifikasi K3 untuk pekerja yang terlibat dalam perbaikan tangki CPO.
  • Identifikasi bahaya tidak dilakukan secara menyeluruh, terutama terkait kadar gas beracun dan ventilasi udara.
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) masih kurang memadai
  • Kurangnya prosedur tanggap darurat

Beberapa insiden diidentifikasi sebagai bukti kurangnya penerapan sistem K3:

  • Kasus sesak napas akibat kadar oksigen rendah di dalam tangki
  • Kasus kecelakaan akibat tidak adanya pemantauan atmosfer
  • Kecelakaan fatal di industri terkait

Menurut data internasional, antara tahun 2005 hingga 2009 terdapat 481 kematian akibat kecelakaan kerja dalam ruang terbatas, dengan rata-rata 96 kematian per tahun atau 2 kematian per minggu. Insiden ini terjadi di berbagai sektor, terutama konstruksi, perbaikan, dan pembersihan. Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja akibat gas beracun dalam ruang terbatas juga sering terjadi, seperti di Riau dan Sukabumi, di mana pekerja meninggal akibat paparan gas berbahaya dalam sumur atau tangki industri.

Kelebihan 

Menyediakan wawasan empiris dari industri perkebunan mengenai tantangan keselamatan dalam ruang terbatas. Menggunakan metode triangulasi data untuk memastikan validitas hasil penelitian. Menyajikan studi kasus nyata yang memperjelas dampak dari kurangnya prosedur keselamatan kerja.

Kekurangan

Tidak ada perbandingan dengan industri lain yang memiliki ruang terbatas, seperti pertambangan atau manufaktur berat. Minimnya data kuantitatif mengenai jumlah kecelakaan kerja di PT. Tunggal Perkasa Plantations. Kurangnya rekomendasi terkait pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keselamatan dalam ruang terbatas.

Rekomendasi untuk Implementasi

  1. Peningkatan Kepatuhan terhadap Regulasi K3
  2. Optimasi Sistem Pemantauan Atmosfer
  3. Penyediaan APD yang Memadai
  4. Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan Keselamatan
  5. Penggunaan Teknologi dalam Pengawasan

Gambaran mendalam mengenai implementasi prosedur keselamatan kerja dalam ruang terbatas di PT. Tunggal Perkasa Plantations Air Molek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat banyak kelemahan dalam sistem keselamatan kerja, terutama dalam aspek sertifikasi pekerja, identifikasi bahaya, dan penggunaan APD yang sesuai. Dengan mengadopsi rekomendasi yang telah disebutkan, perusahaan dapat meningkatkan tingkat keselamatan pekerja dan mengurangi risiko kecelakaan di ruang terbatas secara signifikan. Penerapan teknologi, pelatihan yang lebih intensif, serta pengawasan yang lebih ketat adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan sesuai dengan standar regulasi yang berlaku.

Sumber Artikel

Masribut, & Clinton, S. (2016). Analisis Prosedur Pelaksanaan pada Pekerjaan di Ruang Terbatas (Confined Spaces) pada Perbaikan Tangki CPO di PT. Tunggal Perkasa Plantations Air Molek. AL-TAMIMI KESMAS, 5(2), 41-48.

 

Selengkapnya
Analisis Prosedur Keselamatan Kerja dalam Ruang Terbatas pada Perbaikan Tangki CPO di PT. Tunggal Perkasa Plantations
« First Previous page 274 of 952 Next Last »