Lean Construction

Penerapan Lean Construction dalam Proyek Jalan Tol: Studi Kasus Trans-Sumatera

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 25 April 2025


Industri konstruksi memainkan peran vital dalam pertumbuhan ekonomi, namun sering kali menghadapi tantangan seperti produktivitas rendah, pemborosan sumber daya, dan keterlambatan proyek. Untuk menjawab tantangan ini, pendekatan Lean Construction (LC) menjadi strategi yang menjanjikan dalam meningkatkan efisiensi proyek. Studi oleh Mohammed Ali Berawi dan timnya berjudul "Lean Construction Practice on Toll Road Project Improvement: A Case Study in Developing Country" memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana LC diterapkan dalam proyek jalan tol Trans-Sumatera di Indonesia.

Latar Belakang: Tantangan dan Potensi Lean Construction

Sektor konstruksi global berkontribusi terhadap 37% konsumsi energi dunia dan menghasilkan sekitar 10 gigaton emisi CO2 pada tahun 2021. Selain itu, industri ini bertanggung jawab atas 30% dari total limbah yang masuk ke TPA. Di Indonesia, sektor konstruksi menyumbang 65% konsumsi energi primer dan menghasilkan 4,32 juta ton limbah pada 2020. Konteks ini menyoroti pentingnya praktik berkelanjutan, di mana LC hadir sebagai solusi.

Metodologi: Kombinasi Kualitatif dan Kuantitatif

Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan:

  1. Studi Literatur untuk mengidentifikasi konsep LC dan aktivitas pemborosan (waste).
  2. Wawancara mendalam dengan enam manajer proyek dan personel teknis dari proyek Pekanbaru-Dumai.
  3. Analisis dampak penerapan alat lean terhadap waktu penyelesaian proyek dan biaya.

Studi Kasus: Proyek Tol Trans-Sumatera (Pekanbaru–Dumai)

Fokus studi adalah segmen Underpass STA 28+150 dalam paket proyek tol Pekanbaru-Dumai. Proyek bernilai sekitar USD 900 juta ini menghadapi tantangan seperti banjir dan keterlambatan pengadaan alat berat, yang menyebabkan keterlambatan 30 hari dari jadwal semula 120 hari.

Distribusi Biaya Utama Proyek:

  • Pemancangan tiang: 25,3%
  • Instalasi besi tulangan: 27,5%
  • Pengecoran beton: 37,47%

Temuan Utama

1. Identifikasi Aktivitas Pemborosan (Waste)

Dari 58 sub-aktivitas yang diteliti:

  • 34% dikategorikan sebagai Value-Added (VA)
  • 40% sebagai Essential Non-Value Added (ENVA)
  • 24% sebagai Non-Value Added (NVA)

Sebanyak 15 aktivitas dikategorikan sebagai NVA, seperti:

  • Pengiriman material yang tertunda
  • Kelebihan proses dokumentasi
  • Koordinasi yang tidak efisien

2. Eliminasi NVA dan Percepatan Proyek

Dengan mengintegrasikan 15 aktivitas NVA ke dalam aktivitas lain:

  • Waktu proyek dikurangi dari 180 hari menjadi 165 hari.
  • Eliminasi lebih lanjut memungkinkan percepatan hingga 145,5 hari (hemat 4,5 hari dari kontrak awal).

3. Alat Lean yang Digunakan

Dari 10 alat lean yang ditawarkan, 9 diimplementasikan. Alat paling populer antara lain:

  • Koordinasi: digunakan dalam lebih dari 30 aktivitas
  • Kolaborasi: untuk 15 aktivitas
  • Standardisasi, Five S, crash program, overlap juga sering digunakan

Contoh implementasi:

  • Aktivitas "pembuatan shop drawing" disederhanakan menggunakan koordinasi dan kolaborasi.
  • Proses pengiriman material distandardisasi agar efisien.

4. Crash Program dan Efek Terhadap Biaya

Dengan menambah 115 tenaga kerja:

  • Durasi enam aktivitas utama dipercepat dari 81 hari menjadi 47,5 hari.
  • Penghematan waktu: 33,5 hari

Namun:

  • Tambahan biaya mencapai USD 44.710, dengan 87,27% untuk tenaga kerja
  • Profit menurun dari 17,88% menjadi 13,69%

5. Tiga Skenario Kinerja Proyek

  1. Business as usual:
    • Keterlambatan: 30 hari
    • Biaya tambahan: USD 32.815
    • Profit: 14,46%
  2. Eliminasi NVA:
    • Keterlambatan: 15 hari
    • Biaya tambahan: USD 16.407
    • Profit: 16,17%
  3. Crash program:
    • Lebih cepat 4,5 hari dari kontrak
    • Biaya tambahan: USD 44.710
    • Profit: 13,69%

Diskusi: Implikasi Lean Construction di Negara Berkembang

Studi ini menegaskan pentingnya:

  • Identifikasi aktivitas bernilai rendah (NVA dan ENVA)
  • Pemilihan alat lean berdasarkan konteks proyek
  • Kompromi antara waktu dan biaya dalam crash program

Pendekatan lean tidak hanya berdampak pada efisiensi waktu dan biaya, tetapi juga mendorong budaya kerja kolaboratif dan disiplin proses.

Relevansi Global

Temuan dari proyek Indonesia ini juga relevan untuk negara berkembang lain yang menghadapi:

  • Infrastruktur besar-besaran
  • Tekanan efisiensi
  • Keterbatasan sumber daya

Kesimpulan dan Rekomendasi

Penerapan lean construction pada proyek jalan tol Trans-Sumatera berhasil:

  • Mengurangi waktu proyek sebesar 19,17%
  • Menyediakan model sistematis untuk mengidentifikasi waste
  • Menunjukkan efektivitas alat lean seperti koordinasi, standardisasi, dan crash program

Namun, pendekatan ini menuntut keseimbangan antara efisiensi waktu dan profitabilitas, serta memerlukan pelatihan dan kolaborasi antar pihak.

Rekomendasi untuk Proyek Selanjutnya:

  • Lakukan audit waste sebelum memulai proyek
  • Terapkan alat lean yang paling sesuai dengan fase proyek
  • Lakukan simulasi skenario biaya-waktu untuk pengambilan keputusan

Sumber Asli

Berawi, M. A., Sari, M., Miraj, P., Mardiansyah, Saroji, G., & Susantono, B. (2023). Lean Construction Practice on Toll Road Project Improvement: A Case Study in Developing Country. Civil Engineering Journal, Vol. 9, No. 12.

 

Selengkapnya
Penerapan Lean Construction dalam Proyek Jalan Tol: Studi Kasus Trans-Sumatera
page 1 of 1