Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kerja dalam industri peleburan besi menjadi perhatian utama mengingat tingginya potensi bahaya yang dapat terjadi, terutama ledakan dan kebakaran. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional menggunakan pendekatan observasional kuantitatif. Sampel penelitian terdiri dari 72 orang tim tanggap darurat, yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Responden terdiri dari empat staf Safety Health Environment (SHE), satu penanggung jawab Electric Arc Furnace (EAF), serta enam anggota tim darurat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan, serta analisis dokumen internal perusahaan terkait sistem tanggap darurat.
Evaluasi kesiapan tanggap darurat dilakukan dengan mengacu pada International Safety Rating System (ISRS), yang mencakup beberapa elemen:
Dari 670 poin harapan dalam ISRS, PT. X memperoleh skor 620 poin (92,5%), menunjukkan bahwa sistem tanggap darurat perusahaan telah cukup baik, namun masih memerlukan perbaikan pada beberapa aspek. Rincian hasil evaluasi adalah sebagai berikut:
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor risiko utama yang berpotensi menyebabkan ledakan dan kebakaran di area Electric Arc Furnace (EAF), antara lain:
Pada tahun 2004, terjadi ledakan besar di area peleburan besi PT. X yang menyebabkan 13 pekerja mengalami luka berat, satu di antaranya meninggal dunia. Insiden ini disebabkan oleh scrap yang mengandung kadar air tinggi, yang bereaksi dengan logam cair dan menghasilkan gas hidrogen yang mudah meledak. Selain itu, banyak pekerja saat itu tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan standar keselamatan. Setelah kejadian tersebut, perusahaan mulai menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis OHSAS 18001, yang terintegrasi dengan ISO 14001 dan ISO 9001. Perusahaan juga meningkatkan prosedur tanggap darurat dengan latihan evakuasi berkala dan pemantauan suhu furnace secara real-time.
Saat ini, pelatihan bagi tim tanggap darurat di PT. X sudah cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan dalam beberapa aspek:
Salah satu kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kurangnya sistem komunikasi darurat yang efektif dengan masyarakat sekitar. Perusahaan perlu mengembangkan:
Beberapa rambu dan alat proteksi di PT. X mengalami kerusakan dan perlu diperbaiki. Rekomendasi dalam aspek ini meliputi:
Kesimpulan
Sumber Artikel
Putri Anggitasari, M. Sulaksmono. Penilaian Emergency Response Preparedness untuk Proteksi Ledakan pada Area Peleburan Besi pada PT. X. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 3, No. 1, Jan-Jun 2014, 71-81.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kebakaran dalam infrastruktur kritis merupakan aspek penting dalam mencegah bencana besar yang dapat mengancam nyawa dan aset berharga. Dalam analisis ini, penulis membandingkan sistem tanggap darurat di Amerika Serikat dengan wilayah lain serta menyarankan langkah-langkah mitigasi yang dapat diterapkan dalam berbagai sektor, khususnya di terminal minyak dan gas.
Penelitian ini mengidentifikasi lima tantangan utama yang dihadapi dalam kesiapsiagaan respons darurat kebakaran di sektor infrastruktur kritis:
Strategi untuk Meningkatkan Keselamatan Kebakaran
1. Instalasi Sistem Pemadam Kebakaran yang Terintegrasi
2. Peningkatan Pelatihan dan Simulasi Tanggap Darurat
3. Penguatan Kerja Sama dan Perjanjian Kolaboratif
4. Pembentukan Pusat Komando Insiden dan Ruang Kontrol Darurat
5. Optimalisasi Infrastruktur Akses Darurat
Penelitian ini menyoroti keunggulan sistem komando insiden (Incident Command System/ICS) yang diterapkan di Amerika Serikat. Sistem ini memungkinkan penyatuan semua sumber daya, tenaga kerja, dan informasi dalam satu pusat komando. Hal ini sangat kontras dengan banyak wilayah lain yang masih mengandalkan sistem independen tanpa koordinasi antarinstansi. Contohnya, pada kebakaran besar di fasilitas minyak dan gas di Texas, keberadaan pusat komando yang terpusat memungkinkan alokasi sumber daya yang cepat dan efisien, sehingga kebakaran dapat dikendalikan dalam waktu lebih singkat dibandingkan dengan kasus serupa di Timur Tengah yang mengalami keterlambatan respons akibat kurangnya koordinasi.
Paper ini memberikan rekomendasi yang sangat berharga bagi sektor infrastruktur kritis, khususnya dalam industri minyak dan gas. Namun, ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan lebih lanjut:
Paper Emergency Response Preparedness oleh Sibanda dan Hansen memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam meningkatkan kesiapsiagaan respons darurat kebakaran di sektor infrastruktur kritis. Dengan menerapkan strategi seperti pembangunan sistem pemadam kebakaran yang terintegrasi, peningkatan pelatihan, serta pembentukan pusat komando insiden, risiko kebakaran dapat diminimalisir secara signifikan. Sistem komando insiden yang telah berhasil diterapkan di Amerika Serikat dapat menjadi model bagi negara lain dalam meningkatkan efektivitas tanggap darurat kebakaran. Penerapan teknologi modern serta kerja sama lintas sektor juga menjadi faktor kunci dalam membangun sistem keselamatan yang lebih tangguh dan adaptif terhadap tantangan masa depan.
Sumber Artikel
Sibanda, M. & Hansen, C.T. (2022). Emergency Response Preparedness; Fourteen Strategies to Increase Fire Safety in Critical Infrastructure Sectors in Response to the Five Discovered Challenges. University of Applied Research & Development, Auckland.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan industri adalah elemen penting dalam operasi di fasilitas berisiko tinggi, seperti industri kimia dan nuklir. Namun, dalam berbagai kasus kecelakaan industri, kegagalan dalam respons darurat telah menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan berbasis kasus dengan menganalisis kegagalan respons darurat dalam berbagai kecelakaan industri besar. Data diperoleh dari beberapa sumber publik, termasuk:
Empat kasus kecelakaan besar dipilih untuk dianalisis secara mendalam, dengan fokus pada kesalahan dalam respons darurat serta pelajaran yang dapat dipetik.
Pada 25 Juli 2013, serangkaian ledakan terjadi di area penyimpanan produk jadi sebuah pabrik kembang api. Ledakan awal terjadi di sekitar dua gudang penyimpanan, menyebabkan kematian empat orang, termasuk seorang petugas pemadam kebakaran. Investigasi menunjukkan bahwa:
Kesalahan utama dalam insiden ini adalah kurangnya sistem komunikasi yang efektif antara perusahaan dan layanan darurat.
Pada 17 April 2013, kebakaran terjadi di fasilitas distribusi pupuk West Fertilizer Company di Texas, AS. Beberapa saat setelah pemadam kebakaran tiba, terjadi ledakan besar yang menewaskan 14 orang, termasuk 12 petugas pemadam kebakaran, serta merusak lebih dari 150 bangunan di sekitar lokasi kejadian. Faktor-faktor penyebabnya meliputi:
Studi ini menunjukkan bahwa pelatihan khusus dalam menangani bahan berbahaya sangat penting untuk mencegah kecelakaan serupa di masa depan. Pada 16 April 1947, kebakaran kecil terdeteksi di kapal Grandcamp yang membawa ammonium nitrat di pelabuhan Texas City, AS. Upaya untuk memadamkan api dengan uap menyebabkan tekanan meningkat, yang akhirnya memicu ledakan besar. Akibatnya:
Studi ini menyoroti pentingnya regulasi yang lebih ketat dalam penyimpanan dan transportasi bahan kimia berbahaya. Gempa bumi berkekuatan 9,0 SR dan tsunami pada 11 Maret 2011 menyebabkan bencana nuklir di Fukushima Daiichi, Jepang. Sistem pendingin reaktor gagal, menyebabkan pelepasan radiasi dalam skala besar. Faktor utama kegagalan respons darurat meliputi:
Bencana ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan terhadap kejadian multi-bencana yang dapat terjadi secara bersamaan.
Kesimpulan
Saran
Sumber Artikel
Zsuzsanna Gyenes. Learning from Emergency Response in the Process Industries. Hazards 28, Symposium Series No. 163, 2018, IChemE.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kebakaran merupakan aspek krusial dalam operasional perusahaan, terutama bagi industri yang melibatkan ritel, perawatan, dan distribusi seperti yang dibahas dalam studi Assessing and Developing Fire Safety at Company X oleh Roosa Hellgrén. Paper ini mengevaluasi kesiapsiagaan kebakaran di Perusahaan X, mengidentifikasi kelemahan dalam latihan kebakaran dan pelatihan karyawan, serta memberikan rekomendasi perbaikan.
Tujuan utama penelitian ini adalah meninjau sistem keselamatan kebakaran di lokasi perusahaan, mengidentifikasi celah dalam kesiapsiagaan darurat, serta memberikan solusi yang dapat meningkatkan respons terhadap keadaan darurat kebakaran. Dengan pendekatan metodologis berupa wawancara, tinjauan dokumen, dan inspeksi langsung (safety walk), studi ini memberikan wawasan praktis mengenai kondisi aktual di tempat kerja.
Tantangan dalam Keselamatan Kebakaran
Metodologi yang Digunakan
Hasil dan Temuan Studi
2. Hasil Tinjauan Dokumen
3. Hasil Inspeksi Langsung (Safety Walk)
Strategi Perbaikan Keselamatan Kebakaran
Paper Assessing and Developing Fire Safety at Company X memberikan wawasan mendalam mengenai tantangan dan solusi dalam meningkatkan keselamatan kebakaran di lingkungan kerja. Meskipun Perusahaan X telah memiliki sistem darurat yang cukup baik, terdapat beberapa aspek yang masih memerlukan perbaikan, khususnya dalam latihan kebakaran, pelatihan karyawan, dan pemeliharaan peralatan keselamatan. Dengan menerapkan rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini, Perusahaan X dapat meningkatkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi kebakaran, meminimalisir risiko, serta melindungi karyawan dan aset perusahaan secara lebih efektif.
Sumber Artikel
Hellgrén, R. (2024). Assessing and Developing Fire Safety at Company X. Laurea University of Applied Sciences.
Kebakaran Limbah
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Kebakaran limbah merupakan masalah yang semakin meningkat dalam industri daur ulang, dengan dampak luas terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat, dan keselamatan kerja. Penelitian ini menggunakan data dari NASA’s VIIRS (Visible Infrared Imaging Radiometer Suite) serta laporan kebakaran dari Swedish Civil Contingencies Agency (MSB) selama periode 2012–2018 untuk memahami pola kejadian kebakaran limbah di Swedia dan merancang strategi pencegahan yang lebih efektif.
Metode Penelitian
Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan ArcGIS untuk mengidentifikasi pola spasial dan karakteristik kebakaran, serta korelasi antara insiden kebakaran dengan faktor-faktor sosial dan ekonomi.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah insiden kebakaran limbah di Swedia mengalami peningkatan antara tahun 2014 dan 2018. Rata-rata kejadian kebakaran limbah per juta penduduk per tahun (AFIPMC) berkisar antara 2,4 hingga 4,7. Analisis data menunjukkan adanya korelasi positif antara jumlah kejadian kebakaran dan pertumbuhan populasi urban di beberapa wilayah.
Faktor utama penyebab kebakaran limbah meliputi:
Dampak Kebakaran Limbah
Kebakaran limbah tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa konsekuensi utama dari kebakaran limbah meliputi:
Kasus Kebakaran Limbah di Swedia
Salah satu studi kasus yang dianalisis dalam paper ini adalah insiden kebakaran di CemMiljø A/S, yang mengakibatkan kerugian sebesar 1,76 juta Euro. Insiden ini disebabkan oleh pengelolaan limbah yang buruk, termasuk penyimpanan berlebihan dan kurangnya sistem deteksi kebakaran yang efektif. Selain itu, laporan dari MSB menunjukkan bahwa antara 2012 dan 2018, terdapat 163 kebakaran limbah yang tercatat di database nasional, tetapi hanya 11 insiden (7%) yang terdeteksi oleh VIIRS dan dilaporkan ke MSB, menunjukkan kurangnya sistem pelaporan kebakaran yang komprehensif.
Rekomendasi untuk Pencegahan dan Mitigasi Kebakaran Limbah
1. Peningkatan Sistem Deteksi Kebakaran
Untuk meningkatkan efektivitas deteksi kebakaran limbah, peneliti merekomendasikan:
2. Optimalisasi Tata Letak Penyimpanan Limbah
Paper ini menekankan pentingnya desain yang aman dalam penyimpanan limbah:
3. Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan
Sebagian besar kebakaran limbah disebabkan oleh faktor manusia, sehingga edukasi menjadi kunci dalam mitigasi risiko:
4. Integrasi Data untuk Perencanaan yang Lebih Baik
Peneliti menyarankan integrasi data antara laporan MSB dan citra satelit untuk membangun sistem pemantauan kebakaran yang lebih akurat dan komprehensif. Dengan cara ini, otoritas dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran limbah.
Kesimpulan
Sumber Artikel
Muhammad Asim Ibrahim, Anders Lönnermark, William Hogland. Safety at Waste and Recycling Industry: Detection and Mitigation of Waste Fire Accidents. Waste Management, Vol. 141, 2022, 271-281.
Keselamatan Kebakaran
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 10 Mei 2025
Keselamatan kebakaran di bangunan tempat tinggal merupakan isu kritis yang sering kali dipengaruhi oleh perilaku penghuni. Studi ini mengkaji berbagai elemen yang berkontribusi terhadap kesiapsiagaan penghuni dalam menghadapi kebakaran, termasuk faktor usia, gangguan fisik dan mental, tingkat pengetahuan tentang kebakaran, serta faktor sosial ekonomi. Dengan menggunakan metodologi meta-analysis, penelitian ini mengumpulkan dan menganalisis temuan dari berbagai sumber untuk memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana penghuni merespons situasi kebakaran.
Faktor Risiko Personal dalam Keselamatan Kebakaran
1. Pengaruh Usia terhadap Perilaku Keselamatan Kebakaran
2. Dampak Gangguan Fisik dan Mental dalam Situasi Kebakaran
3. Pengetahuan dan Pengalaman dalam Menghadapi Kebakaran
4. Persepsi Risiko dan Pengambilan Keputusan
Faktor Risiko Umum dalam Keselamatan Kebakaran
1. Akses dan Jalur Evakuasi
2. Rencana Evakuasi dan Instruksi Keselamatan
3. Ketersediaan dan Pemanfaatan Peralatan Keselamatan Kebakaran
4. Kepadatan dan Hambatan saat Evakuasi
5. Penggunaan Teknologi dalam Keselamatan Kebakaran
Rekomendasi untuk Meningkatkan Keselamatan Kebakaran
Kesimpulan
Paper Influences on Resident’s Fire Safety Behaviours: An Evidence Review memberikan wawasan yang komprehensif tentang bagaimana berbagai faktor—baik pribadi maupun lingkungan—mempengaruhi respons penghuni terhadap kebakaran. Dengan memahami faktor-faktor ini, langkah-langkah yang lebih efektif dapat diambil untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan keselamatan penghuni dalam situasi darurat.
Sumber Artikel
Allen Jones, A. (2022). Influences on Resident’s Fire Safety Behaviours: An Evidence Review. Cardiff: Welsh Government, GSR report number 10/2023.