Rantai Pasok Digital
Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 18 Februari 2025
Pendahuluan
Artikel berjudul "The Impact of Industry 4.0 Implementation on Supply Chains" yang ditulis oleh Ghadge, Er Kara, Moradlou, dan Goswami (2020) membahas secara komprehensif tentang bagaimana implementasi Industri 4.0 memengaruhi rantai pasok (supply chain). Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak tersebut dan mengembangkan kerangka kerja implementasi dengan mempertimbangkan pendorong dan hambatan yang mungkin muncul. Dengan menggunakan pendekatan critical literature review dan system dynamics model , penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi para manajer rantai pasok dalam memahami tantangan dan peluang di era digital ini.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif. Pertama, dilakukan tinjauan literatur secara mendalam untuk mengidentifikasi pendorong dan hambatan utama dalam implementasi Industri 4.0. Faktor-faktor ini dikategorikan ke dalam empat dimensi bisnis: strategis, organisasi, teknologi, serta hukum dan etika. Selanjutnya, dikembangkan model system dynamics untuk memahami dampak implementasi Industri 4.0 pada parameter rantai pasok, dengan memasukkan faktor-faktor pendorong dan penghambat yang telah diidentifikasi. Model simulasi ini digunakan untuk mengembangkan model konseptual yang dapat membantu implementasi dan akselerasi Industri 4.0 dalam rantai pasok.
Temuan dan Diskusi
Dampak Industri 4.0 pada Rantai Pasok
Artikel ini menyoroti bahwa Industri 4.0 membawa tantangan dan peluang baru bagi rantai pasok masa depan. Digitalisasi menjadi suatu keharusan bagi sistem rantai pasok agar dapat bertahan dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan kompetitif saat ini. Perusahaan perlu mengadopsi teknologi baru dalam proses bisnis mereka dan mengelola aliran data yang meningkat dalam rantai nilai mereka untuk pengelolaan rantai pasok digital generasi berikutnya yang efektif.
Pendorong dan Hambatan Implementasi Industri 4.0
Penelitian ini mengidentifikasi beberapa pendorong utama untuk adopsi Industri 4.0, termasuk peningkatan efisiensi, produktivitas, dan fleksibilitas. Selain itu, personalisasi produk dan pengambilan keputusan berbasis data real-time juga menjadi faktor pendorong yang signifikan. Namun, terdapat juga beberapa hambatan yang perlu diatasi, seperti kurangnya keterampilan dan pengetahuan, biaya investasi yang tinggi, masalah keamanan siber, dan kurangnya standar yang jelas.
Kerangka Kerja Implementasi Industri 4.0
Berdasarkan hasil analisis dan simulasi, artikel ini mengusulkan kerangka kerja konseptual untuk implementasi Industri 4.0 yang efektif dalam rantai pasok. Kerangka kerja ini mencakup beberapa tahapan, mulai dari identifikasi kebutuhan dan tujuan bisnis, evaluasi teknologi yang sesuai, pengembangan rencana implementasi, hingga pemantauan dan evaluasi kinerja.
Studi Kasus dan Angka-Angka
Meskipun artikel ini bersifat konseptual, artikel ini juga menyoroti beberapa contoh implementasi Industri 4.0 dalam rantai pasok. Misalnya, penggunaan Radio-Frequency Identification Device (RFID) dan teknologi cloud untuk meningkatkan visibilitas dan efisiensi dalam rantai pasok. Selain itu, penggunaan big data analytics untuk mengoptimalkan inventaris dan memprediksi permintaan juga dibahas sebagai studi kasus yang relevan.
Contoh lain adalah penerapan robot otonom di gudang dan pusat distribusi, yang dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam proses pemenuhan pesanan. Implementasi sistem cybersecurity yang kuat juga ditekankan sebagai langkah penting untuk melindungi data sensitif dan mencegah gangguan operasional.
Analisis Mendalam
Artikel ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami dampak Industri 4.0 pada rantai pasok. Dengan mengidentifikasi pendorong dan hambatan utama, serta mengusulkan kerangka kerja implementasi yang komprehensif, penelitian ini memberikan panduan yang berharga bagi para praktisi dan peneliti di bidang ini. Penggunaan model system dynamics juga memungkinkan para peneliti untuk mensimulasikan berbagai skenario dan memahami dampak jangka panjang dari implementasi Industri 4.0.
Perbandingan dengan Penelitian Lain
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain di bidang Industri 4.0 dan rantai pasok, yang menekankan pentingnya digitalisasi dan integrasi teknologi dalam meningkatkan kinerja rantai pasok. Namun, artikel ini juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor organisasi dan strategis dalam implementasi Industri 4.0, yang seringkali diabaikan dalam penelitian lain.
Implikasi Praktis dan Teoretis
Secara praktis, penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi para manajer rantai pasok dalam memahami tantangan dan peluang di era Industri 4.0. Dengan memahami pendorong dan hambatan utama, mereka dapat mengembangkan strategi implementasi yang lebih efektif dan memaksimalkan manfaat dari teknologi baru. Secara teoretis, penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teori rantai pasok digital dan memberikan dasar empiris untuk penelitian lebih lanjut di bidang ini.
Kesimpulan
Artikel "The Impact of Industry 4.0 Implementation on Supply Chains" adalah sumber yang berharga bagi siapa saja yang tertarik untuk memahami bagaimana Industri 4.0 mengubah rantai pasok. Dengan pendekatan yang komprehensif dan metodologi yang kuat, penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan dan peluang di era digital ini, serta kerangka kerja praktis untuk implementasi Industri 4.0 yang sukses.
Sumber : Ghadge, A., Er Kara, M., Moradlou, H. & Goswami, M. (2020), “The impact of Industry 4.0 implementation on supply chains”, Journal of Manufacturing Technology Management, (10.1108/JMTM-10-2019-0368), Accepted.
Teknik Metalurgi
Dipublikasikan oleh Ririn Khoiriyah Ardianti pada 18 Februari 2025
Metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari tentang perilaku fisika dan kimia dari unsur-unsur logam, senyawa-senyawa antarlogam, dan paduan-paduan logam yang disebut aloi atau lakur. Metalurgi juga adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan bagi konsumen dan industri-industri manukfaktur. Produksi logam meliputi kegiatan mengolah bijih untuk mengekstrasi kandungan logamnya, dan kegiatan memadu logam, kadang-kadang dengan unsur-unsur nonlogam, untuk menghasilkan aloi. Metalurgi berbeda dari kriya pengolahan logam, meskipun kemajuan teknis dalam pengolahan logam bergantung pada perkembangan ilmu metalurgi, sebagaimana kemajuan teknis dalam praktik kedokteran bergantung pada perkembangan ilmu kedokteran eek.
Metalurgi terbagi menjadi metalurgi besi-baja (ilmu logam hitam) dan metalurgi bukan besi-baja (ilmu logam aneka warna).
Metalurgi besi-baja meliputi cara-cara mengolah unsur besi dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar besi, sementara metalurgi bukan besi-baja meliputi cara-cara mengolah dan membuat logam-logam paduan berunsur dasar logam selain besi. Produksi besi-baja menguasai 95 persen dari produksi logam dunia.
Etimologi
Istilah "metalurgi" berasal dari kata Yunani Kuno: μεταλλουργός, metallourgós, "pekerja logam", gabungan dari kata μέταλλον, métallon, "logam", dan kata ἔργον, érgon, "kerja".
Mula-mula kata "metalurgi" adalah istilah yang digunakan dalam ilmu alkimiasebagai sebutan bagi kegiatan mengekstraksi logam dari mineral, akhiran -urgi bermakna suatu proses, khususnya proses manufaktur: makna metalurgi ini dibahas dalam Encyclopædia Britannica 1797.Pada penghujung abad ke-19, lingkup makna metalurgi meluas hingga mencakup pula kajian ilmiah yang lebih umum tentang logam-logam, logam-logam paduan, dan proses-proses yang berkaitan dengannya.
Ruang lingkup
Georg Pawer (dilatinkan menjadi Georgius Agricola), penulis De re metallica (Perihal sifat logam), sebuah buku penting pada pengenalan ekstraksi logam
Metalurgi adalah ilmu, seni, dan teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup metalurgi meliputi:
Sejarah
Ikat kepala emas dari Thebes 750-700 BC
Sejarah ilmu metalurgi diawali dengan teknologi pengolahan hasil pertambangan. Logam yang paling dini digunakan oleh manusia tampaknya adalah emas, yang bisa ditemukan secara bebas. Sejumlah kecil emas telah ditemukan telah digunakan di gua-gua di Spanyolpada masa Paleolitikum, sekitar 40.000 SM
Perak, tembaga, timah dan besi meteor juga dapat ditemukan bebas, dan memungkinkan pengerjaan logam dalam jumlah terbatas. Senjata Mesir yang dibuat dari besi meteor pada sekitar 3000 SM sangat dihargai sebagai "belati dari langit". Dengan pengetahuan untuk mendapatkan tembaga dan timah dengan memanaskan bebatuan, serta mengkombinasikan tembaga dan timah untuk mendapatkan logam paduan yang dinamakan sebagai perunggu, teknologi metalurgi dimulai sekitar tahun 3500 SM pada masa Zaman Perunggu.
Ekstraksi besi dari bijihnya ke dalam logam yang dapat diolah jauh lebih sulit. Proses ini tampaknya telah diciptakan oleh orang-orang Hittit pada sekitar 1200 SM, pada awal Zaman Besi. Rahasia ekstraksi dan pengolahan besi adalah faktor kunci dalam keberhasilan orang-orang Filistin.
Perkembangan historis metalurgi besi dapat ditemukan dalam berbagai budaya dan peradaban lampau. Ini mencakup kerajaan dan imperium kuno dan abad pertengahan di Timur Tengah dan Timur Dekat, Mesir kuno, dan Anatolia (Turki sekarang), Kartago, Yunani, Romawi kuno, Eropa abad pertengahan, Cina kuno dan pertengahan, India kuno dan pertengahan, Jepang kuno dan pertengahan, dan sebagainya.
Banyak penerapan, praktik dan perkakas metalurgi mungkin sudah digunakan di Cina kuno sebelum orang-orang Eropa menguasainya (seperti tanur, besi cor, baja, dan lain-lain).
Berdasar kedekatan antara metalurgi dengan pertambangan inilah maka pada awalnya pendidikan metalurgi lahir dari sekolah-sekolah pertambangan seperti pendidikan metalurgi di Colorado School of Mines.
Ekstraksi
Metalurgi ekstraksi adalah praktik mengambil logam berharga dari sebuah biji dan pemurnian logam mentah yang diekstrak ke dalam bentuk murni. Dalam rangka untuk mengubah logam oksida, atau sulfida untuk sebuah logam murni, bijih besi harus dikurangi secara fisik, kimiawi atau elektrolisasi.
Ahli metalurgi ekstraksi akan tertarik dalam tiga aliran utama yakni pemakanan, berkonsentrasi (oksida logam berharga/sulfida) dan punca (limbah). Setelah pertambangan dari potongan besar akan diperoleh bijih melalui pelumatan dengan melalui penghancuran dan penggilingan untuk mendapatkan partikel-partikel yang cukup kecil di mana masing-masing partikel terdiri dari bahan berharga atau limbah. Partikel terkonsentrasi yang berharga dalam bentuk yang mendukung memungkinkan pemisahan logam yang dikehendaki dari kandungan limbah yang tidak dikehendaki.
Pertambangan mungkin tidak diperlukan bila terdapat tubuh bijih dan lingkungan fisik yang kondusif untuk pencucian. Larut pencucian bijih mineral dalam tubuh dan menghasilkan solusi yang kaya. Solusi dikumpulkan dan diproses untuk mengekstrak logam berharga.
Badan bijih umumnya mengandung lebih dari satu logam berharga. Punca dari proses sebelumnya dapat digunakan kembali sebagai bahan dalam proses lain untuk mengambil produk sekunder dari bijih asli. Selain itu, suatu zat terkonsentrasi mungkin berisi lebih dari satu logam berharga. Yang berkonsentrasi kemudian akan diproses untuk memisahkan logam berharga dalam konstituen individu.
Pendidikan metalurgi
Pada saat ini pendidikan metalurgi sudah sedemkian luas sehingga beberapa perguruan tinggi mengkhususkan penekanan pada cabang-cabang ilmu metalurgi.
Perkembangan persoalan ilmiah dan teknis saat ini yang memerlukan pemecahan multidisiplin mengharuskan adanya pertemuan antara berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Dalam hal ini seorang metalurgis (ilmuwan dan pekerja metalurgi) berada di tengah-tengah pertemuan ilmu-ilmu tersebut. Metalurgi beririsan dengan beberapa aspek ilmu kimia, teknik kimia, fisika, teknik fisika, teknik mesin, pertambangan, lingkungan, dll.
Pengolahan mineral
Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah pengolahan mineral secara fisik. Tujuan dari pengolahan mineral adalah meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan. Secara umum, setelah proses mineral dressing akan dihasilkan tiga kategori produk.
Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat tergantung pada jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya. Pemilihan teknik didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral yang ada dalam bijih tersebut. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses pengolahan mineral di antaranya adalah:
Konsentrasi gravitasi
Teknik ini memanfaatkan perbedaan berat jenis antara mineral-mineral. Mineral-mineral dipisahkan dengan peralatan yang berprinsip pada pemisahan berat jenis seperti jigging, rake classifier, spiral classifier, vibrating table, dll.
Flotasi
Teknik ini memanfaatkan perbedaan sifat permukaan mineral-mineral. Dengan menambahkan reagen kimia yang bisa membuat permukaan salah satu mineral menjadi hidrofil sementara bagian reagen itu sendiri memiliki sifat hidrofob, maka mineral bersangkutan dapat diangkat oleh gelembung yang ditiupkan ke permukaan untuk dipisahkan. Biasnya mineral-mineral sulfida dipisahkan dengan cara ini.
Pemisahan magnetis
Cara ini memanfaatkan sifat magnet dari mineral-mineral. Mineral yang bersifat feromagnetik dipisahkan dari mineral yang bersifat diamagnetik.
Dan teknik-teknik lainnya, seperti electric separator, dll.
Metalurgi ekstraksi
Pada bagian pengolahan mineral, konsentrat yang mengandung logam berharga dipisahkan dari pengotor (gangue mineral) yang menyertainya. Sedangkan ilmu metalurgi ekstraksi adalah untuk memisahkan logam berharga dalam konsentrat dari material lain.
Metalurgi fisik
Metalurgi fisik adalah pengetahuan-pengetahuan mengenai fisika dari logam-logam dan paduan-paduan umpamanya tentang sifat-sifat mekanik, sifat-sifat teknologi serta pengubahan-pengubahan sifat-sifat tersebut yang umumnya menyangkut segi-segi pengembangan atau development, pada penggunaan dan pengolahan atau teknologi logam-logam dan paduan-paduan.
Media
Api
Metalurgi diawali dari penemuan dan pemanfaatan logam dengan menggunakan api. Peleburan, pemadatan dan pencetakan bijihlogam menghasilkan logam yang sesuai dengan bentuk alat cetaknya dan sangat kuat. Penemuan awal ini kemudian berkembang secara lebih khusus. Berbagai jenis logam berhasi dimanfaatkan, seperti emas (6000 SM), tembaga (4200 SM), perak (4000 SM), timbal (3500 SM), timah (1750 SM), besi (1500 SM) dan raksa (750 SM). Penemuan-penemuan dan pemanfaatan logam kemudian berkembang menjadi ilmu metalurgi yang banyak membahas mengenai sifat-sifat logam dan teknik-teknik percobaannya.
Fluks
Di dalam metalurgi, fluks digunakan sebagai bahan pembersih yang mencegah oksida terbentuk di permukaan logam cair. Selain itu, fluks juga digunakan sebagai pengangkat kotoran dari dalam logam cair pada terak. Kotoran ini harus dibersihkan karena dapat menggores terak. Pada proses peleburan, fluks juga dapat menambah panas yang mempercepat pengangkatan kotoran.
Penentuan sifat kimia fisika
Proses metalurgi umumnya menghasilkan rekasi kimia yang sangat sulit untuk mencapai kesetimbangan di dalam percobaan laboratorium. Kondisi ini sangat sering terjadi pada proses pembuatan logam ferro. Data-data tentang sifat-sifat khas dari reaksinya sangat sulit disediakan secara langsung. Cara menentukan sifat kimia dari bahan logam ferro adalah menentukan secara tidak langsung dengan menggunakan hukum termodinamika. Dalam hal ini, dicari kriteria dasar dari reaksi kesetimbangan dan berbagai macam proses fisika.
Sumber Artikel : Wikipedia
Safety
Dipublikasikan oleh Raynata Sepia Listiawati pada 18 Februari 2025
Bahaya ergonomis
Bahaya ergonomis adalah kondisi fisik yang dapat menimbulkan risiko cedera pada sistem muskuloskeletal karena ergonomi yang buruk. Bahaya ini meliputi postur tubuh yang canggung atau statis, tenaga yang besar, gerakan yang berulang-ulang, atau jeda waktu yang singkat di antara aktivitas. Risiko cedera sering kali diperbesar ketika ada banyak faktor.
Faktor lingkungan, operasional, atau desain dapat berdampak negatif pada pekerja atau pengguna; contohnya adalah getaran seluruh tubuh atau tangan/lengan, pencahayaan yang buruk, atau alat, perlengkapan, atau stasiun kerja yang dirancang dengan buruk. Beberapa bagian tubuh yang umum mengalami cedera antara lain:
Cedera pada bagian tubuh ini dan bagian tubuh lainnya dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal (MSD), yang dapat disebut gangguan trauma kumulatif (CTD) atau cedera regangan berulang (RSI), dan diperkirakan mencapai sekitar sepertiga dari semua cedera dan penyakit yang tidak fatal serta biaya yang ditimbulkannya. Bahaya ergonomis terjadi di lingkungan kerja dan non-kerja seperti bengkel, lokasi pembangunan, kantor, rumah, sekolah, atau ruang dan fasilitas umum. Menemukan cara untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya ergonomis di lingkungan mana pun pada akhirnya akan mengurangi risiko cedera.
Penyebab
Postur tubuh yang canggung
Postur tubuh yang janggal adalah ketika tubuh menyimpang secara signifikan dari posisi alami selama melakukan aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan. Postur tubuh yang janggal mengurangi efisiensi kerja karena pengerahan tenaga yang berlebihan yang tidak perlu. Jika postur tubuh yang canggung berlangsung dalam jangka waktu yang lama, otot dan saraf dapat terjepit. Contohnya termasuk memutar, menjangkau, menarik, mengangkat, membungkuk, atau postur lainnya yang dapat menyebabkan rasa sakit ketika dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Postur statis
Postur statis, atau pembebanan statis, adalah ketika seseorang mempertahankan postur yang konsisten selama keseluruhan waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, yang tidak memungkinkan tubuh untuk rileks. Hal ini menjadi masalah karena dapat menyebabkan nyeri otot, kelelahan, dan masalah persendian, serta meningkatkan risiko cedera muskuloskeletal. Tingkat kerusakan tergantung pada jenis dan durasi postur tubuh, serta jenis aktivitas. Masalah yang berkaitan dengan postur statis di antara pekerja dapat dicegah dengan sering beristirahat dan melakukan peregangan.
Stres kontak
Stres kontak terjadi ketika beberapa bagian tubuh pekerja - seperti lutut, siku, pergelangan tangan, atau jari - menyentuh atau bergesekan dengan permukaan yang tajam, tidak fleksibel, atau tidak bergerak secara berulang-ulang atau dalam jangka waktu yang lama. Permukaan tersebut dapat berupa meja kerja, tangga, lantai, atau pegangan ember atau alat.[4] Tekanan kontak juga dapat terjadi dengan mendorong, mencengkeram, mencubit, menarik, dan mengangkat benda yang dapat memberikan kekuatan tambahan pada sendi tubuh. Meningkatkan kekuatan ini membutuhkan pengerahan otot tambahan, dan menempatkan beban yang lebih besar pada sendi dan jaringan ikat yang dapat menyebabkan kelelahan dan dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal jika tidak ada waktu yang cukup untuk istirahat dan pemulihan.
Gerakan berulang
Gerakan repetitif adalah gerakan yang berkepanjangan dan berulang-ulang yang menyebabkan kelelahan otot dan pada akhirnya mengakibatkan kerusakan saraf. Gerakan ini dapat mencederai jaringan lunak, seperti saraf, otot, dan tendon; contoh cederanya antara lain tennis elbow, sindrom lorong karpal, tendonitis, dan radang kandung lendir. Gerakan-gerakan ini membutuhkan istirahat selama aktivitas untuk membantu saraf atau otot beristirahat dan pulih.
Kekuatan tinggi
Tenaga tinggi yang terlibat dalam beberapa pekerjaan fisik dapat mencederai otot dan sendi. Pengerahan tenaga yang berlebihan dapat terjadi ketika kekuatan eksternal atau otot melebihi kekuatan yang dapat ditanggung oleh tubuh dengan aman. Kekuatan tersebut dapat berupa mencengkeram, mencubit, mendorong, menarik, dan mengangkat benda.
Pencegahan
Pencegahan bahaya ergonomis dan gangguan muskuloskeletal melibatkan berbagai aspek yang kompleks, dengan fokus utama pada penyesuaian pekerjaan dengan pekerjanya, bukan sebaliknya. Salah satu pendekatan yang diterapkan dalam mengatasi bahaya ergonomis adalah menggunakan Hierarki Pengendalian, sebuah sistem yang diterbitkan oleh Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH). Hierarki Pengendalian menguraikan langkah-langkah pengelolaan risiko, mulai dari eliminasi, substitusi, pengendalian teknik, pengendalian administratif, hingga penggunaan alat pelindung diri (APD).
Eliminasi, sebagai solusi paling efektif, melibatkan praktik menghilangkan bahaya dari operasi kerja untuk mengurangi risiko cedera. Pada konteks bahaya ergonomis, ini bisa mencakup desain ulang area kerja untuk mengurangi kebutuhan postur yang canggung atau memberikan alat bantu seperti gerobak untuk mengurangi pengangkatan barang berat. Substitusi melibatkan penggantian bahaya dengan yang lebih aman, seperti mengganti material berat dengan yang lebih ringan atau mengganti peralatan berkualitas rendah dengan yang berkualitas lebih tinggi.
Pengendalian teknik fokus pada pemisahan fisik bahaya dari pekerja, seperti merancang barang yang sering diangkat agar memiliki pegangan yang ergonomis. Pengendalian mencakup kebijakan dan aturan di tempat kerja, seperti merotasi karyawan dan memberikan waktu istirahat yang cukup. Terakhir, penggunaan APD seperti pelindung pinggang dan alat bantu angkat merupakan langkah penting dalam melindungi pekerja dari bahaya ergonomis. Dengan menerapkan daftar periksa ini, Anda dapat fokus dan efektif dalam memastikan kesejahteraan karyawan Anda.
Ergonomi Kantor
Ergonomi mencoba menyesuaikan pekerjaan dengan pekerja, bukan pekerja dengan pekerjaannya.Kapan pun ada pekerja dan pekerjaan, akan ada pertimbangan ergonomis. Umumnya, masalah ergonomis dapat muncul di lingkungan kantor. Banyak orang yang bekerja di kantor (baik di rumah atau di gedung perkantoran formal) sering menghabiskan waktu berjam-jam untuk duduk dan bekerja dengan posisi yang sama. Pertimbangan ergonomis termasuk penyesuaian ketinggian kursi dan monitor komputer, posisi pencahayaan, frekuensi istirahat, dan desain kursi.
Ergonomi Manufaktur
Orang yang bekerja di lingkungan manufaktur berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti kekakuan otot dan ketegangan sendi akibat pekerjaan yang berulang-ulang, posisi tersentak-sentak, aktivitas berlebihan, dan paparan getaran. Untuk mengelola risiko ini, penting untuk menerapkan praktik ergonomis yang efektif, termasuk penggunaan palet untuk mengangkut barang dan menghindari pengangkatan secara manual. Menjaga postur tubuh yang baik dengan mengatur ketinggian tempat kerja dan menyediakan kursi atau kursi bila diperlukan dapat mencegah kelelahan dan depresi.
Selain itu, mengurangi listrik statis dapat bermanfaat dengan memberikan pilihan untuk duduk, istirahat, atau berganti tugas. Penggunaan alat pengangkat seperti troli, ban berjalan atau kendaraan tanpa pemandu dapat mengurangi stres pada tubuh pekerja. Saat mengangkat beban, sebaiknya mendorong daripada menarik dan gunakan teknik mengangkat yang benar, seperti menekuk pinggul dan lutut. Menerapkan tip dan praktik ini akan membantu Anda meningkatkan ergonomi lingkungan manufaktur Anda, meningkatkan kesehatan pekerja, produktivitas dan kualitas manufaktur, mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas.
Ergonomi konstruksi
Industri konstruksi mengandung berbagai bahaya ergonomis yang mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan pekerja. Pekerja dalam kategori ini sering kali dihadapkan pada pekerjaan lantai dan lantai, pekerjaan di udara, pekerjaan yang melibatkan penggunaan tangan, serta mengangkat, memegang, dan menangani material. Cedera punggung diperkirakan 50% lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri AS lainnya. AS, meningkatkan risiko bagi pekerja yang membawa beban berat, berlutut dan menekuk tangan menggunakan alat yang bergetar.
Lingkungan kerja yang serba cepat dan waktu tunggu memberikan tekanan lebih besar pada ergonomi. Untuk menghindari masalah tersebut, beberapa solusinya antara lain dengan mengatur posisinya, seperti mengangkat part ke permukaan kerja terdekat, menggunakan perkakas atau pegangan lainnya. Pekerjaan udara dapat diatur menggunakan lift atau riser dengan menggunakan tiang ekstensi untuk mencegah pergerakan kepala yang berlebihan.
Cara lainnya adalah dengan teknik mengangkat yang baik, menggunakan peralatan seperti penyedot debu, dan mengganti barang berat dengan yang lebih ringan. Gerakan berulang dapat dihilangkan dengan menggunakan perangkat elektronik pengurang getaran dan sarung tangan anti getar. Meskipun diperlukan kekuatan yang besar, praktik ergonomis dapat mengurangi dampak kesehatan dari mendorong, menarik, dan memegang alat. Solusi spesifik dapat ditemukan dalam panduan NIOSH, "Solusi Cerdas: Ergonomi untuk Pekerja Konstruksi." Secara keseluruhan, praktik ergonomis dapat mengurangi risiko cedera dan meningkatkan kesehatan serta kenyamanan pekerja di industri konstruksi.
Disadur dari: en.wikipedia.org
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Industri makanan dan minuman atau disebut mamin adalah salah satu sektor penting yang menunjang kinerja industri pengolahan nonmigas. Di triwulan I tahun 2022, industri mamin menyumbang lebih dari sepertiga atau sebesar 37,77 persen dari PDB industri pengolahan nonmigas.
“Peran dari sektor industri mamin ini akan memberikan dampak signifikan terhadap industri pengolahan non migas dan PDB nasional,” ungkap Putu Juli Ardika selaku Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian saat Pameran Produk Makanan dan Minuman Tahun 2022 di Plaza Pameran Industri, Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa(5/7).
Dirjen Industri Agro mengungkapkan, industri mamin tumbuh sebesar 3,75 persen pada triwulan I - 2022 atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I - 2021 yang mencapai 2,45 persen. “Industri mamin ini merupakan salah satu sektor yang memperoleh prioritas pengembangan sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0,” paparnya.
Dilihat dari sisi perdagangan internasional, ekspor produk mamin hingga triwulan I - 2022 mencapai USD 10,92 milyar (termasuk minyak kelapa sawit) serta mengalami neraca perdagangan yang positif jika dibandingkan dengan imporproduk mamin pada periode yang sama sejumlah USD3,92 milyar.
“Dari segi investasi, sampai dengan triwulan I tahun 2022, realisasi investasi bagi sektor industri mamin mencapai Rp. 19,17 triliun, terdiri dari PMDN sebesar Rp. 9,34triliun dan USD 684,98 juta untuk PMA,” ungkap Putu.
Kinerja industri mamin yang mulai membaik ini, tak lepas dari kerja keras semua pemangku kepentingan, mulai dari kementerian dan lembaga terkait sampai kalangan industri. “Sehingga bisa menciptakan pertumbuhan yang positif walaupun terkena dampak pandemi,” ungkapnya.
Sebagai usaha untuk menekan dampak pandemi Covid-19, pemerintah sudah meluncurkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang tujuannya untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19. Dengan pelaksanaan kebijakan itu, harapannya kinerja industri mamin yang sebelum pandemic bisa tumbuh sekitar 7 persen sampai 9 persen bisa kembali gemilang.
Dirjen Industri Agro menyampaikan, beberapa kebijakan PEN yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, antara lain pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah untuk beberapa komoditas bahan baku industri mamin di tahun 2021. Tujuannya untuk men-support peningkatan utilitas dan daya saing industri khususnya pada masa pandemi Covid-19.
“Pada awal tahun ini, pemerintah juga sudah memberlakukan kebijakan 1 harga untuk minyak goreng sawit, yang kemudian di dukung kebijakan distribusi minyak goreng curah bersubsidi oleh BPDKS yang berhasil mendorong percepatan distribusi untuk mengurangi kelangkaan minyak goreng curah,” ungkapnya.
Kini kebijakan minyak goreng curah bagi rakyat juga dikembangkan oleh pemerintah yang merupakan tindak lanjut dari keberpihakan minyak goreng curah bersubsidi. Beberapa perusahaan yang sudah berpartisipasi dalam program ini bisa melaksanakan konversi untuk perizinan ekspor pada program minyak goreng curah rakyat.
“Kita memberikan apresiasi kepada pelaku usaha yang telah berpartisipasi dan mendukung seluruh kebijakan distribusi minyak goreng sampai sekarang ini. Kita juga berharap, dengan program ini bisa meningkatkan kemampuan masyarakat dan usaha kecil dan mikro, yang akan berdampak pada pergerakan ekonomi secara nasional,” ungkap Dirjen Industri Agro.
Kebijakan strategis lainnya ialah Kemenperin sudah men-support pemberian fasilitas Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) sejumlah USD 6 per-MMBTU untuk sektor industri mamin di tahun 2022. Usaha ini akan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan daya saing produk industri mamin. “Harapan kami fasilitas itu bisa segera diberlakukan dan manfaatnya bisa dirasakan oleh industri mamin ,” ungkapnya.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) semakin berusaha meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor industri, salah satunya dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan pendidikan vokasi. Selama ini, sekolah dan kampus Kemenperin selalu berupaya menjadi best practice dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda (dual system) yang link and match dengan industri. Di tahun 2022, Kemenperin membuka Politeknik Industri Petrokimia Banten yang akan menerima angkatan pertama.
“Kemenperin memberikan kesempatan kuliah gratis di Politeknik Industri Petrokimia Banten, mulai dari pendaftaran sampai lulus. Nantinya, lulusan politeknik ini akan dapat langsung bekerja sesudah lulus sebab Kemenperin sudah menjalin kerja sama ikatan kerja dengan berbagai perusahaan industri,” ungkap Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan di Jakarta, Selasa(12/7).
Arus menyampaikan, semua mahasiswa angkatan pertama Politeknik Industri Petrokimia Banten dibebaskan dari biaya kuliah, jadi tak perlu membayar biaya pendaftaran, biaya semester, uang gedung serta biaya kuliah lainnya hingga lulus.
Politeknik Industri Petrokimia Banten merupakan unit pendidikan di bawah BPSDMI Kementerian Perindustrian. Sekolah ini menawarkan program D3 yang terbagi menjadi Teknologi Proses Industri Petrokimia, Teknologi Mesin Industri Petrokimia, dan Teknologi Instrumentasi Industri Petrokimia. “Politeknik akan menerima 96 mahasiswa angkatan pertama, atau 32 mahasiswa di setiap program Diploma Tiga (D3),” ungkap Arus.
Mahasiswa Politeknik Industri Petrokimia Banten akan menjalani perkuliahan selama 6 semester, terdiri dari 3 semester pertama di kampus, 2 semester di industri, dan kembali ke kampus di semester terakhir. Pendidikan dual system ini memungkinkan para mahasiswa untuk langsung terjun ke industri dengan bekal teori yang didapatkan di kelas.
Hingga kini, Politeknik Industri Petrokimia Banten sudah menjalin kerja sama dengan 14 mitra industri dan asosiasi industri. Dengan ikatan kerja, lulusan politeknik bisa langsung bekerja di salah satu mitra industri tersebut. Perusahaan industri dan asosiasi industri yang sudah bermitra adalah:
Pendaftaran untuk calon mahasiswa Politeknik Industri Petrokimia Banten berlangsung pada 1 -31 Juli 2022. Kemudian, pendaftar akan mengikuti ujian tes tulis, terdiri dari tes akademik dan Bahasa Inggris pada 3 Agustus 2022, kemudian lanjut dengan tes psikologi dan wawancara pada 13-14 Agustus 2022.
Pendaftaran Politeknik Industri Petrokimia Banten dilaksanakan dengan JARVIS dengan alamat situs jarvis.kemenperin.go.id atau politeknikpetrokimia-banten/. Di situs itu, peserta melaksanakan pengisian data pendaftaran yaitu identitas diri, identitas orang tua, identitas sekolah dan pemilihan jurusan di halaman login peserta. Sesudah itu, peserta mengunggah foto dan persyaratan program studi (jika ada) dan melakukan validasi pendaftaran. Terakhir, bila data peserta telah divalidasi, peserta diharuskan mencetak kartu ujian dan mengikuti ujian sesuai tanggal yang tertera pada kartu/pada pengumuman bila terjadi perubahan jadwal.
Jalur Penerimaan Vokasi Industri (JARVIS) ialah platform yang dikembangkan BPSDMI Kemenperin dan dipergunakan untuk melaksanakan proses seleksi penerimaan siswa dan mahasiswa baru secara daring pada semua unit pendidikan di bawah naungan Kemenperin, yang sebelumnya terdiri dari 10 politeknik, 2 akademi komunitas, dan 9 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). JARVIS adalah bentuk komitmen Kemenperin untuk menciptakan lulusan yang berkualitas sehingga menjadi SDM yang kompeten dan bisa menjawab kebutuhan industri,” ungkap Kepala BPSDMI Kemenperin.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id
Perindustrian
Dipublikasikan oleh Viskha Dwi Marcella Nanda pada 18 Februari 2025
Kementerian Perindustrian mempunyai tekad untuk terus melakukan kebijakan hilirisasi industri, dengan tujuan yakni meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri yang berujung pada kesejahteraan masyarakat. Sasaran strategis ini tercipta dalam aktivitas industri pengolahan sawit yang kini semakin berkembang di tanah air.
“Industri pengolahan sawit semakin berkembang, mencakup yang ada di kawasan industri Dumai. Bahkan, aktivitasnya dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk perekonomian daerah,” ungkap Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika di Jakarta, Rabu(13/7).
Pada kesempatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI di Kawasan Industri Dumai, Riau, Senin lalu, Dirjen Industri Agro memaparkan, industri pengolahan masih mendominasi dalam sumbangsihnya memacu pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dengan kontribusi sebesar 28,08% di tahun 2021. Produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi Riau merupakan yang paling besar kedua di Sumatra dan terbesar keenam secara nasional.
“Maksudnya, PDRB di Riau ini berbasis pada aktivitas sektor manufaktur. Di sisi lain, secara khusus di Kota Dumai, kontribusi sektor industri pengolahan lebih dari 60%”. Di tahun 2021, perekonomian Riau tumbuh 3,36% atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 yang alami kontraksi 1,13 persen akibat dampak pandemi Covid-19.
Putu mengatakan bahwa aktivitas industri pengolahan sawit sudah menghasilkan pusat pertumbuhan ekonomi terutama di luar Pulau Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan, dan wilayah timur Indonesia. Di sisi lain, menggerakkan aktivitas produktif kegiatan usaha kebun di sektor industri sawit, terutama daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terdalam).
“Terlebih lagi, multiplier effect dari aktivitas industri pengolahan sawit ini juga, sudah mengembangkan aglomerasi atau kawasan industri baru berbasis sawit yaitu di Dumai (Riau), Sei Mangkei dan Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Tarjun (Kalimantan Timur), dan Bitung (Sulawesi Utara),” ungkapnya.
Putu menyampaikan , sektor industri pengolahan sawit sudah menyerap tenaga kerja langsung tidak kurang dari 5,2 juta orang dan menghidupi sampai 20 juta orang dalam rantai sektor industri ini. Di tahun 2021, ekspor produk sawit mencapai 40,31 juta ton dengan nilai ekspor USD35,79 milyar, meningkat sebesar 56,63 persen dari nilai ekspor tahun 2020.
“Dalam kurun 10 tahun, ekspor produk turunan kelapa sawit meningkat cukup signifikan, dari 20 persen di tahun 2010 menjadi 80 persen di tahun 2020. Hal ini sesuai target peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit yang diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian No 13 Tahun 2010,” paparnya.
Putu menjelaskan, hilirisasi industri berbasis kelapa sawit merupakan salah satu keberhasilan dari kebijakan pemerintah yang menetapkan sektor ini sebagai program prioritas nasional. “Kini ada 168 jenis produk hilir kelapa sawit yang sudah dapat diproduksi oleh industri di dalam negeri untuk keperluan pangan, fitofarmaka/nutrisi, bahan kimia/oleokimia, sampai bahan bakar terbarukan/biodiesel FAME. Sedangkan di tahun 2011, hanya terdapat 54 jenis produk hilir kelapa sawit yang kami produksi,” ungkapnya.
Pada visi hilirisasi tahun 2045, Indonesia menargetkan akan menjadi pusat produsen dan konsumen produk turunan minyak sawit dunia, sehingga dapat menjadi price setter (penentu harga) CPO global. Adapun beberapa kebijakan yang perlu dijalankan, antara lain hilirisasi pada oleofood, peningkatan produktivitas, oleokimia, dan biofuel. Selain itu, memperkuat ekosistem, tata kelola, serta bcapacity building.
Disadur dari sumber kemenperin.go.id