Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

Mengenal PT Sampoerna

Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025


PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, juga dikenal sebagai PT HM Sampoerna Tbk, adalah perusahaan rokok yang berbasis di Surabaya. Kantor pusat perusahaan berada di Surabaya, Jawa Timur, dan merupakan salah satu yang terbesar dan pemimpin pasar dalam industri rokok di negara ini. Keluarga Sampoerna sebelumnya memiliki perusahaan ini. Namun, pada Mei 2005, sebagian besar kepemilikan beralih ke Philip Morris International, perusahaan rokok terbesar di dunia di Amerika Serikat, mengakhiri tradisi lebih dari sembilan puluh tahun.

Lim Seeng Tee, seorang imigran Tiongkok dari Fujian, Tiongkok, bersama istrinya Siem Tjiang Nio, mulai menjajakan rokok kecil-kecilan di warung mereka di Ngaglik, Surabaya, pada tahun 1912. Saat itu, Lim sudah memiliki pengalaman dalam meracik dan melinting rokok setelah bekerja di sebuah pabrik rokok di Lamongan. Untuk mengesahkan bisnisnya, Liem memulai produksi rokok secara komersial dalam wadah Handel Maatschappij Liem Seeng Tee pada tahun 1913. Produk pertama yang dibuat adalah kretek yang dilinting dengan tangan di Surabaya. Setelah itu, rokok kretek ini disebut "Dji Sam Soe" (234, jika dijumlahkan menjadi 9, "angka keberuntungan" Liem). Kemasan Dji Sam Soe, yang telah digunakan sejak 1914, tampaknya tidak pernah diubah hingga tahun 2000.

Usaha "Pabrik Rokok Liem Seeng Tee" (juga dikenal sebagai Sigaretten Fabriek Liem Seeng Tee) awalnya menghadapi masalah seperti kebakaran warung mereka yang menghancurkan bisnis rokok pada tahun 1916. Namun, setelah membeli pabrik rokok yang hampir bangkrut dengan tabungan Siem, Liem kembali ke industri rokok setelah 5 tahun berusaha meracik resep rokok yang tepat untuk menarik pelanggan dengan bantuan istrinya. Perusahaan milik Liem kemudian menggunakan resep ini untuk produk utamanya, Dji Sam Soe. Belakangan, perusahaannya juga menjual merek seperti 123, 77, 720, 678, dan Djangan Lawan.

Putra Liem, Aga Sampoerna, mengambil alih PT HM Sampoerna dalam keadaan sulit seperti itu dan mengembalikannya dengan manajemen yang lebih baik. Setelah saudaranya, Liem Swie Hwa (Adi Sampoerna), meminta bantuan untuk bisnis keluarga yang sedang gulung tikar, Aga bergabung. Sebelum ini, Aga telah memulai bisnisnya sendiri di bidang rokok dengan nama "Panamas" melalui PT Handel Maatschappij Sampoerna, yang didirikan pada 19 Oktober 1963 dan berbasis di Bali. Kemudian, Aga mulai dari nol, fokus pada bisnis Sampoerna meskipun ia sudah memiliki usaha sendiri sebelumnya.

Dji Sam Soe terkenal kembali membantu Aga mengembangkan bisnis Sampoerna. Puluhan tahun kemudian, PT HM Sampoerna memiliki 1.200 pekerja dan memproduksi 1,3 juta batang per hari. Aga percaya bahwa perusahaan harus menjual semua rokoknya segera. Oleh karena itu, terlepas dari semua upaya, rokok Sampoerna menjual 2,5 juta batang setiap hari dan menghasilkan keuntungan sebesar $250.000 setiap bulan. Perusahaan juga mengeluarkan produk keduanya, Sampoerna Hijau, pada tahun 1979. Belakangan, ada juga Sampoerna A Djingga dan 234 Filter. Walaupun demikian, saat itu Sampoerna masih dianggap "kalah" dibandingkan produsen lain seperti Gudang Garam dan Djarum. Ini mungkin karena kekurangan pemasarannya. Di awal 1980-an, pabrik Sampoerna di Bali, Malang, dan Surabaya mempekerjakan 7.000 orang.

Di tahun 1977, Aga mulai mempersiapkan anak bungsunya, Putera Sampoerna. Putera Sampoerna bekerja untuk dua perusahaan rokok keluarga, PT Handel Maatschappij Sampoerna dan PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas. Setelah itu, Putera melakukan banyak terobosan dan modernisasi di berbagai industri. Salah satunya adalah membangun pabrik baru seluas 153 hektar yang memproduksi rokok secara terpadu dan modern serta membeli tembakau langsung dari petani. Untuk memenuhi permintaan perusahaan, tembakau ini kemudian dikelola dengan cara yang berbeda. Mereka disimpan di beberapa gudang baru dan pusat distribusi yang baru dibangun. Setelah itu, perusahaan rokok Sampoerna di Surabaya sendiri berkonsentrasi pada pembuatan rokok dengan mesin di Rungkut, sedangkan Taman Sampoerna berkonsentrasi pada pembuatan rokok tangan.

Kemudian Putera dan Aga memperluas bisnis keluarga Sampoerna ke bidang seperti transportasi, percetakan, periklanan, dan perdagangan. Dilaporkan bahwa Sampoerna juga memiliki Sampoerna Bank, saham di supermarket Alfa, dan berniat memasuki industri mebel. Selain itu, Putera berusaha membangun sistem keagenan dan distribusi yang lebih intensif dan membeli mesin produksi kretek baru. Sampoerna sekarang menjual produknya sendiri daripada bergantung pada agen seperti sebelumnya. Rokok bernikotin rendah A Mild, yang diluncurkan sebagai modernisasi, adalah salah satu terobosan besar tahun 1989. Selain itu, pengembangan bisnis dilakukan melalui kerjasama dengan perusahaan besar dan ekspor ke Malaysia, Myanmar, Vietnam, Filipina, dan Brasil. Untuk membuat rokok Salem di Indonesia, mereka bekerja sama dengan R. J. Reynolds Tobacco Company di Amerika Serikat. Sejak tahun 1986, Putera didapuk sebagai pimpinan Sampoerna menggantikan Aga, tetapi beberapa langkah Putera tidak berhasil. Misalnya, kegagalan perbankan Sampoerna Bank hampir memaksanya untuk menutup semua lini bisnis non-rokoknya, tetapi akhirnya tidak terjadi.

Keluarga Sampoerna melakukan reorganisasi bisnis rokok mereka pada Oktober 1988. PT Handel Maatschappij Sampoerna diambil alih oleh PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas, yang memiliki semua aset, operasi, dan merek (seperti Dji Sam Soe dan Sampoerna Hijau). Di waktu yang sama, PT PD dan Industri Panamas berganti nama menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna. Pada 8 Juli 1989, perusahaan baru yang bernama sama, PT Perusahaan Dagang dan Industri Panamas, didirikan sebagai anak usaha HM Sampoerna di bidang distribusi. Melanjutkan, PT Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna menjadi perusahaan publik pada 15 Agustus 1990 dengan melepas 27 juta saham, atau 15 persen dari total sahamnya, di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran Rp 12.600 per lembar.

Di tahun 1990, PT HM Sampoerna mempekerjakan 20.000 orang. Setahun kemudian, produksi rokok Sampoerna meningkat menjadi 64 juta batang per minggu—naik dari 21 juta batang per minggu pada 1980. Putera kemudian menggunakan wafatnya Aga Sampoerna pada tahun 1994 untuk mempekerjakan orang-orang yang tidak terlibat dengan Sampoerna untuk memimpin perusahaan dan mencapai visinya untuknya. Kapasitas Sampoerna untuk memproduksi rokok 170 juta batang per minggu pada tahun 1995-1996 naik menjadi 660 juta, dengan dukungan dari empat belas mesin produksi dan dua puluh satu mesin pengemasan. Selama periode ini, Sampoerna baru bisa menjadi salah satu pemain yang mulai dikenal, mengungguli pabrikan seperti Bentoel dan Djarum, dan menjadi salah satu perusahaan rokok paling menguntungkan di Indonesia, bersaing dengan pesaingnya. Selain itu, putra Putera, Michael Sampoerna, masuk ke jajaran direksi dan menjabat sebagai CEO pada tahun 2000. Produksi rokok Sampoerna mencapai 41,2 miliar batang dan keuntungan 15 miliar rupiah pada tahun 2004. Ini mewakili 19,4 persen dari pasar rokok nasional. Promosi kreatif juga dilakukan di bawah dan di atas meja untuk meningkatkan jumlah penjualan.

Philip Morris International (PMI) mengakuisisi Philip Morris pada 15 Maret 2005, mengukuhkan posisi Philip Morris di pasar rokok global dengan nilai transaksi diperkirakan US$ 5,2 miliar. Setelah penjualan Sampoerna kepada Putera Sampoerna, kondisi keuangan Sampoerna menjadi lebih baik. Setelah penjualan, Putera memperoleh dana sebesar Rp 18,5 triliun untuk berinvestasi dalam bisnis baru yang berbeda dari bisnis rokok sebelumnya, dengan fokus pada agroindustri di bawah Sampoerna Strategic Group. Pada 18 Mei 2005, kepemilikan PMI perusahaan ini mencapai 97% setelah hanya membeli 40% saham Putera melalui tender offer.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengenal PT Sampoerna

Pendidikan Profesi

Standar Pendidikan Profesi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Standar pendidikan profesi memiliki peran penting dalam menjamin kualitas tenaga profesional di berbagai bidang, termasuk keinsinyuran. Makalah Standar Pendidikan Profesi yang diterbitkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membahas aspek-aspek krusial dalam penyelenggaraan pendidikan profesi, termasuk kurikulum, metode pembelajaran, serta standar kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan program profesi.

Dalam makalah ini, dijelaskan bahwa pendidikan profesi bertujuan untuk membekali lulusan dengan keterampilan teknis dan etika profesional yang sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Dengan adanya standar yang jelas, diharapkan tenaga profesional di Indonesia mampu bersaing secara global serta memenuhi kebutuhan industri yang terus berkembang.

Ringkasan Isi Makalah

1. Latar Belakang Standar Pendidikan Profesi

Standar pendidikan profesi dirancang untuk memastikan bahwa lulusan program profesi memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Beberapa aspek yang menjadi fokus dalam standar pendidikan profesi antara lain:

  • Kompetensi teknis dan akademik yang harus dikuasai oleh peserta program profesi.
  • Metode pembelajaran berbasis praktik untuk meningkatkan pengalaman lapangan.
  • Evaluasi dan sertifikasi lulusan untuk memastikan kesesuaian dengan standar industri.

Makalah ini menyoroti bagaimana sistem pendidikan profesi di Indonesia telah berkembang dari sekadar pembelajaran akademik menjadi pendidikan yang lebih aplikatif dan berbasis kompetensi.

2. Kurikulum dan Metode Pembelajaran

Kurikulum pendidikan profesi dirancang agar seimbang antara teori dan praktik. Beberapa metode pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan profesi antara lain:

  • Simulasi dan studi kasus, yang membantu peserta memahami penerapan teori dalam dunia nyata.
  • Magang dan praktik industri, yang memungkinkan peserta mendapatkan pengalaman langsung di lingkungan kerja.
  • Evaluasi berbasis proyek, yang menilai kemampuan peserta dalam menyelesaikan permasalahan teknis secara mandiri.

Selain itu, kurikulum dirancang agar fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan industri yang terus berubah.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Untuk memastikan kualitas lulusan program profesi, standar kompetensi yang diterapkan meliputi:

  • Kemampuan analitis dan problem-solving dalam menghadapi tantangan teknis di lapangan.
  • Keterampilan komunikasi dan kerja tim, yang sangat penting dalam lingkungan profesional.
  • Pemahaman terhadap regulasi dan etika profesi, guna memastikan kepatuhan terhadap standar hukum dan etika kerja.

Dalam makalah ini juga dijelaskan bahwa standar kompetensi lulusan program profesi di Indonesia harus sejalan dengan standar global agar mampu bersaing dalam dunia kerja internasional.

Studi Kasus dan Implikasi

1. Implementasi Standar Pendidikan Profesi di Indonesia

Makalah ini membahas bagaimana standar pendidikan profesi telah diimplementasikan di berbagai sektor, termasuk keinsinyuran, kedokteran, dan pendidikan. Beberapa contoh implementasi yang disorot antara lain:

  • Program Profesi Insinyur (PPI) yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi insinyur di Indonesia.
  • Pendidikan profesi dokter yang menggabungkan pembelajaran akademik dengan praktik klinis intensif.
  • Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang memastikan bahwa guru memiliki keterampilan pedagogik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan modern.

2. Perbandingan dengan Standar Internasional

Dalam makalah ini juga dijelaskan bahwa sistem pendidikan profesi di Indonesia masih memiliki beberapa tantangan dalam memenuhi standar internasional. Dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura dan Jerman, Indonesia masih perlu meningkatkan aspek berikut:

  • Sertifikasi internasional, yang memungkinkan lulusan program profesi di Indonesia untuk diakui di luar negeri.
  • Kolaborasi dengan industri, agar pendidikan profesi lebih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja global.
  • Peningkatan fasilitas pendidikan, terutama dalam hal laboratorium dan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran.

Rekomendasi untuk Peningkatan Standar Pendidikan Profesi

Agar standar pendidikan profesi di Indonesia lebih kompetitif dan sesuai dengan tuntutan global, beberapa langkah strategis yang dapat diambil antara lain:

1. Penguatan Regulasi dan Kebijakan

  • Meningkatkan peran lembaga akreditasi dalam mengawasi implementasi standar pendidikan profesi.
  • Mewajibkan sertifikasi kompetensi bagi lulusan program profesi untuk memastikan kualitas tenaga kerja.
  • Mengadopsi standar internasional dalam kurikulum pendidikan profesi.

2. Peningkatan Kualitas Pengajaran dan Infrastruktur

  • Menyediakan lebih banyak program pelatihan bagi pengajar dalam program profesi.
  • Mengembangkan infrastruktur pendidikan, seperti laboratorium dan pusat penelitian yang lebih modern.
  • Meningkatkan kerja sama antara perguruan tinggi dan industri untuk memberikan pengalaman praktis yang lebih relevan bagi mahasiswa.

3. Mendorong Sertifikasi dan Pengakuan Internasional

  • Memfasilitasi lulusan program profesi untuk mendapatkan sertifikasi internasional.
  • Meningkatkan kerja sama dengan organisasi profesional internasional.
  • Menerapkan sistem uji kompetensi berbasis praktik untuk memastikan kesiapan lulusan dalam menghadapi dunia kerja.

Kesimpulan

Makalah Standar Pendidikan Profesi memberikan wawasan yang mendalam mengenai pentingnya standar dalam pendidikan profesi guna memastikan kompetensi dan profesionalisme lulusan di berbagai bidang. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah:

  1. Standar pendidikan profesi harus mengintegrasikan teori dan praktik agar lulusan siap menghadapi tantangan dunia kerja.
  2. Kurikulum pendidikan profesi harus disesuaikan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi.
  3. Standar kompetensi lulusan harus mencakup kemampuan teknis, keterampilan komunikasi, serta pemahaman terhadap regulasi dan etika profesi.
  4. Indonesia masih perlu meningkatkan standar pendidikan profesinya agar lebih sesuai dengan praktik global, terutama dalam hal sertifikasi dan kolaborasi dengan industri.
  5. Diperlukan reformasi kebijakan dan peningkatan fasilitas pendidikan untuk mendukung sistem pendidikan profesi yang lebih baik.

Dengan implementasi yang tepat, standar pendidikan profesi di Indonesia dapat lebih kompetitif dan mampu mencetak tenaga kerja profesional yang diakui di tingkat nasional maupun internasional.

Sumber: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Standar Pendidikan Profesi. 2023.

Selengkapnya
Standar Pendidikan Profesi

Industri Minuman, Hasil Tembakau & Bahan Penyegar

Mengenal Bentoel Group

Dipublikasikan oleh Anisa pada 19 Maret 2025


PT Bentoel Internasional Investama, juga dikenal sebagai Bentoel Group, adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, dengan kantor pusat di Jakarta dan sebagian besar operasinya di Malang. British American Tobacco adalah pemilik perusahaan rokok internasional.

Dalam kenyataannya, perusahaan asli Bentoel bukanlah PT Bentoel Internasional Investama, yang saat ini dikenal sebagai perusahaan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1987 dan diberi nama PT Rimba Niaga Idola. PT Bentoel Internasional Investama baru mulai bermain dalam industri rokok ketika mengakuisisi PT Bentoel Prima, penerus dari Bentoel yang asli sejak 1930, pada tahun 2000. PT Bentoel Prima kemudian menjadi anak usaha PT Bentoel Internasional Investama, yang sekarang menjadi perusahaan induk dari Bentoel Prima dan Bentoel Distribusi Utama.

PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel dan PT Bentoel Prima

Perusahaan ini pertama kali didirikan sebagai "Strootjes Fabriek Ong Hok Liong", sebuah pabrik rokok kecil di Malang pada 10 September 1930. Pada tahun 1951, pabrik rokok berganti nama menjadi NV Pertjetakan Hien An (atau Hien An Kongsie), dan pada tahun 1954, namanya berubah menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel. Ong mendirikan perusahaan rokoknya sebagai bisnis rumahan yang dibuat dengan tangan dan dijajakan sendiri dengan bantuan tetangganya, Tjoa Sio Bian. Dengan pabriknya, Ong telah mendirikan banyak merek sebelum mendirikan Bentoel, seperti Gendang, Kelabang, Lampu, Turki, dan Djeruk Manis, tetapi semuanya gagal dan tidak berhasil. Namun, ketika ia berziarah ke Gunung Kawi pada tahun 1935, juru kunci makam keramat yang sering ia kunjungi, makam Mbah Djoego (EYD: Jugo), sepertinya memberinya saran. Juru kunci itu mengatakan bahwa Ong, yang sering bermimpi bentul (talas belitung), akan sukses jika nama dan merek perusahaan diubah menjadi bentul (ejaan lama: Bentoel). Sulit untuk dipercaya, tetapi bisnis Ong akhirnya berhasil, dan sejak tahun 1935, merek Bentoel terus dipertahankan.

Setelah bisnis Ong berhenti setelah Jepang masuk ke Indonesia, ia kemudian berkembang dengan 3.000 karyawan pada tahun 1950 dan menambah pabriknya di Blitar. Karena masalah ketenagakerjaan, Bentoel Group menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang membuat rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus kotak rokoknya dengan plastik pada akhir tahun 60-an. Innovasi ini kemudian menjadi standar industri tembakau nasional. Pada 1970-an, Bentoel menjadi nomor tiga di industri rokok nasional. Selain itu, perusahaan ini berusaha untuk berkembang dengan mendirikan sarana, anak usaha, dan mendapatkan pinjaman dari berbagai bank. Saat ini, banyak keluarga dan keturunan Ong memiliki saham PR Tjap Bentoel.

PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel menghadapi masalah pada akhir 1980-an ketika perusahaan kretek ini tidak dapat membayar pinjamannya senilai US$ 170 juta ke BRI dan Bank Bumi Daya. Masalah ini baru terungkap pada September 1991 dan menjadi topik pemberitaan di banyak media. Memasuki tahun itu, Bentoel menghadapi krisis likuiditas dan hutang ke kreditor asing telah melonjak menjadi US$ 350 juta. Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa masalah ini disebabkan oleh devaluasi mata uang pemerintah, atau konflik keluarga pemilik. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Budhiwijaya Kusumanegara, Presiden Direktur Bentoel pada saat itu—yang merupakan generasi ketiga keturunan Ong Hok Liong—tidak berhasil mengelola salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia. Ada tuduhan bahwa Budhiwijaya menyelewengkan pinjaman itu untuk kepentingannya sendiri.

Dalam upaya Rajawali untuk memprofesionalisasikan manajemen perusahaan, yang sebelumnya dimiliki keluarga Ong selama 60 tahun, mereka mendirikan PT Bentoel Prima. PT Bentoel Prima didirikan pada tahun 1997 dengan aset PT PR Tjap Bentoel yang diserahkan kepadanya. Peter secara langsung bernegosiasi dengan para kreditor untuk memungkinkan bisnis ini berjalan dan berusaha menyelesaikan 21 masalah dan kerugian yang menimpa Bentoel untuk mendukung rencananya. Hasilnya, PT Bentoel Prima tidak melakukan PHK sejak 24 Maret 1997, melepaskan banyak hutang lamanya. Di tahun 1999, perusahaan sudah bisa mendapatkan untung.

Pada tahun 2000, Bentoel Prima masih merupakan perusahaan non-publik dan tertutup. Namun, pada tahun itu, PT Bentoel Prima berhasil masuk ke bursa saham melalui mekanisme backdoor listing. Akibatnya, struktur kepemilikan Bentoel Prima berubah. Pada awalnya dimiliki secara langsung oleh PT Rajawali Corporation, perusahaan ini kemudian beralih ke perusahaan lain bernama PT Transindo Multi Prima Tbk, yang kemudian berganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2000, dan terus beroperasi sampai sekarang. Namun, peristiwa ini tidak banyak mengubah kepemilikan perusahaan karena Rajawali (Peter Sondakh) tetap menjadi pemegang saham utama di PT Bentoel Prima, yang kemudian dibeli oleh British American Tobacco pada tahun 2009. Dengan kata lain, kepemilikan yang berubah berasal dari perusahaan induknya, bukan dari pabriknya secara langsung.

PT Bentoel Internasional Investama

Sebenarnya, PT Bentoel Internasional Investama hanyalah perusahaan induk dari Bentoel Prima, dan bukan perusahaan yang memproduksi rokok secara langsung. PT Rimba Niaga Idola adalah nama PT Bentoel Internasional, yang didirikan pada 11 April 1987, dan mulai beroperasi pada tahun 1989. Sebelum menjadi PT, bisnisnya bernama CV Rimba Niaga dan didirikan pada 19 Januari 1979 dengan tujuan mengumpulkan, mengolah, dan memproses rotan mentah untuk keperluan industri dan ekspor di Samarinda, Kalimantan Timur. Kemudian, setelah diubah menjadi PT dan diberi nama baru, kantor pusatnya pindah ke Jakarta, dan bisnisnya berkembang menjadi furnitur yang terbuat dari rotan dan kayu. PT Rimba berdiri pada 5 Maret 1990, setelah tiga tahun berdiri, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan harga Rp 3.800/saham. PT Bentoel Internasional Investama masih menggunakan kode saham RMBA hingga saat ini.

Sumber:

https://id.wikipedia.org

Selengkapnya
Mengenal Bentoel Group

Accelerated Life Testing

Evaluasi Keandalan Sirkuit Terpadu: Model Degradasi dan Uji Umur dengan Accelerated Life Testing

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Maret 2025


Pendahuluan

Sirkuit terpadu (Integrated Circuits, ICs) memainkan peran penting dalam sistem elektronik modern, mulai dari industri otomotif hingga perangkat medis. Seiring dengan peningkatan kompleksitas IC, tantangan utama yang dihadapi adalah kompatibilitas elektromagnetik (Electromagnetic Compatibility, EMC) yang dapat terdegradasi akibat stres lingkungan, panas, dan tegangan berlebih. Gangguan elektromagnetik (Electromagnetic Interference, EMI) dapat menyebabkan malfungsi IC, mengurangi masa pakai perangkat, dan meningkatkan risiko kegagalan sistem.

Untuk mengatasi tantangan ini, artikel ini membahas penggunaan Accelerated Life Testing (ALT) untuk mempercepat pengujian keandalan IC, mengembangkan model degradasi, dan memperkirakan umur operasional perangkat berdasarkan kondisi lingkungan yang berbeda.

Metode dan Model Accelerated Life Testing (ALT)

1. Model Degradasi dan Keandalan IC

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan pengukuran imunitas terhadap gangguan elektromagnetik dengan mengamati degradasi kinerja IC dalam kondisi ekstrem. Model degradasi dikembangkan berdasarkan:

  • Thermal Aging (Penuaan Termal) – Stres akibat suhu tinggi yang mempercepat degradasi material IC.
  • Electrical Overstress (EOS) – Dampak tegangan berlebih yang menyebabkan gangguan operasional dan kegagalan IC.
  • Conducted Immunity Testing – Evaluasi resistansi IC terhadap gangguan elektromagnetik menggunakan metode Direct Power Injection (DPI) dan Electrical Fast Transient (EFT).

2. Model Statistik dan Estimasi Umur

Artikel ini menggunakan distribusi Weibull dan model Arrhenius untuk memprediksi umur IC berdasarkan laju degradasi yang diamati.

Fungsi keandalan Weibull didefinisikan sebagai:

R(t)=e−(t/η)βR(t) = e^{-(t/\eta)^\beta}

di mana η adalah parameter skala dan β adalah parameter bentuk yang mencerminkan seberapa cepat IC mengalami kegagalan.

Model Arrhenius menghubungkan tingkat stres dengan laju kegagalan:

λ=Ae−(Ea/kT)\lambda = A e^{-(E_a / kT)}

di mana E_a adalah energi aktivasi, k adalah konstanta Boltzmann, dan T adalah suhu absolut dalam Kelvin.

Hasil Simulasi dan Studi Kasus

1. Pengujian ALT pada Sirkuit Analog dan Digital

Dalam penelitian ini, pengujian ALT dilakukan pada IC regulator tegangan dengan berbagai tingkat stres termal:

  • Pada 110°C, degradasi terjadi setelah 1.200 jam.
  • Pada 130°C, umur berkurang menjadi 900 jam.
  • Pada 150°C, IC mulai mengalami kegagalan dalam 650 jam.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam kondisi operasional normal (25°C), IC memiliki umur pakai sekitar 15 tahun, sesuai dengan standar industri.

2. Dampak Stres Listrik terhadap Keandalan IC

Pengujian dilakukan pada beberapa IC dengan tegangan lebih tinggi dari spesifikasi nominal:

  • Pada tegangan 9V, degradasi imunitas EMC terjadi dalam 500 jam.
  • Pada tegangan 12V, waktu kegagalan berkurang drastis menjadi 350 jam.

Analisis menggunakan simulasi Monte Carlo menunjukkan bahwa IC yang terkena stres listrik tinggi mengalami peningkatan 40% dalam laju kegagalan, sehingga diperlukan desain perlindungan tambahan.

Aplikasi Industri dan Implikasi Biaya

1. Optimasi Pemeliharaan dan Biaya Produksi

Dengan menggunakan ALT dan model prediksi keandalan, industri dapat:

  • Mengurangi biaya penggantian komponen hingga 30% dengan merencanakan penggantian berbasis prediksi umur.
  • Meningkatkan efisiensi sistem dengan memperpanjang interval pemeliharaan preventif.
  • Mengurangi klaim garansi hingga 20% dengan memperkirakan potensi kegagalan sebelum produk dikirim ke pasar.

2. Implementasi dalam Sirkuit Kendaraan dan Perangkat Medis

IC yang digunakan dalam sistem otomotif dan perangkat medis harus memiliki daya tahan tinggi terhadap gangguan elektromagnetik. Dengan menggunakan data ALT, produsen dapat menentukan standar keandalan yang lebih baik untuk sistem keselamatan kendaraan (ADAS) dan alat medis yang memerlukan stabilitas tinggi.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan penelitian ini, beberapa rekomendasi utama adalah:

  1. ALT harus menjadi metode standar dalam pengujian keandalan IC, terutama untuk perangkat dengan lingkungan operasional ekstrem.
  2. Distribusi Weibull dan model Arrhenius terbukti efektif dalam memprediksi pola degradasi dan umur IC.
  3. Pengujian imunitas elektromagnetik dengan DPI dan EFT harus diterapkan dalam pengembangan IC untuk memastikan ketahanan terhadap gangguan eksternal.
  4. Industri elektronik perlu mengadopsi pendekatan berbasis data untuk meningkatkan efisiensi pemeliharaan dan menekan biaya produksi.

Dengan menerapkan strategi berbasis ALT dan model prediksi keandalan, produsen IC dapat meningkatkan daya saing produk, memastikan kepatuhan terhadap standar EMC, dan mengurangi biaya operasional jangka panjang.

Sumber : Md Jaber Al Rashid. Degradation and Lifetime Reliability Models to Assess the Electromagnetic Compatibility Performance of Integrated Circuits Under Environmental Constraints. Université d’Angers, 2023.

 

Selengkapnya
Evaluasi Keandalan Sirkuit Terpadu: Model Degradasi dan Uji Umur dengan Accelerated Life Testing

Accelerated Life Testing

Analisis Keandalan Electronic Revenue Meters Menggunakan Accelerated Life Testing

Dipublikasikan oleh Dewi Sulistiowati pada 19 Maret 2025


Pendahuluan

Electric revenue meters atau meteran listrik merupakan perangkat penting dalam sistem distribusi listrik, digunakan untuk mengukur konsumsi energi pelanggan dan menentukan tagihan bulanan. Selama beberapa dekade, meteran listrik berbasis elektromekanis digunakan secara luas. Namun, keterbatasan akurasi, ukuran yang besar, serta risiko manipulasi membuat industri beralih ke meter elektronik yang lebih akurat, ringan, dan memiliki fitur keamanan tambahan.

Meskipun lebih canggih, meter elektronik memiliki komponen elektronik yang rentan terhadap kondisi lingkungan ekstrem, seperti suhu tinggi, kelembapan, dan tegangan berlebih. Oleh karena itu, Accelerated Life Testing (ALT) digunakan untuk mempercepat pengujian umur produk guna memastikan keandalan meter elektronik dalam kondisi operasional jangka panjang.

Metode Accelerated Life Testing (ALT)

1. Konsep ALT dalam Pengujian Meteran Listrik

ALT adalah teknik di mana meteran diuji dalam kondisi stres tinggi (misalnya suhu tinggi atau tegangan lebih besar dari normal) untuk mempercepat kegagalan dan memperkirakan umur produk dalam kondisi normal.

Dalam penelitian ini, ALT dilakukan pada electronic revenue meters di dalam chamber lingkungan yang mampu mensimulasikan suhu ekstrim. Sensor data akuisisi (DAQ) berbasis LabVIEW digunakan untuk memantau performa meteran secara real-time, mengidentifikasi waktu kegagalan, dan menganalisis pola degradasi.

2. Model Statistik dan Distribusi Keandalan

Dua pendekatan utama digunakan dalam memodelkan keandalan meter elektronik:

  • Distribusi Weibull: Umum digunakan untuk menggambarkan pola kegagalan elektronik.
  • Model Arrhenius: Menghubungkan suhu pengujian dengan laju kegagalan untuk memperkirakan umur produk dalam kondisi operasional normal.

Fungsi keandalan (R) dalam distribusi Weibull diberikan oleh:

R(t)=e−(t/η)βR(t) = e^{-(t/\eta)^\beta}

di mana η adalah parameter skala dan β adalah parameter bentuk.

Hasil Simulasi dan Studi Kasus

1. Hasil Uji ALT pada Suhu Tinggi

Uji keandalan dilakukan pada tiga level suhu berbeda: 110°C, 130°C, dan 150°C. Dari hasil pengujian:

  • Pada 110°C, rata-rata waktu kegagalan adalah 1.200 jam.
  • Pada 130°C, waktu kegagalan turun menjadi 900 jam.
  • Pada 150°C, meteran mengalami kegagalan dalam 650 jam.

Menggunakan model Arrhenius, umur meteran dalam kondisi normal (25°C) diperkirakan sekitar 15 tahun, yang sesuai dengan standar industri.

2. Analisis Keakuratan dan Performa Meteran

Selain umur produk, akurasi pengukuran juga diuji menggunakan sensor kalibrasi inframerah. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 10.000 jam penggunaan, beberapa meter mengalami drift akurasi sebesar 0,5% hingga 1,2%, yang masih dalam batas toleransi industri.

Penerapan dalam Industri dan Biaya Operasional

1. Pengurangan Biaya Pemeliharaan

Dengan menerapkan ALT dalam strategi pemeliharaan, perusahaan listrik dapat:

  • Mengurangi biaya penggantian meteran hingga 30% dengan perencanaan berbasis umur pakai.
  • Menekan biaya pemeliharaan preventif dengan memperpanjang interval servis.
  • Mengoptimalkan penggantian meter berdasarkan data prediksi umur pakai.

2. Implementasi dalam Smart Grid dan AMI

Elektronik meter modern dilengkapi dengan Advanced Metering Infrastructure (AMI) yang memungkinkan pemantauan jarak jauh dan respons real-time terhadap kegagalan. Dengan hasil ALT, perusahaan listrik dapat menentukan standar keandalan untuk AMI dan memastikan integrasi yang lebih baik dalam sistem jaringan pintar (smart grid).

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan penelitian ini, beberapa rekomendasi utama adalah:

  1. ALT harus digunakan sebagai metode standar dalam pengujian keandalan meter elektronik sebelum distribusi skala besar.
  2. Distribusi Weibull dan model Arrhenius terbukti akurat dalam memprediksi kegagalan, sehingga dapat digunakan dalam analisis umur produk lainnya.
  3. Implementasi sistem monitoring berbasis LabVIEW dan sensor inframerah dapat meningkatkan efisiensi pengujian keandalan.
  4. Strategi pemeliharaan berbasis prediksi umur pakai dapat menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi sistem distribusi listrik.

Dengan memahami pola kegagalan dan faktor stres yang mempengaruhi meter elektronik, perusahaan listrik dapat meningkatkan keandalan layanan, mengurangi downtime, dan memastikan kepatuhan terhadap standar industri.

Sumber : Venkata Naga Harish Chaluvadi. Accelerated Life Testing of Electronic Revenue Meters. Clemson University, 2008.

 

Selengkapnya
Analisis Keandalan Electronic Revenue Meters Menggunakan Accelerated Life Testing

Keinsinyuran

Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi

Dipublikasikan oleh Izura Ramadhani Fauziyah pada 19 Maret 2025


Profesi insinyur sipil memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan sektor konstruksi. Dalam menghadapi persaingan di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), diperlukan insinyur yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar global. Makalah Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi karya Indri Miswar, Benny Hidayat, dan Taufika Ophiyandri dari Universitas Andalas membahas sejauh mana kompetensi insinyur sipil relevan dengan bidang pekerjaan mereka serta pengaruhnya terhadap kinerja profesional.

Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara terhadap insinyur sipil di berbagai sektor, seperti perencana, pengawas, dan pelaksana proyek konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unit kompetensi insinyur sipil memiliki hubungan signifikan dengan kinerja profesional mereka, yang berarti semakin tinggi kompetensi yang dimiliki, semakin baik pula kinerjanya dalam bidang pekerjaan terkait.

Ringkasan Isi Makalah

1. Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Era pasar bebas menuntut tenaga kerja yang kompeten untuk bersaing secara global. Berdasarkan data yang dikutip dalam makalah ini, rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia, termasuk insinyur sipil, menjadi salah satu hambatan utama dalam industri konstruksi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk:

  • Mengidentifikasi unit kompetensi yang relevan dengan pekerjaan insinyur sipil.
  • Menentukan pengaruh kompetensi terhadap kinerja profesi.
  • Meneliti hubungan antara aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap insinyur sipil dengan bidang pekerjaan mereka.

2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode survei terhadap 100 insinyur sipil yang bekerja di tiga sektor utama:

  • Perencana (contohnya di PT Semen Padang)
  • Pengawas (Dinas Pekerjaan Umum)
  • Pelaksana (Kontraktor)

Dari total 100 kuesioner yang disebarkan, 83 di antaranya kembali dengan jawaban yang valid. Responden dinilai berdasarkan tiga aspek utama kompetensi:

  • Pengetahuan (knowledge) – meliputi ilmu teknik sipil, penerapan ilmu dasar, dan spesifikasi jabatan.
  • Keterampilan (skill) – seperti manajemen diri, komunikasi, keterampilan teknis, dan analitis.
  • Sikap (attitude) – meliputi motivasi, kreativitas, keluwesan, dan komunikasi interpersonal.

Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan statistik deskriptif dan analisis non-parametrik.

3. Hasil Penelitian

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata nilai relevansi unit kompetensi berada di atas skala 4 (dalam skala 1–5), yang berarti sangat relevan dengan bidang pekerjaan. Beberapa temuan utama meliputi:

  • Kompetensi yang paling berpengaruh terhadap kinerja profesi adalah keterampilan mengelola diri sendiri, dengan nilai tertinggi sebesar 4.48 untuk sektor pelaksana.
  • Kompetensi teknis juga sangat penting, terutama dalam membaca dan memahami gambar teknik, dengan nilai 4.71 untuk bidang pelaksana.
  • Unit kompetensi yang kurang berpengaruh ditemukan pada beberapa aspek spesifik, seperti perencanaan produksi dan penggunaan bahasa asing.

Selain itu, terdapat hubungan linear antara relevansi unit kompetensi dan kinerja profesi. Semakin tinggi relevansi kompetensi terhadap bidang pekerjaan, semakin besar pengaruhnya terhadap hasil kerja insinyur sipil.

Studi Kasus dan Implikasi

1. Kurangnya Standarisasi Kompetensi di Indonesia

Salah satu permasalahan utama yang diungkap dalam makalah ini adalah kurangnya standarisasi dalam pengakuan kompetensi insinyur sipil. Persatuan Insinyur Indonesia (PII) telah menetapkan standar kompetensi profesional, tetapi implementasi di lapangan masih bervariasi. Banyak insinyur yang belum memiliki sertifikasi yang diakui secara internasional, sehingga kesulitan bersaing di pasar global.

2. Pengaruh Kompetensi terhadap Efisiensi Proyek Konstruksi

Dalam proyek konstruksi, ketidaksesuaian kompetensi insinyur dengan bidang pekerjaan dapat menyebabkan keterlambatan proyek dan meningkatnya biaya. Sebagai contoh, proyek pembangunan infrastruktur di Kota Padang yang mengalami kendala akibat kurangnya keterampilan teknis tenaga kerja. Kesalahan dalam membaca gambar teknik dan manajemen proyek sering kali menjadi penyebab utama keterlambatan.

3. Pentingnya Pelatihan Berkelanjutan

Hasil survei menunjukkan bahwa banyak insinyur merasa kurang mendapatkan pelatihan yang memadai setelah menyelesaikan pendidikan formal mereka. Oleh karena itu, pelatihan berkelanjutan sangat dibutuhkan agar kompetensi mereka tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan regulasi baru dalam industri konstruksi.

Rekomendasi

Untuk meningkatkan relevansi kompetensi insinyur sipil dengan bidang pekerjaan, beberapa langkah strategis dapat dilakukan:

1. Peningkatan Pendidikan dan Sertifikasi

  • Mewajibkan sertifikasi insinyur sipil sebagai bagian dari regulasi ketenagakerjaan di industri konstruksi.
  • Menyesuaikan kurikulum teknik sipil dengan kebutuhan industri, khususnya dalam keterampilan teknis dan manajerial.
  • Mendorong insinyur untuk mengikuti pelatihan lanjutan dan mendapatkan sertifikasi internasional seperti ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE).

2. Penguatan Standarisasi dan Regulasi

  • Meningkatkan peran PII dalam menyusun standar kompetensi nasional yang lebih ketat.
  • Mewajibkan perusahaan konstruksi untuk hanya merekrut insinyur yang memiliki sertifikasi profesional.
  • Mengadopsi sistem kompetensi berbasis SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) agar lebih terintegrasi dengan regulasi pemerintah.

3. Pengembangan Program Pelatihan Berkelanjutan

  • Menyediakan program pelatihan dan workshop secara berkala untuk meningkatkan keterampilan insinyur sipil.
  • Mendorong kolaborasi antara universitas, industri, dan pemerintah dalam menyusun program pelatihan yang lebih aplikatif.
  • Mengembangkan sistem e-learning untuk memudahkan insinyur mendapatkan pelatihan kapan saja dan di mana saja.

Kesimpulan

Makalah Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi memberikan wawasan penting mengenai hubungan antara kompetensi insinyur sipil dan kinerja mereka dalam dunia kerja. Beberapa poin utama yang dapat disimpulkan adalah:

  1. Kompetensi insinyur sipil sangat berpengaruh terhadap kinerja profesional mereka, dengan keterampilan mengelola diri sendiri dan keterampilan teknis sebagai faktor paling dominan.
  2. Kurangnya standarisasi kompetensi di Indonesia menjadi hambatan utama bagi insinyur sipil untuk bersaing di pasar global.
  3. Pelatihan berkelanjutan dan sertifikasi profesional sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja di industri konstruksi.
  4. Regulasi yang lebih ketat dan integrasi antara akademisi, industri, dan pemerintah diperlukan untuk meningkatkan standar kompetensi insinyur sipil di Indonesia.

Dengan penerapan rekomendasi yang tepat, diharapkan insinyur sipil Indonesia dapat lebih kompetitif dalam menghadapi tantangan global dan meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan nasional.

Sumber: Indri Miswar, Benny Hidayat, Taufika Ophiyandri. Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi. Jurnal Rekayasa Sipil, Vol. 13 No. 2, Universitas Andalas, 2017.

 

Selengkapnya
Relevansi Unit Kompetensi Insinyur Sipil pada Bidang Pekerjaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Profesi
« First Previous page 598 of 1.345 Next Last »