Startup

Kemunculan Kendaraan Gojek di Kuala Lumpur Mengindikasikan Ekspansi ke Malaysia

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 18 Maret 2024


Di Malaysia, terdapat banyak aplikasi e-hailing, dengan Grab menjadi yang terbesar yang memiliki 72% pangsa pasar lokal pada tahun 2020. Namun, di Indonesia, Grab memiliki pesaing lokal yang kuat, yaitu Gojek, yang menawarkan layanan transportasi online serta berbagai layanan lain dalam ekosistem aplikasi mereka.

Baru-baru ini, sebuah mobil Honda City yang berlogo Gojek terlihat di Kuala Lumpur oleh Vocket. Di depan mobil tersebut, terdapat kendaraan lain dengan kru yang tampaknya sedang merekam mobil Gojek, serta seorang outrider polisi yang mendampingi mereka.

Meskipun belum ada pengumuman resmi dari Gojek, ini mungkin menjadi pertanda bahwa perusahaan tersebut akan membawa layanan e-hailing GoCar ke pasar Malaysia. Saat ini, terdapat 33 perusahaan e-hailing yang terdaftar di Badan Angkutan Umum Darat (APAD), tetapi hingga tanggal 7 Juni, Gojek belum terdaftar dalam daftar tersebut.

Sebelumnya, Gojek telah mengumumkan rencana untuk membawa layanan ojek online ke Malaysia pada tahun 2020, namun rencana tersebut belum terwujud. Hal ini mungkin disebabkan oleh dampak pandemi serta perubahan sikap pemerintah terkait keamanan.

Masuknya Gojek ke Malaysia, meskipun dengan layanan mobil daripada layanan sepeda, mungkin akan menjadi kompetisi yang diperlukan dalam industri ini untuk menurunkan tarif, terutama karena tarif Grab telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun ada beberapa pemain lokal lain seperti AirAsia Ride, EzCab, dan lain-lain, tampaknya tidak ada yang mampu menyaingi dominasi Grab dalam industri e-hailing.
 

Disadur dari: enews.com.ng

Selengkapnya
Kemunculan Kendaraan Gojek di Kuala Lumpur Mengindikasikan Ekspansi ke Malaysia

Startup

Beres.id "Pamit" Mulai 30 Juni, "Startup" Tumbang Lagi, Apa Penyebabnya?

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 18 Maret 2024


Badai yang melanda startup di Indonesia masih berlanjut, setelah isu PHK, kini giliran Beres.id yang mengumumkan penghentian operasionalnya. Dikutip dari sumber resmi Beres.id, perusahaan ini menyatakan, "Dengan penuh penyesalan, kami mengumumkan bahwa Beres akan menghentikan operasionalnya mulai 30 Juni 2022."

Beres.id adalah sebuah startup yang bergerak dalam bidang layanan rumah melalui teknologi. Mereka menyediakan berbagai jenis layanan, mulai dari perbaikan pipa air, AC, hingga jasa transportasi pindah rumah.

"Tumbang" gara-gara Covid-19

Beres.id, yang merupakan bagian dari perusahaan rintisan asal Malaysia, Kaodim, telah beroperasi di Singapura dan Filipina juga. CEO dan Co-founder Kaodim, Choong Fui Yu, menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir telah menjadi pemicu utama bagi keputusan ini.

Choong Fui Yu menjelaskan bahwa gangguan operasional, kekurangan tenaga kerja, dan biaya operasional yang meningkat telah berdampak signifikan pada bisnis. Dengan demikian, dengan penuh penyesalan, mereka mengumumkan bahwa mulai 1 Juli 2022, Beres dan semua platform afiliasinya akan menghentikan operasionalnya.

Pesangon karyawan tetap dibayarkan

Choong juga menyoroti bahwa keputusan ini dipengaruhi oleh inflasi dan kenaikan biaya yang terjadi belakangan ini. Ini berdampak pada permintaan pelanggan dan penyedia layanan, serta mengurangi margin dan pendapatan perusahaan.

Meskipun begitu, perusahaan berjanji untuk tetap memenuhi kewajibannya kepada karyawan. Mereka akan membayar pesangon dan hak-hak lain yang mereka peroleh.

Sebelumnya, beberapa startup seperti Link Aja, Tani Hub, Zenius, dan Pahamfy juga telah melakukan PHK, menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh industri startup di masa ini.


Disadur dari: money.kompas.com

Selengkapnya
Beres.id "Pamit" Mulai 30 Juni, "Startup" Tumbang Lagi, Apa Penyebabnya?

Startup

Heboh Kabar Shopee Akan Lakukan PHK Massal, Bagaimana dengan Kabar di Indonesia?

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 18 Maret 2024


Shopee, sebuah platform e-commerce berbasis di Singapura, dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala besar di seluruh wilayah operasionalnya. Selain di Asia Tenggara, Shopee juga memiliki bisnis yang tersebar di Taiwan, Meksiko, Cile, Brasil, dan Kolombia, seperti yang dilansir oleh TEMPO.CO, Jakarta.

Keputusan tersebut telah diumumkan kepada karyawan dalam sebuah pertemuan yang dipimpin oleh seorang eksekutif dari Sea Group, perusahaan induk Shopee. PHK tersebut dilakukan untuk merasionalkan bisnis, meskipun alasan secara spesifik tidak diungkapkan kepada karyawan.

Para staf Shopee diinformasikan bahwa mereka akan menerima pemberitahuan melalui email yang akan memuat nama-nama karyawan yang terkena dampak PHK. Dilaporkan oleh Dealstreetasia pada Senin, 13 Juni 2022, PHK yang dilakukan Shopee telah memengaruhi karyawan di beberapa pasar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Thailand, dan Vietnam. Proses PHK ini dilakukan melalui email oleh perusahaan.

Rencana PHK ini muncul hanya beberapa bulan setelah kabar tentang keputusan Shopee untuk menutup operasinya di India dan memberhentikan lebih dari 300 pekerja di negara tersebut.

Secara khusus, PHK di Thailand kabarnya hampir memangkas setengah dari tim ShopeePay dan ShopeeFood. Hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari pihak Shopee Indonesia terkait hal ini. Namun, berdasarkan instastory @ecommurz, ShopeePay dan ShopeeFood Indonesia tampaknya tidak terkena dampak PHK massal tersebut.

Kinerja keuangan Sea Group, induk Shopee

Meskipun ada rencana PHK massal yang sedang diperbincangkan, Sea Group sebenarnya mencatat peningkatan pendapatan pada kuartal pertama tahun 2022. Namun, sebagian besar pendapatan perusahaan masih berasal dari lini Garena, yang berfokus pada industri gim. Pendapatan Sea Group naik 64,4% secara tahunan menjadi US$ 2,9 miliar, tetapi rugi bersihnya juga meningkat 37,4% secara tahunan menjadi US$ 580,13 juta.

Meskipun masih mengalami kerugian, bisnis Shopee menunjukkan perbaikan. Transaksi meningkat 71,3% secara tahunan menjadi US$ 1,9 miliar, sementara GMV (Gross Merchandise Value) tumbuh 38,7% menjadi US$ 17,4 miliar.

Shopee saat ini menghadapi tantangan dari kenaikan inflasi dan suku bunga yang dapat mempengaruhi konsumsi. Sebelumnya, Shopee telah menutup bisnisnya di Prancis dan India karena tidak sesuai dengan ekspektasi.

Di Asia Tenggara, persaingan dalam bisnis pesan-antar makanan daring antara Shopee, Grab, dan GoTo sangat ketat. Hingga akhir tahun 2021, Grabfood dan Foodpanda masih mendominasi pasar dengan GMV tertinggi, diikuti oleh Gofood milik GoTo. ShopeeFood menempati posisi keempat dalam hal GMV.


Disadur dari: bisnis.tempo.co

Selengkapnya
Heboh Kabar Shopee Akan Lakukan PHK Massal, Bagaimana dengan Kabar di Indonesia?

Startup

Siapa Startup yang Dipuji Bos Northstar? Sudah Laba Omzet Triliunan

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 18 Maret 2024


Patrick Walujo, Co-founder & Managing Partner di Northstar Advisors, memberikan pujian yang sangat tinggi kepada e-Fishery, menyebutnya memiliki profitabilitas yang melampaui Gojek, perusahaan decacorn. Menurut Patrick, pendapatan omzet e-Fishery dalam satu bulan mencapai Rp. 4 triliun, dan bisnisnya telah menghasilkan keuntungan. Hal ini membuatnya lebih menguntungkan daripada Gojek.

e-Fishery juga mendapatkan perhatian dari dunia internasional, terbukti dari pendanaan yang melibatkan nama-nama besar seperti Temasek, Sequoia, dan Softbank.

Patrick menceritakan bahwa pertemuan pertamanya dengan pendiri e-Fishery, Gibran Huzaifah, terjadi ketika Gibran baru saja lulus dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Gibran berbagi ide awalnya tentang membuat alat dengan sensor untuk memberi makan ikan sesuai dengan pergerakannya.

Meskipun awalnya meragukan efektivitas ide tersebut, Patrick akhirnya terkesan dengan semangat dan ide Gibran, sehingga memberikan pendanaan awal untuk e-Fishery.

Selama perkembangannya, e-Fishery telah mengalami pertumbuhan yang pesat. Mereka tidak hanya melayani petani ikan dengan menyediakan alatnya, tetapi juga memberikan modal kerja dan membeli ikan-ikan tersebut untuk dijual ke restoran.

Menurut Patrick, model bisnis yang ditawarkan oleh e-Fishery adalah asli dari Indonesia, dan bisnis serupa di negara lain tidak seberhasil di Indonesia. Hal ini membuatnya melihat bahwa bisnis model tersebut benar-benar orisinal dan unik.


Disadur dari: cnbcindonesia-com

Selengkapnya
Siapa Startup yang Dipuji Bos Northstar? Sudah Laba Omzet Triliunan

Startup

Revitalisasi Pasar E-Groceries: Astro Menggalang Dana Fantastis Rp 875 Miliar Untuk Apa?

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 18 Maret 2024


Startup e-Groceries, Astro, baru-baru ini berhasil mengumpulkan dana sebesar USD 60 juta atau sekitar Rp. 875 miliar dari para investor. Pendanaan seri B ini dipimpin oleh Accel, Citius, dan Tiger Global, dengan total investasi mencapai lebih dari USD 90 juta sejak September 2021.

Investor sebelumnya, seperti Global Founders Capital, AC Ventures, Lightspeed, dan Sequoia Capital India, juga ikut berpartisipasi dalam putaran pendanaan ini.

Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memperluas jangkauan pelanggan dan meningkatkan kinerja produk layanan untuk memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggan serta untuk meningkatkan jumlah tim Astronaut.

Astro telah berhasil mengoperasikan layanan e-Groceries 15-menit di hampir lima puluh lokasi di wilayah Jabodetabek. Sejak mendapatkan pendanaan seri A, Astro mengklaim pertumbuhan mereka telah mencapai lebih dari 10 kali lipat dengan operasional yang lebih efisien kepada pelanggan.

Saat ini, tim Astronaut Astro telah mencapai 200 orang, yang bekerja dengan pola Work From Anywhere (WFA) untuk memberikan fleksibilitas dalam bekerja, terutama di masa pandemi COVID-19. Aplikasi Astro juga telah diunduh hampir mencapai 1 juta pengguna.

Vincent Tjendra, Co-Founder & CEO Astro, menyatakan bahwa misi Astro adalah mempermudah hidup pelanggan. Tim Astronaut akan terus melayani pelanggan, terutama di masa-masa sulit seperti pandemi COVID-19, dan mereka sangat senang dapat bermitra dengan Accel, Citius, dan Tiger Global untuk mempercepat misi tersebut. Fokus mereka adalah meningkatkan kinerja perusahaan dengan menghadirkan talenta terbaik di seluruh Indonesia untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.


Disadur dari: inet.detik.com

Selengkapnya
Revitalisasi Pasar E-Groceries: Astro Menggalang Dana Fantastis Rp 875 Miliar Untuk Apa?

Startup

Krisis Startup Sayuran: Tiga Perusahaan Favorit Konglomerat Gulung Tikar dan PHK Massal

Dipublikasikan oleh Muhammad Ilham Maulana pada 18 Maret 2024


Startup yang menyediakan produk kebutuhan pokok seperti sayur dan buah-buahan, Sayurbox, dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan rintisan ini sebelumnya menutup toko offline bernama Toko Panen pada bulan lalu (20/6) di Kelapa Gading, Jakarta Utara, seperti yang diumumkan melalui akun Instagram @panen.official pada bulan sebelumnya (16/6).

Saat ini, Sayurbox dilaporkan melakukan PHK. Meskipun Sayurbox berhasil meraih pendanaan seri C lebih dari US$120 juta atau lebih dari Rp1,7 triliun pada bulan Maret, investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC).

Investor sebelumnya, termasuk Global Brain, Astra, Syngenta Group Ventures, dan beberapa investor lainnya, juga turut serta dalam pendanaan tersebut. Northstar adalah salah satu investor Gojek, sementara Alpha JWC Ventures berinvestasi di startup yang didirikan oleh putra Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni Goola dan Mangkokku.

Pendanaan seri C ini didapat dalam kurun waktu kurang dari satu tahun setelah mendapatkan pendanaan seri B sebesar US$15 juta atau Rp216 miliar yang dipimpin oleh Astra. Sayurbox menawarkan lebih dari 5.000 produk hasil pertanian, daging, ikan, dan makanan jadi, dengan wilayah pengiriman mencakup Jabodetabek, Surabaya, dan Bali.

Startup ini melayani sekitar 1 juta pelanggan di Jawa dan Bali dan memiliki kemitraan dengan lebih dari 10.000 petani di seluruh Indonesia. Sebelumnya, dua startup serupa juga menghentikan layanan, yaitu Tanihub dan Brambang, yang juga melakukan PHK.

Brambang menutup layanan pada Mei (27/5) dan beralih menjadi marketplace untuk smartphone dan elektronik dengan membuat akun Instagram baru @brambangelektronik pada Mei (26/5).

Pada Februari, TaniHub juga menghentikan operasional dua gudang di Bandung dan Bali serta melakukan PHK. Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group, Bhisma Adinaya, mengungkapkan bahwa perusahaan ingin mempertajam fokus bisnisnya dengan meningkatkan pertumbuhan melalui kegiatan B2B seperti hotel, restoran, kafe, modern trade, general trade, UMKM, dan mitra strategis. Oleh karena itu, perusahaan melakukan PHK karyawan untuk menyesuaikan fokus bisnisnya.

Startup Pertanian Diminati oleh Konglomerat

Sektor e-groceries sedang diminati oleh konglomerat di Indonesia. Anak perusahaan CT. Corps, PT. Trans Retail Indonesia (Transmart), dan PT. Bukalapak.com Tbk telah membentuk usaha patungan bernama AlloFresh, yang merupakan e-commerce untuk makanan segar dan kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, Blibli, yang didukung oleh Grup Djarum, telah menginvestasikan sejumlah besar uang ke dalam perusahaan ritel modern Ranch Market dengan mengakuisisi 51% saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp. 2,03 triliun.

Grup Djarum juga terlibat dalam ekosistem penyedia produk segar melalui investasi di Gojek sejak 2018. Salah satu investasi terbaru Gojek adalah dalam startup social commerce bernama Segari, dengan nilai investasi mencapai US$ 16 juta atau sekitar Rp 226,8 miliar. Segari menyediakan layanan penyederhanaan rantai distribusi kebutuhan pokok melalui skema bisnis social commerce, dengan mitra petani dari Jawa dan Sumatera.

Startup lain yang menarik investasi adalah Sayurbox, yang mendapatkan investasi US$ 5 juta dari Astra International dan US$ 500 ribu dari Metrodata Electronics. Perusahaan ini menawarkan solusi inklusi teknologi bagi tukang sayur dengan desain model bisnis yang memadukan ekosistem petani sayur.

Kedai Sayur, startup lain dalam sektor yang sama, telah menerima investasi US$ 4 juta dari Triputra Group dan Multi Persada Nusantara sejak tahun 2019. Mereka menawarkan model bisnis yang mengakomodasi tukang sayur dan ekosistem petani.

Di sisi lain, Grab telah berkolaborasi dengan Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), gerai ritel milik Grup Lippo, untuk memperluas bisnis omni-channel Matahari. Kolaborasi ini memungkinkan konsumen Grab untuk berbelanja bahan pokok, produk segar, dan kebutuhan rumah tangga dari toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo, dan Hyfresh di fitur GrabMart.

Terakhir, MDI Ventures, milik BUMN Telkom, memimpin pendanaan ke TaniHub Group, startup pertanian, dengan nilai US$ 65,5 juta atau sekitar Rp 942 miliar pada bulan Mei.


Disadur dari: katadata.co.id

Selengkapnya
Krisis Startup Sayuran: Tiga Perusahaan Favorit Konglomerat Gulung Tikar dan PHK Massal
« First Previous page 3 of 4 Next Last »