Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 21 Februari 2025
Apakah Anda mengetahui bahwa harga per meter persegi apartemen mewah tertinggi di Jakarta saat ini setara dengan harga satu unit rumah subsidi? Benar, harganya sangat tinggi. Menurut penelitian dari Leads Property Indonesia, Keraton at The Plaza yang terletak di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, menempati posisi paling atas dalam hal ini. Harga terbarunya saat ini telah mencapai Rp 150 juta per meter persegi, atau setara dengan harga rumah subsidi di Pulau Jawa (kecuali Jadebotabek).
Karena itu, apartemen mewah bukanlah pilihan yang tepat untuk dijadikan instrumen investasi, tetapi lebih sebagai simbol prestasi dan prestise. Mengapa demikian? Karena harga apartemen mewah sulit untuk naik lebih tinggi lagi. Jika ada kenaikan, itu pun tidak akan melebihi lima persen.
Terutama dalam kondisi saat ini, ketika orang-orang kaya lebih memilih untuk menunggu dan melihat apakah ada pengembang yang menawarkan produk dengan keistimewaan dan kemewahan lebih dari yang sudah ada.
Martin Hutapea, Associate Director di Leads Property Indonesia, menyatakan bahwa pasar apartemen mewah merupakan pasar niche. Ini bukan produk massal yang dipengaruhi oleh permintaan pasar. "Dan hingga akhir tahun, harga tidak akan berubah karena sudah sangat mahal," kata Martin kepada Kompas.com.
Apa yang membuat apartemen Keraton at The Plaza hanya dapat diakses oleh mereka yang sudah merdeka secara finansial? Menurut Martin, selain lokasi yang sangat premium, berada di pusat bisnis dan dekat dengan pusat pemerintahan, apartemen ini juga masuk dalam kategori aset yang dihuni.
Faktor lainnya adalah kualitas material bangunan, fasilitas, manajemen, dan privasi yang ditawarkan. Para penghuni apartemen ini sudah memiliki pengetahuan tentang siapa tetangga di sekitarnya. "Mereka bisa memilih atau menolak tetangga," kata CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono. Dengan perlakuan khusus ini, kita dapat melihat siapa saja yang menempati apartemen mewah tersebut.
Satu hal yang pasti, menurut kategorisasi Knight Frank, mereka termasuk dalam kategori Ultra High Net Worth Individuals (UHNWI) yang memiliki kekayaan minimal 30 juta dolar AS.
Berikut apartemen mewah termahal di Jakarta:
1. Keraton at The Plaza
Diproduksi oleh PT Plaza Indonesia Realty Tbk, apartemen ini tergabung dalam satu kompleks pengembangan dengan perkantoran The Plaza, pusat perbelanjaan Plaza Indonesia, dan Hotel Grand Hyatt. Harga terbaru ditetapkan sekitar Rp 150 juta per meter persegi.
2. Sun and Moon
Sun and Moon Apartment, yang terletak di kompleks The Dharmawangsa, Kebayoran Baru, menawarkan harga sekitar Rp 110 juta per meter persegi, tanpa memperhitungkan pajak. Proyek apartemen ini merupakan hasil kolaborasi antara Grup Samudranayaka Unggul dengan pengembang asal Jepang, Tokyo Tatemono.
3. The Langham Residences at District 8
Apartemen ini merupakan proyek yang dikembangkan oleh Agung Sedayu Group, berada dalam satu kompleks dengan hotel The Langham Jakarta, perkantoran District 8, dan pusat gaya hidup Ashta di CBD Sudirman. Harga terbaru untuk apartemen tersebut ditetapkan lebih dari Rp 100 juta per meter persegi.
4. Savyavasa Residences
Apartemen ini merupakan proyek yang dihasilkan dari kerjasama antara PT Jakarta Setiabudi International Tbk dan Swire Properties. Terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pengembang menetapkan harga lebih dari Rp 75 juta per meter persegi untuk hunian tersebut.
5. Le Parc Apartment
Ini adalah proyek pertama dari PT Putragaya Wahana dalam pembangunan hunian vertikal. Lokasinya berada dalam satu kompleks dengan proyek pencakar langit tertinggi di Indonesia, yaitu Autograph dan Luminary Tower, serta Waldorf Astoria Hotel dan Park Royal Hotel di Thamrin Nine. Harga terbaru untuk unit-unitnya adalah sekitar Rp 75 juta per meter persegi.
Sumber: www.kompas.com/properti
Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 21 Februari 2025
Arsitektur Indonesia mencerminkan keragaman pengaruh budaya, sejarah, dan geografis yang telah membentuk Indonesia secara keseluruhan. Para penjajah, penjajah, misionaris, pedagang, dan pedagang membawa perubahan budaya yang berpengaruh besar pada gaya dan teknik bangunan.
Sejumlah rumah vernakular Indonesia telah dikembangkan di seluruh nusantara. Rumah-rumah tradisional dan pemukiman dari ratusan suku bangsa di Indonesia sangat bervariasi dan semuanya memiliki sejarah yang spesifik. Rumah-rumah tersebut memiliki makna sosial dalam masyarakat dan menunjukkan kearifan lokal dalam hubungannya dengan lingkungan dan organisasi spasial.
Secara tradisional, pengaruh asing yang paling signifikan adalah India. Namun, pengaruh Cina, Arab, dan Eropa juga memainkan peran penting dalam membentuk arsitektur Indonesia. Arsitektur religius bervariasi dari bentuk-bentuk asli hingga masjid, kuil, dan gereja. Para sultan dan penguasa lainnya membangun istana. Terdapat banyak warisan arsitektur kolonial di kota-kota di Indonesia. Indonesia yang merdeka telah melihat perkembangan paradigma baru untuk arsitektur postmodern dan kontemporer.
Arsitektur Keagamaan
Arsitektur keagamaan di Indonesia memiliki sejarah yang kaya, terutama di Jawa, di mana pengaruh Hindu, Buddha, Islam, dan, dalam tingkat yang lebih rendah, Kristen, telah membentuk gaya arsitektur yang unik. Pada masa kejayaan kerajaan Hindu-Buddha antara abad ke-8 dan ke-14, Jawa menjadi pusat pembangunan berbagai candi yang rumit. Contohnya, Prambanan di dekat Yogyakarta dan Borobudur, yang dibangun antara 750 dan 850 Masehi, merupakan monumen monumental dari era ini. Setelah masa kejayaan tersebut, arsitektur religius di Jawa Timur dan Jawa Tengah menampilkan gaya dinamis yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu, Buddha, dan budaya Jawa. Penggunaan batu bata dengan campuran semen menjadi ciri khas konstruksi pada masa Majapahit. Di Bali, arsitektur Hindu-Buddha kuno masih mempengaruhi desain arsitektur saat ini, terutama dalam pembangunan pura.
Menara Masjid Kudus bergaya Majapahit menunjukkan peralihan dari masa Hindu-Buddha ke masa Islam.
Arsitektur Islam di Indonesia juga unik, dengan masjid-masjid Jawa menampilkan struktur kayu yang tinggi dan atap bertingkat, terinspirasi oleh elemen-elemen arsitektur Hindu dan Buddha. Di Sumatera Barat, masjid-masjid tradisional menampilkan arsitektur vernakular lokal. Selama abad ke-19, pengaruh asing masuk ke dalam arsitektur Islam di Indonesia, dengan gaya Indo-Islam dan Moor yang menjadi populer, terutama di Aceh dan Sumatera Utara. Pada era pasca kemerdekaan, desain masjid di Indonesia mulai mengikuti konvensi arsitektur Islam global, menunjukkan pergeseran menuju praktik Islam yang lebih ortodoks.
Arsitektur Adat
Kelompok-kelompok etnis di Indonesia sering dikaitkan dengan bentuk rumah adat mereka yang khas. Rumah-rumah tersebut merupakan pusat dari adat istiadat, hubungan sosial, hukum adat, pantangan, mitos, dan agama yang mengikat penduduk desa. Rumah menjadi fokus utama bagi keluarga dan komunitasnya, serta menjadi titik tolak dari berbagai aktivitas penghuninya. Penduduk desa membangun rumah mereka sendiri, atau komunitas akan mengumpulkan sumber daya mereka untuk sebuah bangunan yang dibangun di bawah arahan seorang ahli bangunan dan/atau tukang kayu.
Mayoritas masyarakat Indonesia memiliki nenek moyang yang sama dengan bangsa Austronesia, dan rumah-rumah tradisional di Indonesia memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan rumah-rumah di wilayah Austronesia lainnya. Struktur Austronesia yang paling awal adalah rumah panjang kayu komunal di atas panggung, dengan atap miring dan atap pelana yang berat, seperti yang terlihat pada, misalnya, rumah adat Batak dan Tongkonan Toraja. Variasi dari prinsip rumah panjang komunal ditemukan di antara orang-orang Dayak di Kalimantan, serta orang-orang Mentawai.
Normalnya adalah sistem struktur tiang, balok, dan ambang yang menerima beban langsung ke tanah dengan dinding kayu atau bambu yang tidak menahan beban. Secara tradisional, alih-alih menggunakan paku, digunakan sambungan mortis dan duri serta pasak kayu. Bahan-bahan alami - kayu, bambu, jerami, dan serat - membentuk rumah adat. Rumah adat Nias memiliki konstruksi tiang, balok, dan ambang pintu dengan sambungan tanpa paku yang fleksibel, dan dinding tanpa beban merupakan ciri khas rumah adat.
Masjid Agung Yogyakarta memperlihatkan Arsitektur Jawa dan mengambil warisan Hindu yaitu Atap Meru.
Arsitektur Kolonial
Abad ke-16 dan 17 merupakan masa kedatangan bangsa Eropa di Indonesia yang menggunakan batu bata untuk sebagian besar konstruksi mereka. Sebelumnya, kayu dan produk sampingannya hampir secara eksklusif digunakan di Indonesia, dengan pengecualian untuk beberapa arsitektur religius dan istana. Salah satu pemukiman besar pertama Belanda adalah Batavia (kemudian berganti nama menjadi Jakarta) yang pada abad ke-17 dan ke-18 merupakan kota berbenteng batu bata dan pasangan bata.
Selama hampir dua abad, penjajah tidak banyak melakukan adaptasi terhadap kebiasaan arsitektur Eropa mereka dengan iklim tropis. Di Batavia, misalnya, mereka membangun kanal-kanal yang melintasi dataran rendahnya, yang diapit rumah-rumah deret berjendela kecil dan berventilasi buruk, sebagian besar dalam gaya hibrida Cina-Belanda. Kanal-kanal tersebut menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah yang berbahaya serta tempat berkembang biak yang ideal bagi nyamuk anopheles, yang menyebabkan malaria dan disentri merajalela di seluruh ibu kota kolonial Hindia Belanda.
Vila hibrida Indo-Eropa bergaya Jawa dan neo-klasik. Perhatikan bentuk atap Jawa dan persamaan umumnya dengan pondok Jawa.
Meskipun rumah-rumah deret, kanal, dan tembok kokoh yang tertutup pada awalnya dianggap sebagai perlindungan terhadap penyakit tropis yang berasal dari udara tropis, bertahun-tahun kemudian orang Belanda belajar untuk menyesuaikan gaya arsitektur mereka dengan fitur bangunan lokal (atap yang panjang, beranda, serambi, jendela besar, dan lubang ventilasi). Gaya Hindia pada pertengahan abad ke-18 merupakan salah satu bangunan kolonial pertama yang menggabungkan elemen arsitektur Indonesia dan mencoba beradaptasi dengan iklim. Bentuk dasarnya, seperti penataan ruang yang memanjang dan penggunaan struktur atap joglo dan limasan, merupakan gaya Jawa, namun juga menggabungkan elemen dekoratif Eropa seperti kolom neoklasik yang mengelilingi beranda yang dalam.
Arsitektur Pasca Kemerdekaan
Gaya art-deco Jawa dari tahun 1920-an menjadi akar dari gaya nasional Indonesia yang pertama pada tahun 1950-an. Tahun 1950-an yang penuh gejolak politik berarti bahwa Indonesia yang baru dan penuh luka tidak mampu atau tidak fokus untuk mengikuti gerakan-gerakan internasional baru seperti brutalisme modernis. Kesinambungan dari tahun 1920-an dan 30-an hingga tahun 1950-an lebih lanjut didukung oleh para perencana Indonesia yang telah menjadi kolega Karsten dari Belanda, dan mereka meneruskan banyak prinsip-prinsipnya. Di antara generasi pertama arsitek Indonesia yang terlatih secara profesional adalah Mohammad Soesilo, Liem Bwan Tjie, Soejoedi Wirjoatmodjo, dan Friedrich Silaban, yang kemudian mendirikan Ikatan Arsitek Indonesia.
"Marilah kita buktikan bahwa kita juga dapat membangun negeri ini seperti yang dilakukan oleh bangsa Eropa dan Amerika, karena kita adalah sama," kata Soekarno.
Terlepas dari kesengsaraan ekonomi negara yang baru, proyek-proyek besar yang didanai pemerintah dilakukan dengan gaya modernis, terutama di ibukota Jakarta. Mencerminkan pandangan politik Presiden Sukarno, arsitekturnya secara terbuka bersifat nasionalis dan berusaha menunjukkan kebanggaan negara baru ini terhadap dirinya sendiri. Proyek-proyek yang disetujui oleh Sukarno, seorang insinyur sipil yang juga pernah menjadi arsitek, meliputi:
Gaya jengki tahun 1950-an, yang dinamakan demikian karena mengacu pada referensi Indonesia terhadap angkatan bersenjata Amerika sebagai 'yankee', adalah gaya arsitektur khas Indonesia yang muncul. Bentuk-bentuk kubus modernis dan geometris yang ketat yang telah digunakan Belanda sebelum Perang Dunia II, diubah menjadi volume yang lebih rumit, seperti segi lima atau bangun ruang tak beraturan lainnya. Arsitektur ini merupakan ekspresi dari semangat politik kebebasan di kalangan masyarakat Indonesia.
Ketika pembangunan meningkat di awal tahun 1970-an di bawah pemerintahan Orde Baru Soeharto setelah dekade pertengahan abad yang penuh gejolak, para arsitek Indonesia terinspirasi oleh pengaruh Amerika yang kuat di fakultas-fakultas arsitektur Indonesia setelah kemerdekaan. Gaya Internasional mendominasi di Indonesia pada tahun 1970-an, seperti halnya di sebagian besar negara lain di dunia.
Arsitektur Zaman Sekarang
Pada tahun 1970-an, 1980-an, dan 1990-an, terjadi investasi asing dan pertumbuhan ekonomi; ledakan konstruksi yang besar membawa perubahan besar pada kota-kota di Indonesia, termasuk penggantian gaya awal abad ke-20 dengan gaya modern dan postmodern. Ledakan konstruksi perkotaan terus berlanjut di abad ke-21 dan membentuk cakrawala kota-kota di Indonesia. Banyak bangunan baru yang dibalut dengan permukaan kaca mengkilap untuk memantulkan sinar matahari tropis.Gaya arsitektur dipengaruhi oleh perkembangan arsitektur internasional, termasuk pengenalan arsitektur dekonstruktivisme.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 21 Februari 2025
Membersihkan noda semen pada lantai keramik atau ubin keramik bisa menjadi tantangan, terutama setelah pekerjaan renovasi rumah. Namun, jangan khawatir, karena Anda bisa menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di rumah untuk membersihkannya. Menurut informasi dari How to Clean Stuff pada Kamis, 17 Februari 2022, untuk noda semen tipis atau kecil, produk rumah tangga biasa mungkin sudah cukup efektif. Namun, untuk noda yang lebih besar atau membandel, mungkin Anda perlu menggunakan asam yang lebih kuat.
Penting untuk diingat bahwa jika ubin keramik sudah diglasir, Anda harus berhati-hati karena asam bahkan yang lemah seperti cuka pun dapat merusak glasir tersebut. Pastikan untuk melindungi kulit Anda dan pastikan ada ventilasi yang baik saat melakukan proses pembersihan. Berikut adalah cara membersihkan noda semen pada keramik sesuai dengan tingkat keparahan noda yang ada.
Bahan dan Alat yang Dibutuhkan
Cara Membersihkan Noda Semen pada Keramik (Noda Tipis atau Kecil)
Untuk masalah yang ringan seperti bintik-bintik kecil atau lapisan tipis semen, cuka putih biasanya memiliki kekuatan asam yang memadai untuk melonggarkan ikatan antara semen dan ubin. Anda dapat menggunakan spons atau kain lap untuk mengaplikasikan cuka secukupnya ke area yang terkena noda, pastikan untuk menutupinya secara merata.
Membersihkan Keramik Kamar Mandi (freepik.com/NikitaBuida)
Biarkan cuka dibiarkan menempel pada semen selama satu atau dua jam, terutama jika cuaca hangat dan cuka cenderung menguap. Penting untuk secara teratur mengoleskan kembali cuka untuk menjaga kelembapan area tersebut. Setelah semen mulai melonggar, gunakan sikat, spons, atau kain kasar untuk menggosoknya. Sedikit minyak siku mungkin diperlukan untuk membantu dalam proses ini, namun cuka seharusnya sudah cukup untuk melonggarkan ikatan semen.
Jika masih ada sisa-sisa noda, ulangi proses dengan mengoleskan cuka dan biarkan mengeras. Kemudian, gosok kembali hingga semua noda semen hilang. Setelah itu, bersihkan area tersebut dengan air dan cuci dengan sabun dan air untuk menghilangkan sisa-sisa asam. Pastikan untuk membilas area tersebut kembali untuk memastikan semua residu asam telah dihilangkan sepenuhnya.
Cara Membersihkan Noda Semen pada Keramik (Untuk Noda Besar dan Tebal)
Untuk mengatasi area dengan lapisan semen yang tebal atau bintik-bintik semen yang lebih besar, dibutuhkan penggunaan asam yang lebih kuat. Dalam situasi ini, asam fosfat, yang sering digunakan untuk membersihkan proyek pasangan bata, dapat memberikan daya pembersihan yang dibutuhkan untuk menghilangkan lapisan semen. Anda dapat membeli pembersih asam fosfat secara online atau di beberapa toko peralatan. Gunakan alat seperti pengikis, penggosok logam, atau obeng pipih untuk menghapus semen sebanyak mungkin.
Untuk sisa-sisa semen yang tersisa, aplikasikan asam fosfat sesuai dengan instruksi pabrik. Setelah semen mulai mengendur, gosok area tersebut dengan scrubber sampai semua noda terlepas dari permukaan. Pastikan untuk membilas area tersebut dengan baik menggunakan air bersih. Setelah itu, bersihkan area dengan sabun dan air untuk menghilangkan residu asam, lalu bilas dengan air bersih secara menyeluruh.
Ilustrasi Lantai Keramik (Shutterstcok/Stayman)
Tips dan Saran
Selalu prioritaskan keselamatan dan lindungi diri Anda saat menggunakan asam dalam proses pembersihan. Pastikan area yang akan dibersihkan memiliki ventilasi yang memadai. Sebelum menggunakan asam, baca dan pahami semua instruksi dan peringatan yang tertera pada kemasan produk. Jika instruksi menyarankan untuk mencampur asam dengan air, selalu tambahkan asam ke dalam air. Menghindari penambahan air ke asam dapat mencegah reaksi yang berpotensi berbahaya, seperti percikan asam yang dapat terjadi dengan cepat.
Untuk menghindari kemungkinan kerusakan lebih lanjut, ada produk yang dapat digunakan untuk menetralkan asam setelah proses pembersihan selesai. Mengaplikasikan produk ini pada akhir proses akan memastikan tidak ada residu asam yang tersisa yang dapat menyebabkan kerusakan. Sebagai langkah terakhir, asam klorida, juga dikenal sebagai asam muriatik, dapat digunakan jika diperlukan. Namun, jika Anda tidak berpengalaman dengan penggunaan produk-produk ini, lebih baik untuk berkonsultasi dengan seorang profesional yang terlatih dalam penanganan bahan-bahan tersebut. Penting untuk diingat bahwa penanganan yang tidak tepat dari asam dapat menciptakan situasi berbahaya dan dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan, oleh karena itu berhati-hatilah dalam menggunakannya.
Sumber: www.kompas.com
Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 21 Februari 2025
Memilih keramik teras rumah bisa menjadi suatu hal yang membuat bingung tidak sedikit orang. Maka dari itu, penting untuk mengetahui beragam hal yang perlu diperhatikan dalam memilih keramik teras rumah. Hal ini bertujuan agar keramik yang dipilih tidak keliru dan bisa benar-benar sesuai dengan teras rumahmu. Dikutip dari akun Instagram @mitraruma_official, Selasa (15/2/2022), berikut ini empat tips memilih keramik teras rumah.
Memerhatikan Pemilihan Warna dan Motif
Penting untuk menetapkan bentuk dan konsep teras rumah Anda sebelum memilih keramik. Jika Anda menginginkan teras yang memiliki kesan glamor dan ceria, Anda bisa memilih keramik dengan motif yang beragam dan penuh warna. Pastikan juga motif yang Anda pilih selaras dengan tema keseluruhan ruangan agar tidak terjadi ketidakcocokan.
Gunakan Ukuran yang Tepat
Salah satu tips penting dalam memilih keramik teras adalah memperhatikan ukurannya dengan cermat. Jika teras Anda luas, disarankan untuk menggunakan keramik berukuran besar untuk menciptakan kesan yang lapang. Sebaliknya, jika teras Anda memiliki ruang yang terbatas, lebih baik memilih keramik berukuran kecil agar proporsinya sesuai. Hal ini dikarenakan ukuran keramik memiliki peranan penting dalam menciptakan ilusi yang luas di rumah, sehingga akan memberikan kenyamanan pada saat di dalamnya.
Mempertimbangkan Tekstur Keramik
Salah satu hal yang harus diperhatikan secara teliti saat memilih keramik adalah memastikan kesesuaian antara lokasi pemasangan dengan tekstur keramik yang dipilih. Sebagai contoh, disarankan untuk memilih keramik dengan tekstur yang tidak licin atau matte untuk menghindari risiko terpeleset saat berjalan di atasnya. Tujuannya adalah untuk menjaga keselamatan pengguna teras rumah agar tidak mudah terpeleset.
Memerhatikan Material Keramik
Beberapa material umum digunakan untuk membuat keramik teras rumah, termasuk keramik glazur, porselen, granit, dan soapstone. Salah satu tips terpenting dalam memilih keramik adalah memprioritaskan perhatian pada kualitas, berat, dan kekuatan keramik tersebut agar dapat menghindari kesalahan dalam pemilihan.
Sumber: www.kompas.com
Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 21 Februari 2025
Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur menetapkan 14 bangunan dan benda sebagai cagar budaya baru di Kabupaten Madiun pada Rabu (2/2/2022). Setelah penetapan tersebut dilakukan, selanjutnya adalah pelaksanakaan revitalisasi yang saat ini masih dalam tahap pengkajian. Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Madiun, Bupati Madiun Ahmad Dawami mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan lembaga terkait. “Arah kita ke revitalisasi. Identitas inventarisasi data juga akan kita maksimalkan,” jelas Bupati Madiun.
Terkait hal ini, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Timur Zakaria Kasimin menjelaskan, cagar budaya yang baru saja ditetap ini dilindungi secara hukum. Revitalisasi akan dilakukan sesuai dengan keadaan semula karena setiap bangunan dan benda memiliki nilai sejarah, bahkan bisa difungsikan untuk kepentingan agama. “Salah satu usia, mengandung nilai sejarah, pendidikan dan ekonomi. Bila difungsikan untuk kepentingan agama,” jelas Zakaria. Harapannya, penetapan cagar budaya tersebut bisa memberikan bantuan ekonomi bagi masyarakat, layaknya Candi Borobudur.
Candi Wonorejo, Kabupaten Madiun (Pemkab. Madiun)
Adapun daftar 14 bangunan dan benda yang ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut:
Sumber: www.kompas.com
Properti dan Arsitektur
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 20 Februari 2025
Soejoedi Wirjoatmodjo (27 Desember 1928 – 17 Juni 1981) dulu adalah seorang arsitek di Indonesia yang aktif mulai akhir dekade 1960-an hingga pertengahan dekade 1970-an. Pada tahun 1964, ia diminta oleh Presiden Sukarno untuk menjadi kepala arsitek dari sejumlah proyek arsitektur nasional di Jakarta. Soejoedi dianggap sebagai arsitek asli Indonesia pertama pasca kolonial dan dianggap sebagai pendukung arsitek dan perancang modernis.
Biografi
Soejoedi lahir di Surakarta pada tahun 1928. Sejak masih muda, ia mendukung ide nasionalis. Selama periode Revolusi Nasional, Soejodi bergabung ke Brigade Tentara Pelajar 17 di Surakarta untuk melawan serangan militer dari Belanda antara tahun 1945 dan 1949. Setelah Belanda keluar dari Indonesia pada tahun 1949, setahun kemudian, Soejoedi melamar sebagai arsitek di Departemen Bangunan dari TH Bandung, yang saat itu masih mempekerjakan dosen berkebangsaan Belanda. Berkat kualitas kerjanya, Soejoedi lalu berhasil mendapat beasiswa dari pemerintah Prancis untuk berkuliah di L’Ecole des Beaux Arts di Paris pada tahun 1955. Ia pun pergi ke Paris, tetapi ia merasa tidak nyaman, karena selalu teringat kampung halamannya. Mentor Soejoedi di Bandung, Prof. Ir. Vincent Rogers van Romondt, lalu menyusun kuliah lebih lanjut untuk Soejoedi di TH Delft di Belanda, sehingga ia tidak harus mengulang dari awal. Selama kuliah, Soejoedi pun dapat melihat karya dari arsitek modern Belanda, seperti Jacob Bakema dan Aldo van Eyck. Namun, ia tidak mengerjakan skripsi. Ia malah bekerja paruh waktu sebagai juru gambar teknik di Kraaijvanger Architects, yang saat itu masih berskala kecil. Di biro arsitek tersebut, ia mengerjakan proyek rekonstruksi kota Rotterdam.
Situasi politik mengenai Irian Barat lalu meningkatkan ketegangan antara Indonesia dan Belanda. Sehingga memaksa sejumlah mahasiswa asal Indonesia untuk pergi dari Belanda pada tahun 1957, termasuk Soejoedi, yang harus pergi sebelum mendapat gelar di bidang arsitektur. Soejoedi pun harus mencari kampus lain untuk menyelesaikan kuliahnya di bidang teknik arsitektur. Pada tahun yang sama, Soejoedi pindah ke Berlin agar dapat memperoleh gelar di bidang arsitektur dari Universitas Teknologi Berlin. Ia akhirnya lulus pada tahun 1959 dengan skripsi mengenai pesantren, dengan nilai terbaik.
Sementara itu, meningkatnya ketegangan antara Belanda dan Indonesia karena Presiden Sukarno memutuskan untuk menasionalisasi perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, juga menyebabkan kampus di Indonesia kesulitan, terutama karena sebagian besar tenaga pengajarnya berkebangsaan Belanda. Sehingga Indonesia membutuhkan banyak orang asli yang berkompeten untuk mengajar di kampus. Pada tahun 1960, Soejoedi kembali dari Jerman ke Indonesia dan bekerja sebagai dosen di TH Bandung, yang kemudian namanya diubah menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah bekerja selama beberapa bulan, Soejoedi dipromosikan menjadi kepala departemen arsitektur
Selama menjabat sebagai kepala departemen, ia menekankan penggunaan dan eksplorasi teknologi modern dalam konstruksi dan bahan bangunan, terutama struktur baja dan beton. Antara tahun 1960 dan 1964, ia pun merancang dan membangun sejumlah bangunan dan rumah di Bandung. Sebagai dosen, ia memberi kuliah mengenai pendekatan artistik. Bentuk, fungsi, dan bahan harus diintegrasikan sebagai komposisi geometris dan pahatan yang sesuai dengan tujuan dan konteks tertentu, serta selaras dengan lokasinya.
Pada tahun 1964, Soejoedi dipanggil oleh Presiden Sukarno untuk menjadi kepala arsitek dari sejumlah proyek arsitektur nasional di Jakarta. Ia lalu mengajak sejumlah koleganya dari ITB dan mendirikan PT Gubahlaras pada tahun 1969. Visinya untuk perusahaan tersebut adalah untuk menunjukkan modernitas Indonesia melalui arsitektur.
Filosofi rancangan
Soejoedi percaya bahwa modernitas arsitektur dapat menjadi kendaraan untuk membebaskan diri dari jejak kolonialisme. Ia pun memperkenalkan lokalitas Indonesia bukan sebagai imitasi terhadap ikon, bentuk, dan gaya tradisional; tetapi sebagai inspirasi untuk prinsip tata ruang. Ia memakai konsep kategorisasi tata ruang Jawa ke dalam rancangannya, yakni keseimbangan luar (jaba) dan dalam (njero), serta gradasi nilai dari luar (purwa), tengah (madya), dan dalam (utama atau ndalem).
Rancangan Soejoedi dapat dicirikan dari komposisi geometris murninya. Ia menekankan pada lokasi bangunan yang ia rancang, untuk memastikan bahwa bangunan yang ia rancang selaras dengan lokasi dan kondisinya. Tidak seperti rancangan besar Frederich Silaban, seperti Masjid Istiqlal, Soejoedi mencoba untuk tidak merancang bangunan agar terlihat besar. Soejoedi menyadari bahwa arsitektur bukan karya seni murni, tetapi juga upaya publik dan utilitarian yang berhubungan dengan estetika dan pengalaman manusia, seperti keamanan, kenyamanan, dan kesehatan. Untuk itu, Soejoedi selalu mencoba membuka dialog antara alasan dan intuisi. Untuknya, arsitektur adalah tempat bermain bagi manusia untuk mencari sesuatu yang berguna dan indah bagi manusia.
Karya arsitektur pasca-kolonial
Karya Soejoedi antara lain gedung untuk Conefo (1964-1983). Untuk gedung tersebut, Soejoedi menginterpretasikan keinginan Presiden Sukarno untuk mencitrakan independensi dari blok komunis Timur dan blok kapitalis demokrat Barat dengan merancang kompleks modern yang tidak mirip dengan gedung-gedung yang telah ada sebelumnya.
Karya lain Soejoedi adalah Hotel Duta Merlin. Hotel tersebut dirancang untuk menggantikan Hotel des Indes karya arsitek F.J.L. Ghijsels, yang dirancang dengan gaya Art Deco, tetapi menyesuaikan dengan iklim tropis Jawa, yang kemudian dikenal sebagai Gaya Hindia Baru. Untuk Soejoedi, mendirikan bangunan baru untuk kebanggaan nasional agaknya lebih penting daripada mempertahankan bangunan lama yang berbau kolonialisme.
Berikut ini sejumlah karya Soejoedi:
Sumber: https://id.wikipedia.org/