Perindustrian
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Nikel merupakan salah satu logam transisi yang banyak digunakan di kehidupan sehari-hari. Nikel adalah unsur kimia kelima yang paling umum di Bumi. Beberapa negara atau wilayah dengan kandungan nikel yang besar adalah Kaledonia Baru, Australia Barat, Indonesia, Amerika Selatan, dan Filipina.
Nikel bersifat tangguh terhadap korosi karena dapat mencegah prosesnya dengan membentuk lapisan pada permukaan yang teroksidasi oleh udara pada suhu ruangan. Di samping gadolinium, besi dan kobalt, nikel adalah logam magnetik.
Artinya, nikel sangat tertarik pada magnet meskipun paling lemah dibandingkan tiga logam lain yang disebutkan sebelumnya. Baca juga: Nikel Indonesia Guncang Dunia, Ini Tanaman Penambang Nikel di Sorowako Sulsel Tetapi, nikel akan menjadi non-magnetik jika dipanaskan di suhu 355 °C atau lebih.
Manfaat nikel Nikel memiliki keunggulan tersendiri di antara logam transisi lainnya. Bahan yang mengandung nikel banyak terdapat pada industri otomotif, peralatan elektronik, hingga konstruksi bangunan. Dilansir dari AZ Chemistry, berikut adalah 5 manfaat nikel dalam kehidupan sehari-hari:
1.Nikel dalam kendaraan
Manfaat nikel yang pertama dalam kehidupan sehari-hari adalah senyawa utama untuk kendaraan. Banyak kendaraan modern mengandung nikel dalam bentuk baja tahan karat. Ini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam industri baja. Perusahaan manufaktur mobil mengandalkan baja tahan karat karena terkenal dengan ketahanannya terhadap korosi dan lebih ringan dibandingkan logam lain, namun memiliki bentuk yang sangat kuat. Baja tahan karat meminimalkan korosi di berbagai bagian kendaraan dan dapat menyerap energi dari benturan atau benturan. Untuk menghasilkan baja tahan karat, pabrikan biasanya menggabungkan elemen nikel dengan bahan lain. CEO dan filantropi Tesla, Elon Musk menyatakan pada 2016 bahwa mobil bertenaga listriknya menggunakan baterai lithium ion yang terbuat dari nikel dan grafit. Baca juga: Bintang Pertama di Alam Semesta Miskin Logam, Astronom Temukan Buktinya
2. Nikel dalam arsitektur dan konstruksi
Baja tahan karat dan paduan nikel lainnya telah digunakan sejak berabad-abad yang lalu. Manusia mengandalkan tempat tinggal yang kuat untuk melindungi diri dari bahaya. Beberapa bangunan terkenal di dunia, seperti Chrysler dan Empire States Building, telah bertahan lebih dari lima puluh tahun berkat baja tahan karat berbasis nikel. Ada 730 ton aluminium dan baja tahan karat yang menopang Empire State Building hingga hari ini. Ini menjadi gedung tertinggi di dunia hingga tahun 1972. Pencakar langit 102 lantai ini dapat menahan kondisi lingkungan yang parah karena bagian dari stainless steel dalam konstruksi.
3. Nikel dalam militer, luar angkasa, dan kelautan
Selama Perang Dunia dan Perang Dingin, produksi senjata meningkat secara signifikan karena negara-negara yang bertikai bersaing untuk memenangkan perang. Deposit nikel di seluruh dunia menjadi pusat perhatian karena nikel dan logam transisi lainnya sangat penting dalam pembuatan senjata dan kendaraan perang. Jauh sebelumnya, orang Romawi telah menggunakan nikel sebagai komponen dalam baju besi mereka dan orang Amerika pada tahun 1890 menemukan bahwa nikel dan baja bahan adalah kombinasi sempurna untuk digunakan sebagai pelat baja.
4. Nikel dalam elektronik
Nikel telah menjadi komponen penting dalam pembuatan perangkat elektronik. Penggunaan nikel dalam elektronik sangat bervariasi, dari nanoteknologi hingga komponen elektronik raksasa. Baca juga: Emas Logam Berharga Pertama yang Menarik Perhatian Manusia Misalnya, mobil bertenaga listrik yang menggunakan nikel dalam baterainya atau gadget seperti smartphone dan laptop juga mengandung nikel di beberapa bagian. Dengan demikian, nikel menjadi salah satu logam esensial dalam industri elektronik.
5. Produk lain yang mengandung nikel
Nikel hampir ada di mana-mana seperti besi karena produksinya yang juga besar. Nikel dapat ditemukan dalam koin di beberapa mata uang seperti mata uang Indonesia. Nikel juga digunakan untuk pelapisan dan memberi warna hijau pada kaca. Tetapi, penggunaan nikel dalam kaca yang dikeraskan dapat menyebabkan kerusakan yang tidak terduga. Ketika kontaminan nikel bereaksi terhadap belerang dalam lelehan kaca, nikel sulfida akan membentuk kristal dan kemudian menyebabkan retakan garis rambut.
Sumber:
Kompas.com
Pertambangan dan Perminyakan
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Pertambangan adalah ekstraksi bahan geologi dan mineral berharga dari permukaan bumi. Penambangan diperlukan untuk mendapatkan sebagian besar bahan yang tidak dapat ditanam melalui proses pertanian, atau dibuat secara artifisial di laboratorium atau pabrik. Bijih yang diperoleh dari pertambangan meliputi logam, batu bara, serpih minyak, batu permata, batu kapur, kapur, batu dimensi, garam batu, kalium, kerikil, dan tanah liat. Bijih haruslah berupa batuan atau mineral yang mengandung unsur berharga, dapat diekstraksi atau ditambang dan dijual untuk mendapatkan keuntungan. Penambangan dalam arti yang lebih luas mencakup ekstraksi sumber daya tak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam, atau bahkan air.
Proses penambangan modern melibatkan pencarian badan bijih, analisis potensi keuntungan dari tambang yang diusulkan, ekstraksi bahan yang diinginkan, dan reklamasi akhir atau pemulihan lahan setelah tambang ditutup. Bahan tambang sering kali diperoleh dari badan bijih, lode, urat, lapisan, terumbu, atau endapan placer. Eksploitasi endapan ini untuk bahan baku tergantung pada investasi, tenaga kerja, energi, pemurnian, dan biaya transportasi.
Operasi penambangan dapat menciptakan dampak negatif terhadap lingkungan, baik selama kegiatan penambangan maupun setelah tambang ditutup. Oleh karena itu, sebagian besar negara di dunia telah mengeluarkan peraturan untuk mengurangi dampak tersebut; namun, peran besar pertambangan dalam menghasilkan bisnis bagi masyarakat yang sering kali berada di daerah pedesaan, terpencil, atau yang secara ekonomi tertekan, membuat pemerintah sering kali tidak dapat menegakkan peraturan tersebut secara penuh. Keselamatan kerja juga telah lama menjadi perhatian, dan jika ditegakkan, praktik-praktik modern telah secara signifikan meningkatkan keselamatan di tambang. Pertambangan yang tidak diatur, tidak diregulasi dengan baik, atau ilegal, terutama di negara berkembang, sering kali berkontribusi terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan konflik lingkungan. Pertambangan juga dapat melanggengkan ketidakstabilan politik melalui konflik sumber daya.
Sejarah
Sejak awal peradaban, manusia telah menggunakan batu, tanah liat, dan kemudian logam yang ditemukan di dekat permukaan bumi. Batu-batu ini digunakan untuk membuat alat dan senjata awal; misalnya, batu api berkualitas tinggi yang ditemukan di Prancis utara, Inggris selatan, dan Polandia digunakan untuk membuat alat batu api. Tambang batu api telah ditemukan di daerah kapur di mana lapisan batu diikuti di bawah tanah oleh poros dan galeri. Tambang di Grimes Graves dan Krzemionki sangat terkenal, dan seperti kebanyakan tambang batu api lainnya, berasal dari zaman Neolitikum (sekitar 4000-3000 SM). Batuan keras lainnya yang ditambang atau dikumpulkan untuk kapak termasuk batu hijau dari industri kapak Langdale yang berbasis di Distrik Danau Inggris. Tambang tertua yang diketahui dalam catatan arkeologi adalah Tambang Ngwenya di Eswatini (Swaziland), yang menurut penanggalan radiokarbon berusia sekitar 43.000 tahun. Di situs ini, manusia Paleolitikum menambang hematit untuk membuat pigmen merah oker. Tambang-tambang dengan usia yang sama di Hungaria diyakini sebagai situs di mana Neanderthal mungkin telah menambang batu api untuk senjata dan peralatan.
Perunggu.
Orang Mesir kuno menambang batu perunggu di Maadi. Pada awalnya, orang Mesir menggunakan batu perunggu berwarna hijau terang untuk ornamen dan tembikar. Kemudian, antara tahun 2613 dan 2494 SM, proyek-proyek pembangunan besar membutuhkan ekspedisi ke luar negeri ke daerah Wadi Maghareh untuk mendapatkan mineral dan sumber daya lainnya yang tidak tersedia di Mesir sendiri. Tambang pirus dan tembaga juga ditemukan di Wadi Hammamat, Tura, Aswan, dan berbagai situs Nubia lainnya di Semenanjung Sinai dan di Timna. Tambang gipsum ditemukan di situs Umm el-Sawwan; gipsum digunakan untuk membuat benda-benda pemakaman untuk makam pribadi. Mineral lain yang ditambang di Mesir sejak Kerajaan Lama (2649-2134 SM) hingga Periode Romawi (30 SM-395 M) termasuk granit, batu pasir, batu kapur, basal, travertine, gneiss, galena, dan batu kecubung.
Penambangan di Mesir terjadi pada dinasti-dinasti awal. Tambang emas di Nubia adalah salah satu yang terbesar dan terluas di antara tambang-tambang lainnya di Mesir Kuno. Tambang-tambang ini digambarkan oleh penulis Yunani Diodorus Siculus, yang menyebutkan penyalaan api sebagai salah satu metode yang digunakan untuk memecah batuan keras yang mengandung emas. Salah satu kompleksnya ditunjukkan dalam salah satu peta pertambangan paling awal yang diketahui. Para penambang menghancurkan bijih dan menggilingnya menjadi bubuk halus sebelum mencuci bubuk tersebut untuk mendapatkan debu emas yang dikenal sebagai proses pelekatan kering dan basah.
Penambangan di Eropa memiliki sejarah yang sangat panjang. Contohnya adalah tambang perak Laurium, yang membantu mendukung negara kota Athena di Yunani. Meskipun mereka memiliki lebih dari 20.000 budak yang bekerja di sana, teknologi mereka pada dasarnya sama dengan pendahulunya di Zaman Perunggu. Di tambang lain, seperti di pulau Thassos, marmer ditambang oleh bangsa Parians setelah mereka tiba pada abad ke-7 SM. Marmer tersebut dikapalkan dan kemudian ditemukan oleh para arkeolog yang telah digunakan dalam berbagai bangunan, termasuk makam Amphipolis. Philip II dari Makedonia, ayah dari Alexander Agung, merebut tambang emas di Gunung Pangeo pada tahun 357 SM untuk mendanai kampanye militernya. Dia juga merebut tambang emas di Thrace untuk mencetak mata uang, yang pada akhirnya menghasilkan 26 ton per tahun. Namun, bangsa Romawilah yang mengembangkan metode penambangan berskala besar, terutama penggunaan air dalam jumlah besar yang dibawa ke lokasi tambang melalui berbagai saluran air. Air tersebut digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk membuang lapisan tanah penutup dan puing-puing batuan, yang disebut penambangan hidraulik, serta mencuci bijih yang telah dikompresi, atau dihancurkan, dan menggerakkan mesin sederhana.
Bangsa Romawi menggunakan metode penambangan hidraulik dalam skala besar untuk mencari urat-urat bijih, terutama dengan menggunakan bentuk penambangan yang sekarang sudah tidak digunakan lagi yang dikenal dengan istilah hushing. Mereka membangun banyak saluran air untuk memasok air ke kepala tambang, di mana air disimpan dalam waduk dan tangki besar. Ketika tangki yang penuh dibuka, air yang membanjiri tangki tersebut akan membongkar lapisan tanah penutup dan memperlihatkan batuan dasar di bawahnya serta urat-urat yang mengandung emas. Batuan tersebut kemudian diolah dengan cara membakarnya untuk memanaskan batuan, yang kemudian dipadamkan dengan aliran air. Guncangan panas yang dihasilkan akan meretakkan batuan, sehingga memungkinkan batuan tersebut untuk dikeluarkan dengan aliran air lebih lanjut dari tangki di atas kepala. Para penambang Romawi menggunakan metode yang sama untuk mengerjakan endapan kasiterit di Cornwall dan bijih timah di Pegunungan Pennine.
Metode penyedotan dikembangkan oleh bangsa Romawi di Spanyol pada tahun 25 Masehi untuk mengeksploitasi endapan emas aluvial yang besar, lokasi terbesarnya adalah di Las Medulas, di mana tujuh saluran air yang panjang mengalirkan air ke sungai-sungai setempat dan menyedot endapan tersebut. Bangsa Romawi juga mengeksploitasi perak yang ada di galena argentiferous di tambang-tambang Cartagena (Cartago Nova), Linares (Castulo), Plasenzuela, dan Azuaga, di antara banyak tambang lainnya. Spanyol merupakan salah satu wilayah pertambangan yang paling penting, tetapi semua wilayah Kekaisaran Romawi juga dieksploitasi. Di Britania Raya, penduduk asli telah menambang mineral selama ribuan tahun, tetapi setelah penaklukan Romawi, skala operasi meningkat secara dramatis, karena Romawi membutuhkan sumber daya Britania, terutama emas, perak, timah, dan timah.
Teknik Romawi tidak terbatas pada penambangan permukaan. Mereka mengikuti urat-urat bijih di bawah tanah begitu penambangan terbuka tidak lagi memungkinkan. Di Dolaucothi, mereka menghentikan urat-urat bijih dan mengemudikan adit melalui batu yang terbuka untuk mengeringkan stopes. Adits yang sama juga digunakan untuk ventilasi di tempat kerja, terutama ketika menggunakan pemadaman api. Di bagian lain dari lokasi tambang, mereka menembus permukaan air dan mengeringkan tambang dengan menggunakan beberapa jenis mesin, terutama roda air yang terbalik. Mesin ini digunakan secara luas di tambang tembaga di Rio Tinto di Spanyol, di mana satu rangkaian terdiri dari 16 roda yang disusun berpasangan, dan mengangkat air sekitar 24 meter (79 kaki). Alat ini digunakan sebagai treadmill dengan para penambang berdiri di atas bilah atas. Banyak contoh dari perangkat semacam itu telah ditemukan di tambang-tambang Romawi kuno dan beberapa contohnya sekarang disimpan di British Museum dan Museum Nasional Wales.
Pertambangan sebagai sebuah industri mengalami perubahan dramatis pada abad pertengahan Eropa. Industri pertambangan pada awal Abad Pertengahan terutama difokuskan pada ekstraksi tembaga dan besi. Logam mulia lainnya juga digunakan, terutama untuk penyepuhan atau mata uang. Pada awalnya, banyak logam diperoleh melalui penambangan terbuka, dan bijih terutama diekstraksi dari kedalaman yang dangkal, daripada melalui lubang tambang yang dalam. Sekitar abad ke-14, meningkatnya penggunaan senjata, baju besi, sanggurdi, dan sepatu kuda sangat meningkatkan permintaan besi. Para ksatria abad pertengahan, misalnya, sering kali dibebani dengan baju besi seberat 100 pon (45 kg) pelat atau rantai besi selain pedang, tombak, dan senjata lainnya. Ketergantungan yang sangat besar terhadap besi untuk keperluan militer memacu produksi dan proses ekstraksi besi. Krisis perak pada tahun 1465 terjadi ketika semua tambang telah mencapai kedalaman di mana porosnya tidak dapat lagi dipompa hingga kering dengan teknologi yang tersedia. Meskipun peningkatan penggunaan uang kertas, kredit, dan koin tembaga selama periode ini menurunkan nilai, dan ketergantungan pada, logam mulia, emas dan perak masih tetap penting dalam kisah pertambangan abad pertengahan.
Karena perbedaan dalam struktur sosial masyarakat, peningkatan ekstraksi endapan mineral menyebar dari Eropa tengah ke Inggris pada pertengahan abad keenam belas. Di benua tersebut, deposit mineral adalah milik kerajaan, dan hak kebangsawanan ini dipertahankan dengan kuat. Namun di Inggris, hak penambangan kerajaan dibatasi pada emas dan perak (yang hampir tidak ada di Inggris) melalui keputusan pengadilan tahun 1568 dan undang-undang tahun 1688. Inggris memiliki bijih besi, seng, tembaga, timah, dan timah. Para tuan tanah yang memiliki logam dasar dan batu bara di bawah perkebunan mereka kemudian memiliki insentif yang kuat untuk mengekstraksi logam-logam ini atau menyewakan deposit dan mengumpulkan royalti dari para operator tambang. Modal Inggris, Jerman, dan Belanda digabungkan untuk membiayai ekstraksi dan pemurnian. Ratusan teknisi dan pekerja terampil dari Jerman didatangkan; pada tahun 1642, sebuah koloni yang terdiri dari 4.000 orang asing menambang dan melebur tembaga di Keswick di pegunungan barat laut.
Penggunaan tenaga air dalam bentuk kincir air sangat luas. Kincir air digunakan untuk menghancurkan bijih, mengangkat bijih dari poros, dan ventilasi galeri dengan menyalakan bellow raksasa. Bubuk hitam pertama kali digunakan dalam penambangan di Selmecbánya, Kerajaan Hongaria (sekarang Banská Štiavnica, Slowakia) pada tahun 1627. Bubuk hitam memungkinkan peledakan batuan dan tanah untuk melonggarkan dan memperlihatkan urat-urat bijih. Peledakan jauh lebih cepat daripada pembakaran dan memungkinkan penambangan logam dan bijih yang sebelumnya tidak dapat ditembus. Pada tahun 1762, salah satu akademi pertambangan pertama di dunia didirikan di kota yang sama di sana.
Adopsi inovasi pertanian yang meluas seperti bajak besi, serta meningkatnya penggunaan logam sebagai bahan bangunan, juga merupakan kekuatan pendorong dalam pertumbuhan luar biasa industri besi selama periode ini. Penemuan seperti arrastra sering digunakan oleh Spanyol untuk menghancurkan bijih setelah ditambang. Alat ini digerakkan oleh hewan dan menggunakan prinsip yang sama dengan yang digunakan untuk merontokkan biji-bijian. Sebagian besar pengetahuan tentang teknik penambangan abad pertengahan berasal dari buku-buku seperti De la pirotechnia karya Biringuccio dan mungkin yang paling penting adalah De re metallica (1556) karya Georg Agricola. Buku-buku ini merinci berbagai metode penambangan yang digunakan di tambang-tambang Jerman dan Saxon. Masalah utama di tambang abad pertengahan, yang dijelaskan Agricola secara rinci, adalah pembuangan air dari lubang tambang. Ketika para penambang menggali lebih dalam untuk mengakses urat nadi baru, banjir menjadi hambatan yang sangat nyata. Industri pertambangan menjadi jauh lebih efisien dan makmur dengan ditemukannya pompa yang digerakkan oleh mesin dan hewan.
Metalurgi besi di Afrika sudah ada sejak lebih dari empat ribu tahun yang lalu. Emas menjadi komoditas penting bagi Afrika selama perdagangan emas trans-Sahara dari abad ke-7 hingga abad ke-14. Emas sering diperdagangkan ke negara-negara Mediterania yang membutuhkan emas dan dapat memasok garam, meskipun sebagian besar wilayah Afrika berlimpah dengan garam karena tambang dan sumber daya di gurun Sahara. Perdagangan emas dengan garam sebagian besar digunakan untuk mempromosikan perdagangan antara ekonomi yang berbeda. Sejak Perjalanan Besar pada abad ke-19, setelahnya, penambangan emas dan berlian di Afrika Selatan memiliki dampak politik dan ekonomi yang besar. Republik Demokratik Kongo adalah produsen berlian terbesar di Afrika, dengan perkiraan 12 juta karat pada tahun 2019. Jenis cadangan tambang lainnya di Afrika termasuk kobalt, bauksit, bijih besi, batu bara, dan tembaga.
Penambangan emas dan batu bara dimulai di Australia dan Selandia Baru pada abad ke-19. Nikel telah menjadi penting dalam perekonomian Kaledonia Baru. Di Fiji, pada tahun 1934, Emperor Gold Mining Company Ltd. mendirikan operasi di Vatukoula, diikuti pada tahun 1935 oleh Loloma Gold Mines, N.L., dan kemudian oleh Fiji Mines Development Ltd. (alias Dolphin Mines Ltd.). Perkembangan ini mengantarkan pada "ledakan pertambangan", dengan produksi emas meningkat lebih dari seratus kali lipat, dari 931,4 ons pada tahun 1934 menjadi 107.788,5 ons pada tahun 1939, yang kemudian sebanding dengan hasil gabungan produksi negara-negara bagian di timur Selandia Baru dan Australia.
Penambangan timah di wilayah hulu Sungai Mississippi AS, 1865
Selama masa prasejarah, orang Amerika awal menambang tembaga dalam jumlah besar di sepanjang Semenanjung Keweenaw di Danau Superior dan di Isle Royale di dekatnya; logam tembaga masih ada di dekat permukaan pada masa kolonial. Masyarakat adat menggunakan tembaga Danau Superior setidaknya sejak 5.000 tahun yang lalu; peralatan tembaga, mata panah, dan artefak lain yang merupakan bagian dari jaringan perdagangan penduduk asli yang luas telah ditemukan. Selain itu, obsidian, batu api, dan mineral lainnya juga ditambang, dikerjakan, dan diperdagangkan. Para penjelajah Prancis awal yang menemukan situs-situs tersebut [klarifikasi diperlukan] tidak menggunakan logam-logam tersebut karena kesulitan mengangkutnya, tetapi tembaga akhirnya [kapan?] diperdagangkan di seluruh benua di sepanjang rute sungai utama.
Pada awal sejarah kolonial Amerika, "emas dan perak pribumi dengan cepat diambil alih dan dikirim kembali ke Spanyol dalam armada kapal galai yang sarat emas dan perak", emas dan perak sebagian besar berasal dari tambang-tambang di Amerika Tengah dan Selatan. Pirus yang berasal dari tahun 700 Masehi ditambang di Amerika pra-Kolumbus; di Distrik Pertambangan Cerillos di New Mexico, diperkirakan "sekitar 15.000 ton batu telah dipindahkan dari Gunung Chalchihuitl dengan menggunakan peralatan batu sebelum tahun 1700." Pada tahun 1727 Louis Denys (Denis) (1675-1741), sieur de La Ronde - saudara Simon-Pierre Denys de Bonaventure dan menantu René Chartier - mengambil alih komando atas Fort La Pointe di Teluk Chequamegon; di mana penduduk asli memberitahukan kepadanya tentang sebuah pulau tembaga. La Ronde mendapatkan izin dari kerajaan Prancis untuk mengoperasikan tambang pada tahun 1733, dan menjadi "penambang praktis pertama di Danau Superior"; tujuh tahun kemudian, penambangan dihentikan oleh wabah antara suku Sioux dan Chippewa.
Penambangan di Amerika Serikat meluas pada abad ke-19, dan Kongres Amerika Serikat mengesahkan Undang-Undang Pertambangan Umum tahun 1872 untuk mendorong penambangan di tanah-tanah federal. Seperti halnya Demam Emas California pada pertengahan abad ke-19, penambangan mineral dan logam mulia, bersama dengan peternakan, menjadi faktor pendorong Ekspansi ke arah Barat AS ke pesisir Pasifik. Dengan eksplorasi Barat, kamp-kamp pertambangan bermunculan dan "mengekspresikan semangat yang berbeda, warisan abadi bagi bangsa baru"; Gold Rushers akan mengalami masalah yang sama dengan Land Rushers di Barat sementara yang mendahului mereka. Dibantu oleh rel kereta api, banyak orang melakukan perjalanan ke Barat untuk mendapatkan peluang kerja di bidang pertambangan. Kota-kota di Barat seperti Denver dan Sacramento berasal dari kota pertambangan. Ketika daerah-daerah baru dieksplorasi, biasanya emas (placer dan kemudian lode) dan kemudian perak yang diambil dan diekstraksi terlebih dahulu. Logam lain sering kali menunggu jalur kereta api atau kanal, karena debu dan bongkahan emas kasar tidak memerlukan peleburan dan mudah diidentifikasi serta diangkut.
Pemandangan menunjukkan pakaian penambang digantung dengan katrol, juga wastafel dan sistem ventilasi, Danau Kirkland, Ontario, 1936.
Pada awal abad ke-20, perburuan emas dan perak ke Amerika Serikat bagian barat juga mendorong penambangan batu bara serta logam dasar seperti tembaga, timah, dan besi. Daerah-daerah di Montana modern, Utah, Arizona, dan kemudian Alaska menjadi pemasok utama tembaga ke dunia, yang semakin membutuhkan tembaga untuk peralatan listrik dan rumah tangga. Industri pertambangan Kanada tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan Amerika Serikat karena keterbatasan transportasi, modal, dan persaingan dengan Amerika Serikat; Ontario merupakan penghasil utama pada awal abad ke-20 dengan nikel, tembaga, dan emas.
Sementara itu, Australia mengalami demam emas Australia dan pada tahun 1850-an memproduksi 40% emas dunia, diikuti dengan pendirian tambang-tambang besar seperti Tambang Mount Morgan yang beroperasi selama hampir seratus tahun, deposit bijih Broken Hill (salah satu deposit bijih timbal seng terbesar), dan tambang bijih besi di Iron Knob. Setelah penurunan produksi, ledakan lain dalam pertambangan terjadi pada tahun 1960-an. Kini, di awal abad ke-21, Australia tetap menjadi produsen mineral utama dunia. Seiring dengan dimulainya abad ke-21, industri pertambangan yang mengglobal dari perusahaan multinasional besar telah muncul. Puncak mineral dan dampak lingkungan juga menjadi perhatian. Unsur-unsur yang berbeda, terutama mineral tanah jarang, telah mulai meningkat permintaannya sebagai hasil dari teknologi baru
Disadur dari:
en.wikipedia.org
Farmasi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 17 Februari 2025
Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dinilai perlu mengevaluasi kebijakan sektor farmasi untuk lebih mendorong inovasi yang menjadi kunci perkembangan sektor ini. Apalagi saat ini pengendalian pandemi dibutuhkan utamanya dengan penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19, yang saat ini sepenuhnya masih impor.
Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta mengatakan industri farmasi di Indonesia adalah suatu contoh di mana berbagai kebijakan lokalisasi tidak kunjung berhasil membangkitkan investasi maupun inovasi. Andree menyebut dimulai dengan Daftar Negatif Investasi [DNI] 2007 yang membatasi kepemilikan asing maksimal 75 persen di sektor ini. Tak lama setelah itu muncul Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/2008 yang mewajibkan semua obat yang terdaftar di Indonesia diproduksi secara lokal.
Kemudian di 2016 sempat terjadi sedikit relaksasi, di mana kepemilikan asing diijinkan 100 persen untuk manufaktur bahan baku obat dan 85 persen untuk produksi obat-obatan jadi. "Namun, regulasi ini segera diikuti Instruksi Presiden 6/2016 kepada 12 kementerian dan lembaga untuk mengembangkan industri farmasi melalui berbagai kebijakan lokalisasi, misalnya dengan mengatur kandungan lokal, memprioritaskan produk lokal dan mematok harga," katanya dalam publikasi CIPS, Sabtu (31/7/2021).
Andree mengemukakan lasan di balik berbagai kebijakan ini biasanya adalah mendorong transfer teknologi dan meningkatkan kapasitas produksi lokal. Sayangnya realisasi investasi asing maupun dalam negeri biasanya malah menurun segera setelah kebijakan lokalisasi dikeluarkan. Kebijakan lokalisasi 2007-2008 dikuti realisasi investasi yang rendah sepanjang 2009-2014. Investasi naik mulai 2015 setelah pasar baru dibuka dengan diluncurkannya JKN. "Ini pun kembali seret pasca 2016 karena regulasi yang tumpang tindih,” ujarnya.
Meskipun sekarang ini Perpres 10/2021 mengenai investasi yang mengimplementasikan UU Cipta Kerja tidak lagi membatasi kepemilikan asing di pabrik farmasi, tetapi semangat lokalisasi Inpres 6/2016 masih menyebabkan munculnya berbagai Peraturan Menteri yang restriktif. Misalnya saja peraturan mengenai cara perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) obat-obatan. Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian 16/2020 yang malah dikeluarkan di tengah-tengah pandemi.
Memang sejauh ini sertifikasi TKDN belum diwajibkan, tetapi jika diimplementasikan harus diperhatikan agar jangan sampai membuat obat menjadi langka karena industri farmasi lokal sesungguhnya masih sangat bergantung pada bahan baku impor. “Dibutuhkan ratusan bahan dasar dalam memformulasikan sebuah obat, termasuk vaksin. Sementara tidak semua bahan tersebut dibuat di Indonesia.
Penerapan TKDN bisa mempersulit produsen bahkan lokal sekalipun untuk mengembangkan kapasitas. Alih-alih proteksionis, pemerintah idealnya membuka jalur impor untuk bahan baku obat-obatan,” jelas Andree. Pemerintah umumnya meyakini bahwa kebijakan yang restriktif tidak akan mengurangi daya tarik populasi yang besar. Namun sesungguhnya nilai pasar farmasi Indonesia tergolong kecil, hanya sekitar 1 persen dari dua pasar terbesar dunia, yaitu Amerika Serikat dan China.
Aljasil, adanya regulasi yang memaksa perusahaan untuk membangun pabrik baru di Indonesia mungkin malah akan mengurangi efisiensi dari pabrik yang sudah dibangun di pasar lain yang jauh lebih besar. Bagi perusahaan farmasi multinasional di Indonesia, kombinasi antara biaya yang lebih tinggi dan pasar yang lebih kecil membawa konsekuensi berupa laba atas investasi yang lebih rendah. Pasar yang menawarkan tingkat pengembalian yang lebih rendah dan jangka waktu pemulihan investasi yang lebih panjang secara alami tidak menarik bagi investor. Keharusan untuk menggandeng mitra lokal disebut Andree juga sedikit banyak menghalangi inovasi di sektor ini.
Di satu sisi, perusahaan multinasional farmasi asing ragu-ragu untuk membagikan kekayaan intelektual mereka dengan perusahaan lokal yang bisa menjadi pesaing. Apalagi jika sang calon mitra tidak pernah berkontribusi sama sekali dalam biaya litbang yang tidak kecil. Di sisi lain, peraturan semacam ini membuat perusahaan lokal cenderung menunggu tawaran kemitraan daripada berinvestasi untuk melakukan litbang sendiri. “Efek negatif kebijakan ini terhadap inovasi cukup jelas terlihat dari fokus pabrikan lokal kepada obat generik yang sedikit sekali unsur litbangnya,” imbuh Andree.
Indonesia sebenarnya memiliki komunitas ilmiah yang siap berinovasi melawan Covid-19. Bahkan sudah ada pengembangan vaksin lokal, yaitu Vaksin Merah Putih. Namun, semua ini masih bergantung sekali kepada pemerintah dan BUMN. Sangat disayangkan bahwa lanskap regulasi saat ini menghalangi bisnis untuk membangun kapasitas inovasi jangka panjang.
"Ketimbang berfokus pada kebijakan lokalisasi, pemerintah seharusnya fokus pada membangun ekosistem inovasi bisnis dalam negeri. Litbang bisnis lokal yang kuat akan mengurangi ketergantungan inovasi pada anggaran negara dan meningkatkan ketertarikan investor asing untuk bermitra secara sukarela dengan mitra lokal yang memiliki kemampuan yang setara," kata Andree.
Sumber: ekonomi.bisnis.com
Teknik Lingkungan
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Macam jenis limbah berupa sampah, air kakus (black water), dan air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang sering kali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal I tentang prosedur impor limbah, menyebutkan bahwa limbah adalah barang atau bahan sisa dan bekas dari kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah.
Lalu, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Dengan kata lain, limbah adalah barang sisa dari suatu kegiatan yang sudah tidak bermanfaat atau bernilai ekonomi lagi.
Pada tahun 2013, produksi limbah dunia sebanyak 35.5 juta ton dan diperkiran 8 juta ton limbah dibuang ke laut atau sama saja seperti 1 truk sampah yang dibuang ke laut pada setiap menitnya.
Pengolahan limbah
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban misalnya.
Logo limbah B3
Logo Limbah b3 Beracun 2015
Logo Limbah B3 Infeksius 2015
Logo Limbah B3 Padatan Menyala 2015
Logo Limbah B3 Cairan Menyala 2015
Logo Limbah B3 Campuran 2015
Logo Limbah B3 Korosif 2015
Logo Limbah B3 Mudah Meledak 2015
Logo Limbah b3 Pencemaran Lingkungan 2015
Karakteristik limbah
Limbah B3 industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah B3 industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah:
a. Karbon monoksida (CO),
b. Nitrogen oksida (Nox),
c. Hidrokarbon (HC),
d. Sulfur oksida (SOx)
e. Partikulat.
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
a. CO2 (karbon dioksida),
b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),
c. Hujan asam,
d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),
e. CH4 (metana).
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Sedangkan sesuai definisi pada Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3
Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis, sumber dan karakteristiknya
Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :
Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :
Karakteristik limbah B3
Kegiatan Pengelolaan limbah B3
Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan serta penimbunan hasil pengolahan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan tersebut terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan limbah B3, yaitu:
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3 dikendalikan dengan system manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan.
Sumber:
Wikipedia.org
Farmasi
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 17 Februari 2025
Bernas.id – Sebagian masyarakat pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah farmasi, apalagi bagi masyarakat yang bekerja di bidang kesehatan. Perusahaan farmasi adalah suatu perusahaan yang memproduksi obat-obatan yang berguna untuk kesehatan tubuh.
Perusahaan bidang farmasi ini ternyata sebagian terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tentunya dapat dijadikan pilihan untuk berinvestasi. Apalagi saat ini industri farmasi sedang naik daun sejak adanya pandemi Covid-19 yang tidak kunjung reda dan membutuhkan kontribusi perusahaan farmasi.
Lantas, apa sajakah perusahan farmasi yang ada di Indonesia serta terdaftar di BEI? Berikut ulasannya akan dibahas secara lengkap.
Daftar Perusahaan Farmasi Indonesia yang Terdaftar di BEI
Bagi investor, mencari rekomendasi perusahaan dengan kinerja baik dan menghasilkan return menjanjikan menjadi pilihan investasi terbaik. Di tengah berkembangannya industri kesehatan saat ini, berikut ini adalah daftar perusahaan farmasi di Indonesia yang terdaftar di dalam BEI :
1. PT Merck Indonesia Tbk
Perusahaan farmasi ini memiliki kinerja yang baik dengan laporan keuangan tahunannya yang baik. Arus keluar masuk uangnya pun terpantau dengan baik dan lancar.
2. PT Kalbe Farma Tbk
Perusahaan farmasi yang satu ini telah memproduksi obat-obatan sejak tahun 1990. Selain itu, nilai saham perusahaan ini pun cukup tinggi sehingga mampu menarik minat investor untuk berinvestasi.
Baca juga: India Siap Pasok Industri Farmasi ke Indonesia Asal Peraturan BPOM Disederhanakan
3. PT Tempo Scan Pacific Tbk
Industri yang bergerak dibidang farmasi ini sudah mampu menghasilkan keuntungan bersih dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan kinerja yang dilakukan selama kegiatan operasi dinilai sangat baik.
4. PT Darya Varia Laboratoria Tbk
Perusahan farmasi ini juga terdaftar ke dalam jajaran emiten farmasi di BEI dan dapat dijadikan salah satu pilihan yang tepat untuk berinvestasi dengan nilai yang standar.
5. PT Indofarma (Persero) Tbk
Perusahaan yang bergerak dibidang farmasi sejak tahun 2001 ini memiliki nilai saham yang rendah di awal. Akan tetapi, saat ini nilai sahamnya terus mengalami peningkatan dengan baik.
6. PT Kimia Farma (Perseroan) Tbk
Perusahaan farmasi yang satu ini cukup terkenal dikalangan masyarakat. Berdiri sejak tahun 2001, perusahaan ini memiliki peminat investor yang tinggi walaupun harganya cukup berkelas.
7. PT Pyridam Farma Tbk
Perusahaan farmasi ini juga bisa menjadi pilihan yang tepat untuk berinvestasi saham dengan baik dan tepat.
8. PT Muncul Tbk
Perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan ini sudah terkenal hingga mancanegara. Oleh karena itu, nilai sahamnya pun sudah tidak perlu diragukan lagi serta sudah pasti memperoleh keuntungan yang tinggi.
9. PT Pharos Tbk
Perusahaan yang bergerak dibidang farmasi ini menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk berinvestasi saham. Tak hanya itu, perusahaan ini juga memproduksi obat-obatan yang nantinya akan sangat dibutuhkan di masa mendatang.
Perbedaan Perusahaan Farmasi Swasta dan Milik Negara
Perusahaan farmasi ternyata ada yang tergolong sebagai milik pemerintah. Lalu, apa saja yang membedakan antara yang terdaftar di BEI dan milik pemerintah? Berikut penjelasannya.
1. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan farmasi yang ada terdaftar di BEI bersifat transparan. Hal ini dikarenakan kinerjanya sudah sesuai dengan kebijakan yang dibuat. Sedangkan perusahaan yang milik negara kinerjanya transparan, namun terbatas karena ada beberapa hal yang menjadi dokumen penting dan bersifat rahasia.
2. Penawaran
Perusahaan yang terdaftar di BEI lebih terbuka alias go public dalam penawarannya. Sedangkan miliki negara ini bersifar terbatas.
3. Tingkat Harga Saham
Perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI terbilang sedikit lebih tinggi di harga sahamnya. Sedangkan yang milik negara sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai yang ada di BEI.
4. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan farmasi yng terdaftar di BEI bisa mendapatkan nilai keuntungan yang tinggi jika diimbangi dengan kinerja yang baik. Sedangkan perusahaan farmasi milik negara tetap menghasilkan keuntungan yang sama sesuai standar walaupun kinerjanya lebih baik.
Kesimpulan
Tidak semua perusahaan farmasi yang ada di Indonesia terdaftar di BEI. Di samping itu, ada pula perusahaan yang masuk dalam daftar milik negara. Keduanya pun memiliki standar nilai masing-masing, termasuk dalam kategori investasi saham. Perusahaan farmasi yang ada di Indonesia ini diharapkan dapat tetap memberikan hasil produksi terbaiknya terkait obat-obatan serta menghasilkan keuntungan yang dapat memajukan perekonomian Indonesia.
Sumber: www.bernas.id
Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 17 Februari 2025
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya untuk selalu menjaga produktivitas industri minyak goreng sawit dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, bahwa prioritas utama pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan rakyat. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menjelaskan, pihaknya terus menjaga ketersediaan produk minyak goreng bagi masyarakat dengan harga terjangkau. Minyak goreng kemasan sederhana ini akan disediakan sebanyak 1,2 miliar liter selama jangka waktu 6 bulan, dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, Kemenperin mendorong para pelaku industri minyak goreng sawit bisa berkontribusi terhadap program pemerintah dalam menjaga stabilitas harga minyak goreng di masyarakat.
"Kebijakan ini sebagai wujud nyata upaya pemerintah dalam mendukung penyediaan pangan yang terjangkau untuk masyarakat," ujar dia melalui siaran persnya, Selasa (11/1/2022). Sebanyak 70 industri minyak goreng sawit akan dilibatkan untuk menyediakan minyak goreng kemasan sederhana ini, dengan didukung sekitar 200 pengepak. "Bagi industri MGS yang ingin terlibat dalam program pemerintah ini, Kemenperin akan merelaksasi SNI MGS secara wajib untuk industri MGS yang menggunakan merek MINYAKITA. Jadi, kalau perusahaan industri terdaftar dalam program penyediaan MGS dengan merek MINYAKITA, akan kami fasilitasi percepatan sertifikasi SNI-nya," katanya. Melihat kesiapan sektor industri minyak goreng dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat, dirinya telah melakukan kunjungan kerja ke sejumlah produsen, antara lain PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) di Jakarta, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) di Bekasi, dan PT Multimas Nabati Asahan di Serang, Banten. "Kami mengapresiasi terhadap upaya dan komitmen para pelaku industri minyak goreng yang telah mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam menjaga kestabilan harga ini," ujarnya. Baca juga: Harga Minyak Goreng Mahal, Produsen Tahu Tempe Menjerit Menurut Putu, pihaknya juga sudah mendapatkan berbagai masukan dari pelaku industri agar implementasi kebijakan tersebut bisa berjalan baik sesuai sasarannya. Selama ini industri hilir minyak sawit turunan CPO telah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. "Industri kelapa sawit telah menunjukkan progress hilirisasi yang sangat baik. Saat ini terdapat 168 ragam jenis produk hilir dari kelapa sawit, sementara pada tahun 2011 baru terdapat 54 jenis," sebut dia. Secara total, ekspor minyak sawit dan produk turunannya mencapai 33,1 juta ton per tahun, dari total produksi sebesar 53 juta ton per tahun. Pada tahun 2021, rasio volume ekspor antara bahan baku CPO dengan produk hilirnya mencapai 9,27 persen berbanding 90,73 persen, sedangkan selama periode 2016-2020, rata-rata rasio ekspor bahan baku dengan produk hilir berada di sekitar 20 persen berbanding 80 persen. Dirjen Industri Agro juga meminta kepada pelaku industri MGS untuk semakin meningkatkan kualitas, inovasi dan daya saingnya melalui kegiatan riset dan pengembangan (R&D). Sebab, pemerintah telah menyiapkan fasilitas insentif fiskal berupa super tax deduction, dengan diberikan pengurangan penghasilan bruto paling tinggi 300 persen bagi yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia guna terus memperbanyak produk hilir kelapa sawit.
Menurut Putu, pihaknya juga sudah mendapatkan berbagai masukan dari pelaku industri agar implementasi kebijakan tersebut bisa berjalan baik sesuai sasarannya. Selama ini industri hilir minyak sawit turunan CPO telah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. "Industri kelapa sawit telah menunjukkan progress hilirisasi yang sangat baik. Saat ini terdapat 168 ragam jenis produk hilir dari kelapa sawit, sementara pada tahun 2011 baru terdapat 54 jenis," sebut dia. Secara total, ekspor minyak sawit dan produk turunannya mencapai 33,1 juta ton per tahun, dari total produksi sebesar 53 juta ton per tahun. Pada tahun 2021, rasio volume ekspor antara bahan baku CPO dengan produk hilirnya mencapai 9,27 persen berbanding 90,73 persen, sedangkan selama periode 2016-2020, rata-rata rasio ekspor bahan baku dengan produk hilir berada di sekitar 20 persen berbanding 80 persen. Dirjen Industri Agro juga meminta kepada pelaku industri MGS untuk semakin meningkatkan kualitas, inovasi dan daya saingnya melalui kegiatan riset dan pengembangan (R&D). Sebab, pemerintah telah menyiapkan fasilitas insentif fiskal berupa super tax deduction, dengan diberikan pengurangan penghasilan bruto paling tinggi 300 persen bagi yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia guna terus memperbanyak produk hilir kelapa sawit.
Sumber:
Kompas.com