Analysis
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
Pendahuluan: Tantangan Baru dalam Sistem Kelistrikan Modern
Dalam beberapa dekade terakhir, transisi energi global semakin mengarah pada pemanfaatan energi terbarukan seperti angin dan surya. Meskipun ramah lingkungan, integrasi energi terbarukan ini menimbulkan tantangan besar dalam menjaga keandalan sistem kelistrikan. Paper "Review and Classification of Reliability Indicators for Power Systems with a High Share of Renewable Energy Sources" karya Evelyn Heylen, Geert Deconinck, dan Dirk Van Hertem dari KU Leuven membahas urgensi perubahan paradigma dalam manajemen keandalan sistem kelistrikan. Resensi ini akan mengeksplorasi metode klasifikasi indikator keandalan yang diusulkan, menyoroti temuan utama, dan mengaitkannya dengan tren industri serta tantangan praktis di lapangan.
Potensi Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Selain aspek teknis, ketidakandalan sistem kelistrikan juga berdampak besar pada ekonomi dan lingkungan. Gangguan listrik yang berulang dapat memicu kerugian finansial di sektor industri dan bisnis, terutama pada negara-negara dengan ketergantungan tinggi pada energi terbarukan. Sebagai contoh, pemadaman listrik besar di California pada tahun 2020 menyebabkan kerugian lebih dari $2 miliar, sebagian besar karena ketidakmampuan jaringan mengelola beban puncak saat energi surya menurun menjelang malam.
Dari sisi lingkungan, integrasi energi terbarukan yang kurang optimal memicu kebutuhan penggunaan pembangkit listrik cadangan berbahan bakar fosil, yang justru meningkatkan emisi karbon. Oleh karena itu, pengembangan indikator keandalan yang lebih adaptif juga memiliki dampak besar dalam mempercepat transisi energi bersih.
Studi Kasus Tambahan: Jerman dan Australia
Untuk memperkuat analisis, mari kita lihat contoh dari dua negara pemimpin transisi energi terbarukan: Jerman dan Australia.
Menyongsong Masa Depan dengan Teknologi Cerdas
Integrasi teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) dan machine learning (ML) semakin menjadi kebutuhan mendesak dalam pengelolaan keandalan sistem kelistrikan. Sistem berbasis AI dapat menganalisis pola historis gangguan, memprediksi skenario risiko, dan memberikan rekomendasi tindakan mitigasi secara real-time. Teknologi ini dapat dikombinasikan dengan sensor IoT yang memantau stabilitas jaringan di berbagai titik untuk meningkatkan akurasi data.
Misalnya, National Grid UK kini mengembangkan sistem berbasis AI yang mampu merespons gangguan dalam hitungan detik dengan mengalihkan suplai daya dari pembangkit energi terbarukan terdekat. Langkah ini mengurangi durasi pemadaman hingga 30%.
Peran Kebijakan dan Regulasi dalam Mendukung Indikator Keandalan
Teknologi saja tidak cukup. Diperlukan dukungan kebijakan yang lebih progresif untuk memastikan keandalan sistem tetap terjaga di tengah meningkatnya penetrasi energi terbarukan. Beberapa negara, seperti Denmark dan Belanda, sudah mulai menerapkan kebijakan Dynamic Reserve Capacity, yaitu cadangan daya fleksibel yang diaktifkan otomatis saat ada gangguan energi terbarukan.
Pemerintah juga dapat mengadopsi Performance-Based Regulation (PBR), yaitu sistem insentif bagi operator jaringan yang berhasil menjaga keandalan sistem sambil tetap mendorong integrasi energi bersih. Operator yang berhasil mempertahankan stabilitas dan menekan gangguan akan mendapatkan insentif finansial, sedangkan yang gagal dikenakan penalti.
Kolaborasi Industri dan Akademisi untuk Inovasi Indikator Baru
Selain teknologi dan regulasi, inovasi dalam pengembangan indikator keandalan juga memerlukan kolaborasi erat antara industri dan akademisi. Universitas dan lembaga riset dapat membantu menciptakan model prediktif baru, sementara industri menyediakan data dan pengalaman lapangan.
Contoh sukses dari kolaborasi ini adalah proyek Energy Smart Borders di Uni Eropa. Proyek ini menggabungkan riset akademik dengan partisipasi perusahaan energi besar seperti Siemens dan EDF Energy untuk menciptakan indikator baru yang mengukur ketahanan jaringan lintas negara di tengah lonjakan pemanfaatan energi terbarukan.
Kesimpulan: Menuju Sistem Kelistrikan yang Lebih Tangguh dan Adaptif
Paper ini memberikan landasan yang kuat untuk memahami kompleksitas indikator keandalan pada sistem kelistrikan modern. Klasifikasi indikator yang lebih terstruktur dan transparan membantu mengidentifikasi celah dan kekurangan yang perlu diatasi. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel, didukung teknologi modern, indikator probabilistik, serta integrasi AI dan IoT, sistem kelistrikan masa depan bisa lebih tangguh menghadapi variabilitas energi terbarukan.
Dukungan regulasi, insentif berbasis performa, dan kolaborasi antara akademisi dan industri menjadi kunci mewujudkan jaringan listrik yang andal, bersih, dan adaptif. Sistem kelistrikan di masa depan bukan hanya harus kuat secara teknis, tetapi juga cerdas dan responsif terhadap dinamika energi yang terus berkembang.
Sumber Utama:
OECD Nuclear Energy Agency. (2004). Human Reliability Analysis in Probabilistic Safety Assessment for Nuclear Power Plants. CSNI Technical Opinion Papers No. 4.
Tersedia di: https://www.oecd-nea.org/jcms/pl_14278/human-reliability-analysis-in-probabilistic-safety-assessment-for-nuclear-power-plants
Sustainability
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 15 Mei 2025
PENDAHULUAN
Dalam upaya global untuk mencapai keberlanjutan, berbagai industri mulai mengadopsi strategi yang lebih ramah lingkungan. Paper berjudul Sustainability Approaches in Industrial Sectors: Evaluating Environmental and Economic Impacts yang diterbitkan dalam jurnal Sustainability membahas berbagai metode yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi sumber daya serta mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan industri. Studi ini memberikan wawasan mengenai bagaimana prinsip keberlanjutan diterapkan di berbagai sektor, serta mengevaluasi manfaat ekonomi dan lingkungan dari pendekatan tersebut.
TANTANGAN DAN PELUANG DALAM PENERAPAN KEHIDUPAN BERKELANJUTAN
1. Tantangan dalam Implementasi Keberlanjutan
Banyak industri menghadapi berbagai tantangan dalam mengadopsi praktik berkelanjutan, seperti:
2. Peluang dalam Keberlanjutan Industri
Meski terdapat tantangan, penerapan praktik keberlanjutan juga menawarkan berbagai peluang, seperti:
STRATEGI INDUSTRI UNTUK KEHIDUPAN BERKELANJUTAN
Paper ini mengevaluasi beberapa strategi utama yang digunakan oleh berbagai industri untuk mencapai keberlanjutan:
1. Circular Economy dan Pengurangan Limbah
2. Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi
3. Digitalisasi dan Industri 4.0
4. Desain Produk Berkelanjutan
ANALISIS DAMPAK: LINGKUNGAN DAN EKONOMI
1. Dampak Lingkungan
Studi menunjukkan bahwa penerapan strategi keberlanjutan dapat:
2. Dampak Ekonomi
Selain manfaat lingkungan, keberlanjutan juga memiliki dampak positif terhadap ekonomi:
STUDI KASUS: IMPLEMENTASI KEBERLANJUTAN DI INDUSTRI MANUFAKTUR
Salah satu studi kasus dalam paper ini menyoroti sebuah perusahaan manufaktur global yang berhasil mengurangi emisi karbonnya hingga 35% dalam satu dekade melalui:
Hasil ini menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak hanya memungkinkan perusahaan memenuhi regulasi lingkungan, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi dan profitabilitas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Paper ini menegaskan bahwa penerapan strategi keberlanjutan di sektor industri memiliki dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan dan ekonomi. Meskipun terdapat tantangan dalam implementasinya, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar, termasuk pengurangan emisi, efisiensi biaya, dan peningkatan daya saing.
Beberapa rekomendasi utama dari penelitian ini meliputi:
Dengan menerapkan pendekatan ini, industri dapat berkontribusi lebih besar dalam mewujudkan ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
SUMBER
Paper ini dapat diakses di jurnal Sustainability dengan DOI.
Kualitas Air
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 15 Mei 2025
Pendahuluan: Ketika Air Bersih Menjadi Kemewahan
Meski dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya air, Bhutan menghadapi realitas yang kontras. Di tengah melimpahnya air permukaan dan mata air pegunungan, masyarakat di banyak wilayah—baik urban maupun rural—masih kesulitan mengakses air minum yang aman. Paper berjudul Assessing the water quality and status of water resources in urban and rural areas of Bhutan oleh Chathuranika et al. (2023) menyoroti ironi ini dan menawarkan kajian komprehensif mengenai kualitas air dan manajemen sumber daya air Bhutan yang kompleks.
Artikel ini akan membedah isi paper tersebut secara mendalam, memberikan parafrase kritis, serta menambahkan analisis yang mengaitkan temuan dengan tantangan global dan lokal seputar air bersih dan sanitasi.
Urbanisasi dan Akses Air: Sebuah Kesenjangan yang Melebar
Urbanisasi di Bhutan meningkat tajam selama dekade terakhir, dengan pertumbuhan penduduk kota mencapai lebih dari 22% sejak 2009. Namun, hanya sebagian kecil masyarakat urban yang menikmati layanan air 24 jam. Sebagian lainnya harus bergantung pada distribusi terbatas, bahkan di bawah 8 jam per hari. Ironisnya, 99,9% rumah tangga tercatat memiliki akses ke sumber air "terstandar", tapi hanya 83% yang memiliki akses ke air minum sepanjang hari.
Kondisi ini diperparah dengan:
Studi Kasus: Paro dan Dagana
Kedua distrik ini menjadi simbol keterbatasan distribusi air di Bhutan, dengan pasokan tidak teratur dan air tidak terolah.
Kualitas Air: Dari Glacial Lake ke Keran Rumah
Bhutan memiliki lebih dari 2.600 danau glasial dan 78 miliar m3 air permukaan tahunan. Namun, kualitas air tidak selalu memenuhi standar WHO. Analisis menunjukkan tingginya angka BOD (Biological Oxygen Demand), rendahnya DO (Dissolved Oxygen), serta keberadaan coliform yang melebihi ambang batas di beberapa area.
Penyebab degradasi kualitas air meliputi:
Sistem Pengolahan Air: Minim, Mahal, dan Tidak Merata
Sistem pengolahan air di Bhutan terbagi dua: sederhana di daerah rural dan lebih kompleks di kota besar. Namun, sebagian besar masih menggunakan metode dasar seperti filtrasi pasir dan disinfeksi klorin. Hanya beberapa instalasi seperti Jungzhina dan Bajo yang memiliki proses berlapis.
Data Kapasitas Instalasi
Kedua instalasi ini mengolah air dari sungai menggunakan kombinasi filtrasi dan klorinasi, namun masih ditemukan kasus di mana air terolah tidak sepenuhnya bebas dari bakteri.
Pendekatan IWRM: Jalan Menuju Masa Depan Air Bhutan
Integrated Water Resources Management (IWRM) menjadi harapan utama Bhutan untuk memastikan keberlanjutan pasokan air bersih. Pendekatan ini melibatkan semua pemangku kepentingan dan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan secara menyeluruh.
Pemerintah Bhutan telah membentuk Komite Penasihat Teknis untuk mengawal kebijakan dan implementasi IWRM. Tujuannya jelas: menjamin keadilan distribusi air, efisiensi ekonomi, dan konservasi ekosistem.
Analisis Tambahan: Mengapa Bhutan Perlu Bertindak Cepat
Urbanisasi dan Tekanan Lingkungan
Kota seperti Thimphu dan Paro mengalami degradasi kualitas air yang serius akibat pembangunan tak terkendali. Studi di lembah Wangchhu menunjukkan bahwa peningkatan kawasan terbangun menurunkan kualitas air sungai secara drastis. Parameter seperti pH, TDS, dan total coliform menunjukkan tren memburuk.
Perubahan Iklim
Pemanasan di Himalaya membuat gletser mencair cepat, menyebabkan banjir di dataran rendah dan berkurangnya aliran sungai di musim kering. Kombinasi ini memperburuk ketersediaan dan kualitas air.
Rekomendasi: Apa yang Bisa Dilakukan?
Kesimpulan: Bhutan di Persimpangan Jalan
Bhutan menghadapi dilema yang kompleks: sumber daya air melimpah, tetapi akses terhadap air bersih masih belum merata. Urbanisasi, perubahan iklim, dan tantangan geografis memperparah masalah ini. Paper oleh Chathuranika et al. (2023) menyajikan gambaran lengkap yang layak menjadi referensi kebijakan dan aksi.
Solusinya bukan sekadar teknis, tapi juga sosial dan politis. Bhutan perlu merumuskan strategi lintas sektor dan mengarusutamakan air sebagai isu nasional yang menyentuh hajat hidup rakyat.
Referensi
Chathuranika, I. M., Sachinthanie, E., Zam, P., Gunathilake, M. B., Denkar, D., Muttil, N., Abeynayaka, A., Kantamaneni, K., & Rathnayake, U. (2023). Assessing the water quality and status of water resources in urban and rural areas of Bhutan. Journal of Hazardous Materials Advances, 12, 100377.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam ruang terbatas (confined space) telah lama menjadi perhatian utama dalam berbagai industri, seperti manufaktur, minyak dan gas, serta konstruksi. Selain risiko fisik seperti kekurangan oksigen dan paparan gas beracun, pekerja di ruang terbatas juga menghadapi tantangan psikososial yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan produktivitas mereka. Bertujuan untuk mendeskripsikan faktor risiko psikososial yang dirasakan oleh pekerja dalam ruang terbatas serta implikasinya terhadap penilaian dan manajemen psikososial. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif berbasis wawancara terhadap 50 pekerja, penelitian ini mengidentifikasi lima dimensi utama risiko psikososial yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut dalam kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Metode wawancara terhadap 50 pekerja yang bekerja di ruang terbatas dalam sebuah perusahaan di Brasil. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan perangkat lunak IRAMUTEQ (Interface de R pour les Analyses Multidimensionnelles de Textes et de Questionnaires) dengan metode klasifikasi hierarkis menurun (descending hierarchical classification – DHC).
Hasil analisis data mengelompokkan faktor risiko psikososial ke dalam lima dimensi utama:
Hubungan interpersonal menjadi faktor utama dalam kesehatan mental pekerja di ruang terbatas. Konflik dengan rekan kerja dan atasan, kurangnya komunikasi, serta minimnya dukungan sosial dapat meningkatkan stres dan memperburuk keselamatan kerja. Dalam studi ini, 29,58% dari total risiko psikososial terkait dengan hubungan interpersonal, yang mencakup:
Sebanyak 23,50% dari faktor risiko psikososial berkaitan dengan perencanaan tugas. Pekerjaan dalam ruang terbatas sering kali memerlukan perencanaan yang ketat, dan kurangnya perencanaan yang baik dapat menyebabkan stres berlebih, antara lain:
Sebanyak 17,83% dari risiko psikososial terkait dengan peran pekerja dalam organisasi. Faktor ini meliputi ketidakjelasan peran, kurangnya otonomi dalam pengambilan keputusan, serta ekspektasi yang tidak realistis dari manajemen. Selain itu, 13,97% risiko lainnya terkait dengan beban dan ritme kerja, di mana tekanan untuk bekerja lebih cepat dalam kondisi berbahaya meningkatkan kemungkinan kecelakaan kerja. Sebanyak 15,10% dari risiko psikososial berasal dari kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Pekerjaan di ruang terbatas sering kali mengharuskan pekerja berada dalam kondisi fisik dan mental yang prima, tetapi tekanan dari masalah pribadi, seperti keuangan dan hubungan keluarga, dapat memengaruhi kinerja mereka di tempat kerja.
Dampak Faktor Psikososial terhadap Keselamatan Kerja
Beberapa kasus kecelakaan kerja dianalisis untuk memahami bagaimana faktor psikososial berkontribusi terhadap insiden di ruang terbatas. Salah satu contoh mencakup seorang pekerja yang mengalami serangan panik saat bekerja dalam tangki tertutup, yang disebabkan oleh kombinasi kecemasan pribadi dan tekanan kerja yang tinggi. Insiden lain melibatkan seorang pekerja yang melakukan kesalahan operasional akibat kurangnya komunikasi dengan timnya, menunjukkan bahwa faktor psikososial seperti hubungan kerja yang buruk dapat berdampak langsung pada keselamatan kerja.
Kelebihan
Menggunakan metode kualitatif berbasis wawancara yang memberikan wawasan mendalam tentang pengalaman pekerja. Menggunakan perangkat lunak analisis teks yang memastikan keakuratan klasifikasi data. Menyediakan rekomendasi konkret untuk perbaikan kebijakan keselamatan kerja terkait faktor psikososial.
Kekurangan
Tidak membandingkan dengan industri lain yang memiliki kondisi ruang terbatas serupa. Tidak ada data kuantitatif terkait tingkat kecelakaan akibat faktor psikososial. Kurangnya pembahasan tentang bagaimana teknologi dapat membantu mitigasi risiko psikososial.
Rekomendasi untuk Implementasi
Faktor risiko psikososial memengaruhi keselamatan kerja dalam ruang terbatas. Dengan memahami lima dimensi utama risiko psikososial—hubungan interpersonal, perencanaan tugas, peran dalam organisasi, keseimbangan pekerjaan-kehidupan, serta beban dan ritme kerja—perusahaan dapat mengembangkan kebijakan yang lebih baik untuk mendukung kesejahteraan mental pekerja dan meningkatkan keselamatan kerja. Implementasi rekomendasi yang telah disarankan dapat membantu mengurangi angka kecelakaan kerja akibat stres dan faktor psikososial lainnya, serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.
Sumber Artikel
Mombelli, M. A., Reis, R. A., Zilly, A., Marziale, M. H. P., Braga, W. O. A., & Santos, C. B. (2022). Risk Factors for Working in Confined Spaces: Contributions for Psychosocial Assessment. Paidéia, 32, e3212.
Safety
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta pembangunan berkelanjutan adalah dua konsep yang semakin mendapat perhatian dalam dunia industri modern. Paper berjudul “The Relationship between Occupational Safety, Health, and Environment, and Sustainable Development: A Review and Critique” oleh Zohreh Molamohamadi dan Napsiah Ismail membahas bagaimana kedua konsep ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan.
Artikel ini berfokus pada hubungan antara kebijakan K3 dan strategi pembangunan berkelanjutan, serta bagaimana pendekatan integratif dapat meningkatkan efisiensi bisnis sekaligus menjaga kesejahteraan pekerja dan lingkungan.
Penelitian ini mengkaji definisi dan konsep K3 serta pembangunan berkelanjutan dari berbagai sumber literatur. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana kedua kebijakan ini dapat saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan ramah lingkungan.
Beberapa poin utama yang dikaji dalam penelitian ini meliputi:
Beberapa temuan penting dalam penelitian ini meliputi:
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa implikasi penting bagi dunia industri:
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan dari strategi pembangunan berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan kedua konsep ini, perusahaan dapat mencapai keuntungan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih besar.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan eksplorasi lebih lanjut mengenai peran teknologi dalam meningkatkan implementasi K3 dalam strategi keberlanjutan.
Sumber Artikel:
Molamohamadi, Z. & Ismail, N. (2014). The Relationship between Occupational Safety, Health, and Environment, and Sustainable Development: A Review and Critique. International Journal of Innovation, Management and Technology, 5(3).
Keselamatan Kerja
Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 15 Mei 2025
Keselamatan kerja dalam ruang terbatas (confined spaces) merupakan tantangan besar di berbagai industri, terutama dalam sektor perkebunan dan manufaktur. Penelitian ini menyoroti bagaimana kurangnya penerapan sistem K3 yang optimal dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja, serta perlunya pengawasan yang lebih ketat untuk memastikan keselamatan pekerja di ruang terbatas.
Prosedur keselamatan kerja di ruang terbatas masih jauh dari optimal. Beberapa temuan utama meliputi:
Beberapa insiden diidentifikasi sebagai bukti kurangnya penerapan sistem K3:
Menurut data internasional, antara tahun 2005 hingga 2009 terdapat 481 kematian akibat kecelakaan kerja dalam ruang terbatas, dengan rata-rata 96 kematian per tahun atau 2 kematian per minggu. Insiden ini terjadi di berbagai sektor, terutama konstruksi, perbaikan, dan pembersihan. Di Indonesia, kasus kecelakaan kerja akibat gas beracun dalam ruang terbatas juga sering terjadi, seperti di Riau dan Sukabumi, di mana pekerja meninggal akibat paparan gas berbahaya dalam sumur atau tangki industri.
Kelebihan
Menyediakan wawasan empiris dari industri perkebunan mengenai tantangan keselamatan dalam ruang terbatas. Menggunakan metode triangulasi data untuk memastikan validitas hasil penelitian. Menyajikan studi kasus nyata yang memperjelas dampak dari kurangnya prosedur keselamatan kerja.
Kekurangan
Tidak ada perbandingan dengan industri lain yang memiliki ruang terbatas, seperti pertambangan atau manufaktur berat. Minimnya data kuantitatif mengenai jumlah kecelakaan kerja di PT. Tunggal Perkasa Plantations. Kurangnya rekomendasi terkait pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keselamatan dalam ruang terbatas.
Rekomendasi untuk Implementasi
Gambaran mendalam mengenai implementasi prosedur keselamatan kerja dalam ruang terbatas di PT. Tunggal Perkasa Plantations Air Molek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat banyak kelemahan dalam sistem keselamatan kerja, terutama dalam aspek sertifikasi pekerja, identifikasi bahaya, dan penggunaan APD yang sesuai. Dengan mengadopsi rekomendasi yang telah disebutkan, perusahaan dapat meningkatkan tingkat keselamatan pekerja dan mengurangi risiko kecelakaan di ruang terbatas secara signifikan. Penerapan teknologi, pelatihan yang lebih intensif, serta pengawasan yang lebih ketat adalah kunci utama dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan sesuai dengan standar regulasi yang berlaku.
Sumber Artikel
Masribut, & Clinton, S. (2016). Analisis Prosedur Pelaksanaan pada Pekerjaan di Ruang Terbatas (Confined Spaces) pada Perbaikan Tangki CPO di PT. Tunggal Perkasa Plantations Air Molek. AL-TAMIMI KESMAS, 5(2), 41-48.