Keuangan

Cost Accounting sebagai Pilar Pengendalian Internal: Mengoptimalkan Efisiensi, Akurasi Produksi, dan Ketahanan Finansial di Industri Manufaktur

Dipublikasikan oleh Guard Ganesia Wahyuwidayat pada 09 Desember 2025


1. Pendahuluan

Industri manufaktur adalah sektor yang sangat sensitif terhadap biaya. Setiap deviasi kecil pada penggunaan material, tenaga kerja, atau waktu produksi dapat berdampak besar pada laba perusahaan. Di tengah kompetisi global dan tekanan efisiensi yang semakin tinggi, perusahaan manufaktur dituntut tidak hanya mampu menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga mengelola biaya secara disiplin dan transparan. Di sinilah cost accounting memainkan peran strategis sebagai alat pengendalian internal yang memastikan setiap komponen biaya dapat ditelusuri, dianalisis, dan dioptimalkan.

Cost accounting bukan sekadar proses pencatatan biaya, melainkan sistem yang membantu perusahaan memahami bagaimana biaya terbentuk, apa yang memengaruhi kenaikannya, dan bagaimana mengendalikannya melalui kebijakan dan keputusan manajerial. Melalui pendekatan perhitungan biaya yang tepat, perusahaan dapat menilai efisiensi mesin, produktivitas tenaga kerja, tingkat pemakaian material, hingga penyebab terjadinya scrap atau rework.

Pendahuluan ini menegaskan bahwa dalam manufaktur modern, akurasi cost accounting bukan hanya kebutuhan finansial, tetapi juga fondasi penting bagi tata kelola perusahaan, pengendalian internal, dan keberhasilan operasional jangka panjang. Dengan sistem biaya yang kuat, perusahaan dapat mengambil keputusan berbasis data, meminimalkan risiko pemborosan, dan menjaga daya saing di pasar.

 

2. Fondasi Konseptual Cost Accounting dalam Industri Manufaktur

2.1 Fungsi Cost Accounting sebagai Sistem Pengendalian Internal

Cost accounting membantu menghubungkan data operasional dengan tujuan keuangan perusahaan. Fungsi utamanya meliputi:

  • menentukan biaya produksi yang sebenarnya,

  • mengidentifikasi pemborosan dan inefisiensi,

  • menyediakan informasi untuk perencanaan anggaran,

  • mendukung pengendalian biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead,

  • menyediakan dasar analisis profitabilitas per produk, lini produksi, atau pelanggan.

Dengan demikian, cost accounting menjadi instrumen yang membantu memastikan bahwa setiap keputusan manajerial berbasis fakta, bukan asumsi.

2.2 Struktur Biaya dalam Manufaktur

Industri manufaktur memiliki struktur biaya yang karakteristiknya berbeda dari sektor lain. Tiga komponen utama dalam cost accounting adalah:

  • Direct Material (DM) — bahan baku utama yang menjadi bagian fisik dari produk.

  • Direct Labor (DL) — tenaga kerja langsung yang mengolah material menjadi produk.

  • Manufacturing Overhead (MOH) — semua biaya tidak langsung seperti listrik pabrik, depresiasi mesin, suku cadang, inspeksi kualitas, dan utilitas.

Struktur ini penting karena menjadi dasar perhitungan harga pokok produksi (HPP) dan evaluasi efisiensi operasional.

2.3 Peran Sistem Penentuan Biaya (Costing System)

Cost accounting dalam manufaktur tidak dapat dilepaskan dari sistem costing yang digunakan. Dua sistem yang paling umum adalah:

  • Job Order Costing — untuk produk custom dengan variasi pekerjaan tinggi.

  • Process Costing — untuk produksi massal yang berulang dan berkesinambungan.

Sistem ini memungkinkan perusahaan menghitung biaya dengan presisi sesuai karakter proses produksi.

2.4 Hubungan antara Cost Accounting dan Akurasi Laporan Keuangan

Cost accounting menjadi jembatan penting antara operasional dan laporan keuangan. Kesalahan kecil dalam pencatatan biaya dapat berdampak besar pada:

  • margin laba,

  • valuasi persediaan,

  • penilaian kinerja lini produksi,

  • keputusan alokasi anggaran,

  • bahkan penentuan harga jual produk.

Karena itu, akurasi cost accounting merupakan bagian dari pengendalian internal yang harus diawasi secara ketat oleh manajemen dan auditor internal.

2.5 Informasi Biaya sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Strategis

Perusahaan menggunakan informasi biaya untuk:

  • menentukan break-even point,

  • memutuskan apakah produksi dilakukan sendiri atau outsourcing,

  • mengevaluasi profitabilitas lini produk,

  • menentukan investasi mesin baru atau perbaikan proses,

  • mengidentifikasi proses yang terlalu mahal dan perlu dioptimalkan.

Informasi biaya yang akurat dan relevan membantu manajemen mengejar keunggulan kompetitif berbasis efisiensi.

 

3. Sistem dan Metode Cost Accounting dalam Operasi Manufaktur

3.1 Job Order Costing untuk Produksi Berbasis Pesanan

Metode ini digunakan ketika perusahaan memproduksi barang berdasarkan permintaan khusus, seperti komponen mesin industri, alat berat, mold & dies, atau proyek fabrikasi. Karakteristiknya:

  • setiap pesanan diperlakukan sebagai “job” unik,

  • biaya material, tenaga kerja, dan overhead dicatat per job,

  • laporan biaya dapat dilacak hingga ke level pesanan.

Keunggulan metode ini adalah kemampuan memberikan gambaran margin per pesanan secara detail. Namun, risikonya adalah tingginya potensi salah alokasi biaya jika dokumentasi waktu dan material tidak akurat.

3.2 Process Costing untuk Produksi Massal

Process costing cocok untuk industri seperti makanan, minuman, kimia, plastik, atau tekstil, di mana produksi berlangsung kontinu. Biaya dirata-ratakan berdasarkan volume output. Metode ini:

  • memperhitungkan work in process (WIP),

  • membagi biaya berdasarkan departemen produksi,

  • menghasilkan laporan efisiensi lini secara periodik.

Pengendalian internal perlu memastikan bahwa data output dan input benar-benar valid untuk menghindari distorsi biaya.

3.3 Standard Costing sebagai Alat Efisiensi dan Kontrol

Standard costing menetapkan biaya standar untuk material, tenaga kerja, dan overhead berdasarkan perhitungan ideal. Perusahaan kemudian:

  • membandingkan biaya aktual dengan biaya standar,

  • menghitung varians,

  • menganalisis penyebab inefisiensi.

Varians yang biasanya dipantau antara lain:

  • varians harga material,

  • varians kuantitas penggunaan,

  • varians tarif tenaga kerja,

  • varians efisiensi tenaga kerja,

  • varians overhead tetap dan variabel.

Analisis varians menjadi alat utama untuk mengevaluasi performa produksi dan mengarahkan tindakan korektif.

3.4 Activity-Based Costing (ABC) untuk Akurasi yang Lebih Tinggi

ABC muncul sebagai metode modern yang mengatasi kelemahan alokasi overhead tradisional. Metode ini:

  • mengidentifikasi aktivitas yang mengonsumsi sumber daya,

  • mengalokasikan biaya berdasarkan “cost drivers”,

  • memberikan gambaran biaya yang lebih realistis per produk.

ABC sangat efektif untuk perusahaan dengan:

  • variasi produk tinggi,

  • overhead besar,

  • proses tidak linear,

  • kebutuhan pengukuran profitabilitas per pelanggan atau per produk.

3.5 Penggunaan Teknologi dan ERP dalam Sistem Cost Accounting

ERP modern seperti SAP, Oracle, dan Microsoft Dynamics mendukung:

  • pencatatan biaya real-time,

  • integrasi data produksi dan keuangan,

  • otomatisasi alokasi overhead,

  • pengendalian akses dan audit trail,

  • pelacakan scrap dan rework.

Dengan digitalisasi, cost accounting menjadi lebih akurat dan dapat diandalkan sebagai dasar keputusan manajerial.

 

4. Risiko-Risiko Utama dalam Cost Accounting

4.1 Distorsi Biaya akibat Data Produksi yang Tidak Akurat

Banyak perusahaan mengalami distorsi biaya karena:

  • pencatatan output tidak konsisten,

  • material keluar masuk tidak tercatat,

  • scrap disembunyikan,

  • jam kerja operator tidak dilaporkan dengan benar.

Hasilnya adalah biaya per unit yang tidak mencerminkan kenyataan, sehingga keputusan menjadi salah arah.

4.2 Manipulasi Data dan Fraud Akuntansi Biaya

Fraud dapat terjadi dalam bentuk:

  • penggelembungan jam kerja,

  • pemalsuan laporan penggunaan material,

  • mark-up biaya overhead,

  • manipulasi batch produksi,

  • pengubahan angka WIP untuk mempercantik laporan.

Pengawasan internal dan audit berperan penting dalam mendeteksi pola fraud yang merugikan perusahaan.

4.3 Risiko Ketidakakuratan Penilaian Persediaan

Valuasi inventory dipengaruhi oleh:

  • metode costing,

  • tingkat scrap,

  • WIP yang belum diverifikasi,

  • material aging yang tidak dihapuskan.

Jika persediaan dinilai terlalu tinggi, laporan keuangan menjadi tidak akurat dan menyesatkan pemangku kepentingan.

4.4 Risiko Overhead yang Tidak Terkendali

Overhead seringkali membesar tanpa disadari, terutama pada:

  • utilitas pabrik,

  • pemeliharaan mesin,

  • tenaga kerja tidak langsung,

  • biaya keamanan,

  • biaya fasilitas.

Tanpa cost driver yang jelas, alokasi overhead dapat mendistorsi harga pokok produksi.

4.5 Risiko Salah Ambil Keputusan akibat Informasi Biaya yang Lemah

Keputusan yang salah dapat berdampak besar, seperti:

  • menghentikan lini produk yang sebenarnya profitable,

  • mempertahankan proses mahal yang tidak efisien,

  • gagal melihat potensi penghematan pada proses tertentu,

  • menetapkan harga jual secara tidak kompetitif.

Risiko ini terjadi ketika cost accounting tidak memiliki akurasi tinggi atau tidak diperbarui secara berkala.

 

5. Penerapan Cost Accounting sebagai Strategi Pengendalian Internal

5.1 Integrasi Cost Accounting dengan Perencanaan dan Anggaran

Cost accounting mendukung penyusunan anggaran (budgeting) yang realistis. Dalam manufaktur, anggaran biasanya melibatkan:

  • proyeksi biaya material berdasarkan volume produksi,

  • kebutuhan tenaga kerja langsung,

  • estimasi biaya overhead (listrik, pemeliharaan, utilitas),

  • biaya logistik dan penyimpanan,

  • cadangan scrap atau rework.

Dengan data historis dan varians biaya, perusahaan dapat menyusun budget yang lebih presisi serta mengurangi ketidakpastian dalam perencanaan.

5.2 Pengukuran Kinerja Produksi Berbasis Biaya

Kinerja operasional tidak hanya dinilai dari output atau kualitas, tetapi juga dari biaya yang dikeluarkan. Beberapa KPI berbasis cost accounting meliputi:

  • biaya per unit,

  • scrap cost,

  • cost of poor quality (COPQ),

  • maintenance cost ratio,

  • produktivitas tenaga kerja per jam kerja,

  • total manufacturing cost per output.

Integrasi KPI ini memperkuat manajemen dalam memonitor efisiensi secara holistik.

5.3 Cost Reduction dan Continuous Improvement

Cost accounting berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasi peluang penghematan melalui program:

  • lean manufacturing,

  • value stream mapping,

  • process improvement,

  • pengurangan downtime mesin,

  • optimasi penggunaan material,

  • perbaikan layout produksi.

Dengan data biaya yang akurat, perusahaan dapat menentukan area mana yang paling potensial untuk dilakukan cost reduction tanpa mengorbankan kualitas.

5.4 Pengendalian Overhead yang Berbasis Data

Overhead merupakan komponen biaya yang sering membengkak secara tidak terkontrol. Dengan cost accounting, perusahaan dapat:

  • mengukur kontribusi tiap departemen terhadap total overhead,

  • melakukan alokasi ulang berdasarkan aktivitas (activity-based allocation),

  • memantau tren biaya per bulan,

  • mengidentifikasi pemborosan tersembunyi seperti idle machine time atau proses manual yang berulang.

Pemantauan overhead berbasis data meningkatkan transparansi dan efisiensi keuangan perusahaan.

5.5 Penguatan Governance melalui Audit Biaya

Audit internal memverifikasi apakah laporan biaya:

  • akurat,

  • lengkap,

  • bebas manipulasi,

  • konsisten dengan bukti fisik dan catatan ERP.

Audit tidak hanya fokus pada angka, tetapi juga proses seperti:

  • akses gudang,

  • otorisasi transaksi,

  • pengeluaran material,

  • validasi tenaga kerja,

  • rekonsiliasi WIP.

Audit biaya memperkuat governance perusahaan dan mencegah risiko fraud yang merugikan.

 

6. Kesimpulan

Cost accounting merupakan fondasi utama dalam pengendalian internal pada industri manufaktur. Sistem ini memungkinkan perusahaan memahami struktur biaya secara menyeluruh, menilai efisiensi proses produksi, serta mendeteksi pemborosan dan potensi fraud sejak dini. Dengan menerapkan metode costing yang tepat—mulai dari job order, process costing, standard costing, hingga activity-based costing—perusahaan dapat menghasilkan informasi biaya yang akurat untuk pengambilan keputusan strategis.

Selain menjadi alat evaluasi, cost accounting memperkuat tata kelola perusahaan dengan memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan kondisi operasional yang sebenarnya. Integrasi cost accounting dengan ERP modern, audit internal, serta manajemen risiko memastikan bahwa setiap komponen biaya dapat ditelusuri dengan jelas dan tidak dapat dimanipulasi secara mudah.

Dalam lingkungan manufaktur yang kompetitif, kemampuan mengelola biaya dengan tepat adalah keunggulan strategis. Cost accounting tidak hanya menjaga efisiensi, tetapi juga membangun ketahanan finansial perusahaan, memastikan keberlanjutan operasional, dan memperkuat posisi kompetitif di pasar. Dengan pengendalian biaya yang baik, perusahaan mampu mencapai profitabilitas yang stabil dan bertumbuh secara berkelanjutan.

 

Daftar Pustaka

Diklatkerja. Internal Control Series #5: Cost Accounting in Manufacturing Industry. Materi pelatihan.

Horngren, C. T., Datar, S. M., & Rajan, M. Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Pearson.

Garrison, R., Noreen, E., & Brewer, P. Managerial Accounting. McGraw-Hill.

Drury, C. Management and Cost Accounting. Cengage Learning.

Kaplan, R. S., & Cooper, R. Cost & Effect: Using Integrated Cost Systems to Drive Profitability. Harvard Business School Press.

Institute of Management Accountants (IMA). Statement on Management Accounting (SMA).

COSO. Internal Control — Integrated Framework.

ISO 9001. Quality Management Systems — Requirements.

PwC. Cost Optimization in Manufacturing: Emerging Trends and Best Practices.

McKinsey & Company. Manufacturing Cost Excellence Report.

Selengkapnya
Cost Accounting sebagai Pilar Pengendalian Internal: Mengoptimalkan Efisiensi, Akurasi Produksi, dan Ketahanan Finansial di Industri Manufaktur

Keuangan

Menelaah Potensi Sumber Pertumbuhan Baru Indonesia: Kasus Ekspor Layanan Digital

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 18 Maret 2025


Pemerintahan baru Indonesia, yang akan mulai menjabat pada Oktober 2024, akan menghadapi tantangan untuk menemukan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru jika Indonesia ingin menjadi kaya sebelum menjadi tua. Untuk mencapai target menjadi negara berpenghasilan tinggi pada ulang tahun ke-100 pada tahun 2045, Indonesia perlu tumbuh sebesar enam hingga tujuh persen per tahun selama 15-20 tahun ke depan. Angka ini jauh lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan selama sepuluh tahun terakhir yang hanya sekitar lima persen (angka ini tidak termasuk tahun pertama pandemi Covid-19, 2020). Dengan latar belakang ini, calon presiden terpilih Indonesia, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, telah menjanjikan target pertumbuhan sebesar delapan persen.

Ekspor layanan yang disampaikan secara digital (singkatnya, "ekspor layanan digital") dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan tambahan tersebut. Sektor yang menjanjikan ini dapat menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi defisit pertumbuhan Indonesia saat ini.

Ekspor layanan digital terdiri dari penyediaan layanan lintas batas yang dikirim dari jarak jauh melalui jaringan komputer. Layanan tersebut berkisar dari outsourcing operasi back-office, termasuk entri data dan pusat panggilan, hingga pemrograman dan layanan konten web yang diperantarai melalui platform digital, hingga desain chip. Dari tahun 2005 hingga 2022, ekspor layanan digital global tumbuh pada tingkat yang lebih tinggi (rata-rata 8,1 persen per tahun) dibandingkan dengan ekspor layanan global lainnya (4,2 persen) dan ekspor barang global (5,6 persen), dengan ekspor layanan digital Asia meningkat paling cepat. Pada tahun 2022, ekspor layanan digital mencapai 54 persen dari ekspor layanan global (15 persen dari total ekspor global). Pada tahun 2021, ekspor layanan digital Indonesia mencapai 60 persen dari total ekspor jasa (6 persen dari total ekspor Indonesia).

Pertumbuhan ekspor layanan digital yang pesat ini tidak mengherankan mengingat ekonomi digital dunia telah tumbuh dua setengah kali lipat dari pertumbuhan ekonomi fisik. Perdagangan barang fisik juga menjadi lebih bergantung pada data yang dihasilkan melalui aliran data lintas batas, sementara sektor jasa menjadi lebih mudah diperdagangkan dan didigitalisasi. Kecerdasan buatan akan semakin memperkuat ekonomi digital di tahun-tahun mendatang.

Indonesia saat ini mengikuti model ekspor barang tradisional dan model pembangunan yang berorientasi pada industri, yang merupakan kunci keberhasilan ekonomi negara-negara maju di Asia Timur. Namun, perkembangan global baru-baru ini mengancam untuk mengubah model ini.

Pertama, munculnya kembali kebijakan industri di seluruh dunia, seperti nearshoring, onshoring, dan friendshoring, sehingga negara-negara tidak lagi melirik manufaktur lepas pantai seperti dulu.  Kedua, meningkatnya otomatisasi, yang berarti berkurangnya permintaan tenaga kerja di sektor manufaktur. Ketiga adalah Cina, yang telah menjadi "negara adidaya manufaktur tunggal" di dunia, dengan kapasitas produksi yang lebih tinggi daripada gabungan sembilan produsen global terbesar berikutnya, meskipun ekonomi ASEAN telah diuntungkan oleh kebangkitan Cina melalui integrasi rantai pasokan global.

Konfigurasi ulang rantai pasokan global yang telah menghasilkan eksodus pabrik-pabrik di China dan tren yang muncul dari strategi "China plus One" (atau "China plus Two" atau Three") untuk mendiversifikasi produksi dan menghilangkan risiko rantai pasokan dari China, serta mekarnya teknologi ramah lingkungan dan teknologi kecerdasan buatan (AI), memberikan peluang yang menguntungkan bagi Indonesia untuk ikut serta.

Seperti yang dinyatakan oleh calon presiden Prabowo dalam kampanyenya, pemerintah baru Indonesia kemungkinan akan melanjutkan kebijakan hilirisasi berbasis sumber daya alam pemerintahan Jokowi, terutama dalam rantai pasokan baterai kendaraan listrik. Namun, terlepas dari keberhasilan Indonesia dalam menarik investasi besar-besaran di smelter nikel dan meningkatkan nilai ekspor terkait nikel dari US$5,3 miliar pada tahun 2018 menjadi US$30,5 miliar pada tahun 2022, yang mencakup pendapatan perdagangan dari nikel, produk nikel, dan baja tahan karat, kebijakan ini bukannya tidak memiliki kekurangan. Masalah yang terkait dengan sektor smelter nikel di Indonesia termasuk biaya lingkungan yang tidak dapat dipulihkan dan ekonomi politik yang kompleks dalam mengelola dan mendistribusikan rente ekonomi.

Diversifikasi untuk meningkatkan ekspor layanan digital dapat menjadi pilihan yang diinginkan oleh Indonesia, terutama karena negara ini telah menyediakan beragam layanan digital seperti layanan bisnis, layanan TI, dan layanan keuangan. Tren jangka panjang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor layanan digital Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor jasa secara keseluruhan (Gambar 1). Antara tahun 2016 dan 2021, ekspor layanan digital Indonesia tumbuh rata-rata 5,13 persen per tahun dibandingkan dengan 2,74 persen untuk ekspor jasa secara keseluruhan. Meskipun Indonesia masih perlu mengidentifikasi daya saingnya di bidang yang lebih spesifik, sektor ekspor layanan digital menawarkan spektrum peluang kerja yang luas mulai dari keterampilan rendah (misalnya entri data dasar) hingga keterampilan menengah (misalnya layanan TIK) dan pekerjaan dengan keterampilan tinggi (misalnya desain chip) yang memungkinkan tenaga kerja nusantara yang beragam untuk memanfaatkan berbagai peluang di berbagai tahap pengembangan sumber daya manusianya.    

Gambar 1: Tren pertumbuhan ekspor jasa Indonesia secara keseluruhan dan komponen-komponennya, 2006-2021

Sumber: OECD-WTO Balanced Trade in Services Dataset (BaTIS, diambil pada Februari 2024), perhitungan dan bagan dari penulis

Catatan 1: Jasa yang disampaikan secara digital terdiri dari ekspor mode 1 (pasokan lintas batas) dari kategori Neraca Pembayaran berikut ini: jasa keuangan, jasa asuransi dan pensiun, perubahan penggunaan kekayaan intelektual yang tidak tercakup di tempat lain, telekomunikasi, jasa komputer dan informasi, dan kategori tertentu dalam jasa bisnis dan jasa pribadi, budaya, dan rekreasi.

Apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk membuka potensi ini? Pertama, Indonesia harus mempercepat peningkatan keterampilan dan peningkatan keterampilan ulang tenaga kerja saat ini dan yang akan datang serta melanjutkan reformasi pendidikan untuk mempersiapkan sisi penawaran (yaitu, pekerja) untuk mengambil pekerjaan di sektor layanan digital yang bernilai lebih tinggi. Saat ini, pangsa lapangan kerja jasa profesional terhadap total lapangan kerja jasa di Indonesia hanya sebesar 0,9 persen, relatif lebih rendah dibandingkan dengan Thailand (2,5 persen), Vietnam (1,8 persen), dan Filipina (1,4 persen). Ini berarti bahwa meskipun terdapat potensi pertumbuhan yang besar untuk lapangan kerja jasa profesional, dalam jangka pendek dan menengah, keunggulan kompetitif Indonesia mungkin terletak pada ekspor jasa digital yang memiliki keterampilan lebih rendah.

Apa yang dapat dilakukan Indonesia untuk membuka potensi ini?

Kedua, Indonesia dapat mengurangi pembatasan di sektor jasa digital, seperti deregulasi arus data lintas batas, meningkatkan infrastruktur komunikasi, dan menyamakan kedudukan bagi perusahaan digital dan teknologi asing yang berbisnis di Indonesia. Berdasarkan basis data OECD, skor Indeks Restriksi Perdagangan Layanan Digital (Digital Service Trade Restrictiveness Index/DSTRI) Indonesia adalah 0,31 (dari 1, paling restriktif) pada tahun 2022, lebih tinggi dari Australia (0,06), Jepang (0,08), Malaysia (0,13), dan Korea Selatan (0,20).

Ketiga, Indonesia dapat berpartisipasi secara proaktif untuk mendapatkan keuntungan dalam Perjanjian Kerangka Kerja Ekonomi Digital ASEAN, yang mencakup negosiasi tentang perdagangan digital, e-commerce, aliran data, dan mobilitas tenaga kerja, untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan sektor layanan digital tumbuh dan berkembang.

Diversifikasi untuk merangkul ekspor layanan digital dapat menjadi jalan yang menjanjikan, jika tidak dapat dihindari, bagi Indonesia untuk menuju ekonomi yang lebih berbasis pengetahuan dan berpenghasilan tinggi di dunia yang serba digital. Lebih penting lagi, ini adalah strategi yang layak secara politis karena semua segmen di Indonesia dapat memperoleh manfaatnya. Tentu saja, langkah ke arah ini oleh pemerintah berikutnya akan dihargai oleh generasi muda Indonesia yang melek digital.

Disadur dari: fulcrum.sg

Selengkapnya
Menelaah Potensi Sumber Pertumbuhan Baru Indonesia: Kasus Ekspor Layanan Digital

Keuangan

Apa itu Silvikultur?

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 18 Maret 2025


Silvikultur adalah praktik pengendalian proses permudaan (penanaman), pertumbuhan, komposisi, kesehatan, dan kualitas suatu hutan demi mencapai aspek-aspek ekologi dan ekonomi yang diharapkan. Sedangkan studi mengenai hutan dan kayu disebut dengan silvologi. Silvikultur berfokus pada perawatan tegakan hutan untuk menjamin produktivitas. Dengan kata lain, silvikultur adalah perpaduan antara ilmu dan seni menumbuhkan hutan, dengan berdasarkan ilmu silvika, yaitu pemahaman mengenai sifat-sifat hidup jenis-jenis pohon serta interaksinya dalam tegakan, dan penerapannya dengan memperhatikan karakteristik lingkungan setempat.

Perbedaan yang menyolok antara silvikultur dan kehutanan adalah pada cakupannya, yakni silvikultur diaplikasikan pada aras tegakan, sedangkan kehutanan lebih umum sifatnya. Keseluruhan cara pandang dan rangkaian tindakan dalam mempermudakan, merawat, hingga memanen suatu tipe hutan, dikenal sebagai sistem silvikultur.

Permudaan hutan

Permudaan hutan adalah usaha memperbarui tegakan hutan dengan menanam pohon yang baru. Metode permudaan, spesies yang digunakan, dan kepadatan tegakan pohon dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Permudaan dapat dibedakan atas permudaan alami dan permudaan buatan.

Permudaan buatan telah menjadi metode yang paling umum dalam menanam karena lebih dapat diandalkan dibandingkan regenerasi alami. Penanaman dapat menggunakan semai (bibit), stek, atau benih.

Regenerasi secara alami adalah permudaan hutan dengan memanfaatkan biji dari pohon-pohon induk yang tersisa, semai akar atau terubusan dari tunggak. Konifer melakukannya hanya dengan biji, sedangkan sebagian jenis pohon berdaun lebar dapat memperbanyak anakan melalui terubusan akar atau tunggaknya.

Perawatan hutan

Pengayaan

Pengayaan adalah upaya meningkatkan kepadatan tegakan hutan dengan menanam di hutan yang telah tumbuh. Secara sempit, istilah pengayaan dipakai jika jenis yang ditanam berbeda dengan jenis-jenis pohon yang telah ada (yakni, pengayaan jenis); sedangkan jika jenisnya sama, biasa disebut penyulaman atau penyisipan.

Penjarangan

Penjarangan adalah pengendalian jumlah pohon pada suatu area tertentu, misalnya dengan menebang pohon yang tumbuh secara tidak normal atau yang memiliki kualitas kayu yang buruk sehingga memberikan ruang lebih bagi pohon lain yang sehat. Penipisan bukan untuk menyediakan ruang untuk menanam kembali. Penjarangan dapat dilakukan dengan seleksi (menebang pohon tertentu) maupun secara mekanis dengan pola tertentu (misalnya menebang baris tertentu atau lokasi tertentu). Penjarangan juga sering dilakukan demi tujuan ekologi seperti untuk melestarikan spesies tertentu dan bukan untuk meningkatkan hasil kayu.

Sebuah studi menunjukkan bahwa penjarangan berulang kali menjaga kadar karbon dalam tanah lebih baik dibandingkan metode tebang habis yang segera ditanam kembali, sehingga usaha kehutanan dapat lebih lestari dan fungsi hutan untuk sekuestrasi karbon tetap terjaga.

Pemangkasan

Pemangkasan dalam silvikultur adalah pemotongan cabang terendah dari suatu pohon yang tidak produktif (dalam hal fotosintesis) dan mencegah perkembangan mata kayu. Kayu yang terbebas dari mata kayu memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Umumnya cabang dengan daun yang tidak menerima sinar matahari dalam waktu lama akan runtuh dengan sendirinya, dan angin membantu mempercepat keruntuhan cabang; Situasi ini sering disebut pemangkasan alami. Pohon dapat ditanam dengan jarak tertentu sedemikian rupa sehingga ranting terbawah sulit menerima sinar matahari dan efek keruntuhan cabang secara alami tersebut dapat terjadi sesuai dengan tujuan.

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Apa itu Silvikultur?

Keuangan

Wanatani

Dipublikasikan oleh Wafa Nailul Izza pada 18 Maret 2025


Wanatani atau agroforestry adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. Model-model wanatani bervariasi mulai dari wanatani sederhana berupa kombinasi penanaman sejenis pohon dengan satu-dua jenis komoditas pertanian, hingga ke wanatani kompleks yang memadukan pengelolaan banyak spesies pohon dengan aneka jenis tanaman pertanian, dan bahkan juga dengan ternak atau perikanan.

Dalam bentuk yang dikenal umum, wanatani ini mencakup rupa-rupa kebun campuran, tegalan berpohon, ladang, tanah bera (belukar), kebun pekarangan, hingga hutan-hutan tanaman rakyat yang lebih kaya jenis seperti yang dikenal dalam rupa talun di Jawa Barat, repong di Lampung Barat, parak di Sumatera Barat, tembawang (tiwmawakng) di Kalimantan Barat, simpung (simpukng) dan lembo di Kalimantan Timur, dan lain-lain bentuk di berbagai daerah di Indonesia.

Esensi wanatani

Aneka bentuk wanatani ini sebetulnya mencerminkan strategi pengelolaan sumberdaya oleh petani. Tidak seperti halnya perkebunan-perkebunan besar yang dikelola perusahaan, kebanyakan kebun atau hutan rakyat tidak dikelola hanya untuk menghasilkan satu komoditas atau produk. Petani umumnya mengharap kebun atau ladangnya dapat menghasilkan tanaman pangan utama (misalnya padi atau jagung), atau tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (seperti kopi, cengkih, karet dll.), ditambah dengan produk-produk lain yang sifatnya subsisten seperti kayu bakar, tanaman rempah dan obat, pakan ternak, aneka hasil lainnya.

Variasi unsur-unsur dalam wanatani itu kurang lebih dapat disederhanakan, sbb.:

  • perpaduan antara tanaman keras (jangka panjang: pohon-pohonan) dengan tanaman semusim (pertanian jangka pendek)
  • perpaduan tanaman utama (sumber pangan, komoditas ekonomi) dengan tanaman sampingan
  • perpaduan tanaman penghasil dengan tanaman pendukung (misalnya kopi atau kakao, dengan pohon-pohon peneduhnya)
  • perpaduan tanaman dengan musim atau umur panen berbeda-beda: padi ladang, mentimun, kopi, damar matakucing, durian.
  • perpaduan pengelolaan pohon-pohonan dengan perikanan (tambak, balong, embung), dikenal juga dengan istilah silvofishery
  • perpaduan dengan pemeliharaan ternak (silvopasture) atau pemeliharaan lebah: hutan sebagai penghasil pakan ternak atau lebah, seperti di Sumbawa.

Wanatani sederhana

Seperti yang dicerminkan oleh namanya, wanatani sederhana terdiri dari sejumlah kecil unsur penyusun sistem: satu atau dua jenis pohon bercampur dengan satu atau beberapa jenis tanaman pertanian.

Pola-pola sederhana ini kerap dipraktikkan petani untuk memaksimalkan hasil, terutama di wilayah-wilayah padat penduduk. Pohon-pohon turi, randu, atau jati kerap ditanam pada pematang atau sebagai pembatas petak-petak sawah atau tegalan, di mana tanaman semusim ditanam. Turi membantu menyuburkan tanah dan bunganya dimanfaatkan sebagai sayuran; randu menghasilkan buah kapuk; dan dari jati diharapkan kayunya yang mahal harganya. Bentuk lain adalah pertanaman jeruk atau mangga, yang ditanam pada gundukan-gundukan tanah di tengah sawah.

Pada sisi yang lain, pola yang mirip dimanfaatkan dalam membangun hutan. Pola tumpangsari dalam menanam hutan jati atau hutan pinus di Jawa, adalah satu bentuk wanatani sederhana. Dalam tumpangsari, petani pesanggem dibolehkan memelihara padi ladang, jagung, ketela pohon dan lain-lain di sela-sela larikan tanaman pokok kehutanan (jati, pinus, dll.) yang baru ditanam. Biasanya pada tahun ketiga atau keempat, setelah tanaman hutannya merimbun dan menaungi tanah, kontrak tumpangsari ini berakhir.

Ilmu agroforestri klasik (classic agroforestry) banyak berkutat dengan model-model wanatani sederhana ini.

Wanatani kompleks

Wanatani kompleks (complex agroforestry systems) atau wanatani sejati merupakan perpaduan rumit pelbagai unsur wanatani di atas, yang pada gilirannya juga memberikan aneka hasil atau manfaat pada rentang waktu dan interaksi yang tidak terbatas. Pada akhirnya, wanatani ini memiliki struktur dan dinamika ekosistem yang mirip dengan hutan alam, dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang relatif tinggi.

Wanatani kompleks merupakan perkembangan lanjut dari wanatani sederhana, meski kebanyakan pola wanatani sederhana yang telah mantap tidak selalu bertumbuh terus menjadi sistem yang lebih rumit. Selain ditentukan oleh kepadatan penduduk dan –sebagai konsekuensinya– keterbatasan lahan, tidak berkembangnya wanatani sederhana menjadi kompleks kemungkinan besar juga ditentukan oleh iklim dan kondisi tanah setempat. Budaya wanatani kompleks sejauh ini berkembang di daerah-daerah yang semula merupakan hutan hujan tropika yang memiliki struktur mirip.

Hampir selalu, wanatani kompleks berawal dari ladang yang diperkaya. Sistem perladangan biasanya dimulai dengan membuka hutan primer atau hutan sekunder, menebangi dan membakar kayu-kayunya, dan menanaminya dengan tanaman pangan atau sayur mayur selama satu atau dua daur. Setelah itu ladang diperkaya dengan tanaman keras seperti kopi atau kakao, atau rotan, yang hasilnya dapat dipanen antara tahun ke-5 sampai ke-15; atau dibiarkan meliar sebagai lahan bera dan kemudian menjadi hutan belukar kembali. Kelak, hutan belukar akan dibuka kembali sebagai ladang apabila dirasa kesuburan tanahnya telah dapat dipulihkan.

Dalam kasus wanatani kompleks, ladang yang telah diperkaya tidak kemudian dibiarkan meliar kembali menjadi belukar, melainkan diperkaya lebih lanjut dengan jenis-jenis pohon yang menghasilkan. Seperti misalnya pohon-pohon penghasil buah (durian, duku, cempedak, petai, dll.), getah (damar matakucing, karet, kemenyan, rambung), kayu-kayuan atau kayu bakar, dan lain-lain. Setelah berselang belasan tahun, ladang ini telah berubah menjadi hutan buatan (man-made forest) yang menghasilkan aneka jenis produk, yang mampu bertahan hingga berpuluh-puluh tahun ke depan.

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Wanatani

Keuangan

Tidak Hanya Pajak, Bea Cukai dan PNBP Juga Tumbuh Tinggi di Awal 2022

Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 25 Februari 2025


Sejalan dengan percepatan pemulihan ekonomi, pendapatan negara catatkan kinerja positif, yang utamanya didorong oleh tumbuhnya penerimaan perpajakan, penerimaan kepabeanan dan cukai, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Penerimaan kepabeanan dan cukai awal tahun ini telah capai Rp24,9 triliun atau tumbuh 99,4%.

“Bea masuk kita tumbuh 44%, cukai tumbuh 97,9% dan bahkan bea keluar tumbuhnya 225,8%.” Jelas Menkeu.

Pada acara Konferensi Pers APBN KiTa (23/02), Menkeu menguraikan bea masuk tumbuh didorong oleh kinerja impor nasional, terutama kebutuhan bahan baku industri termasuk otomotif. Untuk cukai pertumbuhannya dipengaruhi oleh implementasi kebijakan pelunasan cukai dan pengawasan dibidang cukai, serta kebijakan pembukaan daerah tujuan wisata. Sedangkan bea keluar tumbuh didorong oleh tingginya harga produk kelapa sawit dan peningkatan ekspor tembaga.

“Insentif fiskal tetap kita berikan dan untuk bea dan cukai diberikan Rp674 miliar, terutama tetap didominasi untuk bidang kesehatan, insentif di bidang alat-alat PCR, obat-obat anti-virus, oksigen, masih mencapai Rp84 miliar, ini pada saat kita mengantisipasi lonjakan Omicron dimana kita menjaga keselamatan masyarakat, juga dalam impor sebesar Rp590 miliar dalam bentuk impor vaksin.” terangnya lagi kepada media.

Di bulan Januari PNBP juga menunjukkan kenaikan yang sangat tinggi. PNBP berkontribusi Rp22 triliun terhadap penerimaan atau telah mencapai 6,6% dari target. Menkeu kembali menjabarkan PNBP dalam bentuk SDA Migas mengalami lonjakan 281,8% atau mencapai Rp8,8 triliun.

“PNBP di bidang SDA, sumber daya alam non-migas, kita juga lihat kenaikannya 26,9% terutama didukung oleh harga dari sumber daya alam non-migas seperti nikel dan juga tembaga, emas dan perak. Demikian juga dengan SDA dari sisi kehutanan perikanan dan panas bumi, yang semuanya juga menunjukkan adanya pemulihan, saya rasa  ini merupakan sesuatu yang sangat bagus.” ujar Menkeu.


Sumber Artikel: kemenkeu.go.id

Selengkapnya
Tidak Hanya Pajak, Bea Cukai dan PNBP Juga Tumbuh Tinggi di Awal 2022

Keuangan

BI Pantau Ada 20 Ribu Mata Uang Kripto di Dunia dan Terus Meningkat

Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025


Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung, menyebutkan bahwa perkembangan mata uang kripto akan terus berjalan kedepannya. Bahkan dia memprediksi angkanya akan semakin bertambah, dilansir dari Liputan6.com, Jakarta.

Semakin berkembangnya digitalisasi di dunia, ikut mendorong perkembangan metode pembayaran. Salah satunya yang populer sekarang adalah mata uang digital atau kripto.

Juda menyampaikan bahwa perkembangan jumlah mata uang kripto pribadi sekarang turut didorong oleh pandemi covid-19. Walaupun ini cukup populer di beberapa negara beberapa tahun sebelumnya.

“Kini, terdapat lebih dari 20.000 macam mata uang kripto pribadi di seluruh dunia. Angka tersebut diprediksi akan terus meningkat dari waktu ke waktu dan dana yang mengalir ke mata uang kripto pribadi akan terus meningkat pula dari waktu ke waktu,” ungkapnya dalam G20 Techsprint Midpoint Event, Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI), Selasa(12/7/2022).

Bersamaan dengan perkembangan mata uang kripto di dunia, artinya turut membawa risiko dari penggunaan mata uang kripto tersebut. Dia melihat, terdapat kekhawatiran atas implikasi risiko keuangan mereka tumbuh bersamaan dengan kapitalisasi pasar yang tinggi, dikombinasikan dengan adopsi yang kuat.

“Sementara itu, transisi dari web 2.0 ke web 3.0 memungkinkan mereka untuk memperluas use case mereka, tidak hanya melalui ruang keuangan yaitu Decentralized Finance (DeFi) melalui fitur pinjam meminjam, dan pasar modal, tapi juga ke use case ekonomi riil, yakni metaverse,” terangnya.

Dalam momen itu, dia menjelaskan bahwa mata uang kripto pada awalnya populer semenjak 2008 lalu. Teknologi blockchain yang diprakarsai Stoshi Nakamoto membawa sejarah baru dalam pengaruh kebiasaan manusia.

“Keunggulan lama mata uang fiat terpusat sudah diperebutkan oleh apa yang disebut sistem desentralisasi baru dalam bentuk ‘mata uang algoritmik’,” ujarnya.

Dia menjelaskan, mata uang kripto ini menyimpan sejumlah keuntungan dalam penggunaannya. Namun terdapat risiko yang juga bersamaan dengan perkembangan mata uang kripto.

“Bentuk uang baru ini menawarkan sejumlah keuntungan, yaitu diatur sendiri, aman dan pribadi, mudah ditransfer, dan pembayaran lintas batas yang hemat biaya. Tetapi di sisi lain, dia mempunyai bermacam-macam risiko, meliputi risiko kehilangan data, nilai yang sangat fluktuatif, dan transaksi ilegal,” ungkapnya.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni P Joewono menjelaskan pula bahwa terdapat risiko dalam mata uang kripto. Diantaranya masuk dalam beberapa sektor tindak pidana.

“Ada risiko yang terdapat dari aset kripto, dari perspektif makro ekonomi, aset kripto bisa dipakai untuk menghindari anti pencucian uang, melawan keuangan terorisme, kepatuhan dan perlindungan konsumen serta pajak,” ungkapnya.

Walaupun mata uang kripto membawa risiko yang cukup besar, Juda melihat Central Bank Digital Currency (CBDC) mampu mengambil peran. Ini nantinya juga akan dibesamai dengan berbagai aturan melindungi.

“Pada konteks ini, CBDC bisa memainkan peran penting bagi sistem keuangan masa depan. CBDC memiliki potensi cocok untuk dipergunakan sebagai alat tukar yang sah dalam ekosistem terdesentralisasi, fitur utama yang tentu saja tak terdapat dalam uang kertas tradisional kita sekarang,” ungkapnya.

“CBDC juga harus bisa memiliki fungsi sebagai instrumen dalam mempengaruhi insentif pasar, dan untuk mengelola risiko keuangan yang muncul dari ekosistem yang terdesentralisasi,” ungkap dia.

Dia melihat ini merupakan motivasi kuat bagi bank sentral di seluruh dunia dalam memperluas usaha mereka dalam eksperimen CBDC. Dari survei BIS 2021, 86% responden bank sentral secara aktif meneliti kasus potensial untuk CBDC, 60% di antaranya dalam tahap eksperimen dan 14% sudah meluncurkan proyek percontohan.


Disadur dari sumber m.liputan6.com

Selengkapnya
BI Pantau Ada 20 Ribu Mata Uang Kripto di Dunia dan Terus Meningkat
page 1 of 5 Next Last »