Manajemen Keselamatan Konstruksi: Perspektif Pekerja dan Implikasi Kebijakan

Dipublikasikan oleh Marioe Tri Wardhana

22 September 2025, 10.10

Mengapa Temuan Ini Penting untuk Kebijakan?

Penelitian ini berfokus pada perspektif para pekerja konstruksi atau tradespeople, kelompok yang paling rentan terhadap risiko kecelakaan. Mereka menilai bagaimana kebijakan dan sistem manajemen K3 yang ada benar-benar bekerja dalam kehidupan sehari-hari di proyek. Temuan menunjukkan adanya perbedaan persepsi antara manajemen dan pekerja lapangan. Bagi banyak pekerja, pelatihan keselamatan masih dianggap formalitas, sementara implementasi praktik pencegahan di lapangan belum optimal. Hal ini memperlihatkan adanya jurang antara desain kebijakan di atas kertas dengan realitas pelaksanaan di proyek.

Dalam konteks Indonesia, masalah ini sangat relevan. Regulasi formal terkait K3 sudah ada, bahkan diwajibkan dalam berbagai proyek strategis. Namun, tingkat kecelakaan kerja di sektor konstruksi masih tinggi. Pekerja lapangan sering tidak mendapatkan pelatihan yang memadai atau perlengkapan pelindung diri yang layak. Penelitian ini menekankan perlunya kebijakan publik yang tidak hanya menyusun aturan, tetapi juga melibatkan para pekerja dalam perencanaan dan evaluasi sistem K3. Hal ini sejalan dengan panduan dari artikel K3 di Sektor Konstruksi: Panduan Lengkap untuk Mencegah Kecelakaan Kerja Berdasarkan Standar ILO yang menjelaskan bahwa regulasi keselamatan harus diterapkan sejak tahap perencanaan dan dirancang agar sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.

Implementasi di Lapangan: Dampak, Hambatan, dan Peluang

Implementasi manajemen K3 memiliki dampak positif yang signifikan. Dengan pelatihan yang benar dan kepatuhan pada protokol, angka kecelakaan dapat ditekan, produktivitas meningkat, dan kualitas pekerjaan lebih terjamin. Keberadaan budaya keselamatan yang kuat juga menciptakan rasa aman bagi pekerja, yang pada akhirnya meningkatkan motivasi kerja.

Namun, terdapat banyak hambatan yang muncul. Salah satunya adalah budaya kerja di mana pekerja seringkali mengutamakan kecepatan dan target proyek dibandingkan keselamatan. Kurangnya pengawasan yang konsisten membuat banyak prosedur keselamatan hanya berjalan di atas kertas. Hambatan lain adalah biaya tambahan untuk pelatihan dan penyediaan alat pelindung diri, yang sering dianggap sebagai beban oleh kontraktor.

Meski begitu, peluang tetap besar. Dengan meningkatnya perhatian publik terhadap isu keselamatan kerja, ditambah dengan dorongan dari organisasi internasional seperti ILO, ada ruang untuk memperkuat kebijakan K3 di sektor konstruksi. Pemanfaatan teknologi digital seperti aplikasi monitoring keselamatan dan wearable devices juga membuka peluang untuk meningkatkan pengawasan secara real-time.

5 Rekomendasi Kebijakan Praktis

Pertama, pemerintah perlu mewajibkan integrasi pelatihan K3 berbasis praktik ke dalam setiap proyek konstruksi, bukan hanya sebagai formalitas administratif. Kedua, perlu ada mekanisme pengawasan independen untuk memastikan bahwa standar keselamatan benar-benar diterapkan di lapangan. Ketiga, penyediaan perlengkapan pelindung diri harus menjadi tanggung jawab kontraktor utama, dengan sanksi tegas jika lalai. Keempat, kebijakan publik harus mendorong partisipasi pekerja dalam evaluasi program K3, karena merekalah yang paling memahami risiko nyata di lapangan. Kelima, pemanfaatan teknologi digital dalam pengawasan keselamatan harus diperluas agar kebijakan lebih adaptif terhadap tantangan lapangan.

Kritik terhadap Potensi Kegagalan Kebijakan

Jika kebijakan K3 tidak diterapkan secara konsisten, risiko yang muncul sangat besar. Pertama, angka kecelakaan kerja akan tetap tinggi, menyebabkan kerugian manusia dan ekonomi. Kedua, kredibilitas regulasi K3 akan melemah, karena pekerja melihatnya hanya sebagai aturan formal tanpa dampak nyata. Ketiga, ketidakselarasan antara kebijakan dan praktik lapangan akan memperlebar kesenjangan kepercayaan antara pekerja dan manajemen. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menurunkan daya saing industri konstruksi Indonesia di mata investor global.

Penutup

Penelitian tentang pandangan pekerja konstruksi terhadap manajemen K3 memberikan pelajaran penting bahwa keselamatan kerja bukan hanya persoalan regulasi, tetapi juga budaya, kepedulian, dan implementasi nyata. Indonesia perlu mengambil pelajaran dari temuan ini untuk memperkuat kebijakan publik yang menekankan keterlibatan pekerja, konsistensi pengawasan, dan pemanfaatan teknologi. Dengan langkah-langkah tersebut, industri konstruksi dapat bergerak menuju masa depan yang lebih aman, produktif, dan berdaya saing global.

Sumber

Health and Safety Management on Construction Projects: The View of Construction Tradespeople.